Anda di halaman 1dari 18

TIDAK ADA YANG BERUBAH

DARI LANGIT KEMARIN [r.t]

Tidak ada yang berubah


dari langit kemarin
Hujan turun di halaman lama
Yang kehabisan kata dan tinta

Tidak ada yang berubah


dari langit kemarin; masih sama
Mendapati diri di lengan sendiri
Memeluk air mata dalam bayang
Senyum dan tawa sepasang yang lain

Tidak ada yang berubah


dari langit kemarin
Membiarkan halaman lama terbuka
dan tak sempat menutupnya
SEJAK
SAAT ITU [r.t]

Sejak saat itu


Malam tak agi gaduh seperti biasa
Yang ada hanya hening

Tanpa dirimu

Kau telah kehilangan tempat


di kepalaku- kota kita telah
lebur menjadi abu

Yang tersisa hanyalah


Satu bangku panjang
Dengan pohon yang mematahkan
cabang-cabang sendiri

Terima kasih dan-


selamat tinggal
PIKIRAN
SENDIRI [r.t]

Sore tiba lagi, di tepi pantai


Orang-orang sibuk memancing
Sedang aku sibuk menenggelamkan
isi pikiranku sendiri

Yang selalu tiba-tiba menjadi


badai dan terperangkap jala yang
kutebarkan sendiri

Di laut pikiranku
[r.t]

Pikiran terkadang bisa menjadi taman yang luas


Dan bisa tiba-tiba menjadi kota yang riuh
[r.t]

Sebab di hadapan air matamu malam itu


Langit menjadi lebih biru di dadamu
Laut menjadi lebih tenang dalam pikiranmu

Air mata sedang menyelamatkanmu kekasih


NYALI
TERAKHIR [r.t]

Nyali terakhir bagi seorang yang


kucintai adalah kerelaan
Kau dan segala yang ada padaku
Saat ini adalah kesementaraan

Maka jika nanti kau tetiba pergi


Nyali itu akan menjadi api

Bahwa mencintai tidak selalu


tentang memiliki- memilikimu
Hanya bisa abadi di dalam hati
[r.t]

Dia bisa hidup dari penderitaan orang lain


Dia bisa makan dari daging orang lain
Dia bisa minum dari darah orang lain

Tapi, apakah itu hidup?

Sungguh Telah kau tenggelamkan dirimu


Telah kau makan dan minum dirimu sendiri
Telah kau hantar dirimu menuju
sebenar-benarnya kematian abadi

Kematian yang ditanggalkan tanah


Kematian yang ditinggalkan kasih dan cinta
SANGKAR
[r.t]

Jangan kau kurung anak burung


yang mengenal langit dengan sayapnya
Yang berbicara pada daun dan
angin dengan kicaunya

Jangab kau ikat kucing-kucing


kesayanganmu yang telah sekali
kau perkenalkan ia kepada
Halaman rumahmu

Apalagi kepada kekasihmu


Biarkan ia dengan hidupnya
Biarkan ia dengan dunianya

Selama ia menggenggam erat cinta


Cinta tak akan pernah meninggalkannya
REST IN
LOVE SJ182 [r.t]

Langkah kaki terakhir


Kehidupan bersulang
Dengan langit luas dan
Lapang

KepadaNYA kalian terbang


Melayang, melebarkan sayap
Menuju keabadian

Bunga tumbuh dan


Mekar di pusara
Air mata menjelma doa
Memeluk jiwa-jiwa

Dalam kepulangan
Langit berbela sungkawa
Hujan jatuh di pelupuk mata
TULISAN KECIL
UNTUK NEGERI [r.t]

Bolehkah kusimpan sedikit


tentangmu di hari tua?
Sebagai penanda bahwa hari
mudaku pernah dan mengenal cinta

Akan kusimpan segala yang


Bercerita tentang laut, gunung dan hutan
Agar hari tuaku tidak hanya melihat
jalan dan gedung-gedung kekuasaan

Karena di sinil, di negaraku


Jalan dan gedung lebih merdeka
Hutan, gunung dan laut ada dalam
kantong celana para penguasa
MENERIMA
DIRI SENDIRI [r.t]

Selamat untuk yang kemarin


Tidak mudah memang
Membenturkan diri di-
hadapan cermin sebab musuh
terbesar yang tertidur adalah -
diri sendiri

Di hadapan cermin
kita menolak diri kita
Sebagai ketidaktahuan

Dinding yang tersembunyi


di dalam diri
Sesuatu yang sulit
Tapi dianggap begitu mudah

Selamat untuk yang kemarin


Setiap perjalanan adalah kembali
Ujung dari perjalanan

Tidak pernah ada- tidak nyata

Kita tidak pernah


benar-benar berhenti
PERTANYAAN
[r.t]

Pertanyaan-pertanyaan kita
kala itu ialah laut dalam, arus dan-
waktu. Kita lupa menarik nafas
dalam-dalam, kita lupa cara berenang
dan kita hidup tanpa perduli
pagi dan malam

Kita hidup di atas penantian


yang tidak pernah ada
ADA YANG PERLU
KAU KENALI [r.t]

Jika nanti kau punya waktu


Naiklah gunung yang tinggi
Barangkali ada yang perlu kau kenali

Jika nanti kau punya waktu


Pakailah kapal dan pergilah ke laut
Melompatlah, barangkali ada-
yan perlu kau selami

Jika nanti tidak ada yang kau temukan


Mungkin kau tak benar-benar tahu
Arti langkahmu sendiri

Barangkali hanya namamu


Yang kau kenali selama ini
JANUARI
DINGIN DAN BASAH [r.t]

Seperti tahun kemarin, kita temukan lagi


Januari yang basah dan kedinginan
Sungai dan laut muntah di jalan dan rumah
Atau malah sebaliknya

Kau lihat yang lewat adalah plastik


hari kemarin sedang ikan tak juga kunjung
memunculkan diri
Sungai, laut, gunung dan kota menjadi limbah
Di tangan-tangan yang buta

Banyak yang berdiri di hadapan maut


Bertanya kepada langit
Tentang nasibnya beberapa waktu nanti

Lalu kita ke mana?


Tangan kita ke mana?

Sedang di bagian langit yang lain


Ada yang terbang dan tak berhenti
Mereka telah jauh pergi; menjadi abadi

Di halaman koran- pagi itu


Negara memaninkan pentas, seperti biasa
Mencuci tangan dan mengemas kebohongan

Isi beritanya:
Hujan disalahkan
Hujan disalahkan?
Serta di balik dinding putih negara
Secara diam-diam dan tak banyak yang tahu
Atau malah sengaja menutup mata

Hutan, gunung dan laut sudah masuk ke dalam


Kantong celana para penguasa
API DALAM
DIRI KITA [r.t]

Tenggelam dikau di ujung malam


Kala laut dan bulan kugenggam
Tiada yang lebih senyap dari
Merah rembulan di bibirmu

Aku diam
Kita diam

Lalu menyala, tidak mau kalah


Sampai matahari menjemput kita
Tak juga kunjung padam api-

Dalam diri kita

Terbakar
Kemudian hangus terkapar
[r.t]

Sebab betapa kesepiannya manusia


Tanpa kasih sayang
Kesepian dengan bahasanya sendiri
Dengan sepasang lengan
Yang tak menemukan lengan yang lain
[r.t]

Malam meniupkan angin


Di tubuhku yang terbakar
Menyeberangi kota-kota
Yang dulu dibangun

Tempat kita,
Menyusuri setapak kecil
Taman tempat bunga
Tumbuh dan mekar

Tubuh yang terbakar


Tetiba perlahan padam
Membentuk dua sungai
kecil di mata yang kaca

Malam sedang
memainkan perannya

Anda mungkin juga menyukai