Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Struktur Modal

2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal

Pengertian struktur modal yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai

berikut:

Brigham dan Houston (2014:154), mengatakan Struktur Modal yaitu

Kombinasi utang, saham preferen dan ekuitas biasa yang akan menjadi dasar

penghimpunan modal oleh perusahaan.

Martono dan D. Agus Harjito (2002: 240), mengatakan bahwa struktur modal

adalah perbandingan atau perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang

ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.

Weston and Copeland dalam Dennis (2009:15) mengatakan bahwa Struktur

modal adalah pencerminan cara suatu perusahaan untuk membiayai aktivanya yang

merupakan komposisi datri sumber modal yang terdiri dari hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang dan modal pemegang saham.

Susan Irawati (2006:15) mengatakan bahwa Struktur modal merupakan

susunan dari jenis – jenis modal yang diperoleh perusahaan beserta jumlah nilai

-nilainya (dalam satuan uang) dalam bentuk hutang jangka panjang dan modal sendiri

sebagaimana tergambar dalam neraca sebelah pasiva pada periode tertentu.

Bambang Riyanto (2001: 22) mengatakan bahwa struktur modal adalah

perbandingan atau perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang

ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri (longterm

debt to equity ratio).

Sutrisno (2003: 289) menyatakan bahwa struktur modal merupakan imbangan

antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio).
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa struktur modal adalah keputusan pendanaan (financing decision)

yang menimbangkan pilihan antara hutang (Debt) dengan modal sendiri (Equity) yang

akan digunakan perusahaan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Hutang dan modal

sendiri mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda. Oleh karena itu, pihak

manajemen harus memahami dengan baik keduanya.

Struktur modal perusahaan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Struktur Modal Sederhana, yaitu perusahaan yang tidak mempunyai efek

berpotensi saham biasa.

2. Struktur Modal Kompleks, yaitu perusahaan yang mempunyai satu atau lebih

jenis efek berpotensi saham biasa.

Penggolongan struktur modal perusahaan ke dalam kategori sederhana atau

kategori kompleks tidak didasarkan pada besar atau kecilnya skala operasi perusahaan,

tetapi semata-mata didasarkan pada ada atau tidak adanya efek yang berpotensi dalam

saham biasa di dalam struktur modalnya.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Modal

Arti kata dari modal adalah sumber dana yang digunakan pada suatu

perusahaan. Modal meliputi semua komponen di sisi pasiva pada neraca perusahaan

kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal utang dan modal sendiri/ekuitas. Jenis-

jenis modal antara lain:

1) Modal Pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh

perusahaan. Diketahui bahwa biaya modal pinjaman relatif lebih rendah dibandingkan

dengan bentuk pinjaman lainnya, hal ini disebabkan karena mereka memperoleh risiko

yang relatif kecil atas segala jenis modal jangka panjang, seperti:

a. Pemegang modal pinjaman mempunyai prioritas terhadap pembayaran bunga

atas pinjaman atau terhadap aset yang akan dijual untuk membayar utang.
b. Pemegang modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran

hutang dibandingkan dengan pemegang saham preferen atau saham biasa.

c. Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak sehingga biaya

modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.

2) Modal Sendiri atau Ekuitas, merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari

pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada

dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman

mempunyai jatuh tempo. Ada dua sumber utama modal sendiri, yaitu:

a. Modal saham preferen yang merupakan bentuk khusus kepemilikan perusahaan

di mana dividen diperoleh secara tetap serta pembayarannya harus didahulukan

dari dividen saham biasa.

b. Modal saham biasa yang terdiri atas saham biasa dan laba ditahan.

Saham biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal biaya

modalnya diikuti dengan laba ditahan dan saham preferen.

Hubungan antara modal pinjaman dan modal sendiri mempunyai perbedaan

utama dalam hak suara, tuntutan atas pendapatan dan aset, jatuh tempo dan perlakuan

pajak atas biaya modal. Harus dipahami posisi pemegang modal sendiri adalah

sekunder dibanding pemegang modal pinjaman. Pemegang modal sendiri menanggung

risiko yang lebih besar sehingga kompensasi bagi pemegang modal sendiri harus lebih

tinggi dibanding dengan pemegang saham pinjaman.


2.1.1.3 Komponen Struktur Modal

Menurut Bambang Riyanto (2008) Struktur modal suatu perusahaan yang terdiri atas

beberapa komponen yaitu :

1. Modal sendiri (Ekuitas)

Ekuitas adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam dalam

perusahaan untuk waktu yang lama. Ekuitas dapat berasal dari saham, baik saham biasa

maupun saham preferen dan laba ditahan

Menurut Riyanto (2008) modal sendiri dalam suatu perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT), Terdiri dari modal saham, cadangan dan keuntungan.

a. Modal saham,

yaitu tanda bukti penyertaan modal serta tanda bukti pengambilan bagian dalam

suatu perusahaan. Saham terdiri atas saham biasa dan saham preferen. Saham

biasa dapat berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan modal permanen, penentu

pembagian laba, serta sebagai alat untuk menguasai perusahaan. Sementara saham

preferen juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan modal permanen, namun

saham preferen memiliki keistimewaan yaitu pembagian deviden kepada

pemegang saham preferen dilakukan secara rutin, dan apabila perusahaan

dilikuidasi pemegang saham preferen lebih didahulukan dari pemegang saham

biasa dalam hal pembagian kekayaan.

b. Cadangan.

Cadangan adalah cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh

perusahaan selama beberapa waktu yang lalu atau dari tahun berjalan. Selajutnya,

cadangan yang termasuk dalam ekuitas adalah cadangan ekspansi, cadangan

modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan umum.


c. Laba ditahan,

adalah bagian dari laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Kebanyakan

perusahaan menyatukan cadangan dan laba ditahan dalam pos laba ditahan pada

neraca. Adanya keuntungan akan memperbesar pos laba ditahan yang artinya

meningkatkan jumlah ekuitas.

2. Hutang atau Modal Asing

Hutang atau sering disebut modal asing “adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang

sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal

tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto, 2008). Hutang

dibedakan atas tiga (Riyanto, 2008) yaitu :

a. Hutang Jangka Pendek, adalah modal asing yang jangka waktunya paling

lama satu tahun. Adapun jenis-jenis modal asing jangka pendek yang

utama adalah kredit rekening Koran, kredit dari penjualan, kredit dari

pembeli, dan kredit wesel.

b. Hutang jangka menengah, adalah hutang yang jangka waktu umurnya lebih

dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai

usaha dengan kredit ini adalah dengan karena adanya kebutuhan yang tidak

dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek disatu pihak dan juga sulit

untuk dipenuhi dengan kredit jangka panjang dilain pihak. Bentuk utama

dari kerdit jangka menengah adalah term loan dan leasing.

c. Hutang jangka panjang, adalah hutang yang waktunya panjang. Umurnya

lebih dari 10 tahun. Hutang jangka panjang ini umumnya digunakan untuk

membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari

perusahaan. Bentuk – bentuk utama dari hutang jangka panjang antara lain

obligasi dan pinjaman hipotik.


2.1.1.4 Teori Struktur Modal

Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara

keseluruhan, hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal

sendiri-sendiri. Selain itu teori struktur modal dianggap penting karena besarnya biaya

modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cute of rate pada

pengambilan keputusan investasi.

Menurut Brigham dan Houston (2014:179) Teori Struktur Modal terdiri atas :

1. Teori Modigliani dan Merton Miller (1958)

Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958 ketika Profesor Franc

Modigliani Miller (selanjutnya disebut MM). MM membuktikan dengan

menggunakan dengan menggunakan sekumpulan asumsi yang patut

dipertanyakan, bahwa nilai suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi

struktur modalnya. Atau dengan kata lain, MM menunjukkan bahwa bagaimana

cara perusahaan mendanai operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga

truktur modal adalah sesuatu yang tidak relavan. Asumsi-asumsi menurut MM

yaitu :

a. Tidak ada biaya pialang.

b. Tidak ada pajak

c. Tidak ada biaya kebangkrutan.

d. Investor dapat meminjam dengan tingkat yang sama seperti

perusahaan.

e. Seluruh investor memiliki informasi yang sama seperti manajemen

tentang peluang investasi perusahaan di masa depan.

f. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang.


2. Teori MM dengan pajak perusahaan dan personal

Pada tahun 1977 Miller menyatakan dukungannya terhadap MM dengan

menampilkan stuktur modal yang meliputi pajak penghasilan (personal taxes)

dari penghasilan saham dan obligasi selain pajak perusahaan (corporate

taxes). Miller kemudian mengembangkan model struktur modal dengan

memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan pemegang utang harus

membayar pajak jika mereka menerima dividen (untuk pemegang saham)

atau bunga (untuk pemegang utang). Menurut model tersebut, tujuan yang

ingin dicapai adalah tidak hanya meminimalkan pajak perusahaan, tetapi

meminimalkan total pajak yang yang harus dibayarkan (pajak perusahaan,

pajak atas pemegang saham dan pajak atas pemegang utang).

3. Teori Pertukaran (Trade Off Theory)

Trade off theory menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari

pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi

kebangkrutan.

4. Teori Sinyal

Teori Signiling adalah model dimana struktur modal (penggunaan utang)

merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Perusahaan yang

meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan

prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer

perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor

diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian utang merupakan tanda

atau signal positif.


5. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional mengemukakan ada struktur modal optimal dan

perusahaan yang dapat meningkatkan nilai total perusahaan dengan

menggunakan jumlah utang (leverage keuangan) tertentu. Dengan

menggunakan utang yang semakin besar, pada mulanya perusahaan dapat

menurunkan biaya modal dan meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.1.5 Faktor – Faktor yang Memengaruhi Struktur modal

Menurut Brigham dan Houston (2014:188), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi keputusan struktur modal terdiri dari :

1. Stabilitas Penjualan

Suatu perusahaan yang penjualannya relative stabil dapat mengambil

utang dalam junlah yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak

stabil.

2 . Struktur Aktiva

Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan

pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Aset yang

digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik,

sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus.

3. Leverage Operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih

mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan

memiliki resiko usaha yang lebih rendah.

4. Ukuran Perusahaan

Perusahaan cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak

dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan lebih sering dijadikan

indicator sebagai kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu

perusahaan. dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar lebih mampu


menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

5. Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih

mengandalkan diri pada modal eksternal.

6. Profitabilitas

Sering kali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian atas

investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah

yang relative sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi

memungkinkanperusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian

besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal.

7. Pajak Bunga

merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih

bernilai bagi perusahaan dengan tariff pajak yang tinggi. Jadi, makin

tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan dari

utang.

8. Kendali

Pengaruh utang dibanding saham pada posisi kendali suatu perusahaan

dapat memengaruhi struktur modal. Pertimbangan kendali dapat

mengarah pada penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis

modal yang memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan

bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain.

9. Sikap Manajemen

Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dibandingkan yang

lain, dan menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil

dibandingkan dengan rata-rata perusahaan didalam industrinya,

sementara manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak utang

dalam usaha mereka untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi.


10. Kondisi Intenal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan sendiri juga dapat berpengaruh pada sasaran

struktur modalnya. Perusahaan dapat menjual penerbitan saham biasa,

menggunakan hasilnya untuk melunasi utang, dan kembali pada sasaran

struktur modalnya.

11. Fleksibilitas Keuangan

Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menghimpun modal

dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk.

2.1.1.6 Pengukuran Struktur Modal

Ada beberapa cara untuk mengukur struktur modal suatu perusahaan, dalam

penelitian ini, struktur modal diukur dengan menggunakan tiga rasio, antara

lain:

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Syamsuddin (2007:54) mengemukakan debt to equity ratio menunjukkan

hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah

modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal perusahaan. Harahap (2008:303)

mengemukakan rasio utang atas modal atau debt to equity ratio menggambarkan sejauh

mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (kreditor). Kasmir

(2009:157) mendefinisikan: Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh

utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Menurut Siregar (2012) Debt to Equity Ratio (DER) memperlihatkan proporsi

antara utang yang dimiliki terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan . Debt

to Equity Ratio (DER) merupakan rasio atau perbandingan antara modal sendiri dan
modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Utang ini muncul karena tidak

semua kebutuhan modal mampu dipenuhi oleh modal sendiri atau dengan perolehan

dari penjualan saham sehingga perusahaan biasanya akan mencari tambahan modal

melalui utang. Utang yang diperhitungkan di sini terdiri dari utang jangka pendek dan

jangka panjang. Rasio ini memberikan gambaran mengenai struktur modal yang

dimiliki perusahaan, sehingga dapat diamati tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.

Debt to equity ratio (DER) yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur

modal yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang

ada. Dari perspektif kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak

menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan

yang mungkin terjadi di perusahaan, sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin baik.

Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah

utang adalah kecil atau minimal sama, namun bagi pemegang saham atau manajemen

rasio ini sebaiknya besar. Menurut Hery (2015) Debt to equity ratio (DER) ini dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

Total Hutang
Debt to Equity Ratio = ×100%
Total Ekuitas

2. Debt to Assets Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio merupakan salah satu rasio pengaruh yang menunjukkan

seberapa besar pembiayaan perusahaan dibiayai oleh utang. Debt to Asset Ratio (DAR)

memperlihatkan proporsi antara utang yang dimiliki dengan seluruh kekayaan (aktiva)

yang dimiliki (Siregar, 2012). Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti

semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva

guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Purhadi, 2006:30). DAR termasuk

kedalam rasio sovabilitas atau disebut juga dengan rasio leverage.


Rasio ini menekankan pada peranan pendanaan utang bagi perusahaan dengan

menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang.

Rasio ini juga menginformasikan tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi

kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga

kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada

kreditor (Darsono, 2005:54).

Dari hasil pengukuran, apabila nilai rasio tinggi, artinya utang yang digunakan

sebagai pendanaan semakin besar sehingga berdampak terjadi kesulitan bagi

perusahaan untuk memperoleh dana pinjaman dikarenkan kekhawatiran dan

ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi utang dengan aktiva yang dimiliki.

Menurut Hery (2015) Debt to Asset Ratio (DAR) ini dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Total Hutang
Debt to Asset Ratio = ×100%
Total Aset

3. Equity to Assets Ratio (EAR)

Equity to Asset Ratio (EAR) merupakan variabel yang didefinisikan sebagai

proporsi dana dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari ekuitas atau

pemegang saham.

Pengukuran variabel EAR dikembangkan berdasarkan pernyataan Brigham,

Eugene dan Joel F. Houston (2001:5) bahwa struktur modal adalah bauran dari utang,

saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas

dibagi dengan jumlah aktiva. Menurut Hery (2015) Equity to Asset Ratio (EAR) ini

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Ekuitas
Equity to Asset Ratio = ×100%
Total Aset
4. Long term Debt to Asset Ratio (LDAR)

Rasio utang jangka panjang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap aset perusahaan.

Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang jangka panjang dengan total

aktiva. Menurut Wisnala dan Purbawangsa (2014) Long Debt To Asset Ratio (LDAR)

ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Hutang Jangka Panjang


LDAR = x 100%
Total Asset

2.1.2 Perusahaan Keluarga

Menurut Villalonga dan Amit (2006), perusahaan keluarga adalah perusahaan

yang pendirinya atau anggota keluarganya seorang pegawai, direktur, atau pemilik

minimal 5% dari ekuitas perusahaan, baik secara individu atau kelompok. Menurut Ali

et al (2007), perusahaan keluarga adalah sebuah perusahaan yang dimana pendiri atau

keturunan keluarga pendiri memegang jabatan sebagai manajemen puncak, dewan

direksi, atau pemegang saham terbesar. Sedangkan menurut Saito (2008), perusahaan

keluarga merupakan perusahaan yang dimana keluarga pendiri memiliki pengaruh

terhadap kebijakan perusahaan, strategi perusahaan, masalah personil, dan sebagainya,

melalui kepemilikan dan partisipasi di dalam manajemen. Sebuah perusahaan dapat

dikatakan sebagai sebuah perusahaan keluarga jika keluarga pendiri menjadi

pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut. Selain itu pada umumnya jabatan

presiden atau CEO perusahaan merupakan pendiri atau keturunannya

Perusahaan keluarga di Indonesia telah banyak bergerak di berbagai sektor.

Menurut survei yang dilakukan oleh PwC Indonesia pada tahun 2019 tentang bisnis

keluarga menunjukkan bahwa sekitar 70% sudah sangat terlibat di dalam perusahaan

keluarga 48% sudah memiliki operasi internal yang penting untuk dijalankan.
Menurut Martinez, Stohr, dan Quiroga (2007), terdapat beberapa kriteria sebuah

perusahaan dapat disebut sebagai perusahaan keluarga, yaitu:

1. Perusahaan yang kepemilikannya dikontrol oleh sebuah keluarga, di mana

anggota keluarga berpartisipasi sebagai anggota dewan direksi dan / atau

manajemen puncak.

2. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok bisnis tertentu dan kelompok

ini terkait secara jelas dengan keluarga bisnis.Perusahaan yang termasuk

dalam kelompok bisnis tertentu dan kelompok ini terkait secara jelas

dengan pengusaha atau pebisnis yang tidak memiliki keturunan langsung,

namun telah menunjuk penerus keluarganya melalui keturunannya yang

tidak langsung (yaitu, saudara kandung, sepupu, keponakan, keponakan,

atau orang lain).

3. Melakukan kontrol terhadap perusahaan dengan menunjuk mayoritas

anggota dewan direksi. Mayoritas ini dapat diperoleh melalui kepemilikan

mayoritas (lebih dari 50% kepemilikan) atau pengaruh terhadap pemegang

saham lainnya, karena pengetahuan keluarga tentang bisnis, tradisi,

kepercayaan atau kepercayaan, persahabatan, dan sebagainya.

2.1 Gambaran Perusahaan Keluarga di BEI

Pada awalnya perusahaan keluarga di artikan sebagai sebuah perusahaan yang

dibangun, dimiliki, serta dikelola oleh pendiri maupun keluarga pendiri. Namun

persepsi tersebut berubah sejak perusahaan keluarga mulai masuk dan terdaftar pada

pasar saham suatu negara. Di Indonesia, perusahaan keluarga yang pertama terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah perusahaan milik keluarga Budiman yaitu Century

Textile Industry Tbk (CNTX) pada tanggal 22 Mei 1979. Kemudian beberapa

perusahaan keluarga yang bergerak di berbagai sektor industri ikut masuk dan terdaftar

pada BEI. Hingga tahun 2016, jumlah perusahaan keluarga yang terdaftar di BEI

adalah 122 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak diberbagai sektor

industri .
2.1.3 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang diinvestasikan di dalamnya.

Pengembalian atas investasi modal merupakan indikator penting atas kekuatan

Perusahaan dalam jangka panjang (Subramanyam dan Wild, 2010). Perusahaan

melakukan evaluasi kinerja di setiap akhir periode akuntansi. Kinerja keuangan yang

meningkat dari periode ke periode menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki

prospek masa depan yang baik.

Nainggolan (2004) dalam Christiani (2010) menyatakan bahwa kinerja

keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek penilaian yang fundamental

mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis

terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan, antara lain: rasio likuiditas, rasio leverage,

rasio aktivitas dan rasio profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode

tertentu.

2.1.3.1 Analisis Laporan Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan

keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keuangan

merupakan alat yang dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan,

operasi dan hasil usaha perusahaan.

Menurut Mahmud dan Halim, (2003:75) ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut:

1. Rasio Likuiditas, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya pada saat ditagih.

2. Rasio Aktivitas, mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan

melihat tingkat aktivitas aset.

3. Rasio Solvabilitas, mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.


4. Rasio Profitabilitas, mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan

laba (profitabilitas).

5. Rasio Pasar, mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai

pasar.

Rasio keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan

perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih

dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung

prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis

tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan yang satu dengan

komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio

antara komponen- komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks

manajemen keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis

rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan

perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada tahun ini

dengan tahun yang lainnya.

Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat macam

kategori, yaitu (Hanafi, 2003: 77-88) :

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan

melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam

hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Biasanya rasio yang digunakan

adalah current ratio, cash ratio, dan net working capital to total asset ratio.

2. Rasio Leverage (Solvabilitas)

Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable

adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.

Rasio Leverage yang bisanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total

debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, long term debt to
equity ratio, dan lain-lain.

3. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat beberapa aset kemudian menentukan beberapa tingkat

aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang

rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya

dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Beberapa rasio yang

digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn over ratio,

inventory turn over ratio, dan sebagainya.

4. Rasio Keuntungan (Profitabilitas)

Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan suatu perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan

modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering

digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total equity

(ROE), dan sebagainya (Sadarachman dalam Hanafi, 1995:262).

2.1.3.2 Manfaat Laporan Keuangan

Menurut Harmanto dan Raharjo (2005) melalui laporan keuangan dapat diperoleh

informasi-informasi yang penting untuk suatu perusahaan, yaitu :

a. Informasi tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal

perusahaan.

b. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, harta atau kekayaan bersih yang

timbul dalam aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh laba.

c. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar

untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan pada

perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban

yang disebabkan oleh aktivitas pembelanjaan dan investasi.

e. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan keuangan

seperti kebijakan akuntansi yang diterapkan di perusahaan.


2.1.3.3 Return on Equity (ROE)

Return on equity (ROE) atau sering disebut juga dengan return on common

equity, yang dalam bahasa Indonesia istilah ini sering juga disebut sebagai rentabilitas

modal sendiri. Menurut Sartono (2008) bahwa Return on Equity (ROE) merupakan

pengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi para

pemegang saham perusahaan. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan

ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang dapat dialokasikan

kepada pemegang saham. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim

residual atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan

pertama akan dipakai untuk membayar utang bunga, kemudian saham preferen, dan

kemudian (jika masih terdapat sisa) diberikan kepada pemegang saham biasa.

Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Teori menunjukkan bahwa kenaikan

return on equity (ROE) berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan yang

bersangkutan. Kenaikan tersebut kemudian akan menaikkan harga saham sehingga

return saham yang diperoleh investor perusahaan akan semakin besar pula begitu juga

sebaliknya. Return on equity (ROE) dianggap sebagai suatu ukuran efisiensi

pengelolaan investasi pemegang saham, jika rasio ini meningkat manajemen cenderung

dipandang lebih efisien dari segi sudut pandang pemegang saham.

Return on equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang

tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya tingkat

pengembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.

Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang

makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Menurut Hery (2015) rasio Return

on Equity (ROE) ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak


Return on Equity = ×100%
Total Ekuitas
2.2 Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu untuk menganalisis pengaruh struktur modal

terhadap kinerja perusahaan. Penelitian-penelitian mengenai pengaruh antara variabel-

variabel tersebut masih menunjukkan hasil yang beragam dalam hasil penelitian, objek

penelitian, bahkan alat analisis yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratheepkanth (2011) yang menggunakan objek

30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Colombo, Sri Lanka. Dalam penelitiannya,

struktur modal diuji dengan rasio gross profit, net profit, ROI, ROE dan ROA. Secara

keseluruhan, dari hasil penelitian tersebut, Pratheepkanth menyatakan bahwa struktur

modal memengaruhi secara negatif kinerja perusahaan di Sri Lanka.

Mumtaz dkk (2013) melakukan penelitian pada 83 perusahaan yang diseleksi

dari indeks KSE 100 Pakistan. Dalam penelitian tersebut, Mumtaz dkk (2013) menguji

pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan dengan variabel earning per

share, earning ratio, operating profit margin, return on asset dan return on equity.

Mumtaz dkk menggunakan uji data statistik dan menyimpulkan bahwa kinerja

keuangan secara signifikan dipengaruhi oleh struktur modal. Struktur modal ini dinilai

secara negatif berkaitan dengan nilai pasar dan juga memunculkan risiko terkait

kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal.

Pouraghajan dkk (2012) meneliti 80 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa

Efek Tehran untuk menilai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan

menggunakan return on asset dan return on equity sebagai alat uji. Hasil penelitian

mereka menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara rasio utang

dan kinerja keuangan perusahaan dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara

asset turnover, firm size, asset tangibility ratio, dan growth opportunities terhadap

pengukuran kinerja keuangan. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa dengan

mengurangi rasio utang, manajemen perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas

perusahaan.
Yogantara & Wijaya (2010) mencoba menganalisis pengaruh struktur modal

terhadap kinerja keuangan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menguji hubungan antara struktur modal dan kinerja keuangan badan usaha yang

termasuk dalam industri perbankan dari 2004 sampai dengan 2008 di BEI. Control

variable berupa kepemilikan institusional, ukuran, risiko, kekuatan pasar, dan struktur

organisasi disertakan untuk menguji pengaruh struktur modal terhadap kinerja

keuangan. Control variable berupa harga rata-rata pasar input, harga rata-rata pasar

output, ukuran, risiko, dan kekuatan pasar disertakan untuk menguji pengaruh kinerja

keuangan terhadap struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan struktur modal dan

bentuk kuadratnya, kepemilikan institusional, ukuran, risiko, kekuatan pasar, dan

struktur organisasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

badan usaha yang termasuk dalam industri perbankan dari 2004 sampai dengan 2008 di

BEI. Hasil penelitian juga menunjukan struktur modal dan bentuk kuadratnya, harga

rata-rata pasar input, harga rata-rata pasar output, ukuran, risiko, dan kekuatan pasar

secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan badan usaha

yang termasuk dalam industri perbankan dari 2004 sampai dengan 2008 di BEI.

Dian (2006) juga meneliti mengenai struktur modal dengan menggunakan.

Salah satu kinerja keuangan yaitu Return on Equity (ROE). Hasilnya menunjukkan

bahwa struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on Equity

(ROE).

Imam (2006) meneliti tentang pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas.

Profitabilitas juga diukur dengan ROE, namun struktur modal ditelaah dengan variabel

DAR, DER, dan LDAR. Hasilnya menunjukkan bahwa DAR, DER, dan LDAR

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE dan variabel LDAR secara parsial

paling dominan mempengaruhi variabel ROE.

Stein (2012), dalam penelitiannya yang menguji pengaruh struktur modal yang

diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap profitabilitas yang diukur dengan
Return on Equity (ROE). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa DER berpengaruh

signifikan negatif terhadap ROE pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang

terdaftar di BEI periode 2006-2010.

Dalam penelitian Binangkit (2014) variabel struktur modal DER dan DAR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasio profitabilitas ROA, sedangkat

variabel struktur modal EAR, memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan.

Pada penelitian Budiarti (2009), terjadi kenaikan rata-rata semua variabel bebas

Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Equity to Asset Ratio (EAR),

Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) sebelum dan sesudah merger. Terdapat

pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return On Equity (ROE) sebelum

merger. Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return On Equity

(ROE) sesudah merger. Terdapat pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap Return

On Equity (ROE) sebelum merger. Tidak terdapat pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR)

terhadap Return On Equity (ROE) sesudah merger. Tidak terdapat pengaruh Equity to

Asset Ratio (EAR) terhadap Return On Equity (ROE) sebelum merger. Tidak terdapat

pengaruh Equity to Asset Ratio (EAR) terhadap Return On Equity (ROE) sesudah

merger. Tidak terdapat pengaruh Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap

Return On Equity (ROE) sebelum merger. Terdapat pengaruh Longterm Debt to Equity

Ratio (LDER) terhadap Return On Equity (ROE) sesudah merger. Terdapat pengaruh

secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat sebelum dan sesudah merger.

Hasil penelitian dari Tama (2010) menunjukkan kondisi Financial Leverage,

dan Struktur Modal yang fluktuatif. Secara parsial Time Interest Earned Ratio (TIER)

berpengaruh secara signifikan terhadap ROE, sedangkan Debt To Equity Ratio (DER),

Long Term Debt To Equity Ratio (LDER) dan Equity To Asset Ratio (EAR) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Kemudian dari penelitian ini didapatkan

hasil secara simultan Debt To Equity Ratio (DER), Time Interest Earned Ratio (TIER),

Long Term Debt To Equity Ratio (LDER) dan Equity To Asset Ratio (EAR)

berpengaruh secara signifikan terhadap ROE.


Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Teknik Analisis Hasil Penelitian


Data
1 Bagas Binangkit Pengaruh Struktur Analisis Regresi Variabel DER dan DAR
(2014) Modal terhadap jalur berpengaruh positif dan
Kinerja Perusahaan dan (path analysis) signifikan terhadap kinerja
Harga Saham Pada perusahaan, sedangkan variabel
Perusahaan Manufaktur EAR berpengaruh negatif
di BEI namun tidak signifikan terhadap
kinerja perusahaan.

2 Mumtaz dkk Capital Structure Analisis regresi Kinerja keuangan secara


(2013) and Financial signifikan dipengaruhi oleh
Performance: struktur modal.
Evidence from Struktur modal ini dinilai
Pakistan secara negatif berkaitan
(KSE 100 Index) dengan nilai pasar dan juga
memunculkan risiko terkait
kebijakan yang berkaitan
dengan struktur modal

3 Edith Theresa Pengaruh Struktur Analisis regresi Variabel struktur modal (DER)
Stein (2012) linier sederhana berpengaruh negatif dan
Modal (Debt to
signifikan terhadap ROE.
Equity Ratio)
Terhadap
Profitabilitas
(Return on Equity)
4 Pouraghajan dkk The Relationship Analisis Korelasi Ada hubungan negatif yang
(2012) between Capital Pearson dan signifikan antara rasio utang
Structure and Firm estimasi model dan kinerja keuangan
Performance regresi berganda perusahaan dan terdapat
Evaluation hubungan positif yang
Measures:Evidence signifikan antara asset
from the Tehran turnover,
Stock firm size, asset tangibility ratio,
Exchange dan growth opportunities
terhadap pengukuran kinerja
keuangan.
5 Puwanenthiren Capital Structure and Analisis korelasi, Struktur modal berpengaruh
Pratheepkanth Financial Analisis secara negatif terhadap kinerja
(2011) Performance: regresi keuangan.
Evidence From
Selected Business
Companies
In Colombo Stock
Exchange Sri
Lanka.
6 Galuh Yudha Adhi Pengaruh Financial Variabel TIER berpengaruh
Tama (2010) Leverage, dan signifikan terhadap ROE.
Struktur Modal Sedangkan variabel DER, EAR
terhadap Return on dan LDER tidak berpengaruh
Equity pada signifikan terhadap ROE.
Perusahaan Food and
Beverages yang Go
Public di BEI (periode
Pengamatan
Tahun 2006-2009)
7 Yogantara & Hubungan Struktur Uji Struktur modal dan bentuk
Wijaya (2010) Modal dan Kinerja Multikolinearitas kuadratnya, kepemilikan
Keuangan institusional, ukuran, risiko,
kekuatan pasar, dan struktur
organisasi secara serempak
berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja keuangan.
8 Desi Eko Budiarti Pengaruh Struktur Terdapat pengaruh dari variabel
(2009) Modal (DER, DAR, struktur modal DER dan DAR
EAR, LDER) terhadap ROE perusahaan pada
Terhadap saat sebelum dan sesudah
Profitabilitas merger. Variabel EAR tidak
Sebelum dan Sesudah berpengaruh terhadap ROE
Merger Pada perusahaan sebelum dan
Perusahaan yang sesudah merger. Variabel LDER
Listing di Bursa Efek tidak berpengaruh pada ROE
Indonesia Periode perusahaan sebelum merger
2001-2006 tetapi memiliku pengaruh pada
saat sesudah merger.
9 Dian Anggraeni Pengaruh Struktur Struktur modal memiliki
(2006) Modal Terhadap pengaruh yang signifikan
Return on Equity terhadap Return on Equity
(ROE) pada (ROE).
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada Tahun
2004
10 Imam Purhadi Pengaruh Struktur Analisis model DAR, DER, dan LDAR
(2006) Modal Terhadap Regresi memiliki pengaruh yang
Profitabilitas Berganda signifikan terhadap ROE dan
Perusahaan Barang variabel LDAR secara parsial
Konsumsi Terbuka di paling dominan mempengaruhi
Bursa variabel ROE.
Efek Jakarta
Sumber: Peneliti terdahulu, olahan penulis 2020
2.3 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari perumusan masalah. Dari

masalah diatas, maka dapat dibuat suatu hipotesis atau dugaan sementara yang

mendukung pemecahan masalah tersebut.

2.3.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Equity (ROE)

Menurut Siregar (2012) Debt to Equity Ratio (DER) memperlihatkan proporsi

antara utang yang dimiliki terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan .Debt

to Equity Ratio (DER) merupakan rasio atau perbandingan antara modal sendiri dan

modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Debt to equity ratio (DER)

yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal yang berasal dari utang

semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Stein (2012), dalam

penelitiannya yang menguji pengaruh struktur modal yang diukur dengan Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity

(ROE). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa DER berpengaruh signifikan negatif

terhadap ROE pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI

periode 2006-2010.

H1: Variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan dengan variabel Return on Equity (ROE).

2.3.2 Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap Return on Equity (ROE)

Debt to Asset Ratio merupakan salah satu rasio pengaruh yang menunjukkan

seberapa besar pembiayaan perusahaan dibiayai oleh utang. Debt to Asset Ratio (DAR)

memperlihatkan proporsi antara utang yang dimiliki dengan seluruh kekayaan (aktiva)

yang dimiliki (Siregar, 2012). Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu rasio yang mengukur

perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari

kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Dalam penelitian Binangkit
(2014) variabel struktur modal DER dan DAR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap rasio profitabilitas ROA pada Perusahaan Manufaktur di BEI.

H2: Variabel Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan dengan variabel Return on Equity (ROE).

2.3.3 Pengaruh Equity to Asset Ratio (EAR) terhadap Return on Equity (ROE)

Equity to Asset Ratio (EAR) merupakan variabel yang didefinisikan sebagai

proporsi dana dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari ekuitas atau

pemegang saham. Dalam penelitian Galuh Yudha Adhi Tama (2010) variabel DER,

EAR dan LDER tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE pada Perusahaan Food

and Beverages yang Go Public di BEI (periode Pengamatan Tahun 2006-2009)

H3: Variabel Equity to Asset Ratio (EAR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan dengan variabel Return on Equity (ROE).

2.3.4 Pengaruh Equity to Asset Ratio (EAR) terhadap Return on Equity (ROE)

Long term Debt to Asset Ratio (LDAR) ratio ini membandingkan hutang jangka

panjang perusahaan (long term debt) dengan total aktiva (total asset). Ratio yang

menggambarkan berapa proporsi hutang jangka panjang yang digunakan perusahaan

untuk membiayai aktivanya untuk menunjukkan investasi–investasi aktiva atau aset

perusahaan Joni dan Lina (2010). Rasio utang jangka panjang terhadap aset

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka

panjang terhadap aset perusahaan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total

utang jangka panjang dengan total aktiva. Imam (2006) meneliti tentang pengaruh

struktur modal terhadap profitabilitas. Profitabilitas juga diukur dengan ROE, namun

struktur modal ditelaah dengan variabel DAR, DER, dan LDAR. Hasilnya

menunjukkan bahwa DAR, DER, dan LDAR memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ROE dan variabel LDAR secara parsial paling dominan mempengaruhi

variabel ROE pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.


H4: Variabel Long term Debt to Asset Ratio (LDAR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan variabel Return on Equity

(ROE).

2.4 Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka

penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

STRUKTUR MODAL

DER
( X1) KINERJA KEUANGAN

DAR
(X2)
ROE
(Y)
EAR
(X3)

LDAR
( X4)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian merupakan framework dari suatu penelitian ilmiah

(Efferin dkk 2008:48). Menurut Sekaran dan Bowgie menyatakan bahwa rancangan

penelitian terdiri dari tujuan penelitian, jenis investigasi, intervensi peneliti, study

setting, dan unit analisis.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang ada untuk mengetahui

hubungan antara struktur modal dengan kinerja keuangan perusahaan. Peneliti ingin

lebih lanjut melihat pengaruh dari struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan

keluarga yang terdaftar di BEI. Intervensi peneliti dalam penelitian ini rendah. Sumber

data yang digunakan seluruhnya merupakan sumber data sekunder, dengan jenis data

adalah data berupa laporan keuangan perusahaan- perusahaan yang diteliti. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan aplikasi STATA sebagai program untuk

menganalisis data.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis

deskriptif diguakan untuk menjelaskan variabel – variabel yang diteliti, serta perilaku

variabel – variabel yang diteliti berdasarkan data stastistik yang ada. Pendekatan

deskriptif menurut Prasetyo dan Jannah, dikembangakan dengan cara berpikir deduktif

yang menunjukkan bahwa pemikiran dalam penelitian ini didasarkan pada pola yang

umum atau universal kemudian mengarah kepada pola yang lebih spesifik. Sedangkan

analisis verifikatif, digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji

statistik. Penelitian ini didasarkan pada teori struktur modal dan kinerja keuangan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk dalam penelitian cross –

sectional (penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu) dan time series

(penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan tipe informasi yang sama

mengenai perubahan gejala dari data dalam waktu yang berbeda). Penelitian ini

menggunakan data laporan keuangan perusahaan keluarga yang terdaftar di BEI tahun

2014-2019

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder, data diperoleh melalui data

laporan keuangan perusahaan – perusahaan yang diteliti. Jenis data yang digunakan

yaitu data dokumenter. Data dokumenter dapat berupa bukti, catatan atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip perusahaan yang dipublikasikan dan yang

tidak dipublikasikan.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Prasetyo dan Jannah populasi merupakan keseluruhan gejala atau

satuan yang ingin diteliti sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang

ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan keluarga yang telah go

public dan juga terdaftar di BEI dan mengacu pada periode waktu yang digunakan

oleh peneliti.

Dalam penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan teknik non probability

sampling, yaitu purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008:218) purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan,

sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang

diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif

adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan

pada banyak sampel sumber data.


Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2008:219) mengemukakan bahwa

penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan pada perhitungan

statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang

maksimum.

Berdasarkan teknik purposive sampling, peneliti menentukan beberapa kriteria

yang digunakan dalam memilih sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Kriteria – kriteria tersebut antara lain, sebagai berikut:

1. Perusahaan keluarga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-

2019. Perusahaan keluarga yang dimaksud adalah perusahan yang dimiliki

dan/atau dikelola oleh sejumlah orang yang masih memiliki hubungan keluarga

atau dapat dikatakan keturunan dari pendiri perusahaan tersebut.

2. Menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2014- 2019.

3. Menyediakan data secara kontinyu pada tahun 2014- 2019 yang sesuai dengan

kebutuhan analisis.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter berupa

informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Data tersebut

merupakan data yang diterbitkan oleh perusahaan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder, yaitu sumber yang secara tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2008).

Sumber data penelitian ini diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia di

www.idx.co.id dan juga diperoleh dari website perusahaan sampel sendiri.


3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode

antara lain sebagai berikut.

1. Mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan

2. Pengumpulan data yang digunakan sebagai landasan teori, penelitian

terdahulu, serta metode penelitian diperoleh dari dokumen-dokumen, jurnal,

buku, artikel – artikel atau buletin, internet serta sumber data tertulis lainnya

yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Mencari website perusahaan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

a) Melihat alamat website perusahaan yang tercantum dalam Bursa Efek

Indonesia.

b) Website perusahaan yang tidak tercantum dalam halaman di bursa efek

Indonesia, peneliti menggunakan search engine yang umum digunakan

seperti Google, Bing dan Yahoo.

c) Website perusahaan diakses untuk keperluan pengumpulan data.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Sugiyono (2009:58) menyatakan bahwa variabel penelitian merupakan segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudia ditarik kesimpulannya.

Dalam pedoman penulisan skripsi menurut Harlasgunawan dkk menyatakan

bahwa:

Definisi variabel merupakan pendefinisian dari variabel yang ditetapkan

dalam penelitian. Pendefinisian variabel mengikuti defenisi yang telah ditetapkan

dalam literatur yang dirujuk atau bila tidak tersirat secara jelas definisinya, maka

peneliti dapat menjelaskan dengan pemahaman sendiri akan tetapi merujuk pada teori

yang telah dipahaminya (Harlasgunawan, dkk, 2005: 22).


Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel

bebas.

1. Variabel Bebas atau Independent Variable (X)

Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang menjadi

perhatian utama dari peneliti (Sekaran dan Bougie, 2009:69). Variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal yang

diukur dengan debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR),

equity to asset ratio (EAR) dan Long term Debt to Asset Ratio (LDAR).

2. Variabel Terikat atau Variable Dependent (Y)

Variabel terikat atau variable dependent adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2009:59). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini yaitu profitabilitas perusahaan

yang diukur dengan Return on Equity pada perusahaan keluarga yang

terdaftar di BEI tahun 2014-2019.. Profitabilitas merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba, dan Return on Equity (ROE)

digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat efisiensi dari

modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menunjukkan berapa laba bersih

bila diukur dari modal pemilik perusahaan.

3.6.2 Definisi Operasional

3.6.2.1 Variabel Bebas atau Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur

modal dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER), debt to asset

ratio (DAR), equity to asset ratio (EAR) dan Long term Debt to Asset Ratio (LDAR).
3.6.2.1.1 Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Siregar (2012) Debt to Equity Ratio (DER) memperlihatkan proporsi

antara utang yang dimiliki terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut Hery (2015) Debt to Equity Ratio (DER) ini dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Total Hutang
Debt to Equity Ratio = ×100%
Total Ekuitas

3.6.2.1.2 Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio merupakan salah satu rasio pengaruh yang menunjukkan

seberapa besar pembiayaan perusahaan dibiayai oleh utang. Debt to Asset Ratio

(DAR) memperlihatkan proporsi antara utang yang dimiliki dengan seluruh kekayaan

(aktiva) yang dimiliki (Siregar, 2012). Menurut Hery (2015) Debt to Asset Ratio

(DAR) ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Hutang
Debt to Asset Ratio = ×100%
Total Aset

3.6.2.1.3 Equity to Asset Ratio (EAR)

Equity to Asset Ratio (EAR) merupakan variabel yang didefinisikan

sebagai proporsi dana dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari

ekuitas atau pemegang

Pengukuran variabel EAR dikembangkan berdasarkan pernyataan

Brigham, Eugene dan Joel F. Houston (2001:5) bahwa struktur modal adalah

bauran dari utang, saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variabel

EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva.


Menurut Hery (2015) Equity to Asset Ratio (EAR) ini dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Total Ekuitas
Equity to Asset Ratio = ×100%
Total Aset

3.6.2.1.3 Long term Debt to Asset Ratio (LDAR)

Rasio utang jangka panjang terhadap aset merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap

aset perusahaan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang jangka

panjang dengan total aktiva. Menurut Wisnala dan Purbawangsa (2014) Long

Debt To Asset Ratio (LDAR) ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Hutang Jangka Panjang


LDAR = x 100%
Total Asset

3.6.2.2 Variabel Terikat atau Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan

yaitu profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur

dengan Return on Equity (ROE).

3.6.2.2.1 Return on Equity (ROE)

Menurut Sartono (2008) bahwa Return on Equity (ROE) merupakan

pengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi

para pemegang saham perusahaan. Nilai Return on Equity (ROE) dalam

penelitian ini berasal dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan modal sendiri yang dimiliki emiten dalam satu tahun tertentu. Return

on Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba atas modalnya sendiri.


Menurut Hery (2015) Return on Equity (ROE) ini dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak


Return on Equity = ×100%
Total Ekuitas

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang diperlukan untuk penelitian terkumpul, langkah

selanjutnya yang dilakukan yaitu menganalisis data. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan analisis kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian kuantitatif ini menggunakan statistik (Dewi Teresia dan Hermi, 2016).

a. Pemilihan Model Analisis Data Panel

Sebelum melakukan uji asumsi klasik, terlebih dahulu dilakukan

pemilihan model yang akan digunakan dalam analisis data supaya

mendapatkan model terbaik. Pemilihan model tersebut bertujuan untuk

mengetahui jenis model regresi yang akan digunakan untuk menganalisis

data panel. Secara umum, ada 3 model data panel yang sering digunakan,

yaitu model regresi pooling, model fixed effect dan model random effect.

1) Estimasi Common Effect

Common effect merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk

mengestimasi data panel dengan hanya mengombinasikan data time-

series dan cross-section menggunakan model Ordinary Least Square

(OLS). OLS atau sering dikenal dengan pendekatan Pooled Least

Square adalah teknik paling sederhana dalam mengestimasi data

panel yang mengasumsikan intersep dan slope koefisien dianggap

konstan (tetap) baik antar waktu maupun antar individu.


2) Estimasi data panel dengan menggunakan model Fixed-Effect

Model fixed-effect adalah model yang mengasumsikan bahwa

individu ataupun perusahaan memiliki intersep yang berbeda antar

individu tetapi memiliki slope regresi yang sama atau tetap dari

waktu ke waktu.

3) Estimasi data panel dengan menggunakan model Random Effect

Model random effect merupakan model yang menggunakan residual

yang diperkirakan memiliki hubungan antarwaktu dan antarindividu

atau antarperusahaan. Model random effect mengasumsikan bahwa

setiap variabel mempunyai perbedaan intersep tetapi intersep tersebut

bersifat random atau stokastik.

b. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk mendapatkan model

regresi yang baik dan benar-benar memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak

bias dan konsisten. Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian

ini yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan uji

heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel bebas dan variabel terkat keduanya memiliki distribusi

normal atau tidak (Ghozali, 2011). Dasar penambilan keputusan yaitu

apabila probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan

merupakan variabel berdistribusi normal, dan apabila probabilitas

kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, dan itu merupakan variabel tidak

berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov (uji K-S) dengan menggunakan bantuan program statistic.


2) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu kondisi dimana terdapat

hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel

bebas (independent) dalam model regresi linier berganda (Ghozali,

2011). Biasanya multikolinieritas terjadi ketika sebagian besar variabel

yang digunakan saling berkaitan dalam satu model regresi. Terjadinya

multikolinieritas dapat dilihat pada nilai Variance Inflation Factor

(VIF). Apabila nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

3) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan penganggu pada

periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah

korelasi. Pengujian gejala autokorelasi dapat digunakan dengan

pengujian Durbin Watson, dengan pedoman :

a. Angka D-W dibawah 1,10 berarti ada autokorelasi

b. Angka D-W diantara 1,10 hingga 1,54 berarti tidak ada

kesimpulan

c. Angka D-W diantara 1,54 hingga 2,46 berarti tidak ada

autokorelasi

d. Angka D-W diantara 2,46 hingga 2,90 berarti tidak ada

kesimpulan

e. Angka D-W diatas 2,90 berarti ada autokorelasi


4) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti variasi (varians) variabel berbeda atau

tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas,

kesalahan tidak terjadi secara random (acak), tetapi menunjukkan

hubungan yang sistemastis sesuai dengan besarnya satu atau lebih

variabel bebas (Irianto, 2004). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas, dilakukan dengan uji Breusch Pagan/Cook

Weisberg. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, maka apabila

nilai Prob>chi2 > 0,05 dapat dikatakan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

c. Estimasi Regresi Data Panel

Pada dasarnya ketiga model estimasi data panel dapat dipilih sesuai

dengan keadaan penelitian, namun ada beberapa cara yang dapat digunakan

untuk menentukan teknik mana yang paling tepat dalam mengestimasi

parameter data panel. Menurut Widarjono (Purnomo dan E, M, Si, 2016),

ada tiga uji untuk memilih teknik estimasi data panel. Pertama, uji statistik

F (Chow) digunakan untuk memilih antara metode Commom Effect atau

metode Fixed Effect. Kedua, uji Hausman yang digunakan untuk memilih

antara metode Fixed Effect atau metode Random Effect.

1) Uji Chow

Uji ini digunakan untuk memilih model pada regresi data panel,

yaitu antara model efek tetap ( Fixed Effect Model ) dengan model

koefisien tetap (Common Effect). Hipotesis awal dari uji adalah Fixed

Effect Model sama bagusnya dengan Common Effect. Hipotesis dalam

uji chow adalah:


Ha : Fixed Effect

Ho : Common Effect

Dalam uji Chow, Ho dapat diterima apabila nilai p-value lebih

besar dari α (taraf signifikansi). Sebaliknya apabila nila p-value lebih

kecil dari α (taraf signifikansi), maka Ho bisa ditolak dan Ha diterima

yang berarti model yang lebih baik adalah Fixed Effect Model.

2) Uji Hausman

Uji ini digunakan salah satu untuk memilih model pada regresi

data panel, yaitu antara model Random Effect dengan model Fixed

Effect. Jika Ho diterima maka Random Effect Model lebih efisien,

sedangkan jika Ho ditolak maka Fixed Effect lebih sesuai daripada Fixed

Effect Model. Pengujian uji Hausman dilakukan dengan hipotesis

sebagai berikut:

Ha : Fixed Effect

Ho : Random Effect

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square

dengan derajat bebas sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel

independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai kritis

statistik chi-square, maka dapat disimpulkan model Random Effect lebih

tepat daripada model Fix Effect.

3) Uji Lagrange Multiplier (LM)

Uji ini digunakan untuk memilih model pada regresi data panel,

yaitu antara model Random Effect dengan model Common Effect. Jika

Ho diterima maka Common Effect lebih efisien, sedangkan jika Ho

ditolak maka Common Effect lebih sesuai. Uji LM dilakukan dengan

hipotesis sebagai berikut:


Ho : Common Effect
Ha : Random Effect

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square

dengan derajat bebas sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel

independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai kritis

statistik chi-square, maka dapat disimpulkan model Random Effect lebih

tepat daripada model Common Effect.

d. Pengujian Hipotesis

1) Uji Parsial (t)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas secara individual dalam menjelaskan variabel

terikat. Dalam pengujian ini digunakan derajat keyakinan 95% atau α =

5%. Hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut:

H0 = β ≤ 0 tidak ada

pengaruh signifikan H1 = β >

0 ada pengaruh signifikan

Dari hipotesis diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak

Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima

2) Uji Simultan (F)

Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari

seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Dengan kata lain, uji F melihat pengaruh seluruh variabel bebas

terhadap variabel terikatnya. Hipotesis yang bisa dirumuskan sebagai

berikut:
Ho = β1 = β2 = β3 =

β4 = β5 = 0 Ha = β1

= β2 = β3 = β4 = β5

≠0

Dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05 dapat

ditarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:

Jika nilai Fhitung < Ftabel, maka Ho ditolak dan

Ha diterima Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho

diterima dan Ha ditolak

3) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar persentase variasi variabel bebas mempengaruhi

variasi variabel terikat. Nilai R2 berada pada kisaran nol sampai

satu. Nilai R2 mendekati nol dapat diartikan bahwa variasi variabel

bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas

(kecil). Jika R2 mendekati satu berarti variasi variabel bebas

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai