Dosen Pembimbing :
Fatimah, S.Kp.,M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Kom.
Ns. Suwarningsih,S.kep.,M.Kep.
Disusun oleh :
Kelompok 8
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Masalah Inkontinensia Urine Di
Srengseng Sawah Jakarta Selatan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kelompok 8
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
2.1 Definisi Inkontinensia Urine.....................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................4
2.4 Patofisiologi...............................................................................................5
2.5 Komplikasi................................................................................................5
2.6 Klasifikasi Inkontinensia Urine.................................................................5
2.7 Pathway.....................................................................................................8
2.8 Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine................................................9
2.8.1 Pengkajian..............................................................................................9
2.8.2 Pemeriksaan Fisik..................................................................................9
2.8.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................11
2.8.4 Intervensi Keperawatan.......................................................................12
BAB III..................................................................................................................19
TINJAUAN KASUS.............................................................................................19
3.1 Pengkajian...............................................................................................19
3.2 Analisa Data............................................................................................24
3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................26
3.4 Intervensi.................................................................................................27
3.5 Implementasi...........................................................................................35
3.6 Evaluasi...................................................................................................39
BAB VI..................................................................................................................43
PEMBAHASAN KASUS.....................................................................................43
ii
4.1 Pengkajian...............................................................................................43
4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................43
4.3 Intervensi.................................................................................................45
4.4 Implementasi...........................................................................................46
4.5 Evaluasi...................................................................................................47
BAB V....................................................................................................................49
PENUTUP.............................................................................................................49
5.1 Kesimpulan..............................................................................................49
5.2 Saran........................................................................................................49
Daftar Pustaka......................................................................................................50
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah inkontinensia adalah salah satu masalah yang meluas dan merugikan.
Penyakit ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat banyak keluarga
menempatkan manula tersebut di panti jompo untuk mendapatkan perawatan yang
layak. Biaya untuk perawatan di panti atau rumah sakit merupakan implikasi
ekonomis yang sangat bervariasi [ CITATION AAg10 \l 1033 ].
Inkontinensia urine tidak akan mengancam jiwa penderita tetapi berpengaruh pada
kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor gangguan psikologis dan faktor social.
Penderita merasa rendah diri karena selalu basah akibat urine yang keluar,
mungkin pada saat batuk, bersin, menganggkat barang berat dan menahan urine
dari kamar ke wc. Mengakibatkan terjadinya problematika kehidupan baik dari
segi medis, sosial, ekonomi, maupun psikologi di lingkungan dan
keluarga[ CITATION AAg10 \l 1033 ].
1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Diharapkan Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan
Inkontinensia Urine pada lansia.
2. Diharapkan Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada
lansia dengan inkontinensia urine.
3. Diharapkan Mahasiswa dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa
tentang penanganan pada lansia dengan gangguan inkontinensia urine.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai buang air kecil tak disengaja, atau
enuresis atau keluhan kebocoran urin yang tidak disengaja. Ini adalah hal yang
sangat umum yang mungkin memiliki dampak mendalam pada kualitas hidup
[ CITATION Nek16 \l 1033 ].
Kehilangan urin yang tidak disengaja terjadi pada lansia yang berusia 60 tahun ke
atas. Jenis inkontinensia urine yang umum pada lansia adalah stres inkontinensia
stres dan inkontinensia desakan. Inkontinensia stres adalah keluarnya urin yang
tidak disengaja selama aktivitas, atau saat bersin dan batuk. Desakan
inkontinensia, atau kandung kemih yang terlalu aktif yaitu Kondisi dimana
seseorang tidak dapat menahan kencing setelah timbul sensasi kencing.
Penyebabnya adalah overaktivitas detrusor [CITATION Wor17 \l 1033 ].
2.2 Etiologi
Menurut [ CITATION Gay11 \l 1033 ] etiologi umum yang terjadi pada pasien
incontinence adalah :
1. Gejala infeksi saluran kemih. Serangan bakteri memicu infeksi lokal yang
mengiritasi mukosa kandung kemih dan menyebabkan dorongan kuat untuk
buang air kecil. Kemudian mendesak pengeluaran urin, yang mungkin satu-
satunya tanda peringatan dari infeksi saluran kemih, juga dapat disertai
dengan frekuensi kencing, dan disuria.
3. Atrofi vaginitis. Atrofi atau peradangan pada vagina akibat penurunan yang
signifikan dari kadar estrogen; kurangnya estrogen dapat menyebabkan
3
penurunan kekuatan otot-otot dasar panggul. Atrofi mukosa vagina juga
menyebabkan ketidak nyamanan vagina, rasa terbakar, gatal, dan terkait
dispareunia.
5. Konsumsi kopi dan alkohol. Kopi menyebabkan kedua efek diuretik dan efek
iritasi independen, sehingga mengisi kandung kemih yang cepat dan keinginan
yang mendesak dan tidak sukarela untuk buang air kecil. Alkohol, ketika
dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar, juga dapat menumpulkan
kemampuan kognitif pasien untuk mengenali dorongan untuk buang air kecil,
sehingga inkontinensia.
1) Inkontinensia stres:
Air seni keluuar dari kanding kemih ketika terdapat tekanan seperti batuk,
bersin, tertawa, berolahraga, dan mengangkat sesuatu yang berat
2) Inkontinensia dorongan :
Urine dengan mendesak keluuar secara tiba-tiba
3) Retensi urine kronis/inkontinensia yang meluap :
Kandung kemih tidak dapat sepenuhnya dikosongkan, sehingga menyebabkan
urine bocor
4) Inkontinensia total :
4
Kandung kemih tidak dapat menyimpan urine sama sekali, sehingga anda
akan merasa ingin terus menerus buang air kecil
2.4 Patofisiologi
2.5 Komplikasi
Menurut [ CITATION Bla14 \l 1033 ] Komplikasi Inkontinensia Urine sebagai berikut
:
1) Masalah kulit
Ruam, infeksi kulit, dan luka dapat timbul dari kulit yang terus basah.
2) Infeksi saluran kemih.
Inkontinensia meningkatkan risiko infeksi saluran kemih berulang.
3) Infeksi uretra
4) Iritasi vagina
5
a) Inkontinensia urine tipe stress :
Tipe ini ditandai dengan adanya urin menetes dengan peningkatan tekanan
abdomen, adanya dorongan berkemih, dan sering miksi. Inkontinensia stress
terjadi disebabkan otot spingter uretra tidak dapat menahan keluarnya urin yang
disebabkan meningkatnya tekanan di abdomen secara tiba-tiba. Peningkatan
tekanan abdomen dapat terjadi sewaktu batuk, bersin, mengangkat benda yang
berat, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal yang lain yang meningkatkan
tekanan pada rongga perut.. Pengobatan dapat dilakukan dengan tanpa operasi
(misalnya dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun
dengan operasi.
Timbulnya pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, di mana
otot ini bereaksi secara berlebihan. Inkontinensia urin tipe urge dapat ditandai
dengan ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul
manifestasinya dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak (urge),
kencing berulang kali (frekuensi) dan kencing di malam hari (nokturia).
6
Pada keadaan ini urin mengalir keluar dengan akibat isinya yang sudah terlalu
banyak di dalam kandung kemih, pada umumnya akibat otot detrusor kandung
kemih yang lemah. Biasanya hal ini bisa dijumpai pada gangguan saraf akibat dari
penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, dan saluran kencing
yang tersumbut. Gejalanya berupa rasanya tidak puas setelah kencing (merasa
urin masih tersisa di dalam kandung kemih), urin yang keluar sedikit dan
pancarannya lemah.
Dapat terjadi akibat penurunan yang berat dari fungsi fisik dan kognitif sehingga
pasien tidak dapat mencapai ketoilet pada saat yang tepat. Hal ini terjadi pada
demensia berat, gangguan neurologic, gangguan mobilitas dan psikologik.
7
2.1 Sistoskopi (kantor atau
2.3 Manifestasi klinis 2.2 Konfirmasi tidak ada
ruang bedah) jika kecurigaan
konsisten dengan ISK dengan urinalisa
tinggi untuk patologi kandung
inkontinensia urine atau urine dipstik
kemih atau jika anamnesis
2.7 Pathway mengarah ke ganasan
9
Klien tampak lemas dan tanda-tanda vital terjadi peningkatan karena
respon dari terjadinya inkontinensia.
2. Pemeriksaan Sistem
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
d. B4 (Blodder)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
10
2.8.3 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan inkontinensia urine fungsional b.d kelemahan otot
panggul
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit; inkontinensia
urin
3. Gangguan pola tidur b.d rasa nyaman
4. Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan
akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urine
5. Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang
lama
6. Resiko kerusakan integritas kulit b.d irigasi konstan oleh urine
11
2.8.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan Inkontinensia
keperawatan diharapkan Urine
inkontinensia urine
klien dapat mengontrol pola 1) Identifikasi factor apa saja
fungsional b.d berkemih, kriteria hasil penyebab inkontinensia
sebagai berikut : pada pasien (misalnya
kelemahan otot
1) Mengenali keinginan urine output, pola
panggul berkemih, fungsi kognitif,
untuk berkemih
masalah perkemihan,
2) Menjaga pola residu pasca berkemih,
dan obat-obatan)
berkemih yang teratur
2) Jelaskan penyebab
3) Respon berkemih terjadinya inkontinensia
dna rasionalisasi setiap
sudah tepat waktu
tindakan yang dilakukan
4) Mengkonsumsi cairan 3) Monitor eliminasi urine,
meliputi frekuensi,
dalam jumlah yang
konsistensi, bau, volume
cukup dan warna urine
4) Bantu pasien untuk
memilih diapers atau
popok kain yang sesuai
untuk penanganan
sementara selama terapi
pengobatan sedang
dilakukan
5) Bersihkan kulit sekitar
area genitalia secara
teratur
6) Batasi intake cairan 2-3
jam sebelum tidur
7) Instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urine
output
8) Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 cc
air perhari
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Pengaturan Posisi
keperawatan diharapkan 1) Dorong latihan ROM
nyaman b.d gejala
klien merasa nyaman Aktif dan pasif
terkait penyakit; kriteria hasil sebagai 2) Minimalisir gesekan dan
berikut : cedera ketika
inkontinensia urin
1) Suplai dan peralatan memposisikan dan
membalikan tubuh pasien
yang dibutuhkan
12
berada dalam 3) Balikkan tubuh pasien
dengan gunakan teknik
jangkauan
gelindingkan dan gulung
2) Lingkungan yang rog roll technique
4) Jangan memposisikan
kondusif untuk tidur
pasien dengan penekanan
3) Kebersihan lingkungan pada luka
5) Kembangkan jadwal
4) Tempat tidur yang
tertulis terkait dengan
nyaman reposisi tubuh pasien
2. Terapi Relaksasi
1) Gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya, music,
meditasi, bernafas dengan
ritme, relaksasi rahang
dan relaksasi otot
progresif)
2) Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan
3) Dapatkan perilaku yang
menunjukkan terjadinya
relaksasi misalnya
bernafas dalam, menguap,
pernafasan perut, atau
bayangan yang
menenangkan
4) Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi
3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen lingkungan :
keperawatan diharapkan Kenyamanan
tidur b.d rasa
pola tidur kembali efektif 1) Tentukan tujuan pasien
nyaman kriteria hasil sebagai dan keluarga dalam
berikut : mengelola lingkungan dan
1) Kontrol terhadap kenyamanan yang optimal
2) Sediakan kamar terpisah
gejala
jika terdapat preferensi
2) Kesejahteraan fisik dan kebutuhan pasien
untuk mendapatkan
3) Posisi yang nyaman
ketenangan dan istirahat,
4) Relaksasi otot jika memungkinkan
13
3) Hindari gangguan yang
tidak perlu dan berikan
untuk waktu istirahat
4) Sediakan lingkungan yang
aman dan bersih
5) Sesuaikan suhu ruangan
yang paling menyamankan
individu, jika
memungkinkan
6) Sesuaikan pencahayaan
untuk memenuhi
kebutuhan kegiatan
individu, hindari cahaya
langsung pada mata
7) Monitor kulit terutama
daerah tonjolan tubuh
terhadap adanya tanda-
tanda tekanan atau iritasi
2.Terapi Musik
1) Definisikan perubahan
spesifik perilaku dan
fisiologi seperti yang
diinginkan (misalnya,
relaksasi, stimulasi,
konsentrasi dan
pengurangan nyeri)
2) Identifikasi music yang
disukai klien
3) Pilih music-musik
tertentu yang mewakili
music yang disukai klien
4) Bantu individu untuk
menentukan posisi yang
nyaman
5) Pastikan bahwa volume
music adekuat dan tidak
terlalu keras
6) Hindari menghidupkan
music dan dibiarkan
dalam waktu yang lama
4. Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan 1. Yakinkan apakah konseling
berhubungan keperawatan diharapkan dilakukan dan atau diversi
dengan keadaan tidak merasa malu urinaria, diskusikan pada saat
yang memalukan Kriteria Hasil : pertama.
akibat mengompol klien mau menceritakan 2. Dorong pasien/orang terdekat
14
di depan orang lain keluhannya untuk mengatakan perasaan.
atau takut bau urine Akui kenormalan perasaan
marah, depresi, dan
kedudukan karena kehilangan.
Diskusikan peningkatan dan
penurunan.
3. Perhatikan perilaku menarik
diri, peningkatan
ketergantungan, manipulasi
atau tidak terlibat pada asuhan.
4. Berikan kesempatan untuk
pasien/orang terdekat untuk
memandang dan menyentuh
stoma, gunakan kesempatan
untuk memberikan tanda
positif penyembuhan.
5. Berikan kesempatan pada
klien untuk merima keadaan
nya melalui pastisipasi dalam
perawatan diri
6. Pertahankan pendekatan
positif, selama aktivitas
keperawatan, menghindari
ekspersi menghina atau reaksi
mendadak. Jangan menerima
ekspersi kemarahan pasien
secara pribadi.
7. Rencakan/jadwalkan aktivitas
asuhan pada orang lain.
8. Diskusikan fungsi seksual dan
implan penis, bila ada dan
alternative cara pemuasan
15
seksual.
5. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan perawatan perineal
inkontinensia, keperawatan diharapkan dengan air sabun setiap shift.
imobilitas dalam tidak terjadi infeksi Jika pasien inkontinensia, cuci
waktu yang lama Kriteria hasil : darah perineal segera
1. Berkemih dengan mungkin.
urine jernih tanpa 2. Jika dipasang kateter
ketidaknyamanan indwelling, berikan perawatan
2. Urinalisi dalam batas kateter 2x sehari (merupakan
normal bagian dari waktu mandi pagi
3. Kultur urine dan pada waktu akan tidur)
menunjukkan tidak dan setelah buang air besar.
adanya bakteri 3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak langsung,
pemakaian sarung tangan,
Pertahankan tehnik asepsis
bila melakukan kateterisasi,
bila mengambil contoh urine
dari kateter indwelling.
4. Lakukan tindakan untuk
memilihara asam urine,
tingkatkan masukan saring
buah berry dan berikan obat-
obat, untuk meningkatkan
asam urine.
6. Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau penampilan kulit
integritas kulit b.d keperawatan diharapkan periostomal setiap 8jam.
irigasi konstan oleh kerusakan integritas kulit 2. Ganti wafer stomehesif setiap
urine tidak terjadi minggu atau bila bocor
Kriteria hasil : terdeteksi.
1. Jumlah bakteri
<100.000/ml
16
2. Kulit periostomal tetap
tubuh.
3. Suhu 37◦c.
4. Urine jernih dengan
sedimen minimal.
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Identitas :
Nama : Sunayah maderi S
Umur : 74 th
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Tratai rt 06/016 no 643 kel serengseh sawah kec jagakarsa
Agama : Islam
Ttl : jakarta, 12 april 1945
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Betawi
B. Keluhan utama :
Klien mengatakan sering kencing, menggunakan pampers karna sering tidak tertahan
ketika ingin kencing, dalam 1 hari dapat mengganti pampers 4-5 kali dengan kondisi
full. TD 150/80. N 56 x/ menit RR 18 x/menit S 36,0 oC. BB 36 kg TB 150 cm.
Terdapat bintik di bagian lumbal.
2 kali struk, struk pertama pada tahun 2009 di rahat di rs harapan kita selama 19
hari, 2 tanggal 1-2 oktober
18
E. Aktivitas sehari hari
1. Nutrisi
1 x minum herbal life di pagi hari , makan 2 kali 5-7 suap, nasi, kuas sayur
bening, ikan, ayam, tahu dan tempe.
2. Minum
1200 ml/ hari,2x/hari herbal life 250 ml, air putih 2x/hari 400 ml, 200 ml kuah
sayur
3. Eliminasi
a) BAB : 1x/hari, konsistensi keras, bau khas
b) BAK : 5x ganti pampers
Warna : kuning jernih
Bau : khas
F. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi : Keadaan kepala baik, tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, tidak ada
bekas luka
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), lesi (-), edeme (-)
2. Mata
Inspeksi : Simetris, Konjungtiva ananemis, Pupil 2 mm, Sklera bayak garis merah/
perlukaan, Mata mengalami katarak di kedua sisi
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), lesi (-), edeme (-)
3. Hidung
Inspeksi : Kondisi hidung bersih, simetris
4. Mulut
Kebersihan mulut : lidah kotor, gigi sudah tidak lengkap, langit langit bersih
19
5. Dada
a) Inspeksi : pergerakan dada baik, bentuk simetris, warna kulit baik,
penggunaan otot dada baik
b) Palpasi : rusuk sebelah kanan lebih tinggi, tidak ada pembesaran hepar
c) Perkusi : kiri : sonor , kanan : sonor
d) Auskultasi : , suara vasikuer ,jantung : lupdup, irama teratur
6. Abdomen
a) Inspeksi : tidk ada pemengkakan
b) Auskultasi : bising usus 7x/menit
c) Perkusi : sedikit kembungkembung
d) palpasi : tidak ada nyeri Abdomen
7. Integument
Terdapat bintik pada bagian lumbal
8. Ektremitas
Kaki lemas, tidak dapat memijak
Kekuatan otot
5555 5555
4444 4444
G. Penilaian kuantitatif
GCS : 15 e : 4 M :6 V: 5
I. Status mental
Keluarga klien mengatakan klien sering susah tidur dan berbicara sendiri
J. Fungsi psikologis
20
Gangguan tidur, suka ngomong sendiri jika malam, klien sudah sangat ingin untuk
sembuh agar dapat mengaji dan pergi kepasar
21
K. Genogram :
3.2 Analisa Data
No. Analisa data Masalah
1 Ds: Inkontinensia Urine
1) os mengatakan sering Fungsional
BAK.
2) keluarga os mengatakan
dalam satu hari dapat
mengganti pempers 4-5 x
dengan kondisi full.
3) Os mengatakan tidak
dapat mengontrol
keinginan untuk BAK.
Do:
1) Os tampak menggunakan
pempers.
2) Os tampak tidak nyaman
menggunakan pempers.
3) Ttv: Td:150/80
Nadi : 56x/Menit
Suhu: 36oc
Pernafasan : 18x/Menit
Bb : 36 Kg
Tb : 150cm
4) Warna urin : kuning jernih
25
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urine fungsional b.d kelemahan otot panggul
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit; inkontinensia urin
3. Gangguan pola tidur b.d rasa nyaman
3.3 Intervensi
No. kode Dx Kode NOC Kode NIC
1. 00020 Inkontinensia 0502 Setelah dilakukan tindakan 0610 1. Perawatan Inkontinensia Urine
Urine keperawatan selama 1 x 24 jam 1) Identifikasi factor apa saja
Fungsional b.d diharapkan kriteria hasil penyebab inkontinensia pada
kelemahan sebagai berikut : pasien (misalnya urine output,
struktur panggul 050201 5) Mengenali keinginan untuk pola berkemih, fungsi
kognitif, masalah
berkemih
050202 perkemihan, residu pasca
050203 6) Menjaga pola berkemih berkemih, dan obat-obatan)
050215 2) Jelaskan penyebab terjadinya
yang teratur
inkontinensia dna
7) Respon berkemih sudah rasionalisasi setiap tindakan
yang dilakukan
tepat waktu
3) Monitor eliminasi urine,
8) Mengkonsumsi cairan meliputi frekuensi,
konsistensi, bau, volume dan
dalam jumlah yang cukup
warna urine
4) Bantu pasien untuk memilih
diapers atau popok kain yang
sesuai untuk penanganan
sementara selama terapi
pengobatan sedang dilakukan
5) Bersihkan kulit sekitar area
genitalia secara teratur
6) Batasi intake cairan 2-3 jam
sebelum tidur
7) Instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencatat pola
dan jumlah urine output
8) Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 cc air
perhari
28
dapat mencatat inkontinensia
yang terjadi setiap harinya
untuk melihat
perkembangannya
2. 00183 Gangguan rasa 2009 Setelah dilakukan tindakan 0840 1. Pengaturan Posisi
nyaman b.d keperawatan selama 1 x 24 jam 1) Dorong latihan ROM Aktif
gejala terkait diharapkan kriteria hasil dan pasif
penyakit; sebagai berikut : 2) Minimalisir gesekan dan
inkontinensia 200901 5) Suplai dan peralatan yang cedera ketika memposisikan
urin dan membalikan tubuh
dibutuhkan berada dalam
200903 pasien
200906 jangkauan 3) Balikkan tubuh pasien
200912 dengan gunakan teknik
6) Lingkungan yang kondusif
gelindingkan dan gulung rog
untuk tidur roll technique
4) Jangan memposisikan pasien
7) Kebersihan lingkungan
dengan penekanan pada luka
8) Tempat tidur yang nyaman 5) Kembangkan jadwal tertulis
terkait dengan reposisi tubuh
pasien
29
relaksasi otot progresiv)
2) Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang
nyaman, jika memungkinkan
3) Dapatkan perilaku yang
menunjukkan terjadinya
relaksasi misalnya bernafas
dalam, menguap, pernafasan
perut, atau bayangan yang
menenangkan
4) Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang
terjadi
3. 00198 Gangguan pola 2010 Setelah dilakukan tindakan 6482 1. Manajemen lingkungan :
tidur b.d rasa keperawatan selama 1 x 24 jam Kenyamanan
nyaman diharapkan kriteria hasil 1) Tentukan tujuan pasien dan
sebagai berikut : keluarga dalam mengelola
201001 5) Kontrol terhadap gejala lingkungan dan kenyamanan
201002 yang optimal
6) Kesejahteraan fisik
201004 2) Sediakan kamar terpisah jika
201003 7) Posisi yang nyaman terdapat preferensi dan
kebutuhan pasien untuk
8) Relaksasi otot
mendapatkan ketenangan
dan istirahat, jika
memungkinkan
3) Hindari gangguan yang tidak
30
perlu dan berikan untuk
waktu istirahat
4) Sediakan lingkungan yang
aman dan bersih
5) Sesuaikan suhu ruangan
yang paling menyamankan
individu, jika
memungkinkan
6) Sesuaikan pencahayaan
untuk memenuhi kebutuhan
kegiatan individu, hindari
cahaya langsung pada mata
7) Monitor kulit terutama
daerah tonjolan tubuh
terhadap adanya tanda-tanda
tekanan atau iritasi
31
yang mewakili music yang
disukai klien
4) Bantu individu untuk
menentukan posisi yang
nyaman
5) Pastikan bahwa volume
music adekuat dan tidak
terlalu keras
6) Hindari menghidupkan
music dan dibiarkan dalam
waktu yang lama
3.4 Implementasi
No. Dx Tanggal / kode Implementasi Paraf
jam
1 Inkontinensia 30 Oktober 0610 1. Perawatan Inkontinensia Urine
urine fungsional 2019 1) Mengidentifikasi factor apa saja penyebab
b.d kelemahan inkontinensia pada pasien (misalnya urine output, pola
otot panggul berkemih, fungsi kognitif, masalah perkemihan, residu
pasca berkemih, dan obat-obatan)
2) Menjelaskan penyebab terjadinya inkontinensia dna
rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan
3) Memonitor eliminasi urine, meliputi frekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna urine
4) Membantu pasien untuk memilih diapers atau popok
kain yang sesuai untuk penanganan sementara selama
terapi pengobatan sedang dilakukan
32
5) Membersihkan kulit sekitar area genitalia secara teratur
6) Membatasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
7) Menginstruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urine output
8) Menginstruksikan pasien untuk minum minimal 1500
cc air perhari
2. Latihan Otot Pelvis
1) Memberikan umpan balik positif selama latihan
dilakukan
2) Mengajarkan pasien untuk memonitor keefektifan
latihan dengan mencoba menahan BAK 1 kali dalam
seminggu
3) Mengkombinasikan terapi biofeedback atau stimulasi
elektrik pada pasien sesuai kebutuhan untuk
mengidentifikasi kontraksi otot dan atau untuk
meningkatkan kekuatan kontraksi otot
4) Menyediakan informasi mengenai latihan otot pelvis
ini dalam bentuk tulisan mengenai langkah-langkah
pelaksanaannya
5) Menginstruksikan pasien untuk dapat mencatat
inkontinensia yang terjadi setiap harinya untuk
melihat perkembangannya
2 Gangguan rasa 30 Oktober 0840 1. Pengaturan Posisi
nyaman b.d gejala 2019 1) Mendorong latihan ROM Aktif dan pasif
terkait penyakit; 2) Meminimalisir gesekan dan cedera ketika
inkontinensia urin memposisikan dan membalikan tubuh pasien
3) Membalikkan tubuh pasien dengan gunakan teknik
gelindingkan dan gulung rog roll technique
33
4) Jangan memposisikan pasien dengan penekanan pada
luka
5) Mengembangkan jadwal tertulis terkait dengan reposisi
tubuh pasien
34
menyamankan individu, jika memungkinkan
6) Menyesuaikan pencahayaan untuk memenuhi
kebutuhan kegiatan individu, hindari cahaya langsung
pada mata
7) Memonitor kulit terutama daerah tonjolan tubuh
terhadap adanya tanda-tanda tekanan atau iritasi
3.5 Evaluasi
No. NO. DX Evaluasi Paraf
35
1. DX.1 S:
- Klien dan keluarga mengatakan mengerti penyebab dari inkontinensia
- Keluaga Klien ingin mencoba memberikan minum min 1500 cc/hari
O:
- Keluarga Klien sudah mengetahui diapers yang cocok
- Keluarga Klien sudah dapat melakukan genitalis hygine secara mandiri
2. DX.2 S:
- Keluarga Klien mengatakan mau mencoba cara mobilisasi dan ROM yang sudah di
ajarkan
- Keluarga Klien mengatakan akan rutin melatih ROM kepada Klien
- Keluarga Klien mengatakan akan lebih perhatian terhadap keluhan Klien
- Keluarga mengatakan akan mengganti lampu yang berada di ruangan Klien dengan
lampu yang menenangkan (biru)
- Keluarga mengatakan mengerti cara membuat Klien relaks dengan tarik nafas
dalam
O:
- Keluarga dapat mengulangi cara mobilisasi dan ROM yang sudah di ajarkan
- Keluarga tampak paham dan antusias untuk pengurangan gangguan rasa nyaman
36
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
3. DX.3 S:
- Keluarga Klien mengatakan akan mencoba merubah lingkungan tidur klien, mulai
dari pencahayaan, hingga lingkungan kamar yang membuat nyaman
- Keluarga menemukan cara untuk membantu tidur, dengan menyalahkan ayat ayat
suci al-quran/murotal
O:
- Keluarga Klien tampak antusias untuk mengurangi masalah tidur
- Klien mengatakan sangat senang karna sudah membantu mengurangi masalah
keseharian Klien
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
37
BAB VI
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Pengkajian
Ny. S umur 74 tahun mengatakan sering kencing dan menggunakan pampers
dikarenakan tidak bisa menahan keinginan untuk BAK. Dalam 1 hari dapat
mengganti pampers 4-5 kali dalam kondisi pampers full. Ny. S minum
sebanyak 900 ml (herballife dan air putih) dan kuah sayur 200 ml. Klien
mengatakan sudah tidak nyaman dengan tirah baring lama. Klien mengatakan
ingin melakukan kegiatannya seperti biasa (mengaji, kepasar). Keluarga Ny S
mengatakan bahwa Ny. S sulit tidur. Ketika dilakukan pemeriksaan TTV
didapatkan hasil TD: 150/80 mmHg, Nadi 56x/menit, RR 18x/ menit, Suhu
36oC. Klien pernah mengalami stroke pada tahun 2009 di rawat di RS Harapan
Kita dan berulang pada tanggal 1 Oktober 2019. Klien mengalami keluhan
sulit menahan keinginan untuk BAK setelah terjadi stroke ke 2. Keluarga klien
memiliki riwayat DM, hipertensi, dan jantung. Dari pemeriksaan fisik yang
kami lakukan didapati hasil mata terdapat katarak di kedua sisi, untuk
kebersihan mulut didapati lidah kotor, gigi sudah tidak lengkap. Pada
pemeriksaan dada didapati rusuk sebelah kanan lebih tinggi. abdomen : bising
usus 7x/menit, sedikit kembung, kekuatan otot: ekstremitas atas kanan 5555,
ektremitas atas kiri 5555, ekstremitas bawah kanan 4444, ekstremitas bawah
kiri 4444, kesadaran CM, status mental : keluarga Ny, S mengatakan Ny.S
sulit tidur dan berbicara sendiri.
Diagnosa gangguan rasa nyaman adalah suatu pola kesenangan, kelegaan, dan
kesempurnaan dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan atau sosial
yang dapat ditingkatkan. Berdasarkan dari pengkajian yang sudah dilakukan di
dapatkan data subjektif dan objektif yaitu permasalahan pada klien adalah
klien tidak nyaman dengan keadaaan yang sulit menahan berkemih,
pengunaan pempers di keseharian klien, klien tidak nyaman karna harus selalu
berbaring di kamar, sulit tidur dimalam hari, terdapat bintik merah di daerah
lumbal dengan tanda tanda vital yaitu TD 150/80 mmHg, Nadi
56x/menit,Suhu 36oC, RR 18x/menit.
Gangguan pola tidur adalah interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat
faktor eksternal. Berdasarkan dari pengkajian yang telah kami lakukan,
permasalahan pada klien adalah klien sulit tidur nyenyak, klien terganggu
44
dengan masalahan perkemihannya yang menyebabkan waktu tidur klien
berkurang, klien tampak lelah, dan lesu dengan hasil tanda tanda vital TD
150/80 mmHg, Nadi 56x/menit, Suhu 36oC, RR 18 x/menit.
Diagnosa tersebut tidak digunakan karena tidak terdapat tanda tanda infeksi.
Diagnosa ini di ambil jika terdapat beberapa gejala yaitu berkemih dengan
kekeruhan urin, terdapat ketidak nyamanan, urinalisis dalam batas abnormal,
kultur urin menunjukan adanya bakteri.
Diagnosa tersebut tidak digunakan karena tidak terdpat adanya tanda tanda
kerusakan integritas kulit. Diagnosa ini di ambil jika terdapat beberapa gejala
yaitu jumlah bakteri lebih dari 100.000 mL, terjadi kerusakan kulit dan
pertumbuhan kulit tidak baik, urin keruh dengen sedimen maksimal.
3. Isolasi sosial b.d kedaan yan memalukan akibat mengompol didepan orang
lain atau takut bau urin
Diagnosa tersebut tidak digunakan karena tidak terdapat adanya tanda tanda
isolasi sosial. Diagnosa ini diambil jika klien mulai menyendiri dan tidak mau
menceritakan masalahnya.
4.3 Intervensi
Intervensi yang kami rencanakan untuk diagnosa yang kami tegakkan adalah
45
Dilakukan intervensi perawatan inkontinensia urin untuk mengidentifikasi
faktor penyebab inkontinensia pada pasien, dapat memonitor eliminasi urin,
dan tetap mengonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup.
4.4 Implementasi
Tindakan yang di pilih dan sudah dilakukan
46
Tindakan keperawatan untuk mengtasi diagnosa ini adalah menentukan tujuan
pasien dan keluarga dalam mengelolah lingkungan, menyediakan kamar,
menghindari ganngguan, menyediakan lingkungan yang aman, menyesuaikan
pencahayaan, memonitor kulit, mendefinisikan perubahan spesifik perilaku,
mengidentifikasi musik, memilih musik-musik tertentu, membantu individu
untuk menentukan posisi, memastikan bahwa volume musik adekuat,
menghindari menghidupkan musik dan dibiarkan waktu yang lama.
4.5 Evaluasi
Evaluasi tindakan yang sudah di rencanakan dan di laksanakan
1. Inkontinensia urine fungsional b.d kelemahan otot panggul
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah suplai dan peralatan yang
dibutuhkan berada dalam jangkauan, lingkungan yang kondusif untuk tidur,
kebersihan lingkungan, tempat tidur yang nyaman. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diperoleh hasil subyektif : Keluarga Klien mengatakan mau
mencoba cara mobilisasi dan ROM yang sudah di ajarkan, Keluarga Klien
mengatakan akan rutin melatih ROM kepada Klien, Keluarga Klien
mengatakan akan lebih perhatian terhadap keluhan Klien, Keluarga
mengatakan akan mengganti lampu yang berada di ruangan Klien dengan
47
lampu yang menenangkan (biru), Keluarga mengatakan mengerti cara
membuat Klien relaks dengan tarik nafas dalam. Obyektif : Keluarga dapat
mengulangi cara mobilisasi dan ROM yang sudah di ajarkan, Keluarga tampak
paham dan antusias untuk pengurangan gangguan rasa nyaman. Hal tersebut
menandakan diagnosa kedua sudah teratasi sehingga intervensi dihentikan.
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masalah inkontinensia adalah salah satu masalah yang meluas dan merugikan.
Penyakit ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat banyak keluarga
menempatkan manula tersebut di panti jompo untuk mendapatkan perawatan yang
layak. Biaya untuk perawatan di panti atau rumah sakit merupakan implikasi
ekonomis yang sangat bervariasi [ CITATION AAg10 \l 1033 ].
Inkontinensia urine tidak akan mengancam jiwa penderita tetapi berpengaruh pada
kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor gangguan psikologis dan faktor social.
Penderita merasa rendah diri karena selalu basah akibat urine yang keluar,
mungkin pada saat batuk, bersin, menganggkat barang berat dan menahan urine
dari kamar ke wc. Mengakibatkan terjadinya problematika kehidupan baik dari
segi medis, sosial, ekonomi, maupun psikologi di lingkungan dan
keluarga[ CITATION AAg10 \l 1033 ].
Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi
(disertai pengeluaran feses). Inkontinensia urine lebih sering terjadi pada wanita
yang sudah pernah melahirkan daripada yang belum pernah melahirkan (nulipara).
Hal ini terjadi karena adanya perubahan otot dan fasia di dasar panggul.
5.2 Saran
50
Saayman, M. (2016). Expectations versus; the Kruger National Park’s
interpretation services from a regional approach. Journal of Ecotourism,
Vol. 15, No. 2, p. 158–183.
51