LEUKIMIA
Dosen Pengampuh : Mery Sambo,Ns, M.Kep
DISUSUN OLEH :
Serli (2014201150)
Sertince Maura (2014201151)
Susanti Palamba (2014201152)
Theresia Lorensa Gowasa (2014201153)
Wehelmina Leviani Yarangga (2014201154)
Wiweka Putri (2014201155)
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Leukimia”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan
akan tetapi dengan bantuan dan berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi dan
penyusun boleh menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Oleh sebab itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga dengan bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
sistematika penulisan maupun isi dari makalah. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik saran dari pembaca sehingga dalam penyusunan makalah
selanjutnya kami boleh memperbaiki kesalahan sebelumnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat kepada kita
sekalian terutama bagi mahasiswa STIK stella maris Makassar
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 36
B. Saran ....................................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia merupakan gangguan utama pada sumsum tulang, yakni
elemen normal digantikan dengan sel darah putih abnormal.
Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi limfoid dan
sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,
granulosit, monosit dan trombosit (Kyle & Susan, 2016). Menurut
Roshdal dan Mary (2015) leukemia merupakan gangguan
hematologi maligna pada dewasa dan anak yang dikarakteristikkan
dengan banyaknya jumlah sel darah putih abnormal. Pada leukemia,
faktor yang normalnya mengatur proses diferensiasi dan
pematangan sel berkurang.
Leukemia dapat didiagnosis sebagai akut atau kronik. Pada bentuk
leukemia akut, sel imatur berpoliferasi dan terakumulasi pada sumsusm
tulang individu. Pada leukemia kronik, sel yang tampak matur menjadi
sakit. Jenis leukemia ditentukan oleh jalur yang terkena limfoid dan
mieloid. Pada semua jenis leukemia, sel darah putih yang abnormal
mengambil alih sumsum yang normal. Sel darah merah dan trombosit
juga terganggu. Sel leukemia dan berpoliferasi dan dilepaskan ke
dalam darah perifer yang menginvasi organ tubuh yang
menyebabkan metastasis (Roshdal & Mary, 2015). Leukemia
diklasifikasikan menjadi empat yaitu Leukemia limfoid akut (LLA),
leukemia limfoid kronik (LLK), leukemia mieloid akut (LMA) dan
leukemia mieloid kronik (LMK) (Roshdal & Mary, 2015). Leukemia
limfoblastik akut (LLA) merupakan keganasan yang paling banyak
didiagnosis pada anak-anak, yang mewakili lebih dari seperempat dari
semua jenis kanker pada anak. Penyebab leukemia pada anak tidak
diketahui dan kemungkinan bersifat multifaktorial, faktor lingkungan
memegang peranan penting. Faktor genetik dan abnormalitas
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan leukimia?
2. Apa saja etiologi dari leukemia?
3. Apa saja klafikasi dari leukimia?
4. Apa saja manifestasi klinis dari leukimia?
5. Bagaimana patofisiologi dari leukimia?
6. Apa saja komplikasi dari leukimia?
7. Apa saja pemeriksaan diagnositik dari leukimia?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari leukimia?
9. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada pasien dengan leukimia?
C. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medis dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan leukemia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi leukemia
b. Untuk mengetahui etiologi leukimia
3
4
5
lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting dalam pengkajian sumber
perdarahan. Jika warna darah merah terang, kemungkinan darah
berasal dari arteri yang terobek, dan jika warna darah merah gelap,
kemungkinan darah tersebut merupakan darah vena.
3) Ph
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung
agak basa Darah vena biasanya memiliki pH yang lebih rendah
daripada darah arteri karena mengandung karbon dioksida dalam
jumlah lebih besar.
4) Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih
kental sekitar 3-5 kali dibanding air. Viskositas darah meningkat
dengan adanya sel-sel darah dan protein plasma, dan kekentalan ini
berpengaruh pada tekanan darah normal.
b. Plasma
Plasma adalah bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air.
Kemampuan melarutkan air memungkinkan plasma rnengangkut
berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan
disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan
diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine. Hormon yang
diproduksi oleh kelenjar endokrin diangkut oleh plasma menuju organ
sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh plasma. Sebagian besar
karbon dioksida yang dihasilkan sel diangkut oleh plasma dalam
bentuk ion bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2
dibentuk kembali, berdifusi ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
c. Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Sel-sel darah diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang
ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada tulang pipih
dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar
getah bening, dan kelenjar timus.
6
Golongan darah A, B, O
Golongan Antigen pada sel Antibody pada plasma
darah merah
A A Anti-B
B B Anti-A
AB A dan B Tidak ada antibody
O Tidak ada antigen Anti-A dan anti-B
Tabel.1.1
Seseorang yang memiliki golongan.darah A
memiliki antigen A pada sel darah merahnya, dan
seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B.
Golongan darah AB berarti orang tersebut memiliki kedua
antigen A dan B, dan golongan O berarti tidak ada antigen
A maupun antigen B.
Faktor Rh
Adalah tipe antigen lain (sering disebut D) yang mungkin
terdapat pada sel darah merah. Seseorang yang sel darah
merahnya memiliki antigen Rh disebut Rh positif,
sedangkan yang tidak memiliki antigen Rh disebut Rh
negatif. Seseorang dengan Rh negatif tidak memiliki
antibodi alami terhadap antigen Rh, oleh karena itu
antigen ini dianggap asing. Jika seseorang dengan Rh
10
merah. Hitung jenis sel darah putih (bagian hitung darah total)
adalah persentase setiap jenis leukosit. Kisaran normal
ditunjukkan pada Tabel dibawah, disertai nilai normal hitung
darah lengkap lain.
b) Hitung Darah Lengkap
Pengukuran Kisaran normal
Sel darah merah 4,5-6 juta/mm3
Hemoglobin 12-18 gram/100 ml
Hemaktokrit 38-48%
Retikulosit 0%-1,5%
Sel darah putih (total) 5000-10.000/mm3
Neutrofil 55-70%
Eosinofil 1-3%
Basofil 0,5-1%
Limfosit 20-35%
Monosit 3-8%
Trombosit 150.000-300.000/mm3
Tabel 1.2
c) Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu
melindungi tubuh dan penyakit infeksi dan membentuk imunitas
terhadap penyakit tertentu. Setiap jenis leukosit memiliki suatu
peranan untuk menjaga homeostasis yang sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit
patogen. Neutrofil adalah yang paling banyak menjalankan
fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini dengan sangat efisien,
monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga
memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada tempat
cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi
protein asing. Hal ini penting terutama pada reaksi alergi dan
12
3. Klasifikasi
a. Leukimia akut
1) Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling sering
terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, dan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun ALL jarang terjadi
2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid, monosit, grnulosit (basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit
dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena, insiden meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan Leukemia Nonlimfositik
yang paling sering terjadi. (Muttaqin arif. 2009)
b. Leukimia Kronis
1) Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan
limfoproliferatif yang ditemukan pada orang tua (umur median 60
tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan
oleh proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil
dalam sumsum tulang, darah perifer, dan tempat-tempat ekstramedular,
dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm3 atau lebih. Pada lebih dan
90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B
berperan pada sintesis imunoglobulin pasien dengan LLK mengalami
insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan respons antibodi.
Studi sitogenetik menunjukkan leblh dari 80% pasien mengalami
berbagai perubahan sitogenetik, yang mungkin menunjukkan prognosis
buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan
pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan
15
2. Penanda (marker)sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL
dengan AML.sebagai contoh,ALL akan menunjukkan warna positif
setelah diberi terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT)
sementara AML memperlihatkan sifat nonreaktif (Margolin dan
Poplack,1997)
3. Pemeriksaan kromosom
Análisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam
menegakkan diagnosis leukemia limfoblastik akut.sebagai
contoh,anak-anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko 20 kali
lipat untuk mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-
anak lain. Anak-anak yang memiliki lebih dari 50 kromosom pada
sel-sel leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling
baik(Margolin dan Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga
ditemukan pada sel-sel leukemia dapat menunjukkan prognosis
yang baik seperti pada trisomi 4 dan 10,atau prognosis yang
buruk,seperti pada t(9:22)atau kromosom Philadelphia.
4. Penanda imunologik permukaan-sel
Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL
menjadi tiga kelas yang besar:ALL non-T, non-B memiliki
prognosis yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai
antigen leukemia limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai
CALLA-positif,terdapat pada permukaan selnya (Margolin dan
Poplack,1997)
18
4. Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
1) Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (T cell Leukmia lymphoma virus/HTLV)
2) Radiasi : sinar X
3) Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor
4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5) Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
(Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2016)
5. Manifestasi Klinis
1) Leukimia Limfosik Akut
Gejala klinis yang muncul yaitu berhubungan dengan anemia (mudah lelah,
latergi, puisng, sesak, nyeri dada), pendarahan, selain itu juga di termukkan
anoreksi, nyeri tulang dan sendir, dan hepermetabolisme.
2) Leukimia Mielositik Akut
Gejala utama adalah rasa lelah, pendaraham dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan kegagalan sumsum tulang. Pendarahan biasanya
bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat
tinggi (lebih dari 100 ribu/mm 3).
3) Leukimia Limfositik Kronik
Penderita LLK biasanya ditemukkan limfadenopati generalisata,
penurunana berat badan dan kelelahan. Demam, keringat malam dan infeksi
semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
4) Leukimia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi, dan fase krisi blas.
Pada fase kronik di temukkan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia
yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi
19
6. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini,
dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen
yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke
dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan
otak. (Suriadi & Rita Yuliani, 2016)
20
7. Patoflow
Suplai O2 MK : Resiko
Dalam darah MK : Pendarahan
Infeksi
meningkat Resiko
Infeksi
Jaringan < O2
Splenohep
atomegali
MK : Pola nafas Pendarahan organ
tidak efektif pencernaan pencernaan
21
Anoreksia, mual
muntah
Nafsu makan
MK : Defisit
Nutrisi
8. Komplikasi
e. Limpadenopati.
Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjer getah bening
dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast yang
merupakan gejala patogonomik untuk leukemia
b. Sumsum Tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik, patologis sedangkan
sistem lain terdesak (apabila sekunder).
c. Pemeriksaan lain
1) Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia
dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti
limfosit normal, RES, granulosit
2) Kimia darah
Ditemukkan sel darah putih lebih dari 50.000/mmγ adalah
tanda prognosis kurang baik. Kadar hematokrit dan hemoglobin
rendah mengindikasikan anemia. Trombosit rendah
mengindikasikan potensial perdarahan.
3) Cairan cerebrospinal
Bila terdapat jumlah patologis dan protein, berarti suatu
leukemia meningeal. Untuk mencegahnya diberikan
metotreksat (MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap
pasien yang menunjukkan gejala tekanan intrakranial meninggi
(Yosi, 2017).
23
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Kemoterapi
a) Kemoterapi pada pasien penderita Leukimia Limfositik
Akut
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap,
meskipun tidak semua fase yang digunakan semua orang.
b) Kemoterapi pada pasien penderita Leukimia Mielositik
Akut
(1) Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang
intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia
secara maksimal sehingga tercapai remisi kompit.
(2) Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari
fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri
dari bebarapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat
dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
dosisi yang digunakan pada fase induksi.
(3) Kemoterapi pada penderita Leukimia Limfositik Kronis
Terapi untuk leukemia linfositik kronis jarang
mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama utuk mengendalikan gejala.
(4) Kemoterapi pada penderita Leukimia Granulositik atau
Mielositik Kronik
(a) Fase kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat
pilihan yang mampu menahan pasien bebas dari gejal
untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terapi
24
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan
pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis
pasien pada umumnya kurang baik, maka pendekatan psikologis harus
diutamakan. Diagnosis leukemia cenderung menimbulkan rasa cemas
pada keluarga dan pasien. Perawat merupakan sarana untuk
memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas, selain
memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik,
prosedur dan rencana terapi.
25
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, no RM, diagnosa medis, dan penanggung
jawab.
b. Keluhan Utama atau Alasan Kunjungan
Pasien leukemia biasanya mengeluhkan lemah, sering
demam, sakit kepala dan nyeri pada tulang.
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien masuk rumah sakit untuk persiapan
kemoterapi atau muncul gejala- gejala seperti perdarahan,
hepatomegali.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengobatan kanker sebelumnya. Jika pasien pernah
mengalami kemoterapi sebelumnya akibat kanker yang diderita
kemungkinan akan memicu terjadinya leukemia akibat
rusaknya sel-sel darah putih.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada penderita leukemia sering ditemukan riwayat keluarga
yang terpapar oleh bahan kimia (benzene dan arsen), infeksi
virus (Epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan
penggunaan obat-obatan seperti phenylbutazone dan
chloramphenicol, serta terapi radiasi maupun kemoterapi.
27
28
f. Kognitif – Persepsi
Pasien dengan leukemia sering ditemukan mengalami
penurunan kesadaran (somnolen), iritabilitas otot dan sering
kejang, adanya keluhan sakit kepala, serta disorientasi karena
sel darah putih yangabnormal berinfiltrasi ke susunan saraf
pusat.
g. Persepsi diri – Konsep diri
Pada umumnya klien dengan penyakit leukemia merasa
tidak berdaya terhadap dirinya, sering merasa cemas, dan sering
merasa takut.
h. Pola peran dan hubungan
Pada umunya peran dan hubungan klien dengan keluarga
tidak terganggu, klien umumnya pendiam dan malas
berkomunikasi dengan orang disekitarnya karena perasaan takut
dan cemas dengan penyakit yang dideritanya.
i. Koping –Toleransi stres
Pasien berada dalam kondisi yanglemah dan pertahanan
tubuh yang sangat rendah. Dalam pengkajian dapat ditemukan
adanya depresi, penarikan diri, cemas, takut, marah, dan
iritabilitas. Juga ditemukan perubahan suasana hati dan
bingung.
j. Keyakinan
Pada umunya klien dan keluarga klien menyerahkan
semuanya kepada Tuhan untuk kesembuhannya.Terkadang
pasien merasa Tuhan tidak adil dengannya akibat penyakit yang
diderita (hubungan spiritualnya kurang baik)
30
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
selama belum terjadi komplikasi
b. Tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah : tidak signifikan perubahannya, cenderung
menurun
2) Nadi : tidak signifikan
3) Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
4) Pernapasan : dipsnea, takipnea
c. Pemeriksaan kepala leher
1) Rongga mulut ; apakah terdapat peradangan (infeksi oleh
jamur atau bakteri), perdarahan gusi
2) Konjuntiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan
penglihatan akibat infiltrasi kesusunan saraf pusat (SSP)
d. Pemeriksaan integument
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis dan hematoma, tekanan
turgor menurun jika terjadi dehidrasi.
e. Pemeriksaan dada dan thorax
1) Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostal
2) Auskultasi suara napas, adakah ronchi (terjadi penumpukan
secret akibat infeksi di paru),
3) Palpasi denyut apex (ictus cordis)
4) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran,
terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi
nyeri tekan bila ada pembesara hepar dan limfa.
2) Perkusi tanda asites bila ada
g. Pemeriksaan ekstremitas
Adakah sianosis, kekuatan otot, crt >2detik
31
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 (D.0012) Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
2 (D.0078) Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan imunitas
3 (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
4 (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
C. Intervensi Keperawatan
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
antibiotik & imunisasi, jika
perlu
4. (D.0019) Defisit Setelah dilakukan tindakan (I.03119) Manajemen Nutrisi:
Nutrisi keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
berhubungan diharapkan Defisit Nutrisi - Identifikasi status nutrisi
dengan dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi alergi atau
ketidakmampuan hasil: intoleransi makanan
mencerna (L.03030): - Identifikasi kebutuhan kalori
makanan - Satus nutrisi membaik dan nutrient
- Asupan makan adekuat - Identifikasi perlunya
- Tidak terjadi mual dan penggunaan selang
muntah nasogastric
- Anak menunjukkan - Monitor asupan makanan
penambahan BB sesuai - Monitor berat badan
dengan umur - Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Sajikan makanan yang
menarik dan suhu yang
sesuai
Edukasi:
- Anjurkan makan sedikit tapi
sering kepada klien
35
A. KESIMPULAN
Leukemia merupakan gangguan utama pada sumsum tulang, yakni
elemen normal digantikan dengan sel darah putih abnormal. Normalnya,
sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi limfoid dan sel mieloid
tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah, granulosit, monosit dan
trombosit.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya
sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak. (Suriadi & Rita Yuliani, 2016)
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai
pedoman bagi pembaca untuk menambah wawasan kita terutama dalam
dunia kesehatan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun isi. Kami
mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat oleh pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Kusuma, N. A. H. dan H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC 2015. Mediaction Publishing.
Yosi, N. O. (2017). Asuhan Keperawatan Leukemia. Journal of Chemical
Information and Modeling, 21–25.
Suriadi,S.Kp,MSN .2016.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Ed. 2 : Jakarta
Valerie.C.Scalon. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.Ed..3 : Jakarta. EGC
Sylvia A. Price.2006. Patofisiologi. Ed.6 : Jakarta: EGC
Asuhan Keperawatan Anak Leukimia http://catatanperawat. byethost15.com/
asuhan- keperawatan /asuhan-keperawatan-anak-leukimia/ diakses tanggal : 11
April 2021