Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ary Rachmat Kusuma

Nim : 1032161047

IDI Berduka, Guru Besar FKM UI Prof Bambang Sutrisna Meninggal Diduga karena Covid-
19

Fitri Syarifah

23 Mar 2020, 14:59 WIB

Liputan6.com, Jakarta Guru besar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia, Prof. DR.dr.Bambang Sutrisna, MHSc, meninggal dunia pagi ini 23 Maret 2020
pukul 08.30 WIB. Ia dikonfirmasi oleh RS Persahabatan sebagai Pasien Dalam Pengawasan
(PDP) Covid-19.

Laman instagram Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga tak luput
menyampaikan belasungkawa. "IDI kembali berduka."

Menurut grup Line yang beredar di kalangan mahasiswa, terakhir almarhum Prof. Bambang
masih memberikan kuliah jarak jauh dengan mahasiswa pada hari Sabtu, 21 Maret 2020. Dan
selama perkuliahan, beliau tidak berhenti batuknya.

Tentu kabar ini menjadi pukulan besar bagi keluarga yang ditinggalkan. Anaknya, Leonita
Triwachyuni, dalam akun media sosial IG stories @nonznonz mengungkapkan kesedihannya
atas kepergian ayahnya.

"Hari ini makna #dirumahaja yang sbagian dari kalian abaikan dan jadikan lelucon menjadi
airmata buat keluarga kami. Ya memang, ayah saya bisa dbilang bandel, disuru jangan
praktek bilangnya kasian orang dari jauh. Ternyata pasien yang dibilang kasian itu adalah
suspek COVID dengan rontgen paru2 uda putih semua. Pasien tersebut yang pulang paksa
dari RS Bintaro karena ini dan itu." tulisnya.

"Lalu apa efeknya? Ayah saya demam, sesak. Fyi ayah saya adalah orang yang ga pernah
ngeluh, patah kaki aja masi jalan, batuk2 masih ngajar dari rumah. Jadi ketika mengeluh
sesak, itu ga main2."
"Dibawa ke RS, sesak ga membaik, saturasi terus turun, RJP, intubasi dan meninggal.."

"Saya tulis ini cuma mau minta tolong, plis utk yang punya pilihan, jangan bandel
#dirumahaja dan yang uda di RS jangan bandel sampe pulang paksa."

"Yang menyedihkan buat pasien Covid adalah meninggal sendirian, sesak sendirian, mau
minta tolong? ga ada perawat berjaga, isolasi tertutup, keluarga ga bisa lihat. Tahu apa yg
papa lakukan pas sesak tadi malem? telepon anak dan menantunya, minta tolong. "

"Saya sampai menelpon RS utk kasih tau, karena keluarga ga bisa masuk. Jadi selama kalian
punya hidup yang kalian hargai, punya keluarga yg kalian kasihi yang masih hidup plis
jangan menambah penyebaran virus."

"Sungguh bukannya mau nakut2in tapi kalian bayangkan kalo keluarga kalian sesak nafas
dan telepon2 kalian sambil minta tolong karena sesak, gimana perasaan kalian?

"Ato kalau kalian sendiri akhirnya tumbang karena covid dan diisolasi, sendirian..sesak juga
dinikmati sendirian..gimana perasaan kalian?

"Marah?? jelas saya marah karena ada orang-orang egois macam kalian yang gak mau nurut
dan bawa penyakit buat keluarga kita. Jujur saya dua minggu ini, bahkan gak pulang, takut
ketemu orangtua, kenapa? karena saya kerja di RS, dan saya paham betul di rumah saya ada
dua orang berusia diatas 60 tahun yang harus dilindiungi. Saya gak punya pilihan untuk #di
rumah aja karena saya masih jaga.

Saya ga dapat jatah swab dari RS karena terbatas. Ya saya telah aja sendiri semuanya.

Menurut saya yang perlu diperbaikin itu pada kriteria ketepatannya :

1. Menurut saya dalam pemilihan konotasi kuliah jarak jauh itu kurang efektif lebih
efektif apabila diganti dengan kata serapan seperti metode online.
2. Menurut saya dallam pemilihan kata konotasi pukulan besar akan lebih efektif apabila
di ganti dengan kata denotasi seperti kata (Kabar Duka) itu akan lebih efektif.

Untuk kriteria kecermatannya sudah baik karena tidak ada kata yang mubazir atau yang tidak
diperlukan, begitu pula keserasiannya kalau menurut saya sudah baik karena penggunaan
kata-katanya sudah sesuai konteks atau topik yang dibicarakan.

Anda mungkin juga menyukai