Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KASUS PERSALINAN PRETERM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Via Daring Departemen Keperawatan Maternal
yang Diampu Oleh Ns. Diana Kusumawati., M.Kes

OLEH :

Mega Puspitasari
2020.04.043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Maternal pada Pasien dengan kasus
Persalinan preterm , sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan Tugas Praktek Profesi Ners
Via Daring yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2020, disusun oleh :

Nama : Mega Puspitasari

NIM : 2020.04.043

Prodi : Kelompok B Profesi Ners

Telah disetujui pada

Mengetahui

Pembimbing Praktek Profesi Ners

Ns. Diana Kusumawati,.M.Kes


NIK: 06.010.0207
A. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan
atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya
kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.  Menurut
Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum
kehamilan 37 minggu dari  hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2012). Menurut
Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan yaitu Partus Prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk uterus,
riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian obat
narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus.
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih
dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2009), faktor predisposisi partus prematurus
adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun,
jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi,
jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat
2. Faktor  kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

C. Tanda dan Gejala


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari kewaspadaan
tenaga medis.
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik
sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan servik.
D. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan atau adanya
gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur persalinanan
normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah,
yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke
plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
.
E. Komplikasi
Menurut  Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi
seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas  adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas
jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
F. Pattway
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
2. Tes nitrazin
3. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik
4. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
H. Penatalaksanaan

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-
4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15 µg/menit,
subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam
(maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia,
hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases
(COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin merupakan
penghambat COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko kardiovaskular
pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil daripada
indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks
percobaan klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan
intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien stabil dan
kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang
akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian steroid
ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal
kortikosteroid ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing
hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang kemudian
dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen inositol,
karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika yang tepat dapat
menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Antibiotika hanya
diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus
KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena risiko necrotising enterocolitis

I. Komplikasi
Menurut  Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi
seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas  adalah :
7. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
8. Gangguan respirasi
9. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas
jaringan otak
10. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm
11. Cerebral palsy
12. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KASUS Persalinan Preterm

I. Identifikasi Pasien
A. Pengkajian
a. No. Rekam medis : sesuai nomor pasien yang didapatkan dari rumah sakit
b. Nama pasien : menggunakan inisial dan sesuai jenis kelamin (yaitu jenis
kelamin perempuan; Ny.X) beserta usia pasien.
c. Agama : Agama apapun dapat mengalami Persalinan preterm
d. Pekerjaan : terdapat pekerjaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
Persalinan preterm pekerjaan yang melelahkan
yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan juga janin didalam
kandungan.
e. Jenis kelamin : jenis kelamin perempuan mempunyai peluang besarterjadinya
Persalinan preterm
B. Pendidikan : pendidikan apapun dapat mengalami Persalinan preterm
C. Keluhan Utama
Pada pasien yang mengalami Persalinan preterm , keluhan utama yang sering
dikeluhkan oleh pasien adalah kontraksi pada perut disertai nyeri, kram ,dan sakit pada
punggung bawah .
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien yang mengalami Persalinan preterm, keluhan yang dirasakan oleh
pasien adalah, demam, nyeri perut atau nyeri punggung, adanya rembesan air ketuban
dari vagina yang berbau amis, dan adanya bercak di area vagina.
E. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa 3 tahun yang lalu
 Pasien merupakan seseorang yang pekerja keras.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dikeluarganya memiliki hal serupa yaitu apakah pernah mengalami
ketuban pecah dini saat kehamilan.
G. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
a. Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b. Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestesi
c. Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
d. Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
e. Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, perdarahan, dan
ketuban pecah dini
f. Komplikasi pada bayi
g. Rencana menyusui
H. Riwayat Menstruasi
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menentukan taksiran persalinan (TP),
TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurang tiga, tahun disesuaikan.
I. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan
pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada
janin
J. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa
berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur
operasi, dan trauma pada persalinan harus didokumentasikan
K. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Menggambarkan frekuensi makan dalam sehari, porsi makan,
keluhan saat makan, ada atau tidaknya pantangan/ alergi pada makanan tertentu.
Menggambarkan frrekuensi, jenis minuman yang sering diminum, jumlah cairan
yang diminum, ada atau tidaknya keluhan.
b. Pola Eliminasi : Mengggambarkan frekuensi BAB dan BAK, konsistensi, jumlah,
warna dan ada atau tidaknya keluhan saat BAB dan BAK, apakah ada kesulitan
dalam BAB dan BAK
c. Pola istirahat dan tidur : Menggambarkan kebiasaan istirahat, lama istirahat/tidur,
ada atau tidaknya keluhan/ penyakit saat istirahat.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Menggambarkan aktivitas ibu sehari-hari, sehingga perawat dapat mengetahui
masalah kesehatan yang berdampak kepada kehamilannya
L. Pengkajian Psikososial
Ketika seseorang mengalami Persalinan preterm akan mengakibatkan perubahan
pada psikososialnya, saat sebelum sakit seseorang dapat bersosialisasi dengan
keluarga, teman maupun orang lain, tetapi pada saat seseorang dalam kondisi sakit
menyebabkan seseorang tersebut tampak lebih cemas dan murung karena terbaring
lemah, dan tidak dapat bertemu dengan banyak orang seperti saat sebelum sakit
M. Personal Hygen dan Kebiasaan
Seseorang yang terkena penyakit termasuk yang mengalami Persalinan preterm
akan mengalami perubahan maupun kebiasaan dalam kebersihan diri yaitu personal
hygien dimana pada waktu sebelum sakit masih bisa melakukan kebersihan diri secara
mandiri dan ketika sakit tidak mampu untuk melakukan kebersihan diri secara mandiri.
M. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Dikaji untuk mengetahui status kesehatan ibu secara imun yang meliputi:
2. Keadaan Umum
a. BB dan TB
b. Vital sign (TD, nadi, respirasi, dan suhu)
c. Pemeriksaan Sistematis dan Ginekologi
 Kepala
-Inspeksi : bentuk kepala normal, tidak ditemukan luka didaerah kepala
-Palpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah frontal, tidak terdapat pembesaran.
 Mata
-Inspeksi : Pada pemeriksaan mata, kedua mata simetris antara maata kanan
dan mata kiri, tidak terdapat luka didaerah mata, sklera berwarna putih, pupil
isokor.
-Palpasi : pada pemeriksaan mata tidak terdapat pembesaran pada daerah
mata, dan tidak ditemukan nyeri tekan.
 Telinga
-Inspeksi : pada pemeriksaan telinga, didapatkan bentuk telinga simetris
antara telinga kanan dan kiri, warna sama dengan kulit wajah dan leher, tidak
terdapat luka didaerah telinga
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran didaerah sekittar telinga, dan tidak
adanya nyeri tekan.
 Hidung
-Inspeksi : pada pemeriksaan hidung, didapatkan bentuk hidung normal, tidak
adanya luka di luar maupun didalam hidung
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran pada daerah hidung dan tidak adanya
nyeri tekan
 Mulut
-Inspeksi : pada pemeriksaan mulut, mukosa bibir klien kering, mulut sedikit
kotor, bentuk bibir normal, gigi caries.
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran maupun nyeri tekan.
 Leher
-Inspeksi : pada pemeriksaan leher tidak ditemukan luka didaerah leher.
-Palpasi : tidak ditemukan pembesaran, maupun nyeri tekan
 Dada/Payudara
-Inspeksi : Pada pemeriksaan payudara, apakah ada luka di sekitar area
payudara, kebersihan payudara, bentuk dan kesimetrisan
-Palpasi : Apakah ada atau tidaknya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada
area sekitar payudara dan sekresi air susu
-Perkusi : terdapat suara redup pada daerah dada,
-Auskultasi : suara nafas terdengar cepat
 Abdomen
- Inspeksi : Pada pemeriksaan abdomen. Apakah ada luka bekas operasi
- Palpasi : Menentukan letak janin dan tinggi fundus uteri
- Auskultasi : Mendengarkan DJJ (normal DJJ 110-150)
 Jantung (kardiovaskuler)
-Inspeksi : tidak ditemukan tanda-tanda adanya clubbing finger
-palpasi : tidak terdapat nyeri dada, CRT ˂2 detik
-Perkusi : terdapat suara redup
-Auskultasi : irama jantung reguler, suara jantung S1 S2, tidak adanya suara
tambahan seperti murmur.
 Genetalia
-Inspeksi : Kebersihan genetalia, ada atau tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, discharge, approxiamately), pengeluaran air ketuban (jumlah, warna,
bau dan lendir merah muda kecoklatan)
-Palpasi : Pembukaan serviks (0-4)
 Muskuloskeletal
Pada pemeriksaan fisik mukuloskeletal pada klien dengan masalah kehamilan
ketuban pecah dini ditemukan :
- Inspeksi kulit pada klien dengan ketuban pecah dini kurang bersih, karena
kondisi yang dipicu oleh perubahan hormon yang merangsang melanin pada
tubuh
- Palpasi akral teraba dingin, turgor kulit dapat kembali ˂2 detik
- Kekuatan otot tangan kanan dan kiri (4-4)
- Kekuatan otot kaki kanan dan kiri (4-4)
- Pada saat berjalan biasanya pada klien dengan kasus ketuban pecah dini
mengalami gaya berjalan yang canggung

I. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI


1. D.0077 Nyeri Akut berhubungan dengan cidera fisiologis
2. D.0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. D.0111 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
II. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri 1.08238
berhubungan dilakukan No Mening Cukup Sedan Cukup Menurun Observasi:
dengan cedera tindakan kat meningk g menuru - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
fisiologis keperawata at n intensitas nyeri
(D.0077) n selama 1 Kelu 1 2 3 4 5 -Identifikasi skala nyeri
x 24 jam han
diharapkan -Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri
nyeri Meri 1 2 3 4 5 -Identifikasi faktor yang memperberatdan memperingan nyeri
berkurang -Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
ngis -Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Gelis 1 2 3 4 5
-Identifikasi respon nyeri terhadap kualitas hidup
ah -Monitor terapi komplementer yang sudah diberikan
-Monitor efek samping penggunaan anlgetik
Terapeutik:
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
-Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
-Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
-Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
-Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Ansietas Setelah Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (1.09314)
berhubungan dilakukan No Memb Cukup Sedang Cukup Menur Observasi:
dengan krisis tindakan uruk membu menuru un -Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi,
situasional keperawata ruk n waktu, stresor)
D.0080 n selama
3x24 jam -Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Konsen 1 2 3 4 5
diharapkan trasi -Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
tingkat Pola 1 2 3 4 5 Terapeutik:
ansietas tidur -Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan keprcayaan
menurun Menin Cukup Sedang Cukup Menur -Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
gkat mening menuru un memungkinkan
kat n -Gunakan pendekatan yang terang dan meyakinkan
Perilak 1 2 3 4 5 -Tempatkan barang pribadi yeng memberikan kenyamanan
u
-Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
gelisah
Verbali 1 2 3 4 5 -Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
sasi datang
kebing Edukasi:
ungan -Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Verbali 1 2 3 4 5 -Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
sasi dan prognosis
khawat
-Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
ir
akibat -Anjurkan melaukan kegiatan yang tidak kompetetif, sesuai
kondisi kebutuhan
yang -Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
dihada -Latih kegiatan pegalihan untuk mengurangi ketegangan
pi -Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Perilak 1 2 3 4 5 -Latih teknik relaksasi
u Kolaborasi:
tegang
-Kolaborasi pemberian obat antlansietas, jika perlu
3 Defisit Setelah No Menur Cukup Sedang Cukup Menin Edukasi Kesehatan (1.12383)
Pengetahuan dilakukan un menuru mening gkat Observasi:
berhubungan tindakan n kat -Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
dengan kurang keperawata Perilak 1 2 3 4 5 -Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
terpapar n selama u
informasi 3x24 jam motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
sesuai
D.0111 diharapkan anjuran Terapeutik:
tingkat Kema 1 2 3 4 5 -Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
pengetahua mpuan -Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
n membaik menjel -Berikan kesemppatan untuk bertanya
askan Edukasi:
penget -Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
ahuan
-Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
tentang
suatu -Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
topik perilaku hidup bersih dan sehat
Menin Cukup Sedang Cukup Menuu
gkat mening menuru run
kat n
Pertany 1 2 3 4 5
aan
tentang
masala
h yang
dihada
pi
Perseps 1 2 3 4 5
i yang
keliru
terhada
p
masala
h
Menjal 1 2 3 4 5
ani
pemeri
ksaan
yang
tidak
tepat
Memb Cukup Sedang Cukup Memba
uruk membu memba ik
ruk ik
Perilak 1 2 3 4 5
u

III. Evaluasi
Pada tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi perkembangan kesehatan klien
dapat dilihat dari hasilnya. Tujuaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan di dapat.
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani.2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Mutaqqin, Arif. 2011. Gangguan Kehamilan: Aplikasi Asuhan Keperawatan maternitas.

Jakarta: Salemba Medika

Nugraha T. 2010. Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha

Medika

Varney Helen, Jan M. Kriebs.Carolyn L. Gregor: Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Volume 2.

Jakarta: EGC. 2010. h. 7888-92

Anda mungkin juga menyukai