Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEB KEBIDANAN

PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI IKATAN BIDAN


INDONESIA (IBI)

Disusun oleh:

1. AFNI SALSABILA
2. AISYA SALMA DEWI
3. ALAENA MAWADAH
4. AMELIA
5. ANDINI MUSTIKA SARI
6. AULIA
7. BUNGA SALIA RAHMMAWATI
8. CITA ROSITA
9. DESSY WAHYUNI
10. DIAH ANUGRAH DEWI
11. DINI DWIYANTRI FATIMA

DOSEN PEMBIMBING : Ayi Tansah Rohaeti, MTr.Keb


Jurusan : D3 Kebidanan
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN 2020/2021
Jl. Raya Rangkasbitung Pandeglang No. 421, Kaduagung Tengah, Cibadak,
Kabupaten Lebak, Banten 42317
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah konsep kebidanan
yakni tentang “PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI IKATAN BIDAN
INDONESIA (IBI)” dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang insyaAllah bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Rangkasbitung, 21 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................4

2.1 Definisi Bidan.......................................................................................4

2.2 Sejarah Ikatan Bidan Indonesia.........................................................5

2.3 Visi dan Misi Ikatan Bidan Indonesia................................................10

2.4 Prioritas Strategi Ikatan Bidan Indonesia.........................................11

2.5 Arti dan Makna Logo Ikatan Bidan Indonesia.................................12

BAB IV PENUTUP..............................................................................................13

3.1 Kesimpulan...........................................................................................13

3.2 Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang ada dalam sistem kesehatan
dan memiliki posisi strategis dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam
upaya pengendalian pertumbuhan penduduk, serta kesejahteraan masyarakat
khususnya perempuan dan anak. Bidan dalam memberikan pelayanan harus
mampu menghadapi tuntutan yang terus berubah seiring perkembangan
masyarakat dan dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Survey tentang kinerja bidan (Tim Ikatan Bidan Indonesia (IBI) & Asosiasi
Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia, 2010) melalui pendekatan kualitatif
menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan bidan yang ramah,
terampil dan tanggap dibidangnya.2 Berdasarkan hal tersebut, IBI beserta Asosiasi
Institusi Pendidikan Kebidanan (AIPKIND) sudah seharusnya membuat standar
kompetensi bidan yang digunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam rangka
pelaksanaan pendidikan kebidanan agar menghasilkan bidan yang berkompeten di
bidangnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Bidan dalam menjalankan tugas profesinya, harus berdasarkan standar profesi


yang dimilikinya. Praktik pelayanan kebidanan berpedoman pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi. Standar profesi ini terdiri dari Standar Kompetensi Bidan, Standar
Pendidikan, Standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan, Standar Pelayanan
Kebidanan, Standar Praktik Kebidanan, serta Kode Etik Bidan Indonesia yang
wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap bidan.

IBI bertanggung jawab untuk mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme


bidan melalui kerjasama dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah. IBI

1
berperan aktif dalam berbagai upaya yang diprogramkan pemerintah baik pada
tingkat pusat maupun tingkat daerah sampai ke tingkat ranting. Semua
keterlibatan IBI dalam kegiatan tersebut 5 diupayakan untuk meningkatkan
kualitas hidup anak bangsa dan sekaligus meningkatkan kualitas bidan sebagai
pelayan masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam siklus
kehidupannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan definisi bidan?


2. Jelaskan sejarah ikatan bidan indonesia?
3. Apa saja nilai nilai dari ikatan bidan indonesia?
4. Apa saja visi dan misi ikatan bidan indonesia?
5. Sebutkan prioritas straregi ikatan bidan indonesia?
6. Jelaskan arti dan makna dari lambang ikatan bidan indonesia?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi bidan


2. Mengetahui sejarah tentang ikatan bidan indonesia
3. Mengetahui nilai nilai ikatan bidan indonesia
4. Mengetahui visi dan misi ikatan bidan indonesia
5. Mengetahui prioritas straregi ikatan bidan indonesia
6. Mengetahui arti dan makna dari lambang ikatan bidan indonesia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI IKATAN BIDAN


INDONESIA (IBI)

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi bidan


Indonesia. Wadah para bidan dalam mencapai tujuan melalui kebijakan
peningkatan profesionalisme anggota guna menjamin masyarakat mendapatkan
pelayanan berkualitas.

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah seorang wanita yang
telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan
lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah
untuk melaksanankan praktik (IBI, 2016).

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi


tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang mempunyai
kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Kemenkes RI, 2016a).

Dalam memberikan asuhan, bidan memiliki kewenangan yang telah diatur


pada PERMENKES No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan yang terdapat dalam BAB III bagian Kedua tentang Kewenangan Bidan
(Kemenkes RI, 2017a). Selain itu, Bidan dalam memberikan pelayanan harus
menerapkan standar asuhan kebidanan yang telah diatur dalam KEPMENKES No.
938/MENKES/SK/VII/2007. Standar tersebut adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang
dan ruang lingkupnya. Standar asuhan kebidanan ini dibagi menjadi enam standar
(Kemekes RI, 2007).

3
BAB III

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI IKATAN BIDAN


INDONESIA (IBI)

3.1 DEFINISI BIDAN

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasidan
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan


kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi
orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan
pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit
kesehatan lainnya.

4
3.2 SEJARAH IKATAN BIDAN INDONESIA

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951


dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan
atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951,
yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta.
Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat
serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah
organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan,
bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pada tanggal 15 Oktober 1954 IBI diakui dan sah sebagai satu organisasi
profesi yang berbadan hukum dan tertera dalam lembaran Negara NO..J.A.5927
pada Departemen Kehakiman. Pada tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota
International Confederation of Midwives (ICM). Kerjasama IBI dengan sektor /
lembaga pemerintah (Depkes, BKKBN, Menperpu, Depdagri, dll) maupun swasta
telah dirintis sejak IBI berdiri. Begitu pula dengan lembaga internasional terkait
seperti WHO, UNICEF, UNFPA.

Dewasa ini IBI mempunyai 30 pengurus daerah tingkat propinsi, 318


tingkat cabang di kabupaten dan kotamadya serta 1.243 rangting di tingkat
kecamatan. Jumlah anggota yang pada tahun 1954 hanya 6.000 orang, kini telah
berjumlah 73.526 orang. Penggantian pengurus IBI dilakukan setiap 3 tahun
dalam kurun waktu 1953/1988, kini masa kepengurusan menjadi 5 tahun sejak
kongres IBI ke X di Surabaya pada tahun 1988. Hingga saat ini IBI telah
melaksanakan kongres sebanyak XV yang terakhir dilaksanakan di Jakarta tahun
2013 dengan Ketua Umum Dr Emy Nurjasmi, M.Kes.

Pada konferensi IBI tersebut juga dirumuskan tujuan IBI, yaitu:

a. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum


wanita pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
b. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
kesejahteraan keluarga.
c. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

5
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus
berkembang dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat
dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri. Adapun
tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah: Ibu Selo
Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah
dan Ibu S. Margua, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya
organisasi resmi bagi para bidan Indonesia.
Hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh Indonesia
tahun 1951 tersebut adalah:
a. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-
satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan Bidan
Indonesia.
b. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
c. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi
ini semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada
di daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
d. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai
berikut:
 Ketua I : Ibu Fatimah Muin
 Ketua II : Ibu Sukarno
 Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
 Penulis II : Ibu Rupingatun
 Bendahara : Ibu Salikun
 
Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI
diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan terdaftar dalam Lembaga
Negara nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 tanggal 15 Oktober 1954 (Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), dan pada tahun 1956 IBI
diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives). Hingga
saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara senantiasa
berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai negara baik
pertemuan-pertemuan, lokakarya, pertemuan regional maupun kongres tingkat

6
dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI. IBI yang
seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung dengan Kongres Wanita
Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung
program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam
meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-
Undang RI No.8 tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan
nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia.
Begitu juga dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI)
atau National Commission on the Status of Women (NCSW). IBI merupakan salah
satu anggota pendukungnya.
 
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada
tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus
Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi
di Indonesia. Selain itu kongres juga mengukuhkan anggota pengurus Yayasan
Buah Delima yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan
meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.
 
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di
luar pulau Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini
juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang
dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand, Philiphina,
Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Bulan September 2000 dilaksanakan
ICM Asia Pacific Regional Meeting di Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara
organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan
Praktek Swasta melalui BKKBN.
 
Di tingkat internasional, sebagai anggota International Confederation of
Midwives (ICM) sejak 1956 IBI selalu aktif mengikuti kegiatan organisasi
tersebut terutama kongres ICM maupun kongres ICM Regional Asia Pasific
(Aspac). Pada Kongres ICM ke 30 di Praha, melalui bidding IBI berhasil

7
ditetapkan menjadi tempat penyelenggaraan kongres ICM ke-32 dan akan
diselenggarakan di Bali tahun 2020. Pada Kongres ICM ke-31 bulan Juni 2017 di
Toronto Canada, Dr. Emi Nurjasmi, MKes Ketua Umum PPIBI 2013-2018
terpilih sebagai Koordinator ICM Asia Pasific.
 
Selain itu, dalam menyikapi tantangan globalisasi, kemajuan dan 
kebutuhan masyarakat Indonesia  yang semakin berkembang, maka IBI
berkewajiban untuk menyusun Rancangan Undang Undang Kebidanan dan
mengajukannya kepada lembaga yang berwenang. UU Kebidanan merupakan
payung hukum profesi bidan, yang saat ini dalam tahap akhir pengesahan. Dalam
pelaksanaan praktik kebidanan, bidan didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan
yang telah mengalami perubahan dari Permenkes No 1464 tahun 2010 menjadi
Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Dengan dinamika yang terjadi sampai tahun 2015 RUU Kebidanan belum dapat
disahkan menjadi Undang-Undang dan pada akhirnya usulan rancangan Undang-
Undang Kebidanan diambil alih oleh DPR menjadi RUU Kebidanan Inisiatif
DPR.
 
Tahun 2016 Komisi IX telah membentuk Panitia Kerja (Panja) RUU
Kebidanan dan telah aktif melakukan kegiatan seperti mengundang pakar,
organisasi profesi terkait (POGI, IDAI, IDI); instansi pemerintah (Kementerian
Kesehatan, Kemristekdikti, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian
Menpan-RB, Kementerian Dalam Negeri); serta kalangan Akademisi (Universitas
Airlangga, Universitas Brawijaya dan Universitas Padjadjaran). Pengurus Pusat
IBI juga telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mensosialisasikan dan
menjaring aspirasi dari: 1) Pengurus Pusat dengan sesepuh; 2) Pengurus Pusat
dengan seluruh ketua PD, PC dan anggota; 3) Pengurus Pusat dengan jurusan
kebidanan dari seluruh poltekkes di Indonesia, perwakilan dari AIPKIND,
HPTKes, dan Forum Komunikasi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemkes; 4)
Melalui kegiatan seminar dan HUT IBI di berbagai daerah bersama dengan Panja
RUU Kebidanan Komisi IX DPR RI; 5) Rakernas, PIT Bidan, serta website IBI;

8
6) IBI juga mengundang pakar dalam rangka penguatan konsep RUU Kebidanan
(Prof. Budi Sampurno, Prof. Adang Bachtiar, Sundoyo, SH, MH, Della Sherratt).
Pada Tahun 2018 Surpres untuk membahas RUU Kebidanan diterbitkan. Panja
RUU Kebidanan Komisi IX DPR RI secara lebih intensif melakukan rapat kerja
dengan Pemerintah (Kemenkes, Kemenristekdikti, Kemenaker, Kemendagri,
KemenPAN-RB, dan KemenkumHAM).
 
Seiring berjalan waktu terdapat beberapa perubahan kebijakan, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
3. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
4. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Tentang Keselamatan Pasien
5. Permenkes Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak
6. Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
7. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan
danPengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
8. Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Pengembangan
Industri Farmasi Dan Alat Kesehatan
9. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual
10. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak
 

3.3 VISI DAN MISI IKATAN BIDAN INDONESIA

1.
Nilai – Nilai
  1. Mengutamakan kebersamaan
  2. Mempersatukan diri dalam satu wadah

9
  3. Pengayoman terhadap anggota
  4. Pengembangan diri
  5. Peran serta dalam komunitas
  6. Mempertahankan citra bidan
  7. Sosialisasi pelayanan berkualitas
     
Visi
Menjadikan organisasi profesi yang handal dalam Mewujudkan bidan
 
profesional berstandar global
     
Misi
  1. Meningkatkan kekuatan organisasi berbasis Informasi Teknologi (IT).
Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan
  2.
kebidanan.
Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan
  3.
kebidanan.
  4. Meningkatkan kesejahteraan anggota.
  5. Mewujudkan kerjasama dengan stakeholders.
  6. Meningkatkan inovasi pelayanan kebidanan
  7. Meningkatkan pengembangan pelayanan berbasis research
     

3.4 PRIORITAS STRATEGI IKATAN BIDAN INDONESIA

1. Pengembangan standarisasi pendidikan bidan dengan standar


.
internasional.
2. Meningkatkan pelatihan anggota IBI.
3. Membangun kerjasama dan kepercayaan dari donor dan mitra IBI.
4. Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk mendukung
pengembangan profesi bidan.
5. Peningkatan pembinaan terhadap anggota berkaitan dengan
peningkatan kompetensi, profesionalisme dan aspek hukum.
6. Peningkatan pengumpulan data dasar.
7. Peningkatan akses Organisasi Profesi IBI terhadap pelayanan dan
pendidikan kebidanan.

10
8. Capacity Building bagi pengurus IBI.
9. Peningkatan pengadaan sarana prasarana.
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengan tetap
menjaga mutu pengelolaan keuangan yang accountable.

3.5 ARTI DAN MAKNA LOGO IKATAN BIDAN INDONESIA

Arti Logo IBI (Ikatan Bidan Indonesia) :


1. Bentuk Bundar, dilingkari garis merah putih, melambangkan arti persatuan
abadi.
2. Buah Delima, merupakan buah yang berisi biji dan air, melambangkan
kesuburan.
3. Dua Helai Daun, melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan
perempuan untuk melanjutkan tumbuhnya bibit.

11
4. Ular dan Cawan, menunjukkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi
Hygea, dimana pelayanan kebidanan harus memelihara dan
mempertahankan biji (bibit) agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
5. Buah Delima Merekah, menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji (benih) yang telah matang (matur) dan sehat,
sehingga dapat melanjutkan generasi penerus baru yang sehat dan
berkualitas. Seorang bidan diharapkan bersiap diri menjadi tenaga
pelayanan kesehatan yang profesional, untuk menghantarkan benih yang
matur dan sehat tersebut menjadi calon generasi penerus yang mandiri
serta berkualitas.

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.

Pada tanggal 15 Oktober 1954 IBI diakui dan sah sebagai satu organisasi
profesi yang berbadan hukum dan tertera dalam lembaran Negara NO..J.A.5927
pada Departemen Kehakiman. Dewasa ini IBI mempunyai 30 pengurus daerah
tingkat propinsi, 318 tingkat cabang di kabupaten dan kotamadya serta 1.243
rangting di tingkat kecamatan. Jumlah anggota yang pada tahun 1954 hanya 6.000
orang, kini telah berjumlah 73.526 orang.

Hingga saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara
senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai
negara baik pertemuan-pertemuan, lokakarya, pertemuan regional maupun
kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan kegiatan
IBI.

12
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada
tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus
Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi
di Indonesia. Di tingkat internasional, sebagai anggota International
Confederation of Midwives (ICM) sejak 1956 IBI selalu aktif mengikuti kegiatan
organisasi tersebut terutama kongres ICM maupun kongres ICM Regional Asia
Pasific (Aspac).

Dalam pelaksanaan praktik kebidanan, bidan didukung oleh Peraturan


Menteri Kesehatan yang telah mengalami perubahan dari Permenkes No 1464
tahun 2010 menjadi Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.

IBI memiliki visi menjadikan organisasi profesi yang handal dalam mewujudkan
bidan profesional berstandar global, dan misi untuk mencapainya adalah
meningkatkan kinerja dari IBI itu sendiri. Strategi yang digunakan yaitu
membangun kerja sama dan meningkatkan pelatihan anggota IBI.

4.2 SARAN

Pemerintah harus meningkatkan kualitas bidan Indonesia dan harus


memperhatikan nasib bidan di Indonesia, serta menyediakan lapangan kerja yang
lebih luas lagi untuk bidan. Dan sebagai seorang bidan diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

 https://www.ibi.or.id/id/article_view/a20150112004
 https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-
ikatan-bidan-indonesia.html
 https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113003/visi-dan-misi.html
 http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/arti-dan-makna-lambang-
ibi.html#:~:text=Arti%20Logo%20IBI%20(Ikatan%20Bidan,perempuan
%20untuk%20melanjutkan%20tumbuhnya%20bibit.

13

Anda mungkin juga menyukai