A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini, Anda harus mampu:
4.1 Membedakan antara emosi dan suasana hati.
4.2 Mendiskusikan apakah emosi rasional dan apa fungsi dari emosi.
4.3 Mengidentifikasi sumber-sumber emosi dan suasana hati.
4.4 Menunjukan pengaruh emosi pekerja terhadap para pekerja.
4.5 Menjelaskan teori peristiwa-peristiwa afektif dan aplikasinya.
4.6 Membandingkan bukti yang mendukung dan menentang keberadaan kecerdasan
emosional.
4.7 Mengidentifikasi strategi-strategi bagi pengaturan emosi dan kemungkinan efek-
efeknya.
4.8 Mengaplikasikan konsep-konsep emosi dan suasana hati pada isu-isu spesifik
perilaku organisasi.
B. URAIAN MATERI
Terlepas apakah perusahaan anda telah memasang alat pendeteksi emosi atau
tidak, emosi anda sungguh berpengaruh di tempat kerja. Mungkin mengejutkan anda,
bahwa saat ini , perilaku organisasi hanya sedikit membahas mengenai topic emosi.
Mengapa, pertama adalah mitos rasionalitas. Sebuah organisasi yang dijalankan
dengan baik tidak mengizinkan pekerja menunjukan rasa frustasi, takut, marah, cinta,
benci, gembira, sedih, atau perasaan sejenis yang dianggap merupakan antithesis dan
rasionalitas. Meskipun para peneliti dan manajer mengetahui emosi adalah bagian
21
yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, mereka mencoba untuk
menciptakan organisasi yang bebas emosi. Tentu saja, hal itu tidak mungkin.
Penjelasan kedua adalah bahwa banyak yang percaya semua emosi bersifat
merusak. Para peneliti melihat pada emosi negative kuat , khususnya amarah yang
mengganggu kemampuan pekerja untuk bekerja secar efektif. Mereka jarang
memandang emosi konstruktif atau berkontribusi dalam memperbaiki kinerja.
Tentu saja beberapa, emosi khususnya yang ditampilkan pada saat yang salah,
dapat menurunkan kinerja. Tetapi para pekerja nyatanya membawa emosi mereka
saat bekerja setiap hari, dan tidak ada studi perilaku organisasi yang komprehensif
tanpa mempertimbangkan peran emosi dalam perilaku di tempat kerja.
Dalam analisis kita, kita akan memerlukan tiga istilah yang sangat erat
maknanya : afeksi, emosi dan suasana hati.
Afeksi (affect) adalah kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang
meliputi emosi maupun susana hati. Emosi (emotion) adalah perasaan intens yang
diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan suasana hati (mood) adalah
perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering mucul tanpa
sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus. Anda tidak dapat mengatribusikan
perasaan ini pada peristiwa apapun. Tahapan afeksi ini menjelaskan suasasan hati.
Tampilan 4.1 menunjukan hubungan antara afeksi, emosi, dan suasana hati.
23
dan kebosanan, depresi dan kelesuan pada akhir rendah. Kompensasi positivitas
(positivity offset) adalah kecenderungan kebanyakan individu untuk mengalami
suasana hati positif ringan pada masukan nol (saat tidak ada hal tertentu yang terjadi).
Fungsi Emosi
Apakah Emosi Membuat Kita Tidak Rasional ? Observasi-observasi menyatakan
bahwa rasionalitas dan emosi saling bertolak belakang dan jika anda menampilkan
emosi, mungkin anda bertindak tidak rasional. Salah satu tim penulis berpendapat
bahwa menampilkan emosi seperti kesedihan sampai menangis sangat berbahaya bagi
karier sehingga kita seharusnya meninggalkan ruangan itu daripada membiarkan
orang lain melihatnya. Perspektif-perspektif ini menyakatan demonstrasi atau bahkan
pengalaman emosi dapat menyebabkan kita terlihat lemah, rapuh atau tidak rasional.
Meskipun demikian, riset semakin menunjukan bahwa emosi sebenarnya penting
untuk penalaran rasional.
Apakah Emosi Menyebabkan Kita Bersikap Tidak Etis ? Sebelumnya diyakini
bahwa, seperti halnya pengambilan keputusan secara umum, kebanyakan
pengambilan keputusan etis didasarkan pada proses kognitif urutan yang lebih tinggi
tetapi riset mengenai emosi moral semakin mempertanyakan perspektif ini. Contoh
emosi moral adalah simpati terhadap orang lain, kemarahan terhadap ketidakadilan
yang dialami. Sejumlah studi menyatakan reaksi-reaksi ini umumnya didasarkan pada
perasaan dibandingkan kognitif semata. Meskipun demikian, kita melihat batasan
moral kita logis dan wajar, tidaklah emosional. Kesimpulannya, orang-orang yang
berperilaku etis setidaknya membuat keputusan berdasarkan emosi dan perasaan
mereka, dan reaksi emosional ini sering kali merupakan hal yang baik.
24
kekuatan dimana individu-individu mengalami emosi mereka. Jadi, emosi-emosi
berbeda dalam intensitas mereka, tetapi juga berbeda dalam bagaimana mereka
berkecenderungan untuk mengalami emosi secara intens.
Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari, Sebagian besar orang berada di
tempat kerja atau sekolah pada hari Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar
orang akan memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang.
Berarti bahwa orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir minggu. Seperti
yang ditunjukkan pada gambar, orang-orang cenderung berada dalam suasana hati
terburuk (afek negatif tertinggi dan afek positif terendah) di awal minggu dan
suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) di akhir minggu.
Cuaca, Banyak orang percaya bahwa suasana hati mereka berhubungan dengan
cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki sedikit pengaruh terhadap
suasana hati. Korelasi ilusi menjelaskan mengapa orang-orang cenderung berpikir
bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif
merupakan kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua kejadian yang
pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
Stres, Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat kerja, kejadian sehari-
hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari stress yang tertumpuk dari waktu
ke waktu, secara negatif memengaruhi suasana hati karyawan. Tingkat stress dan
ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati
karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak emosi negatif.
Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress, namun sebenarnya stress mulai
memengaruhi suasana hati kita.
25
kuat dengan peningkatan suasana yang positif dibandingkan kejadian-kejadian
formal.
Tidur, Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa tidur
yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana
hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan
membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
Emosi Pekerja
Emosi pekerja (emotional labor) adalah suatu ekspresi pekerja atas dari
emosi-emosi yang diharapkan organisasi selama transaksi interpersonal saat bekerja.
» Emosi yang Dirasakan versus Emosi yang Ditampilkan,
26
Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang individu. Emosi
yang ditampilkan adalah emosi-emosi yang diharuskan secara organisasional dan
dianggap sesuai dalam sebuah pekerjaan tertentu. Berpura-pura dipermukaan adalah
menyembunyikan perasaan mendalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-
ekspresi emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan. Sedangkan ,
untuk emosi yang di tampilkan adalah berpura-pura secara mendalam adalah
berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang berdasarkan aturan-aturan
penampilan.
» Apakah Pekerjaan-pekerjaan yang Menuntut secara Emosional Dibayar Lebih
Tinggi?
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara kognitif, tuntutan emosional
yang semakin besar akan dibayar lebih baik. Tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan yang
tidak menuntut secara kognitif, tuntutan emosional yang semakin besar akan dibayar
lebih buruk.
27
pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang menjengkelkan dan
menyenangkan di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja serta kepuasannya.
Kedua, pekerja dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi atau peristiwa yang
menyebabkannya, walaupun mereka tampaknya sepele, tetapi mereka akan
terakumulasi.
Kecerdasan Emosional
28
Semakin tinggi level kecerdasan emosional berarti seseorang akan berkinerja
baik dalam pekerjaan. Sebuah tinjauan atas studi mengindikasikan bahwa, secara
keseluruhan, kecerdasan emosional secara lemah tetapi secara konsisten positif
berkorelasi dengan kinerja, bahkan setelah para peneliti memperhitungkan
kemampuan kognitif, kehati-hatian, dan rasionalitas.
Kecerdasan Emosional Berdasarkan Biologi
Sebuah studi menyatakan bahwa kecerdasan emosional berdasarkan neurologi
dengan cara yang tidak berhubungan dengan ukuran standar kecerdasan. Ada juga
bukti bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi genetik, yang selanjutnya mendukung
pendapat bahwa kecerdasan emosional mengukur sebuah faktor biologis mendasar
yang nyata.
Kasus yang Bertentangan dengan Kecerdasan emosional, antara lain :
1. Para Peneliti Kecerdasan Emosional Tidak Sepakat tentang Definisi
Para peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosional yang berbeda-
beda. Ada yang memandang kecerdasan emosional sebagai ragam ide yang luas
yang dapat diukur dengan melaporkan sendiri, ada juga yang dihubungkan secara
utama oleh fakta yang tidak satu pun dari mereka sama dengan kecerdasan
kognitif. Bukan hanya definisi yang berbeda, tetapi ukuran yang digunakan
masing-masing perspektif pun hampir tidak berkorelasi satu sama lain.
2. Kecerdasan Emosional Tidak Dapat Diukur
Ukuran kecerdasan emosional beragam dan para peneliti tidak dapat
memberlakukan ukuran-ukuran itu seketat seperti pada studi mereka atas ukuran
kepribadian dan kecerdasan umum.
3. Kecerdasan Emosional Tidak Lebih dari Sekedar Kepribadian dengan
Label Berbeda
Kecerdasan emosional tampak berkorelasi dengan ukuran-ukuran
kepribadian, khususnya stabilitas emosional. Para peneliti menyatakan bahwa
kecerdasan emosional merupakan sebuah konsep yang sebagian ditentukan oleh
ciri-ciri seperti kecerdasan kognitif, kehati-hatian, dan penalaran, sehingga masuk
29
akal bahwa kecerdasan emosional berkorelasi dengan karakteristik-karakteristik
ini.
Penganturan Emosi
Seleksi
30
Dalam proses seleksi pekerjaan para penyeleksi kerja sangat
mempertimbangkan faktor kecerdasan emosional dalam proses perekrutan pekerja.
Kecerdasan emosional menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan karena
seseorang yang memilki kecerdasan emosional yang tinggi mampu bekerja lebih
baik,dan berpeluang lebih tinggi untuk diterima dalam suatu pekerjaan.
Pengambilan Keputusan
Emosi dan suasana hati sangat mempengaruhi seseorang ketika mereka
mengambil keputusan. Seseorang yang berada dalam emosi dan suasana hati baik
akan lebih cepat dan tepat dalam mengambil sebuah keputusan,hal itu dikarenakan
emosi dan suasana hati yang baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah.
Kreativitas
Seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang baik memiliki
kreatifitas yang lebih dibanding seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi
yang buruk,hal itu dikarenakan seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi
yang baik memiliki pikiran yang lebih terbuka dan fleksibel,sehingga mampu
menghasilkan ide-ide baru yang mendorong kreatifitas mereka untuk berkembang.
Suasana hati dapat dikelompokkan menjadi perasaan aktivasi (marah,
ketakutan) dan deaktivasi (depresi ,kecewa). Suasana hati aktivasi baik positif
maupun negatif mendorong seseorang untuk berkretaifitas lebih dibanding suasana
hati deaktivasi.
Motivasi
Suasana hati dan emosi mempengaruhi motivasi seseorang. Sebuah studi
menjelaskan bahwa suasan hati dan emosi yang baik akan meningkatkan motivasi
seseorang, sehingga dengan meningktanya motivasi tersebut mendorong mereka
untuk bekerja dengan baik.
Kepemimpinan
Dalam hal kepemimpinan, ekspresi dan emosi seorang pemimpin sangat
mempengaruhi diterima atau tidaknya pesan pemimpin tersebut kepada para
bawahannya, misalnya antusiasme dari pemimpin tersebut ketika menyampaikan
31
pesan. Seorang pemimpin yang mampu membangkitkan emosi dan menginspirasi
para pekerjanya akan membuat mereka lebih antusias dan optimis dalam bekerja.
Negosiasi
Emosi dan suasana hati merupakan faktor penting dalam negosiasi. Seorang
negosiator harus mampu mengontrol emosi dan suasana hatinya ketika sedang
bernegosiasi, ia boleh saja berpura-pura marah (emosi negatif) apabila ia memilki
posisi lebih kuat dan informasi yang lebih banyak ketimbang lawannya.
Layanan Pelanggan
Emosi dan suasana hati seorang pekerja mempengaruhi pelayanan mereka
terhadap pelanggan. Terkadang demi memberikan pelayanan pelanggan yang terbaik,
pekerja dihadapkan pada situasi disonasi emosi. Emosi pekerja dapat ditransfer
kepada pelanggan, seorang pekerja yang sedang berada dalam emosi dan suasana hati
yang baik cenderung akan melayani pelanggan dengan baik pula, sehingga
menyebabkan pelanggan merasa senang dan puas, dimana kepuasan pelanggan
sendiri sangat mempengaruhi bisnis suatu perusahaan.
Sikap Kerja
Beberapa studi menjelaskan bahwa seorang pekerja yang memiliki lingkungan
kerja yang baik dan hari baik di tempat kerjanya akan memiliki suasana hati yang
baik pula ketika ia pulang kerumah, dan begitu juga sebaliknya.
Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Seorang pekerja yang berada dalam suasana hati dan emosi yang buruk
cenderung akan melakukan penyimpangan perilaku jangka pendek di tempat
kerjanya, seperti menggosip, marah, berperilaku kasar, yang mempengaruhi
kinerjanya sehingga tidak produktif. Seseorang yang marah atau sedang mengalami
kesedihan tidak melakukan penarikan diri dari pekerjaannya, namun yang perlu
diperhatikan manajer adalah amarah pekerjanya, karena seorang pekerja yang marah
mereka tidak melakukan penarikan diri dari pekerjaannya, namun mereka cenderung
berperilaku menyimpang di tempat kerjanya.
Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja
32
Emosi dan suasana hati seorang pekerja juga mempengaruhi keselamatan
mereka dalam bekerja. Suasana hati yang buruk merupakan salah satu faktor
penyebab kecelakaan pekerja, hal itu disebabkan karena ketika seseorang dalam
suasana hati yang buruk mereka cenderung cemas,dan berperilaku ceroboh, sehingga
kehati-hatiannya dalam bekerja berkurang.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apakah perbedaan antara emosi dan suasana hati? Apakah dasar dari emosi
dan suasana hati.
2. Apakah emosi bersifat rasional? Fungsi-fungsi apa yang dimilikinya?
3. Apa sajakah sumber emosi dan suasana hati?
4. Dampak apa yang dimiliki tenaga emosional atas pekerja?
5. Apakah teori peristiwa afektif? Apa sajakah aplikasinya?
D. DAFTAR PUSTAKA
33