DESENTISISASI OBAT
Abstrak
Pemberian obat pada beberapa pasien berpotensi mengalami efek samping obat yang dapat
mengancam jiwa sehingga dokter harus memberikan obat alternatif terhadap mereka. Jika obat
tersangka tidak tergantikan dengan obat alternatif, dapat dilakukan desensitisasi obat.
Desensitisasi obat adalah induksi sementara keadaan toleransi terhadap obat. Meskipun terapi
ini hanya bersifat empiris, tetapi efektif dan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap
mekanisme desensitisasi diharapkan dapat meningkatkan metode terapi. Pertimbangan un tuk
menentukan protokol desensitisasi tidak harus kaku, sebaiknya mengikuti beberapa langkah,
yaitu evaluasi pasien yang bertujuan untuk mencari karakteristik reaksi simpang pada pasien,
menentukan kemungkinan desensitisasi obat cepat yang efektif dan aman , memilih protokol yang
tepat, mengumpulkan informasi megenai respons pasien terhadap desensitisasi, dan mengubah
protokol sesuai yang diperlukan. Desensitisasi dikatakan sukses jika pasien dapat menyelesaikan
sampai dengan dosis terapeutik dan dapat mentoleransi pemberian dosis berulang sampai
pengobatan selesai.
Kata kunci: desentisisasi, algoritma desentisasi, reaksi simpang obat
405
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
406
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
Gambar 1. β-hexosaminidase sel mast berhubungan dengan interval waktu antar dos is dan dos is
antigen selama desentisisasi (12)
407
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
408
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
409
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
antara yang aktif. Sayangnya determinan dengan cara desensitisasi atau graded
imunogenik yang dihasilkan oleh proses challange bergantung pada keparahan reaksi
metabolisme tersebut masih belum alergi dan waktu sejak sejak reaksi alergi
diketahui. Kekurangan ini menghambat terakhir. Jika pasien melaporkan ruam gatal
berkembang-nya reagen uji kulit untuk IgE tanpa gejala lain di hari pertama pasien
spesifik antibiotik non-penisilin. Oleh sebab minum antibiotik sulfa dan terjadi 20 tahun
itu, lebih sulit untuk menentukan pasien yang lalu, maka dapat dilakukan graded
yang memiliki alergi tipe cepat terhadap challange. Sebaliknya jika ada riwayat
antibiotik non-penisilin dan yang membu- anafilaksis maka harus dilakukan
tuhkan desensitisasi cepat. (9) desensitisasi. Jika dokter tidak yakin dengan
Penentuan perlu atau tidaknya tipe reaksi sebelumnya, maka desensitisasi
dilakukan desensitisasi antibiotik non- harus dilakukan. Prinsip desensitisasi
penisilin ditentukan berdasarkan riwayat dan penisilin dapat diaplikasikan pada antibiotik
uji kulit terhadap antibiotik dengan non-penisilin. (9)
konsentrasi non-iritatif. Uji kulit dengan
antibiotik naif dapat memberikan informasi Desensitisasi Aspirin dan NSAID
yang cukup bermanfaat dan dapat Beberapa reaksi pseudoalergi dan
memberikan titik awal desensitisasi karena alergi disebabkan oleh aspirin dan non-
jumlah obat yang ditoleransi selama uji steroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs)
kulit. Respons positif pada uji kulit telah dilaporkan sejak sintesis pertama asam
menggunakan konsentrasi obat yang tidak asetilsalisilat pada tahun 1897. (13) Hipersen-
mengiritasi memberikan kesan adanya sitivitas asam asetilsalisilat (ASA) berkisar
antibodi IgE spesifik obat. Meskipun antara 0,6-2,5% dan pada dewasa dengan
demikian respons negatif tidak asma berkisar antara 4,3-11%. Hipersensi-
menyingkirkan reaksi alergi tipe cepat tivitas terhadap ASA diawali dengan rinitis
karena uji tersebut tidak mengikut-sertakan pada tiga dekade pertama, lebih sering
semua determinan alergenik yang relevan. didahului oleh infeksi virus yang ditandai
Empedrad dkk secara sistematis menentukan dengan kongesti nasal, hiposmia, rinorea
konsentrasi non iritatting beberapa kronik, dan polip nasal. Pada akhirnya akan
antibiotik yang biasa digunakan (Tabel 3).(2), muncul aspirin induced athsma (AIA), 20%
(9) asma ringan, 30% sedang, 50% berat dan
kronik serta bergantung pada kortikoste-
Tabel 3. Konsentrasi non-iritatif uji kulit roid. Selain asma dan rinitis dapat juga
intradermal beberapa antibiotik (2) muncul urtikaria, angioedema, dan
Konsentrasi
Konsenstrasi anafilaksis. (14)
Antibiotik penuh Desensitisasi terhadap aspirin
non-iritatif
(mg/mL)
dipertimbangkan untuk pasien jantung dan
Cefotaxime 100 10 kali
Cefazolin 330 10 kali pasien hamil dengan sindrom antiofolipid
Ceftazidime 100 10 kali serta merupakan hal yang umum dilakukan
Ceftriaxone 100 10 kali pada pasien dengan aspirin-exacerbated
Klindamisin 150 10 kali respiratory disease (AERD). Desensitisasi
Eritromisin 50 1000 kali aspirin efektif pada kasus urtikaria,
Azitromisin 100 10.000 kali angioedema, dan reaksi anafilaksis yang
diinduksi obat, sebaliknya desensitisasi tidak
Jika uji kulit menggunakan efektif jika reaksi tersebut muncul pada
konsentrasi non-iritating memberikan hasil pasien dengan urtikaria kronis idiopatik. (15)
negatif, maka antibiotik harus diberikan
410
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
411
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 404-412 Jurnal Human Care
412