Anda di halaman 1dari 2

4.2.

Pembahasan
Pada percobaan safonifikasi ini yaitu dengan menggunakan bahan-bahan
antara lain : minyak nabati, garam, pewarna, dan NaOH. Bahan baku utama
adalah minyak, tetapi bisa juga digunakan lemak sebagai pengganti minyak nabati
dalam pembuatan sabun ini. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah pada
temperatur kamarnya. Temperatur kamar lemak adalah padat, sedangkan
temperatur kamar minyak adalah cair. Sebagian gliserida pada hewan adalah
lemak, sedangkan pada tumbuhan adalah minyak. Pada percobaan kali ini minyak
dicampurkan dengan NaOH lalu pada saat dipanaskan diaduk dengan pengaduk
dan pada saat mendidih minyak membentuk gelembung yang derngan menyerupai
busa sabun. Pengadukkan yang dilakukan terus secara kontinyu, sehingga terlihat
gliserol dan sabun cepat memisah dari sabun yang terbentuk, dimana glisero
terdapat pada bagian bawah dan sabun pada bagian atasnya.
Kesalahan yang mungkin terjadi yaitu karena kesalahan praktikan dalam
menimbang maupun menghitung komposisi bahan, tidak melakukan pemisahan
yang antara gliserol dan sabun yang dapat menyebabkan lambatnya didalam
proses pembentukkan sabun, dan tidak dapat menutup kemungkinan alat yang
digunakan tidak berfungsi sebagai mana mestinya, serta banyak sabun dan gliserol
yang terbuang atau tumpah pada saat pemisahan dan penimbangannya. Pemisahan
dilakukan dengan cara penyaringan dengan alat penyaring, sehingga dapat
diketahui berapa besar produk utama yang dapat dihasilkan.
Supaya tidak terjadi kesalahan pada percobaan ini, sebaiknya minyak
nabati dan larutan NaOH dididihkan pada temperatur 80oC. dimana panas itu
berpengaruh pada pembentukkan sabun. Setelah terbentuknya sabun kemudian
ditambahkan garam ke dalam campuran tersebut. Larutan garam ini berfungsi
untuk memisahkan sabun dari hasil sampingannya, yaitu gliserol, biasanya
dipisahkan dengan cara destilasi dan sabun dengan penyaringan. Kemudian sabun
yang masih kotor dimurnikan dengan cara pengendapan dengan berulang-ulang.
Kandungan minyak kelapa dianggap tersusun atas asam lemak yang
sebagian besar merupakan susunan asam kaprat berdasarkan berat molekul yang
diketahui. Penggunaan asam kaprat sebenarnya kurag baik dikarenakan asam
kaprat memiliki jumlah rantai atom C sebanyak 9 buah. Sabun yang dihasilkan
apabila asam lemaknya memiliki rantai C kurang dari 12 akan membuat sabun
menjadi lunak dan mudah hancur. Asam lemak yang baik digunakan adalah asam
lemak dengan rantai C antara 12 sampai dengan 24. Sabun yang dihasilkan
apabila menggunakan asam lemak dengan rantai C lebih dari 24 akan menjadi
lebih keras dan juga memiliki bau yang tengik.
Sabun terbentuk dari ikatan antara gugus karboksil dengan garam natrium.
Sabun memiliki sifat bipolar, yaitu mempunyai gugus yang bersifat polar dan
yang bersifat non-polar. Sifat bipolar dari sabun yang membuat sabun dapat
membuat sabun bisa membersihkan kotoran-kotoran pada tubuh. Sabun memiliki
bagian kepala dan ekor. Bagian kepala merupakan garam natrium yang bersifat
hidrofilik. Bagian ekor merupakan hidrokarbon panjang rantai lurus yang bersifat
hidrofobik. Bagian ekor dari sabun yang bersifat non-polar akan mengikat kotoran
dengan sifat non-polar seperti minyak dan lemak pada tubuh. Bagian kepala dari
sabun yang bersifat polar akan membantu proses pembilasan. Produk samping
dari saponifikasi adalah gliserol. Hasil sampingan gliserol memiliki harga jual
yang lebih tinggi dibandingkan sabun, sehingga dilakukan proses pemisahan.

Anda mungkin juga menyukai