Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Via Daring Departemen Keperawatan Maternal
yang Diampu Oleh Ns. Diana Kusumawati., M.Kes
OLEH :
Mega Puspitasari
2020.04.043
Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Maternal pada Pasien dengan kasus
Persalinan preterm , sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan Tugas Praktek Profesi Ners
Via Daring yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2020, disusun oleh :
NIM : 2020.04.043
Mengetahui
1. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
2. Tes nitrazin
3. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik
4. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
H. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-
4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15 µg/menit,
subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam
(maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia,
hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases
(COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin merupakan
penghambat COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko kardiovaskular
pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil daripada
indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks
percobaan klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan
intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien stabil dan
kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang
akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian steroid
ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal
kortikosteroid ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing
hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang kemudian
dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen inositol,
karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika yang tepat dapat
menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Antibiotika hanya
diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus
KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena risiko necrotising enterocolitis
I. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi
seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
7. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
8. Gangguan respirasi
9. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas
jaringan otak
10. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm
11. Cerebral palsy
12. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
I. Identifikasi Pasien
A. Pengkajian
a. No. Rekam medis : sesuai nomor pasien yang didapatkan dari rumah sakit
b. Nama pasien : menggunakan inisial dan sesuai jenis kelamin (yaitu jenis
kelamin perempuan; Ny.X) beserta usia pasien.
c. Agama : Agama apapun dapat mengalami Persalinan preterm
d. Pekerjaan : terdapat pekerjaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
Persalinan preterm pekerjaan yang melelahkan
yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan juga janin didalam
kandungan.
e. Jenis kelamin : jenis kelamin perempuan mempunyai peluang besarterjadinya
Persalinan preterm
B. Pendidikan : pendidikan apapun dapat mengalami Persalinan preterm
C. Keluhan Utama
Pada pasien yang mengalami Persalinan preterm , keluhan utama yang sering
dikeluhkan oleh pasien adalah kontraksi pada perut disertai nyeri, kram ,dan sakit pada
punggung bawah .
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien yang mengalami Persalinan preterm, keluhan yang dirasakan oleh
pasien adalah, demam, nyeri perut atau nyeri punggung, adanya rembesan air ketuban
dari vagina yang berbau amis, dan adanya bercak di area vagina.
E. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa 3 tahun yang lalu
Pasien merupakan seseorang yang pekerja keras.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dikeluarganya memiliki hal serupa yaitu apakah pernah mengalami
ketuban pecah dini saat kehamilan.
G. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
a. Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b. Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestesi
c. Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
d. Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
e. Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, perdarahan, dan
ketuban pecah dini
f. Komplikasi pada bayi
g. Rencana menyusui
H. Riwayat Menstruasi
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menentukan taksiran persalinan (TP),
TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurang tiga, tahun disesuaikan.
I. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan
pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada
janin
J. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa
berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur
operasi, dan trauma pada persalinan harus didokumentasikan
K. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Menggambarkan frekuensi makan dalam sehari, porsi makan,
keluhan saat makan, ada atau tidaknya pantangan/ alergi pada makanan tertentu.
Menggambarkan frrekuensi, jenis minuman yang sering diminum, jumlah cairan
yang diminum, ada atau tidaknya keluhan.
b. Pola Eliminasi : Mengggambarkan frekuensi BAB dan BAK, konsistensi, jumlah,
warna dan ada atau tidaknya keluhan saat BAB dan BAK, apakah ada kesulitan
dalam BAB dan BAK
c. Pola istirahat dan tidur : Menggambarkan kebiasaan istirahat, lama istirahat/tidur,
ada atau tidaknya keluhan/ penyakit saat istirahat.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Menggambarkan aktivitas ibu sehari-hari, sehingga perawat dapat mengetahui
masalah kesehatan yang berdampak kepada kehamilannya
L. Pengkajian Psikososial
Ketika seseorang mengalami Persalinan preterm akan mengakibatkan perubahan
pada psikososialnya, saat sebelum sakit seseorang dapat bersosialisasi dengan
keluarga, teman maupun orang lain, tetapi pada saat seseorang dalam kondisi sakit
menyebabkan seseorang tersebut tampak lebih cemas dan murung karena terbaring
lemah, dan tidak dapat bertemu dengan banyak orang seperti saat sebelum sakit
M. Personal Hygen dan Kebiasaan
Seseorang yang terkena penyakit termasuk yang mengalami Persalinan preterm
akan mengalami perubahan maupun kebiasaan dalam kebersihan diri yaitu personal
hygien dimana pada waktu sebelum sakit masih bisa melakukan kebersihan diri secara
mandiri dan ketika sakit tidak mampu untuk melakukan kebersihan diri secara mandiri.
M. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Dikaji untuk mengetahui status kesehatan ibu secara imun yang meliputi:
2. Keadaan Umum
a. BB dan TB
b. Vital sign (TD, nadi, respirasi, dan suhu)
c. Pemeriksaan Sistematis dan Ginekologi
Kepala
-Inspeksi : bentuk kepala normal, tidak ditemukan luka didaerah kepala
-Palpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah frontal, tidak terdapat pembesaran.
Mata
-Inspeksi : Pada pemeriksaan mata, kedua mata simetris antara maata kanan
dan mata kiri, tidak terdapat luka didaerah mata, sklera berwarna putih, pupil
isokor.
-Palpasi : pada pemeriksaan mata tidak terdapat pembesaran pada daerah
mata, dan tidak ditemukan nyeri tekan.
Telinga
-Inspeksi : pada pemeriksaan telinga, didapatkan bentuk telinga simetris
antara telinga kanan dan kiri, warna sama dengan kulit wajah dan leher, tidak
terdapat luka didaerah telinga
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran didaerah sekittar telinga, dan tidak
adanya nyeri tekan.
Hidung
-Inspeksi : pada pemeriksaan hidung, didapatkan bentuk hidung normal, tidak
adanya luka di luar maupun didalam hidung
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran pada daerah hidung dan tidak adanya
nyeri tekan
Mulut
-Inspeksi : pada pemeriksaan mulut, mukosa bibir klien kering, mulut sedikit
kotor, bentuk bibir normal, gigi caries.
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran maupun nyeri tekan.
Leher
-Inspeksi : pada pemeriksaan leher tidak ditemukan luka didaerah leher.
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran, maupun nyeri tekan
Dada/Payudara
-Inspeksi : Pada pemeriksaan payudara, apakah ada luka di sekitar area
payudara, kebersihan payudara, bentuk dan kesimetrisan
-Palpasi : Apakah ada atau tidaknya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada
area sekitar payudara dan sekresi air susu
-Perkusi : terdapat suara redup pada daerah dada,
-Auskultasi : suara nafas terdengar cepat
Abdomen
- Inspeksi : Pada pemeriksaan abdomen. Apakah ada luka bekas operasi
- Palpasi : Menentukan letak janin dan tinggi fundus uteri
- Auskultasi : Mendengarkan DJJ (normal DJJ 110-150)
Jantung (kardiovaskuler)
-Inspeksi : tidak ditemukan tanda-tanda adanya clubbing finger
-palpasi : tidak terdapat nyeri dada, CRT ˂2 detik
-Perkusi : terdapat suara redup
-Auskultasi : irama jantung reguler, suara jantung S1 S2, tidak adanya suara
tambahan seperti murmur.
Genetalia
-Inspeksi : Kebersihan genetalia, ada atau tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, discharge, approxiamately), pengeluaran air ketuban (jumlah, warna,
bau dan lendir merah muda kecoklatan)
-Palpasi : Pembukaan serviks (0-4)
Muskuloskeletal
Pada pemeriksaan fisik mukuloskeletal pada klien dengan masalah kehamilan
ketuban pecah dini ditemukan :
- Inspeksi kulit pada klien dengan ketuban pecah dini kurang bersih, karena
kondisi yang dipicu oleh perubahan hormon yang merangsang melanin pada
tubuh
- Palpasi akral teraba dingin, turgor kulit dapat kembali ˂2 detik
- Kekuatan otot tangan kanan dan kiri (4-4)
- Kekuatan otot kaki kanan dan kiri (4-4)
- Pada saat berjalan biasanya pada klien dengan kasus ketuban pecah dini
mengalami gaya berjalan yang canggung
III. Evaluasi
Pada tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi perkembangan kesehatan klien
dapat dilihat dari hasilnya. Tujuaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan di dapat.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha T. 2010. Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Varney Helen, Jan M. Kriebs.Carolyn L. Gregor: Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Volume 2.