Anda di halaman 1dari 24

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan post test

only control group design.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

laboratorium Tropical Disease Universitas Airlangga. Jumlah pengulangan yang

dilakukan pada penelitian ini menggunakan rumus umum:

(t-1) (r-1) ≥ 15

(t-1) x (r-1) ≥ 15

(7-1) x (r-1) ≥ 15

6 x (r-1) ≥ 15

6r-6 ≥ 15

6r ≥ 21

r ≥ 3,5 ≈ 4

Keterangan :

t : Jumlah perlakuan dalam penelitian.

r : Jumlah perlakuan ulang (sampel)

Universitas Sumatera Utara


Jumlah perlakuan (r) ulang yang digunakan adalah≥ 4. Pada penelitian ini digunakan

6 kali pengulangan.

• Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 100 % = 6 sampel

• Kelompok II : ekstrak dengan konsentrasi 50% = 6 sampel

• Kelompok III : ekstrak dengan konsentrasi 25% = 6 sampel

• Kelompok IV : ekstrak dengan konsentrasi 12,5% = 6 sampel

• Kelompok V : ekstrak dengan konsentrasi 6,25% = 6 sampel

• Kelompok VI : ekstrak dengan konsentrasi 3,125 % = 6 sampel

• Kelompok VII : ekstrak dengan konsentrasi 1,56 % = 6 sampel

• Kelompok VIII : kontrol negatif (ekstrak buah mahkota dewa tanpa

suspensi S.mutans)= 1 sampel

• Kelompok IX : kontrol Mc Farland = 1 sampel

• Jumlah sampel keseluruhan = 44 sampel

Universitas Sumatera Utara


3.3 Variabel Penelitian

VARIABEL BEBAS : VARIABEL TERGANTUNG

Ekstrak buah mahkota dewa Pertumbuhan S.mutans pada


dengan pelarut etanol dengan media MHA dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25%, pengukuran KHM dan KBM
12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%.

VARIABEL TERKENDALI VARIABEL TIDAK


TERKENDALI
• Rotary - evaporator 1 ATM dan
• Lamanya penyimpanan buah
temperatur ≤ 60 0C
mahkota dewa
• Asal tumbuh buah mahkota dewa
• Suhu dan pengiriman dari
(Karangsari, Medan Polonia)
bahan coba
• Media untuk pertumbuhan S. mutans
• Keterampilan operator
• Suhu inkubasi
• Waktu pengamatan dan pembiakan
suspensi bakteri S.mutans
• Sterilisasi alat, bahan dan media
• Waktu pengamatan
• Konsentrasi bahan coba suspensi
S.mutans pada saat diinokulasi pada
media.
• Jumlah sampel bahan percobaan yang
diteteskan ke media padat (50µl).

Universitas Sumatera Utara


3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yang termasuk pada penelitian ini adalah ekstrak buah

mahkota dewa pelarut etanol dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,

3,125% dan 1,56%.

3.3.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pertumbuhan S.mutans pada

media MHA dengan pengukuran nilai KHM dan KBM.

3.3.3 Variabel Terkendali

• Asal tumbuh buah mahkota dewa (Karangsari, Polonia Medan)

• Media untuk pertumbuhan S. mutans

• Suhu inkubasi

• Waktu inkubasi

• Sterilisasi alat, bahan dan media

• Waktu pengamatan

• Konsentrasi bahan coba

• Suspensi S.mutans pada saat diinokulasi pada media MHA

3.3.4 Variabel tidak terkendali

• Lamanya penyimpanan ekstrak buah mahkota dewa

• Suhu dan pengiriman dari bahan coba

• Keterampilan operator

Universitas Sumatera Utara


3.4 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional pada penelitian ini adalah:

• Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah buah

mahkota dewa yang tumbuh di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Medan

Polonia, Medan.

• Ekstrak buah mahkota dewa pelarut etanol adalah ekstrak yang diperoleh dengan

melakukan ekstraksi buah mahkota dewa yang telah dimaserasi dengan pelarut

etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak kental.

• S.mutans adalah bakteri yang diambil dari plak gigi dan diperoleh dari

Laboratorium Tropical Disease Universitas Airlangga.

• KHM (Kadar Hambat Minimum) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam dan tidak

tumbuh koloni bakteri yang diketahui dengan cara mengamati kekeruhan pada

media perbenihan dengan menggunakan metode dilusi.

• KBM (Kadar Bunuh Minimum) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang

dapat membunuh bakteri sebesar 99 % atau 100 % pada media agar.

• Kontrol Mc Farland berisi bakteri yang disuspensikan dengan menggunakan

larutan NaCl 0,9 % sampai diperoleh kekeruhan sesuai standar 0,5 Mc Farland

atau sebanding dengan jumlah bakteri 1x108 CFU/ml.

3.5 Bahan dan Alat Penelitian

3.5.1 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang dipakai adalah:

Universitas Sumatera Utara


• Buah mahkota dewa sebanyak 2 kg.

• Pelarut etanol 96% 5 liter (Kimia Farma, Indonesia)

• Biakan murni S.mutans

• Media MHA (Mueller Hinton Agar)

• Media MHB (Mueller Hinton Broth)

• Media nutrient agar

• Spritus

• Alkohol 70%

• Wipol

• Kapas Steril

• Cotton Bud

• Formalin 1%

• NaCl 0,85 %

• Aquades

3.5.2 Alat Penelitian

Alat-alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah :

• Rotavapor

• Alat destilasi pelarut

• Autoklaf (Yamamoto SN 210)

• Oven (Gallenkomp)

• Inkubator (Fisher scientific Isotemp Incubator model 630-D)

Universitas Sumatera Utara


• Destilator

• Vaccum Rotary Evaporator

• Kaliper geser

• Neraca Analitic Electric

• Tabung reaksi (Pyrex)

• Blender

• Electronic Balance (Chyo JP2-6000)

• Vortex

• Pisau

• Aluminium foil 1 gulungan

• Erlenmeyer (Pyrex)

• Kertas saring

• Gelas ukur

• Rak tabung reaksi

• Sprayer

• Hot Plate

• Cawan petri

• Pipet mikro dan tissue

• Batang pengaduk

• Kaca pembesar

• Bunsen

• Ose

Universitas Sumatera Utara


3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Farmakognosi Farmasi USU

2. Laboratorium Penelitian Farmasi USU

3. Laboratorium Tropical Disease UNAIR

3.6.2 Waktu Penelitian: September 2010 - Juli 2011

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.7.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Buah mahkota dewa yang dipakai adalah buah yang segar atau baru dipetik

dari pohon mahkota dewa yang ditanam di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Medan

Polonia, Medan, tidak cacat dan berwarna merah pada sore hari.

Gambar 5: Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa yang berasal dari
Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Polonia.

Bahan baku berupa buah mahkota dewa sebanyak 2 kg dibersihkan dari

kotoran, dicuci bersih, ditimbang kemudian dibelah agar bagian cangkang dan bijinya

mudah dipisahkan. Buah mahkota dewa diiris halus untuk mempercepat proses

Universitas Sumatera Utara


pengeringan dan mempermudah penggilingan lalu dikeringkan di lemari pengering

selama 14 hari.

Gambar 6 : Buah mahkota dewa dicuci, ditimbang 2 kg, kemudian diiris halus.

Gambar 7 : Sampel buah mahkota dewa dimasukkan ke dalam lemari pengering sehingga diperoleh
sampel kering.

Kemudian sampel yang telah kering diblender sampai menjadi serbuk

simplisia sebanyak 190 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan dimaserasi

selama 3 jam dengan pelarut etanol 96%. Selama proses maserasi, sel buah mahkota

dewa mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan mengeluarkan senyawa-

senyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol tersebut. Pelarut etanol akan

mengikat berbagai senyawa aktif seperti, polifenol, flavonoid, terpenoid, sterol dan

alkaloid. Maserat diaduk sesekali dengan keadaan etanol cukup merendam sampel.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8 : simplisia kering ditimbang lalu diblender kemudian dimaserasi

Setelah 3 jam, simplisia diperkolasi dengan menggunakan perkulator yang

ditutup aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Pada bagian ujung perkulator

disumbat dengan kapas basah dan dilapisi kertas saring. Setelah 24 jam, bagian ujung

perkulator yang juga disambungkan pada tabung untuk menampung cairan dapat

dibuka dengan kecepatan ± 20 tetes/menit. Prosedur penampungan maserat diulangi

sampai maserat yang dihasilkan berwarna jernih, dan didapat maserat cair sebanyak ±

4 liter.

Gambar 9 : perkolasi dengan pelarut etanol 96%.

Universitas Sumatera Utara


Semua maserat digabung dan disaring, lalu diuapkan dengan menggunakan

≤ 60
Vaccum Rotary Evaporator pada tekanan, 1 ATM dengan temperatur 0
C.

Ekstrak kental yang dihasilkan didinginkan selama 24 jam kemudian dilakukan

pengeringan beku dalam freeze dryer selama 24 jam.

Gambar 10: Penguapan maserat Gambar 11: Ekstrak kental


pada Vaccum Rota- pelarut etanol
ry Evaporator

3.7.2 Pembuatan Media Bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media nutrient agar (NA) dengan cara

dimasak, sebanyak 2 gram nutrient agar dilarutkan ke dalam 100 ml akuades, lalu

media dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih sehingga media

NA benar-benar larut. Kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf selama

15 menit pada tekanan 2 atm, suhu 121 0 C.

Media MHB (Mueller Hinton Broth) dan MHA (Mueller Hinton Agar) dibuat

untuk menguji aktivitas antibakteri. Media MHB yang digunakan untuk melihat

KHM, dibuat dengan cara melarutkan 4,2 gram bubuk media MHB dalam aquades

sampai 200 ml. Larutan dipanaskan sampai bubuk benar-benar larut, selanjutnya

Universitas Sumatera Utara


dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilakukan sterilisasi dengan menggunakan

autoklaf selama 15 menit pada tekanan 2 atm, 115 0C. Media MHA yang digunakan

sebagai media untuk melihat KBM, sebanyak 7,6 gram Mueller Hinton Agar

dilarutkan ke dalam 200 ml akuades, lalu dipanaskan di atas tungku pemanas

magnetik sampai mendidih. Kemudian media yang telah masak disterilkan di dalam

autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 2 atm, suhu 121 0C. Setelah

disterilkan, media disimpan ke dalam lemari pendingin. Jika akan digunakan kembali,

media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing

petri dan dibiarkan hingga dingin.

3.7.3 Pembiakan spesimen

Pembiakan spesimen S.mutans dilakukan dalam suasana aerob. Selanjutnya

pembiakan pada media nutrient agar yang telah disediakan sebelumnya pada cawan

petri. Biakan bakteri diinkubasi dalam suasana aerob pada suhu 370C selama 24 jam,

lalu diamati apakah bakteri S.mutans telah tumbuh subur dan murni didapat. Apabila

pertumbuhan bakteri tidak subur dan terjadi kontaminasi bakteri lain atau jamur,

prosedur pembiakan bakteri dan pengamatan diulang kembali sampai biakan yang

didapat benar-benar murni. Kemudian sebanyak 1-2 ose dari biakan murni bakteri uji

tersebut disuspensikan dalam larutan NaCl 0,9 % pada tabung reaksi steril. Kemudian

suspensi bakteri divorteks hingga homogen sampai diperoleh kekeruhan sesuai

standar Mc Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1x108 CFU/ml.

Universitas Sumatera Utara


3.7.4 Penentuan KHM dan KBM Bahan Coba

Bahan coba ekstrak buah mahkota dewa yang dipakai terdiri dari konsentrasi

100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan 3,125% dan 1,56%. Dari masing-masing

konsentrasi tersebut diambil sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian diberi label sesuai konsentrasi. Suspensi bakteri yang telah dipersiapkan

sebelumnya diambil 1 ml dengan menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke

dalam masing-masing tabung bahan coba yang telah diberi label kemudian divorteks

hingga homogen. Selanjutnya tabung tersebut diinkubasi pada suhu 370C selama 24

jam pada inkubator kemudian diamati kekeruhan yang terjadi dengan

membandingkan tabung-tabung tersebut dengan kontrol. Konsentrasi terendah dari

larutan sampel yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (ditandai dengan mulai

adanya kejernihan secara visual oleh tiga pengamat secara independen) ditentukan

sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM).

Penentuan KBM dilakukan pada pada konsentrasi 100%, 50%, 25% , 12,5%,

6,25% 3,125%, 1,56% sehingga semua kelompok larutan dilanjutkan dengan

perhitungan jumlah koloni metode Drop Plate Mills Mesra. Bahan coba dengan

konsentrasi diatas diambil 50µl untuk tiap konsentrasi kemudian diteteskan pada

MHA sebanyak 6 replikasi. Spesimen didiamkan selama 15-20 menit sampai

mengering dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Dilakukan

perhitungan jumlah koloni bakteri dengan prinsip satu sel bakteri hidup bila

dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi 1 koloni bakteri. Perhitungannya

adalah bila bentuk koloni melebar dianggap 1 koloni, bila bentuknya 2 koloni

Universitas Sumatera Utara


bersinggungan dianggap 2 koloni. Satuan yang dipakai adalah CFU (Colony Forming

Unit) / ml cairan (suspensi).

Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing tetesan, kemudian

dibuat rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali. Pada

penelitian konsentrasi yang dilakukan perhitungan jumlah koloni merupakan

konsentrasi awal (sebelum dilakukan dilusi) maka faktor pengenceran x1, selain itu

karena pada penetesan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat sebanyak

50µl, maka perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk mendapatkan

hasil yang sesuai standar (CFU/ml).

3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian diperoleh dengan cara mengamati KHM dan KBM bahan

coba pada berbagai konsentrasi. Konsentrasi bahan coba yang mulai jernih pada

konsentrasi terkecil sebagai KHM sedangkan konsentrasi bahan coba yang sudah

mampu membunuh bakteri atau tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni

ditandai sebagai KBM.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Setelah diperoleh ekstrak kental pelarut etanol buah mahkota dewa, dilakukan

uji aktivitas antibakteri pada media MHA yang telah diinokulasi suspensi S.mutans.

Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan mengamati perubahan kekeruhan pada

tiap konsentrasi bahan coba (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% dan 1,56%).

Metode yang digunakan adalah metode pengenceran ganda (dilusi) untuk mengetahui

KHM dan KBM bahan coba. Perubahan yang terjadi ditandai dengan hasil biakan

mulai tampak jernih bila dibandingkan dengan kontrol (Mc Farland yang diinkubasi

24 jam) ditandai sebagai KHM selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah koloni

bakteri dengan metode Drop Plate Mills Mesra yang bertujuan untuk membuktikan

adanya kemampuan untuk membunuh bakteri pada konsentrasi terkecil sebesar 99% -

100%, yang disebut dengan KBM (Kadar Bunuh Minimum).

Gambar 12 : Suspensi bakteri S.mutans sebelum berkontak


dengan bahan coba

Universitas Sumatera Utara


Gambar 13 : Suspensi bakteri Streptococcus mutans setelah
berkontak dengan bahan coba pada berbagai
konsentrasi.

Setelah peletakan bahan coba pada suasana aerob dengan inkubasi 37° C

selama 24 jam terlihat bahwa pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%

masih memberikan efek antibakteri yang ditandai dengan tidak dijumpai

pertumbuhan koloni bakteri sehingga dilakukan uji pada konsentrasi dibawahnya

yaitu konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 1,56% guna mengetahui nilai KHM dan

KBM dari bahan coba.

A B C

Universitas Sumatera Utara


D E F

Gambar 14 : Pertumbuhan koloni yang terbentuk pada media MHA pada konsentrasi ekstrak buah
mahkota dewa 3,125 % dengan pelarut etanol pada (A) replikasi 1, (B) replikasi 2, (C)
replikasi 3, (D) replikasi 4, (E) replikasi 5, (F) replikasi 6

A B

Gambar 15: Pada konsentrasi 6,25% sudah tidak terjadi pertumbuhan bakteri (A);
pada konsentrasi 1,56% terjadi pertumbuhan koloni yang tidak dapat
dihitung.

Hasil didapat bahwa pada konsentrasi 6,25% tidak dijumpai adanya

pertumbuhan bakteri atau senilai 0 CFU/ml yang menunjukkan bahwa pada

konsentrasi ini sudah mampu memberikan daya antibakteri sedangkan pada

konsentrasi 3,125%, dijumpai adanya pertumbuhan bakteri, yaitu 122x20 CFU/ml

pada replikasi 1 sehingga konsentrasi 6,25% ditetapkan sebagai KHM dan KBM.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Perhitungan jumlah bakteri untuk bahan coba ekstrak etanol buah mahkota
dewa.

No PARAMATER Hasil Uji


Hasil Hitung Kuman

a. Konsentrasi 100%

- Ulangan 1 0 CFU/ml (steril)


- Ulangan 2 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 3 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 4 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 5 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 6 0 CFU/ml (steril)

b. Konsentrasi 50%

- Ulangan 1 0 CFU/ml (steril)


- Ulangan 2 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 3 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 4 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 5 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 6 0 CFU/ml (steril)

c. Konsentrasi 25%

- Ulangan 1 0 CFU/ml (steril)


- Ulangan 2 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 3 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 4 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 5 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 6 0 CFU/ml (steril)

d. Konsentrasi 12,5%

- Ulangan 1 0 CFU/ml (steril)


- Ulangan 2 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 3 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 4 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 5 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 6 0 CFU/ml (steril)

Universitas Sumatera Utara


e. Konsentrasi 6,25%

- Ulangan 1 0 CFU/ml (steril)


- Ulangan 2 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 3 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 4 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 5 0 CFU/ml (steril)
- Ulangan 6 0 CFU/ml (steril)

f. Konsentrasi 3,125%

- Ulangan 1 122x20 CFU/ml


- Ulangan 2 101x20 CFU/ml
- Ulangan 3 91x20 CFU/ml
- Ulangan 4 120x20 CFU/ml
- Ulangan 5 128x20 CFU/ml
- Ulangan 6 125x20 CFU/ml

g. Konsentrasi 1.56%

- Ulangan 1 TBUD
- Ulangan 2 TBUD
- Ulangan 3 TBUD
- Ulangan 4 TBUD
- Ulangan 5 TBUD
- Ulangan 6 TBUD

Keterangan : Hasil uji hanya berlaku untuk contoh yang diuji. Faktor pengenceran 20 kali. TBUD :
Tidak Bisa Untuk Dihitung (atau > 300 koloni)

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian tentang pengaruh ekstrak buah mahkota dewa dan bakteri S.mutans

membuktikan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri.

Penelitian diatas dilakukan teknik pengenceran ganda (dilusi) melalui pengukuran

KHM dan KBM bahan coba terhadap pertumbuhan bakteri, yang bertujuan untuk

mengetahui adanya kekeruhan dan adanya pertumbuhan bakteri setelah diberikan

perlakuan ekstrak buah mahkota dewa dari berbagai konsentrasi (100%, 50%, 25%,

12,5%, 6,25%, 3,125% dan 1,56%). Metode dilusi oleh Fereira et al., 2002, dilakukan

untuk mengamati aktivitas antibakteri karena bahan coba langsung berkontak dengan

mikroorganisme. Nilai KHM diketahui dengan mengamati adanya kekeruhan

suspensi setelah diinkubasi 37°C selama 24 jam dan KBM diketahui dengan

menghitung jumlah koloni bakteri pada media padat.

Ada dua metode untuk menentukan daya antibakteri, yaitu agar diffusion test

dan dillution test. Pada metode agar diffusion test diukur zona hambat / inhibisi

bakteri yang tergantung pada kelarutan dan difusi bahan coba sehingga kurang efektif

untuk menghambat mikroorganisme. Sedangkan metode dilusi lebih efektif karena

bahan uji langsung berkontak dengan mikroorganisme sehingga hasil penelitian akan

lebih representatif. Atas dasar inilah peneliti memilih metode dilusi untuk menguji

daya antibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa terhadap S.mutans.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini dimulai dengan melakukan ekstraksi buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl). Ekstraksi merupakan metode yang sering

digunakan untuk memisahkan komponen atau senyawa dari tumbuhan. Pemisahan

komponen atau senyawa tumbuhan dimulai dari proses maserasi. Selama proses

maserasi, sel buah mahkota dewa mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan

mengeluarkan senyawa-senyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol

tersebut seperti flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Pelarut yang digunakan adalah

pelarut etanol. Alasan penggunaan pelarut etanol karena sifatnya yang dapat

melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan

aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non polar. Selain itu, pelarut etanol

diketahui lebih aman (tidak bersifat toksik) jika dibandingkan dengan pelarut

metanol. Selanjutnya dilakukan perkolasi hingga diperoleh maserat cair, yang akan

dilakukan penguapan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator yang bekerja dengan

cara menurunkan tekanan udara dari tekanan udara luar menjadi <1 ATM sehingga

tekanan uap pelarut serta titik didih pelarut menurun. Penurunan tekanan akan

berbanding lurus dengan penurunan temperatur sehingga menghindari terjadinya

penguraian kandungan kimia maserat cair yang diekstraksi.

Dalam hal ini, senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai

antibakteri adalah flavonoid, alkaloid, saponin, fenol dan tanin. Flavonoid akan

merusak membran sel bakteri karena sifatnya lipofilik. Alkaloid berperan sebagai

antimikroba karena sifatnya mampu berikatan dengan DNA. Efek antibakteri dari

senyawa saponin sebagai deterjen yang memiliki molekul ampifatik (mengandung

bagian hidrofilik dan hidrofobik) yang dapat melarutkan protein membran. Ujung

Universitas Sumatera Utara


hidrofobik saponin berikatan pada region hidrofobik protein membran sel dengan

menggeser sebagian besar unsur lipid yang terikat. Ujung hidrofilik saponin

merupakan ujung yang bebas akan membawa protein ke dalam larutan sebagai

kompleks deterjen-protein sehingga sel bakteri menjadi lisis. Fenol bersifat toksik

terhadap bakteri yang dianggap bertanggung jawab terhadap toksisitas bakteri.

Setelah dilakukan pengujian nilai KHM dan KBM dalam berbagai konsentrasi,

tidak dijumpai adanya pertumbuhan bakteri (steril atau 0 CFU/ml) pada konsentrasi

100% hingga 6,25% yang artinya pada konsentrasi tersebut memberikan daya

antibakteri maka dilakukan pengenceran lagi di bawah konsentrasi 6,25% yaitu

konsentrasi 3,125% dan 1,56%. Pada konsentrasi 3,125%, pengenceran yang

dilakukan akhirnya mampu mengurangi daya hambat bahan uji terhadap pertumbuhan

bakteri sehingga terlihat adanya pembentukan koloni bakteri 122x20 CFU/ml pada

replikasi 1, sedangkan pada konsentrasi 1,56% terjadi pembentukan koloni bakteri

yang tidak dapat dihitung.

Efek antibakteri bahan coba dilihat dari besar nilai KHM dan KBM bahan

coba terhadap pertumbuhan bakteri dengan jumlah bakteri harus sama untuk setiap

perlakuan sesuai dengan standar 0,5 Mc Farland . Suspensi standar 0,5 Mc Farland

adalah adalah suspensi yang menunjukkan konsentrasi kekeruhan bakteri sama

dengan 108 CFU/ml maka suspensi bakteri dibuat terlebih dahulu kemudian

disesuaikan kekeruhannya dengan 0,5 Mc Farland (1x108 CFU/ml) selanjutnya

diinokulasi pada media cair dengan jumlah yang sama untuk berbagai konsentrasi.25

Nilai minimum yang ditunjukkan pada bahan coba dengan konsentrasi

6,125% yaitu 0 CFU/ml maka ditentukan sebagai nilai KHM dan KBM. Jika

Universitas Sumatera Utara


dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menguji daya antibakteri ekstrak

etanol buah mahkota dewa terhadap Enterococcus faecalis terdapat perbedaan KHM

dan KBM dengan KHM dan KBM berada pada konsentrasi yang lebih besar, yaitu

12,5%. Penelitian lain oleh Yunanto, K menyatakan bahwa infusum daun mahkota

memiliki daya hambat terbesar pada konsentrasi 50 %. 12 Hal ini menunjukkan bahwa

ekstrak buah mahkota dewa lebih efektif menghambat pertumbuhan S.mutans

dibandingkan infusum daun mahkota dewa sedangkan pada pada penelitian lain

didapatkan infusum daun mahkota dewa memiliki daya antibakteri terhadap

Stapylococcus aureus dengan KHM 3,125 gram% dan KBM 6,25% sedangkan

bakteri E.coli juga terdapat efek antibakteri namun tidak lebih besar dari 25 gram%.13

Hal ini menunjukkan nilai KHM dan KBM infusum daun mahkota dewa terhadap

Stapylococcus aureus hampir sama dengan penelitian ini.

Metode dilusi dilakukan pada penelitian ini dengan pengenceran sebesar

setengah dari konsentrasi awal, yaitu konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% 6,25%,

3,125% dan 1,56% maka memungkinkan adanya konsentrasi lain >3,125% - 6,25%

yang dapat membunuh S.mutans sehingga perlu dilakukan pengujian antibakteri

dengan metode pengenceran lain. Selain itu, ekstrak etanol mahkota dewa yang

memiliki saponin dengan kandungan yang rendah berarti memiliki makna toksisitas

yang rendah dapat menjadi pertimbangan pengembangan ekstrak tersebut sebagai

salah satu bahan alternatif pencegahan karies.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri sehingga

mampu menghambat pertumbuhan S.mutans. Efek antibakteri dinilai dari nilai KHM

dan KBM yang terdapat pada ekstrak etanol buah mahkota dewa pada konsentrasi

6,25% dengan jumlah koloni 0 CFU/ml.

6.2 Saran

1. Perlu ada pengujian antibakteri lebih lanjut pada konsentrasi >3,125% - 6,25%

dapat membunuh S.mutans dengan metode lain.

2. Perlu dilakukan uji toksisitas pada ekstrak etanol buah mahkota dewa untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan sel.

3. Penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk penelitian

in vivo dalam penentuan konsentrasi KHM dan KBM ekstrak etanol buah

mahkota dewa yang aman jika dipakai sebagai bahan alternatif pencegahan

karies baik bentuk obat kumur, topikal aplikasi atau pasta gigi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai