Anda di halaman 1dari 34

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Rumah Sakit Islam UNISMA


Rumah Sakit Islam (RSI) UNISMA merupakan rumah sakit swasta kelas C
yang berdiri sejak tanggal 1 Mei 1994 yang terakreditasi Paripurna SNARS tahun
2019. RSI UNISMA beralamat di Jalan M.T. Haryono No. 139, Malang dimiliki
oleh Yayasan Universitas Islam Malang memiliki luas tanah 20,000 meter persegi
dengan luas bangunan 5,373 meter persegi.
RSI UNISMA memiliki Visi “Menjadi Rumah Sakit Islami yang Terbaik”
dengan Misi sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan prima berdasarkan etika, disiplin profesi yang
dijiwai nilai keislaman dengan mengutamakan keselamatan pasien
2. Mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia melalui
pendidikan, pelatihan dan penelitian
3. Meningkatkan pendapatan rumah sakit dan karyawannya
4. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan rumah sakit pendidikan
regional dan internasional.
Selain itu tujuan dari RSI UNISMA adalah :
1. Meningkatkan mutu pelayanan yang islami.
2. Tersusunnya standart pelayanan rumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia.
4. Meningkatkan pendapatan rumah sakit dengan pengelolaan yang efektif
dan efisien.
5. Terbentuknya jaringan kerjasama dengan institusi terkait.
6. Terwujudnya rumah sakit pendidikan pada tahun 2025.
RSI UNISMA memiliki budaya kerja yang dinamakan “RAPI Islami”
dimana RAPI merupakan singkatan dari Ramah, Amanah, Profesional, Ikhlas.
Dari budaya kerja tersebut dapat diikataan bahwa tenaga kesehatan dan pegawai
yang bekerja di dalam RSI UNISMA diajarkan untuk selalu ramah dalam bertegur
sapa dengan orang lain, ataupun bertutur kata yang baik ketika berbicara dengan
orang lain. Lalu amanah dalam menjalan tugas masing-masing, jujur, dapat
dipercaya dan bertanggung jawab. Profesional dalam menjalankan tugas seuai
dengan kewenangan , kompetensi, dan prosedur yang ditetapkan, serta memiliki
komitmet yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Ikhlas dalam menjalankan
tugas, dan senantiasa membatu orang lain dengan memiliki rasa kepedulian yang
tinggi.
RSI UNISMA memiliki 10 poli pelayanan , yaitu:
1. Poli Umum 7. Poli Telemedicine
2. Poli Gigi dan Mulut 8. Poli Spesialis
3. Poli KT-HIV  Poli Spesialis Dasar
4. Poli TB  Poli Poli Spesialis Lainnya
5. Poli KIA
6. Poli Vaksinasi
Poli Spesialis dasar yang tersedia di RSI UNISMA adalah Spesialis Anak;
Spesialis penyakit dalam; spesialis bedah; dan spesialis Kebidanan dan
kandungan. Sementara terdapat 13 poli pada poli spesialis lain, yaitu:
1. Spesialis Paru 10. Spesialis Anestesi
2. Spesialis Bedah Tulang 11. Spesialis Kesehatan Jiwa
3. Spesialis Bedah Syaraf 12. Spesialis Jantung
4. Spesialis Kulit dan Kelamin 13. Spesiali gigi :
5. Spesialis Mata a. Orthodonti
6. Spesialis Syaraf b. Periodonti
7. Spesialis THT-KL c. Bedah Mulut
8. Spesialis Urologi d. Konservasi gigi
9. Spesialis Rehabilitasi Medik
Jenis pelayanan penunjang yang tersedia di RSI UNISMA adalah:
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam
1. Pelayanan Intensive 3. Pelayanan
Care Unit (ICU) Laboratorium Klinik
2. Pelayanan Ambulance 4. Pelayanan Radiologi
24 Jam 5. Pelayanan Farmasi
6. Pelayanan Gizi – konsultasi 9. Rekam Medis
Gizi 10. Pengelolaan Limbah
7. Pelayanan Rehabilitasi Medik 11. Pelayanan Pendaftaran Pasein
8. Intalasi SIPS/CSSD 12. Pelayanan Pengaduan
3.2 Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi di RSI UNISMA termasuk kedalam jenis pelayanan
penunjang. Instalsi farmasi merupakan instalasi yang melayani semua kegiatan
pelayana kefarmasian dari pengelolaan, pelayanan farmasi klinik dan manajelam
farmasi mutu. Intalasi Farmasi di RSI UNISMA dibagi menjadi beberapa depo
dan sub unit untuk meningkatkan pelayananya. Depo dan subunit yang tersedia di
RSI UNISMA antara lain adalah:
1. Depo Logistik Farmasi
2. Depo Rawat Jalan
3. Depo Rawat Inap
4. Depo Kamar Operasi
5. Subunit Gawat Darurat
6. Subunit Intensif
7. Subunit Kamar Bersalin
Unit – unit di rawa inap tersebut tidak memiliki kamar obat sediri, namun
memiliki sediaan obat-obatan yang disimpan dalam troli emergensi. Troli
emergensi di ruangan jika tidak digunakan selalu dikunci. Roli emergensi berisi
obat-obatan yang sering kali dibutuhkan dan digunakan di dalam unit tersebut.
Obat-obatan dapat langsung di ambil oleh perawat yang bertugas namun tetap di
supervisi oleh Apoteker penanggung jawab.
Instalasi Farmasi di RSI UNISMA terdiri atas 8 Apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK), dan Tenaga non Farmasi. Semuanya dibagi berdasarkan
tugasnya di depo-depo tersebut.
3.3 Panitia Farmasi dan Terapi/Komite Farmasi dan Terapi
Tim Farmasi dan Terapi yang terdapat di RSI Unisma memiliki anggota 4
orang dokter dan 2 orang Apoteker, yang diketuai oleh seorang doker.
Tugas dari Tim Farmasi dan Terapi di RSI UNISMA adalah sebagai berikut
1. Mengembangkan Formularium Rumah Sakit dan merevisinya
2. Meminimalkan duplikasi obat sejenis
3. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan oleh staf medis
4. Mengumpulkan laporan tentang Efek Samping Obat
5. Automatic Stop Order (Perintah penghentian pemesanan obat secara
otomatis untuk obat – obatan tertentu, misal untuk antibiotik).
6. Membantu IFRS dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan atau
peraturan mengenai penggunaan oabt di rumah sakit sesuai peraturan yang
berlaku secara lokal maupun nasional (DOEN atau Formularium Nasional)
7. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit guna
membudayakan penggunaan atau pengelolaan obat secara rasional
8. Mengkaji pengelolaan obat dan penggunaan obat seta memberikan umpan
balik atas pengkajian tersebut
Sedangkan untuk tugas apoteker dalam TFT adalah sebagai berikut:
1. Menjadi salah seorang panitia (wakil ketua atau sekertaris)
2. Menetapkan jadwal pertemuan, mengajukan acara yang akan dibahas
dalam pertemuan
3. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan
4. Mencatat semua hasil keputusan dan melaporkan pada pimpinan rumah
sakit
5. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak terkait
6. Melaksanakan keputusan yang disepakati dalam rapat.
3.4 Logistik farmasi
Logistik farmasi merupakan tempat pemberhentian dan penyimpanan
sementara sediaan farmasi, alkes, dan BMHP sebelum dialirkan ke setiap Instalasi
Farmasi di Rumah Sakit. Logistik farmasi memiliki tugas dalam pengelolaan
sediaan farmasi, alkes, dan BMHP mulai dari seleksi, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan
administrasi.
3.4.1 Seleksi
Seleksi sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di RSI UNISMA mengacu pada
Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit, dan Formularium Kerjasama
seperti pada asuransi. Formularium Rumah Sakit disusun berdasarkan pola
peresepan dari dokter (minimal 3 dokter yang mengajukan baru dapat di setujui),
pola penggunaan obat 2 minggu sampai 2 bulan sebelumnya, pola penyakit,
penatalaksanaan (disesuaikan guidline), efektifitas terapi (dibuktikan dengan data
penelitian), keamanan, ketersediaan di pasaran, mutu, dan harga. Obat dengan
golongan terapi yang sama dibatasi maksimal 3 jenis obat (misalnya golongan PPI
cukup omeprazole, pantoprazole, dan lansoprazole). Satu jenis obat selalu berasal
dari pabrik yang sama atau jika terjadi kendala seperti kekosongan stok pada
pabrik tersebut, dapat dilakukan pemesanan di pabrik lain namun jika stok dari
pabrik pertama sudah stabil, pemesanan dilakukan di pabrik pertama. Hal ini juga
untuk mengurangi kejadian selisih jumlah fisik sediaan farmasi.
Setiap 3 bulan sekali dilakukan evaluasi terkait Formularium Rumah Sakit
untuk menentapkan perubahan, dapat terjadi penambahan item obat, pengurangan,
atau tetap. Penambahan item obat dilakukan dengan substitusi, yaitu penghapusan
obat slow moving atau death moving dengan golongan terapi yang sama dengan
obat yang akan ditambahkan. Hal ini dilakukan agar jumlah item obat dalam
Formularium Rumah Sakit tidak berlebihan, dan dapat memaksimalkan
penggunaan obat yang rasional sesuai Formularium Rumah Sakit. Penambahan
jenis obat dilakukan dengan formulir konsinyasi (jual titip) atau donasi.
Usulan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP kemudian dilakukan perekapan.
Diseleksi industri farmasi yang menyediakan sediaan farmasi tersebut dan
memenuhi persyaratan. Setiap sediaan farmasi yang diseleksi harus memiliki
Sertifikat Analisa (CoA), Nomor Izin Edar (NIE), Material Safety Data Sheet
(MSDS) untuk B3, dan sertifikat halal (karena RS Islam). Selanjutnya dokter yang
melakukan pengajuan akan memberikan persetujuan melalui tanda tangan dan
alasan pengajuan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP tersebut. Kemudian seluruh
berkas di seleksi oleh apoteker koordinator logistik farmasi, selanjutnya
diserahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kemudian di proses oleh Panitia
Farmasi dan Terapi RSI UNISMA untuk diseujui dan terakhir diserahkan kepada
Direksi RSI UNISMA untuk memperoleh persetujuan pengajuan obat. Setelah
disetujui, obat dapat diproses untuk dilakukan pemesanan kepada industri farmasi.
Penghapusan obat dilakukan akibat obat ditarik dipasaran, obat tidak
pernah diresepkan (death stock), ketersediaan di pasaran menipis bahkan habis.
Setiap perubahan formularium dilakukan pengarsipan dan diserahkan kepada
Kepala Instalasi Farmasi untuk dikoreksi dan diajukan kepada Direksi RSI
UNISMA untuk disetujui dan ditandatangani. Kemudian diterbitkan dalam bentuk
Surat Keputusan. Setiap perubahan Formularium Rumah Sakit yang disetujui
diterbitkan dengan keterangan nama obat, komposisi, dan kelas terapi. Berikut
Usulan dokter
Pola konsumsi
Usulan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP
Pola penyakit

Substitusi oleh apoteker koordinator logistik farmasi Penatalaksanaan


Ketersediaan di
Seleksi oleh apoteker kepala instalasi farmasi pasaran
Kesesuaian anggaran
Seleksi oleh Panitia Farmasi dan Terapi

Kepala direksi RSI UNISMA

Setuju Tidak setuju

Pengadaan

alur seleksi sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di logistik farmasi


Gambar 3.1 Alur Seleksi di Logistik Farmasi
3.4.2 Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dilakukan berdasarkan
Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit yang telah diseleksi.
Perencanaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP menggunakan metode konsumsi.
Perencanaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan operasional agar tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan persediaan selama 2 minggu untuk obat reguler dan 1
bulan untuk obat BPJS. Berikut rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah
perencanaan:
Keterangan =Kebutuhan : rata-rata kebutuhan 2 minggu sampai 2 bulan
sebelumnya
Lead time : 2 hari untuk obat reguler dan 7 hari untuk obat BPJS
Buffer stock : 10%-20% (menggunakan buffer stock20%)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus, dilakukan pengamatan untuk
mengetahui apakah obat tersebut sesuai jika dipesan dalam jumlah sekian dengan
memperhatikan stok sisa, kebutuhan sebelumnya termasuk stabil atau fluktuatif,
kejadian kedaluwarsa, kekosongan obat, kecepatan waktu pengiriman, jumlah
peresepan obat tersebut, pola kunjungan Rumah Sakit, dan anggaran yang
tersedia.
Berikut alur perencanaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di logistik
farmasi:

Jumlah stok
Cek stok melalui buku defekta Lead time

Perhitungan rumus Buffer stock

Evaluasi oleh koordinator pengadaan logistik Jumlah konsumsi


farmasi Jumlah kunjungan
Evaluasi kepala instalasi farmasi Anggaran

Setuju Tidak setuju

Pengadaan Revisi

Gambar 3.2 Alur Perencanaan di Logistik Farmasi


3.4.3 Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di RSI UNISMA dilakukan
melalui pemesanan langsung dari distributor resmi dan sumbangan/ dropping/
hibah
1. Pengadaan langsung melalui distributor resmi
Pengadaan dilakukan sesuai jumlah dari perencanaan. Pengadaan
dilakukan kepada distributor yang menyediakan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP yang berkualitas dengan harga paling murah. Untuk pelayanan
kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional, pembelian obat dilakukan melalui
e-purchasing berdasarkan obat yang ada di e-katalog. Pengadaan
narkotika, psikotropika, OOT, dan prekursor menggunakan surat pesanan
khusus yang disediakan oleh distributor. Pengadaan barang cito, dilakukan
dengan keterangan cito agar proses penyediaan barang dipercepat.
Distributor yang dipilih harus memenuhi kriteria yaitu resmi dengan
memiliki surat Izin Pedagang Besar Farmmasi-Penyalur Alat Kesehatan
(PBF-PAK), legal dengan memiliki company profile, memiliki Surat Izin
Usaha Perdagangan yang berlaku, mutu produk terjamin dan memiliki
surat garansi untk menjamin keaslian produk, harga terjangkau, ketepatan
waktu pengiriman, pelayanan yang ramah, memiliki kebijakan retur, dan
kemasan sediaan tidak rusak. Berikut alur pengadaan sediaan farmasi,
alkes, dan BMHP di logistik farmasi
Resmi
Perencanaan yang telah disetujui
Legal Sudah ditentukan
Nama
Memiliki SIUP Memilih distributor Bentuk sediaan
Harga terjangkau Jumlah pesanan

Kualitas barang dan Membuat surat pesanan


pelayanan
Melakukan pemesanan

Monitor status pesanan

Barang datang

Gambar 3.3 Alur Perencanaan di Logistik Farmasi


2. Sumbangan/Dropping/Hibah
Seluruh kegiatan pengadaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP
dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen
administrasi yang lengkap dan jelas. Sumbangan obat program dari
pemerintah provinsi meliputi obat HIV-AIDS, TB, dan vaksin. RSI
UNISMA akan melaporkan jumlah pasien yang terdaftar di RSI UNISMA
sebagai penerima obat program dan rencana program vaksinasi kepada
pemerintah. Sumbangan obat juga dapat berasal dari pasien terdahulu yang
sudah membeli obat namun belum menggunakan obat tersebut namun
masih dalam keadaan obat yang baik dengan penyimpanan yang benar
3.4.4 Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dilakukan di ruang
penerimaan. Penerimaan dilakukan setiap hari. Panitia penerima adalah seorang
apoteker atau TTK yang diberi tanggung jawab. Khusus barang CITO jika logistik
farmasi sudah tutup, maka sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dapat diantar ke
Instalasi Pelayanan 24 jam yang membutuhkan. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penerimaan sediaan farmasi adalah kesesuaian surat pesanan dengan faktur,
kesesuaian jumlah dan jenis (merk, bentuk sediaan, kekuatan) antara faktur dan
fisik barang yang diterima, kesesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa minimal
2 tahun kecuali ada lampiran surat jaminan retur, dan kualitas barang meliputi
kemasan dan keutuhan sediaan. Surat jalan/faktur yang sudah ditanda tangani
dipisahkan untuk yang diberikan ke PBF, penerimaan, dan penyimpanan. Berikut
alur penerimaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di logistik farmasi

Barang datang Nama


Bentuk sediaan
Jumlah pesanan
Pengecekan kesesuaian
Nomor bets
Expired date
Faktur surat pesanan Barang

Tidak sesuai Sesuai

Retur Tanda tangan tanda terima


Tanggal datang
Diberi catatan pada Diberi label Nama distributor
faktur buku retur
Entry ke SIMRS

Simpan

Gambar 3.4 Alur Penerimaan di Logistik Farmasi


3.4.5 Penyimpanan
Prinsip penataan barang-barang di logistik farmasi alat kesehatan dengan
ketentuan adanya CCTV; adanya jarak dari lantai dan langit-langit; alfabetis,
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan dalam lemari besi, disertai Material
Safety Data Sheet (MSDS); narkotika, psikotropika, dan OOT disimpan terpisah
dalam lemari dengan pintu atau kunci ganda; obat High Alert disimpan terpisah
pada lemari dengan label berwarna merah; obat Look Alike Sound Alike (LASA)
disimpan dengan jarak minimal 2 obat yang berbeda, serta diberi label LASA
berwarna hijau, adanya Air Conditioner (AC) untuk menjaga suhu ruangan
±25°C, terdapat termometer agar dapat dilakukan pengecekan suhu dan
kelembababn, terdapat cooler untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada
suhu 2-8°C; setiap jenis obat, alkes, dan BMHP diberi kartu stok (sediaan sama,
dengan pabrik yang berbeda, maka kartu stok juga berbeda, dan disimpan dengan
FIFO/FEFO untuk menghindari obat rusak dan kedaluwarsa.
3.4.6 Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan
dengan sistem desentralisasi yaitu distribusi kesemua unit meliputi Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Farmasi Rawat Jalan, Ruang Edelweis (ICU), IGD, Ruang
Perawatan (Ruang Jasmine, Dahlia, Tulip), dan Kamar Bersalin sesuai surat
permintaan yang diajukan melalui SIMRS. Setiap ruangan dan Instalasi memiliki
jadwal hari permintaan sendiri, namun permintaan dapat dilakukan secara
mendadak (CITO), dan kapan saja melalui telepon langsung ke bagian logistik
farmasi kemudian tercatat pada surat permintaan.
Berikut alur pendistribusian sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di logistik
farmasi

Permintaan dari tiap instalasi atau ruang perawatan


melalui SIMRS dan konfirmasi melalui telepon

Logistik farmasi menerima permintaan


Menulis kartu stok
Dilakukan penyiapan sediaan
Mencatat sisa stok

Dilakukan pengecekan sediaan Pengecekan expired


date

Sesuai Tidak sesuai

Pengemasan Barang disesuaikan

Diberi tanda tangan petugas

Barang diantarkan ke instalasi

Dilakukan serah terima dan pengecekan bersama

Gambar 3.5 Alur Pendistribusian di Logistik Farmasi


3.4.7 Pengendalian
Kegiatan terkait pengendalian RSI UNISMA yaitu pencatatan pengeluaran
dan pemasukan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP pada kartu stok untuk
memudahkan penelusuran apabila terjadi selisih barang saat stock opname,
melakukan sampling setiap hari untuk memeriksa stok dan untuk mengetahui
persediaan slow moving atau death moving, pengecekan suhu dan kelembaban
dicatat dalam kartu pengontrol suhu sebanyak tiga kali sehari, bertujuan untuk
memastikan mutu dan stabilitas obat terjaga; penyimpanan obat berdasarkan
FIFO/FEFO untuk menghindari kedaluwarsa dan kerusakan obat; stock opname
setiap 3 bulan sekali; sediaan farmasi, alat kesehatan, atau BMHP yang akan
kedaluwarsa sebisa mungkin dikembalikan ke distributor; serta melakukan
substitusi obat dengan obat lain yang memiliki zat aktif/golongan terapi yang
sama dengan persetujuan dokter penanggung jawab pasien
3.4.8 Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan dilakukan apabila produk tidak memenuhi
persyaratan mutu seperti kedaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk pelayanan
kesehatan, dan Izin edarnya dicabut. Penarikan dapat dilakukan oleh BPOM
(Mandatory Recall), atau secara sukarela oleh pemilik izin edar (Voluntary
Recall) dengan tetap memberikan laporan kepada BPOM. Obat reguler yang
kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. Berita acara untuk obat
regular dapat dijadikan satu. Sedangkan pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika, psikotropika, OOT, dan prekursor dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. Berita acara untuk narkotika,
psikotropika, prekursor dan OOT, serta obat program harus terpisah.
Tahapan pemusnahan dimulai dengan membuat daftar sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan. Kemudian
menyiapkan berita acara pemusnahan. Selanjutnya mengoordinasikan jadwal,
metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait, kemudian menyiapkan
tempat pemusnahan. Terakhir melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis
dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
3.4.9 Administrasi
Administrasi yang dilakukan di logistik farmasi meliputi pencatatan faktur
pada SIMRS sebagai tindak lanjut kegiatan pengadaan agar mudah dalam
penelusuran dan pencarian; pencatatan dan pelaporan penggunaan narkotika
psikotropika dengan melampirkan resep berisi narkotika dan psikotropika; laporan
penggunaan sediaan narkotika dan psikotropika diberikan kepada dinas kesehatan
kota dinas kabupaten provinsi balai pom; pencatatan suhu ruangan dan suhu
kulkas; pencatatan obat dan alkes yang mendekati tanggal kedaluwarsa, slow
moving, dan death moving; laporan indikator mutu; administrasi sediaan
kedaluwarsa, tidak memenuhi standar, dan rusak; dokumentasi kegiatan
pemusnahan kemudian dibuat berita acara; dan pelaporan pengadaan kepada pihak
keuangan, sebagai bukti bahwa pihak distributor telah menagih pembayaran.
3.5 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
Pelayanan farmasi rawat jalan merupakan unit pelayanan farmasi yang
memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan dengan status pasien umum,
BPJS, maupun asuransi. Pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
(IFRJ) beroperasi setiap hari dan selama 24 jam, serta melayani permintaan dari
IGD. IFRJ melayani obat program seperti obat Tb, HIV/AIDS, dan vaksin. Dalam
pelaksanaan tugasnya, IFRJ dipimpin oleh seorang apoteker yang secara struktural
bertanggung jawab kepada kepala Instalasi Farmasi RS dan dibantu oleh apoteker
pendamping, TTK, administrasi, dan Juru Racik.
3.5.1 Kegiatan Farmasi Manajerial Instalasi Farmasi Rawat Jalan meliputi:
3.5.1.1 Perencanaan
Perencanaan obat dilakukan berdasarkan Formularium Nasional,
Formularium Rumah Sakit, dan Formularium Kerjasama seperti pada asuransi.
Perencanaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP menggunakan metode konsumsi.
Perencanaan mengacu pada data konsumsi 3 bulan sebelumnya berdasarkan rata-
rata kebutuhan setiap hari. Setiap hari dilakukan perencanaan sebanyak 2 kali

Rumus Perencanaan = rata-rata kebutuhan + buffer stok (yaitu 20%) - sisa


stok
yaitu saat siang dan malan hari. Perencanaan mengacu pada buku defekta. Berikut
rumus perencanaan jumlah obat, alkes, dan BMHP yang kan dipesan:

3.5.1.2 Pengadaan
Pengadaan dilakukan 2 kali setiap harinya yaitu pada siang dan malam hari
setelah dilakukan perencanaan. Pengadaan dilakukan oleh TTK pada shift tersebut
dengan delegasi yang diberikan oleh apoteker penanggung jawab di IFRJ.
Pengadaan CITO dilakukan jika sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dibutuhkan
segera dan biasanya tidak masuk pengadaan rutin.
3.5.1.3 Penerimaan
Penerimaan dilakukan setiap hari yaitu pada sore dan pagi hari. Barang
yang datang dicek dan disesuaikan secara fisik dengan surat permintaan meliputi
nama, bentuk, kekuatan sediaan, jumlah, kondisi fisik kemasan dan kualitas
barang, dan tanggal kedaluwarsa. Petugas penerimaan kemudian memvalidasi
penerimaan barang farmasi di SIMRS sehingga stok barang farmasi masuk di
komputer dan menginformasikan bahwa barang dari logistik farmasi sudah
diterima oleh IFRJ. Jika barang tidak sesuai maka dikonfirmasi lagi ke logistik
farmasi.
3.5.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, generik dan paten,
alfabetis, obat psikotropik, narkotika, OOT, obat LASA dan High Alert.
Penyimpanan Obat termolabil, menurut suhu dan kestabilannya; Obat narkotika,
psikotropika, dan oot disimpan pada lemari khusus (kayu) yang menempel
didinding (agar sulit dipindahkan), dan dengan kunci ganda; penyimpanan obat
program HIV/AIDS dan TB, disimpan terpisah dalam etalase atau rak yang
berbeda dengan obat lainnnya karena obat program tidak dijual; dan obat bahan
berbahaya dan beracun disimpan terpisah. Petugas penyimpanan melakukan
pencatatan stok masuk di kartu stok, meliputi tanggal masuk, nama pbf, jumlah
sediaan yang masuk (dihitung dari unit terkecil, misalnya: tablet, bukan box/strip),
jumlah total sediaan tersebut, nama petugas yang melakukan penyimpanan.
3.5.1.5 Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di IFRJ untuk
pelayanan pasien yang berasal dari poli dan IGD. Sistem distribusi yang
digunakan yaitu individual prescribing yang disiapkan berdasarkan permintaan
resep yang ditulis dokter. Pasien BPJS dan obat program, jumlah obat yang
diberikan akan disesuaikan dengan resep. Pada pasien penyakit kronis, jika dokter
menulis resep untuk penggunaan 30 hari, namun jika obat tidak diresepkan untuk
30 hari maka akan disiapkan untuk 7 hari. Pada pasien obat program dilakukan
berdasarkan pengobatan yang telah terdaftar secara nasional di RSI UNISMA.
Pemberian obat akan disesuaikan dengan stok obat yang ada untuk mengendalikan
stok obat, yaitu jika stok tidak mencukupi maka akan diberikan untuk 7 hari
terlebih dahulu kemudian diberi surat hutang agar ketika obat tersebut tersedia
kembali, pasien dapat menebusnya.
3.5.1.5 Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di IFRJ,
dilakukan dengan pencatatan pemasukan dan pengeluaran melalui kartu stok,
untuk memudahkan penelusuran apabila terjadi selisih barang saat stock opname;
melakukan sampling, stock opname setiap 3 bulan sekali; pengecekan dan
pencatatan dalam kartu pengontrol suhu dan kelembaban sebanyak tiga kali
sehari; Penyimpanan obat berdasarkan FIFO/FEFO untuk menghindari
kedaluwarsa dan kerusakan obat, dan barang yang mendekati expired date, akan
dikembalikan ke logistik.
3.5.1.7 Administrasi
Administrasi yang dilakukan di IFRJ meliputi pencatatan dan pelaporan
yaitu
pencatatan stok obat secara manual dengan kartu stok dan secara komputerisasi
melalui SIMRS; pencatatan stok yang habis menipis pada buku defekta untuk
dilakukan pengadaan; pelaporan pengkajian resep, seperti jumlah pasien, jumlah
lembar resep, jumlah item recipe (R/); pelaporan pelayanan jumlah pasien yang
dilayani dan jumlah lembar resep; pelaporan penggunaan obat sesuai
Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit, dan Formularium kerjasama
asuransi; pelaporan obat dan alkes yang slow moving, death moving, dan
mendekati expired date; pelaporan hasil monitoring grafik suhu dan kelembaban
ruangan dan cooler, pelaporan indikator Peningkatan Mutu Keselamatan Pasien
(PMKP) seperti angka kebenaran pelayanan obat, lama penyiapan obat resep,
adanya label LASA dan High Alert, ketepatan pemberian obat kepada pasien,
pencatatan pengkajian resep, Kejadian Tidak Diinginkan/Kejadian Nyaris cedera
(KTD/KNC), laporan prescribing error,dan catatan pesan; pelaporan penggunaan
narkotika, psikotropika dengan melampirkan resep narkotika dan psikotropika
dengan tanda tangan dokter penulis resep; pelaporan pelayanan dan jumlah resep
asuransi.
3.5.2 Kegiatan Farmasi Klinis di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
3.5.2.1 Pengkajian dan pelayanan resep
Pelayanan resep di IFRJ meliputi resep BPJS, umum, asuransi, dan obat
program. Pelayanan resep di IFRJ mengacu pada Formularium Nasional,
Formularium Rumah Sakit, dan Formularium kerjasama asuransi. IFRJ juga
melayani penebusan resep program HIV/AIDS, tuberkulosis, dan vaksin sesuai
dengan data peserta yang terdaftar di RSI UNISMA. Jika pada saat telaah resep
ada masalah/DRP maka petugas di IFRJ akan mengonfirmasikan ke dokter. Tugas
pelayanan resep di IFRJ adalah pengkajian resep meliputi kelengkapan dan
keabsaran resep meliputi kop resep, tanggal resep, nama dan paraf dokter, ruang/
poli, nomor registrasi resep, nama pasien, umur dan berat badan pasien, serta
alamat pasien; telaah resep dan memeriksa kelengkapan serta keabsahan resep
yang meliputi nama pasien, nomer resep, kejelasan tulisan resep, berat badan
(anak), tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu pemberian,
apakah ada duplikasi, alergi, interaksi obat, kontraindikasi, menghitung
dosis/jumlah obat dalam resep dengan tepat, cepat, dan benar, dan menghitung
harga obat dalam resep sesuai dengan harga yang telah ditetapkan (hanya untuk
pasien dengan resep umum).
Berikut adalah alur pengkajian dan pelayanan resep di IFRJ

Mamastikan
Pasien datang Nama Pasien
Dokter Penulis Resep
Penerimaan Resep Tanggal Lahir
Surat Eligibilitas Peserta/SEP untuk peserta
BPJS
Telaah Resep Surat kontrol untuk pasien penyakit kronis
Pasien PRB jika menebus resep yang sama
Sesuai Tidak Sesuai

Entry ke SIMRS Konfirmasi ke dokter penulis resep


Print out indentitas pasien dan nota
pembelian
GambarDispensing
3.6 Alur pengkajian
Obat dan pelayanan resep di Instalasi Farmasi
Rawat Jalan
Pemberian
3.5.2.2 Pelayanan Etiket Obat
Informasi
Pelayanan Informasi Obat dilakukan oleh apoteker kepada penanya. Penanya
Double Check
dari IFRJ umumnya berasal dari pasien yang membutuhkan informasi terkait obat
atau terapi.Penyerahan
Kemudian apoteker
obat danakan mencari
KIE oleh informasi tersebut melalui literatur
apoteker
dan menyampaikan jawaban kepada penanya. Pelayanan Informasi Obat di RSI
UNISMA dilakukan di ruangan PIO dekat IFRJ. Alur Pelayanan Informasi Obat
meliputi:
Dokumentasi

Kumpulan data dan Evaluasi Data

Informasi Latar Belakang


Formulir Jawaban

-Pertanyaan

Isi Formulir
-Klasifikasi
Komunikasi

-Penanya

Penanya
PIO
Umpan
Balik

Gambar 3.7 Alur pengkajian dan pelayanan PIO di Instalasi Farmasi Rawat
Jalan
3.5.2.3 Konseling
Kegiatan konseling dilakukan pada seluruh pasien yang melakukan
penebusan resep. Konseling dilakukan oleh apoteker saat menyerahkan obat yang
telah disiapkan. Pasien dengan penyakit kronis yang sudah berulang menebus
resep umumnya dilakukan konseling hanya berdasarkan terapi baru, hal ini
dikarenakan pasien biasanya sudah paham terkait terapi yang rutin diterima, dan
keterbatasan waktu yang dimiliki pasien. Konseling dilakukan di meja konseling
dapat juga dilakukan di ruangan PIO untuk konseling dengan durasi lama, jika
pasien ingin terjaga privasinya, dan ingin penjelasan yang lebih terperinci. Saat
konseling dilakukan wawancara terkait kepatuhan minum obat, monitoring
keberhasilan terapi, dan efek samping yang mungkin muncul.
3.6 Pelayanan Farmasi Rawat Inap
Kegiatan yang dilakukan pada Depo Farmasi Rawat Inap di RSI UNISMA
Malang adalah kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, Alkes dan BMHP dan juga
pelayanan farmasi Klinik. Pada Depo Farmasi Rawat Inap terdapat empat orang
Apoteker yang masing-masing memiliki tanggung jawab di tiap ruangan. Adapun
ruangan rawat inap yang ada di RSI UNISMA antara lain, Ruang Jasmine (VIP)
disupervisi oleh satu orang Apoteker ruangan, Ruang Tulip (Kelas I) dan Ruang
Teratai (Kelas II) disupervisi oleh satu orang Apoteker Ruangan, Ruang
Edelweiss (ICU) dan Ruang Kaber disupervisi oleh satu orang Apoteker Ruangan
dan Ruang Dahlia (Kelas III) dan Ruang OK disupervisi oleh satu Apoteker
Ruangan. Depo Farmasi Rawat Inap memiliki satu orang Apoteker sebagai
Koordinator Penanggung Jawab.
Peran Apoteker pada Depo Farmasi Rawat Inap antara lain:
1. Menjadi pemimpin bagi SDM yang ada di Depo Farmasi Rawat Inap
2. Mengelola sediaan farmasi, Alkes dan BMHP yang ada di Depo Farmasi
Rawat Inap
3. Melakukan pengedalian mutu (membuat laporan PMKP)
4. Melakukan pengendalian sediaan farmasi, Alkes dan BMHP melalui
Sampling.
5. Melakukan pelayanan farmasi klinik di ruangan rawat inap
3.6.1 Kegiatan Manajerial Farmasi Rawat Inap
3.6.1.1 Perencanaan
Perencanaan sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP dilakukan menggunakan
metode konsumsi dengan melihat data mutasi tiga bulan terakhir di Depo Rawat
Inap. Apoteker di Depo Farmasi Rawat Inap membuat stok aman untuk
ketersediaan obat dan menggolongkan obat fast moving, slow moving dan death
moving.
3.6.1.2 Pengadaan
Pengadaan sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP untuk Depo Farmasi di
Rawat inap dilakukan dengan melakukan permintaan kepada logistik medis.
Permintaan dilakukan harian yang dilakukan menggunakan SIMRS. Permintaan
dilakukan melalui form permintaan lalu melakukan entry kemudian mengambil
pada logistik medis. Permintaan dilakukan dengan menyesuaikan jumlah fisik
yang ada di Depo Farmasi Rawat Inap dengan yang ada di SIMRS.
3.6.1.3 Penerimaan
Penerimaan dilakukan dari pengiriman barang oleh logistik medis pada
Depo Rawat Inap. Penerimaan barang dilakukan dengan pengecekan barang dari
lembar permintaan berisi Nama Obat/Alkes , satuan, jumlah pesan, jumlah kirim,
dan stok. Setelah dilakukan pengecekan dilakukan tandatangan oleh penerima
barang.
3.6.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di Depo Farmasi Rawat
Inap berada pada Apotek Rawat Inap yang terpisah dari ruangan penyiapan obat.
Pada ruangan terdapat AC (Air Conditioner) untuk menjaga kestabilan sediaan
farmasi yang ada di Depo Farmasi Rawat Inap yang dilengkapi alat pemantau
suhu dan kelembaban ruangan yang dicatat setiap hari sebanyak tiga kali. Sistem
penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di Depo Farmasi Rawat Inap
menggunakan sistem penyimpanan berupa FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out) yang dikelompokkan berdasarkan:
a) Bentuk dan jenis sediaan (Tablet, Injeksi, Infus, Salep, Sirup, Drop, Alkes
dan BMHP). Masing-masing bentuk sediaan disusun berdasarkan abjad
(alfabetis).
b) Obat LASA/NORUM dan High Alert
Obat-obatan yang memiliki pelafalan dan tampilan yang serupa dipisahkan
minimal dengan jarak dua obat lain serta dilabeli dengan stiker LASA
berwarna hijau pada kemasan primer hingga sekunder. Untuk sediaan
elektrolit konsentrat disimpan terpisah pada bagian atas lemari dengan
pelabelan warna merah menandakan obat High Alert.
c) Obat Penyimpanan Khusus:
1. Stabilitas Bahan Aktif
Obat-obat yang memiliki karakteristik termolabil disimpan pada cooler
(lemari pendingin) dengan suhu 2-8oC. Penyimpanan obat disusun
berdasarkan alfabetis. Pada cooler terdapat termometer untuk
pemantauan suhu dan kelembaban di dalamnya. Pemantauan suhu dan
kelembaban diukur setiap hari sebanyak tiga kali dan dicatat dan dibuat
grafik. Obat-obatan yang disimpan pada Cooler antara lain seperti
insulin, vitamin c injeksi, suppositoria dan lain-lain.
2. Psikotropika dan Narkotika
Obat-obatan Psikotropika dan Narkotika pada Depo Farmasi Rawat Inap
terletak pada bagian belakang pada ruang tersendiri. Obat narkotika dan
psikotropika disimpan pada lemari terpisah yang terbuat dari kayu dan
memiliki dua pintu yang terkunci. Penyimpanan narkotika dan
psikotropika di dalam lemari disusun berdasarkan alfabetis.
3.6.1.5 Pendistribusian
Sedian farmasi, alkes dan BMHP dari Depo Farmasi Rawat Inap
didistribusikan ke masing-masing ruangan. Namun, tiap-tiap ruangan memiliki
sistem distribusi yang berbeda. Pada ruangan Orchid (VVIP) dan Jasmine (VIP)
dilakukan sistem distribusi berupa UDD (Unit Dispensing Dose) yang disiapkan
oleh apoteker ruangan sesuai jam untuk sekali minum. Penyiapan UDD dilakukan
setiap pagi sebelum jam 12. Penyiapan obat UDD pada masing-masing pasien
diberikan untuk jam minum obat dari pukul 12.00 di hari penyiapan hingga jam
7.00 pagi hari esok. Selain dari dua ruangan tersebut, pendistribusian obat
dilakukan dengan metode kombinasi berupa resep perorangan + UDD. Keluarga
pasien menebus resep ke Depo Farmasi Rawat Inap lalu menyerahkan obat
tersebut kepada perawat ruangan untuk disimpan di depo perawat pada masing-
masing ruangan. Obat-obatan, Alkes dan BMHP pasien disimpan pada wadah
penyimapan yang telah dilabeli nama, tanggal lahir dan rekam medis pasien
beserta nomor ruangan pasien. Pada saat Apoteker hendak melakukan kunjungan,
Apoteker ruangan melakukan penyiapan obat dari wadah penyimpanan obat di
depo perawat dan disiapkan sesuai jam minum obat yang disesuaikan dengan
form pengobatan di rekam medis. Setelah itu, masing-masing obat diletakkan
sesuai jam minum obat yang tersedia dan diberikan oleh perawat ruangan sesuai
jam minum obat pasien.
3.6.1.6 Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP di Depo Farmasi Rawat
Inap diuraikan sebagai berikut:
a. Dilakukan pencatatan pada kartu stok untuk setiap pengeluaran dan
pemasukan sediaan farmasi, Alkes dan BMHP
b. Melakukan sampling dengan mencocokkan stok di SIMRS, kartu stok dan
stok fisik untuk melihat kesesuaian barang yang ada dan data di SIMRS,
sehingga, apabila terdapat ketidaksesuaian dapat mudah ditelusuri.
c. Melakukan pengendalian obat ED. Masing-masing SDM di Depo Farmasi
Rawat Inap baik TTK maupun Apoteker bertanggung jawab atas ED
sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang ada di Depo Farmasi Rawat Inap.
Pengendalian dilakukan dengan membagi tugas tiap SDM untuk
bertanggung jawab atas masing-masing sediaan yang harus dipantau.
Pengecekan ED dilakukan setiap seminggu sekali. Apabila terdapat ED
dekat, SDM yang bertanggung jawab dapat menuliskan keterangan/label
untuk mendahulukaan obat tersebut untuk keluar atau diberi label bintang
pada wadah penyimpanan obat/alkes atau BMHP. Apabila dapat diretur ke
logistik medis maka dapat dilakukan retur barang ED dekat.
d. Melakukan pengendalian obat High Alert dan LASA/NORUM.
Pengendalian obat High Alert dan LASA/NORUM sama seperti
pengendalian obat ED, dimana masing-masing SDM dibagi tugas untuk
bertanggung jawab atas sediaannya masing-masing. Pengendalian dilakukan
dengan pengecekan label dan aturan penyimpanan.
e. Pengendalian Obat Rusak. Pengendalian obat rusak dilakukan dengan
memberi ceklist pada tempat penyimpanan.
3.6.1.7 Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan dilakukan apabila terdapat sediaan farmasi,
Alkes dan BMHP yang telah kadaluwarsa dan/atau rusak. Sediaan farmasi, Alkes
dan BMHP tersebut dipisahkan dan ditempatkan pada wadah khusus lalu
dikirimkan ke logistik medis untuk dilakukan pemusnahan dari unit pelayanan
lain.
3.5.1.8 Pelaporan
Adapun pelaporan yang dilakukan di Depo Farmasi Rawat Inap antara lain:
a. Laporan PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien). Laporan
PMKP pada Depo Farmasi Rawat Inap terdapat 15 indikator untuk kendali
mutu pelayanan yang terdiri dari:
1) Waktu tunggu obat jadi
2) Waktu tunggu obat racikan
3) Angka tidak ada kesalahan pemberian obat
4) Angka pelaporan KPRS (KNC dan KTD)
5) Penulisan resep sesuai formularium RS
6) Penulisan resep sesuai formularium nasional (FORNAS)
7) Kelengkapan identifikasi pasien
8) Kelengkapan formulir catatan pesan
9) Angka ketepatan penyimpanan obat LASA
10) Angka ketepatan penyimpanan obat elektrolit pekat
11) Ketersediaan obat dan alkes di troli emergency di IGD
12) Angka ketepatan kontrol sediaan farmasi dari suplier
13) Angka pelaporan K3 RS
14) Angka penilaian kinerja (PPI)
15) Ketepatan pelaksanaan rapat koordinasi
b. Laporan Narkotika dan Psikotropika
Laporan memuat data stok fisik, kartu stok SIMRS dan resep. Pelaporan
dibuat oleh koordinator Depo Farmasi Rawat Inap dan diserahkan kepada
Kepala Instalasi Farmasi RSI UNISMA untuk dilaporkan.
c. Laporan Evaluasi Penggunaan Obat
Laporan ini berisi data penggunaan obat di Depo Farmasi Rawat Inap yang
terdiri dari jumlah obat generik dan paten yang terpakai, serta penggunaan
obat yang sesuai dengan FORNAS dan formularium rumah sakit. Pelaporan
dilakukan oleh Depo Farmasi Rawat Inap langsung ke dinas kesehatan.
d. Laporan Farmasi Klinis
e. Laporan farmasi klinis dilakukan setiap tiga bulan sekali yang meliputi
MESO, laporan Visite/ Kunjungan serta konseling
f. Laporan obat program, Covid dan durasi pasien dirawat di rumah sakit
3.6.2 Kegiatan Farmasi Klinis Depo Farmasi Rawat Inap
3.6.2.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Alur pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat inap digambarkan pada
Gambar 3.8
Dokter Visite Resep
UDD

Dokter Menulis Resep


Diserahkan
ke Perawat
KELAS VIP DAN KELAS 1,2,3 (Resep Per
ISOLASI
(UDD) Orang)
Telaah Obat
Nama Telaah Resep Kontrol Resep
Resep Diberikan Resep diberikan ke No. RM  Kejelasan Tulisan Mengisi nama petugas
Tgl Lahir telaah resep dan harga DOUBL
keluarga px  Benar Nama Pasien E
Perawat Atau  Benar Nama Obat CHEC
Nama/asal  Benar Dosis Resep Pe
ruangan  Benar Waktu dan Frekuensi Verifikasi Orang
 Benar Cara Pemberian Resep Resep Jelas Obat oleh
Apotek Rawat Inap Tidak Petugas
 Poli Farmasi Diserahka
 Duplikasi Jelas lain Keluarga
Catat Jam Resep Masuk Identifikasi Pasien  Interaksi Obat
Dispensing Keluarga
Konfirmas Obat menyerahk
i Perawat/ Perawa
Dokter
Diganti dengan generik / sesuai Obat disiapk
SK Direktur unit dosis
Obat Tidak Obat Apoteker R
Obat
Resep BPJS tersedia/sesuai Tidak Sesuai
Jika tidak tersedia
di formularioum Sesuai resep
resep KIE oleh A
Ruang
Resep
Menanyakan kesediaan pasien
untuk membayar obat yang Mengisi
tidak ditanggung Konfirmasi dokter untuk penggantian
mengganti dengan zat Obat
Pasien bersedia Pasien tidak
bersedia aktif yang sama
Menandatangani Obat tidak Nempil
surat persetujuan diberikan
Dokter Tidak Dokter Setuju Pengadaan
Gambar 3.8 Alur Pelayanan
Setuju Resep Depo Farmasi Rawat Inap Cito
3.6.2.2 Penulusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat obat dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit yang dilakukan oleh tenaga kesehatan/medis yang melakukan tindakan pertama
pada pasien. Hasil penelusuran riwayat penggunaan obat dicatat pada data pasien pada rekam medis pasien di ruangan. Penelusuran riwayat penggunaan obat
juga dapat dilakukan oleh Apoteker dengan menanyakan pasien penggunaan obat sebelumnya yang dapat dijadikan pertimbangan untuk rekomendasi terapi
pasien.
3.6.2.3 Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat dilakukan pada saat pasien baru masuk, pada saat pasien melakukan perpindahan ruangan dan pasien pulang. Pada saat pasien baru
masuk dilakukan pencatatan rekonsiliasi obat pasien masuk/ admisi dengan menanyakan riwayat penggunaan obat. Pencatatan rekonsiliasi obat pada pasien
yang baru masuk adalah obat-obatan yang pasien gunakan selama tiga bulan terakhir. Lalu pada saat pasien melakukan perpindahan ruangan dari unit intensif
ke rawat inap, Apoteker mengisi lembar rekonsiliasi obat pasien dari unit sebelumnya dengan melihat profil pengobatan yang tercatat pada lembar transfer
pasien. Rekonsiliasi obat penting untuk dilakukan untuk menghindari adanya duplikasi terapi. Adapun contoh lembar rekonsiliasi obat di RSI UNISMA
disajikan pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Lembar Rekonsiliasi Obat RSI UNISMA


3.5.2.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat di Depo Farmasi Rawat Inap dilakukan oleh Apoteker kepada pasien atau keluarga pasien yang dilakukan saat Apoteker
melakukan visite melalui konseling kepada pasien atau keluarga pasien. Apoteker juga melakukan pelayanan informasi obat dengan tenaga kesehatan dan
medis seperti perawat maupun dokter pada saat di ruangan. Pelayanan Informasi Obat antar tenaga kesehatan dapat dilakukan secara lisan atau langsung atau
secara tertulis. Adapun contoh lembar pelayanan informasi obat di rawat inap disajikan pada Gambar 3.10
Gambar 3.10 Lembar Dokumentasi Pelayanan Informasi Obat
3.6.2.5 Konseling
Konseling dilakukan oleh Apoteker pada pasien yang memenuhi kriteria untuk diberikan konseling. Konseling dilakukan pada saat Apoteker melakukan
visite ke ruangan. Pemberian konseling kepada pasien didokumentasi padanlembar dokumentasi konseling yang berisikan permasalahan terapi pasien dan
materi konseling yang disampaikan kepada pasien.
3.6.2.6 Visite
Visite dilakukan oleh Apoteker ruangan pada masing-masing
pasien setiap hari untuk mengevaluasi penggunaan obat. Visite pasien
dilakukan oleh Apoteker dengan melakukan kunjungan ke ruangan pasien.
Namun pada saat kondisi pandemi, visite oleh apoteker dilakukan di depo
perawat ruangan dengan memanggil keluarga pasien untuk dilakukan KIE.
3.6.2.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Apoteker ruangan melakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
dengan mengisi lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintergrasi) yang juga diisi oleh tenaga kesehatan lain terkait
perkembangan pasien. Apoteker menuliskan pemantauan terapi dengan
metode SOAP. Apoteker mengumpulkan data terbaru pasien dari catatan
terakhir oleh tenaga kesehatan, lalu mengkaji terapi obat dan
mengidentifikasi masalah hingga menuliskan rekomendasi penyelesaian
masalah dan pemantauannya.
3.6.2.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Setiap kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien di RSI UNISMA dicatat pada Formulir Pelaporan Efek Samping Obat dan dilaporkan pada
Badan Pengawasan Obat dan Makanan setiap 3 bulan sekali.
3.6.2.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat dilakukan dengan mendata penggunaan obat generik dan paten yang sering digunakan serta kesesuaian permintaan resep
berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit.
3.6.2.10 Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril di RSI UNISMA saat ini masih didelegasikan kepada perawat sebagai pelaksana namun Apoteker tetap melakukan supervisi
dengan memberikan pengarahan dan membust SOP dalam rekonstitusi obat-obatan injeksi hingga elektrolit konsentrat.

3.7 Pelayanan Farmasi Rawat Intensif


Ruangan intensif pada RSI UNISMA terdapat pada ruang Edelweis atau ICU. Ruangan intensif atau ICU disupervisi oleh satu Apoteker. Fungsi
Apoteker pada ruangan ICU adalah mengelola sediaan farmasi, alkes dan BMHP serta pelayanan farmasi klinis pada pasien ICU. Pengelolaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP dibantu dengan perawat ruangan
3.6.1 Manajerial Farmasi Rawat Intensif
Fungsi Apoteker dalam pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di ICU dimulai dari seleksi sediaan farmasi, alkes dan BMHP di ICU dilakukan
berdasarkan penggunaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang sering dibutuhkan di ICU. Apabila terdapat sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang jarang
digunakan di ICU Apoteker dapat mengajukan penghapusan daftar obat yang disimpan dan juga dapat mengajukan obat-obatan yang dibutuhkan di ICU namun
belum ada di ruang penyimpanan. Pengadaan sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP dilakukan dengan melakukan permintaan langsung kepada logistik medis
melalui SIMRS. Penerimaan dibantu oleh perawat ruangan ICU yang jaga apabila Apoteker tidak berada di tempat. Penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP di ruang ICU dilakukan dengan sistem Floor Stock dengan penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, cara penyimpanan khusus seperti obat termolabil
dan High Alert yang dipisahkan dalam wadah dengan label merah. Pada ruang ICU terdapat troli emergency yang disimpan terpisah dari ruang floor stock. Pada
ruang floor stock di Ruang Intensif juga terdapat kotak obat individu untuk penyimpanan obat-obat yang akan disiapkan sebagai UDD (Unit Dose Dispensing).
Obat yang telah ditebus dan diambil dari depo farmasi rawat inap disimpan pada kotak individu dan akan disiapkan secara UDD sesuai jam minum obat pasien.
Pengendalian sediaan farmasi, alkes dan BMHP dilakukan dengan pengecekan rutin oleh Apoteker supervisi dengan mencatat pengeluaran dan pemasukan
pada kartu stok, pengendalian ED dan penyimpanan obat High Alert dan LASA/NORUM. Pengendalian obat-obatan di troli emergency dilakukan dengan
pencatatan pengeluaran dan pemasukan di kartu stok serta pengecekan stok fisik dan penyimpanan laci troli dalam keadaan terkunci.
3.7.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan Apoteker pada ruang ICU di RSI UNISMA adalah penelusuran riwayat pengobatan dari rekam medik pasien,
rekonsiliasi obat transfer, pelayanan informasi obat dengan tenaga kesehatan, pasien/keluarga pasien, pemantauan terapi obat yang dituliskan pada CPPT di
rekam medis pasien dengan metode SOAP, Monitoring Efek Samping Obat, dan Dispensing Sediaan Steril yang didelegasikan kepada Perawat yang tetap
disupervisi oleh Apoteker.
3.8 Pelayanan Farmasi Gawat Darurat
Pelayanan kefarmasian gawat darurat yang dilaksanakan di RSI UNISMA belum memiliki depo tersendiri, namun ada sediaan farmasi, alkes, dan BMHP
yang tersedia di IGD dalam jumlah terbatas, jika terjadi kekurangan stok dapat meminta langsung ke logistik farmasi atau Instalasi Farmasi Rawat Jalan.
Kegiatan rekonsiliasi obat saat admisi dilakukan oleh dokter IGD dan perawat. Mereka akan menanyakan obat apa yang digunakan/dibawa oleh pasien dan
nantinya akan dikoordinasikan dengan Apoteker dan pendokumentasian pada lembar rekonsiliasi obat. Kegiatan manajerial kefarmasian di IGD meliputi:
1. Perencanaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP disesuaikan dengan kebutuhan, umumnya berupa obat-obatan injeksi dan sediaan bersifat life saving.
2. Pengadaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan secara online melalui SIMRS dan secara manual melalui lembar permintaan obat.
Permintaan di IGD dilakukan untuk persediaan satu minggu, namun jika ada kebutuhan mendesak dan persediaan yang tidak masuk dalam pengadaan
rutin, dapat dilakukan pengadaan secara CITO. Pengadaan dilakukan oleh perawat ruangan jika terjadi stok yang habis menipis, agar stok sediaan
farmasi, alkes, dan BMHP tersebut terisi kembali. Pengadaan dilakukan dengan langsung menghubungi logistik farmasi. Sedangkan untuk pengadaan
obat-obat per oral, dilakukan melalui keluarga pasien, yaitu keluarga pasien secara langsung menebus di Instalasi Farmasi Rawat Jalan. Kemudian obat
akan diberikan kepada perawat di IGD untuk selanjutnya diberikan kepada pasien.
3. Penerimaan dengan pengecekan nama sediaan, jumlah, dan tanggal kedaluwarsa, untuk kemudian disetujui dengan pemberian tanda tangan
4. Penyimpanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP sesuai dengan stabilitasnya. Penyimpanan dilakukan di cooler dan rak dengan tersusun rapi.
5. Pendistribusian dengan sistem floor stok (Sistem Persediaan Lengkap diruang perawatan dengan jumlah terbatas dan jenis tertentu saja yang bersifat
emergency dengan cara menyerahkan persediaan kepada perawat penanggung jawab ruangan). Pemilihan sistem distribusi dikarenakan masih terbatasnya
tenaga apoteker yang bertugas di IGD.
6. Pengendalian dilakukan oleh apoteker penanggung jawab dengan melakukan pengecekan floor stok. Apoteker juga melakukan pengecekan terhadap
trolly emergency, emergency bag (ambulance bag dan code blue bag), dan ponek set dengan cara mengisi form checklist penyimpanan sediaan farmasi
dan BMHP. Apoteker melakukan pengecekan terkait ketersediaan obat, alkes, dan BMHP berupa sampling dan stock opname yang dilakukan seminggu 2
kali sesuai jadwal. Sedangkan untuk kegiatan stock opname dilakukan setiap 3 bulan. Selain monitoring persediaan, di IGD juga dilakukan pemantauan
suhu ruang, kulkas, dan kelembapan. Kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh apoteker atau perawat yang bertugas. Setelah pengambilan sediaan farmasi,
alkes, dan BMHP, apoteker akan mengingatkan perawat untuk melakukan pencatatan secara manual (kartu stok) dan secara komputerisasi kemudian
melakukan permintaan ke logistik farmasi
3.9 Pelayanan Farmasi di Instalasi Bedah Sentral
Pelayanan kefarmasian di Instalasi Bedah Sentral (IBS) melayani kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien yang
menjalani operasi di IBS. Jenis operasi yang sering dilakukan di IBS RSI UNISMA adalah caesar, katarak, ortopedi, amputasi, dan gangren. Jam pelayanan
kefarmasian di IBS dilakukan penjagaan 24 jam, dan selalu ada TTK/apoteker yang ikut dalam penyiapan dan pelayanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP
sebelum hingga setelah proses pembedahan. Penyiapan kebutuhan untuk pembedahan biasanya dilakukan 30 menit atau 60 menit sebelum dilakukan
pembedahan. Kegiatan farmasi manajerial di IBS meliputi:
1. Perencanaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP dilakukan dengan pengecekan stok setiap hari senin dan merencanakan permintaan dengan jumlah sediaan
yang habis atau menipis. Sediaan farmasi, alkes, dan BMHP yang tersedia di IBS adalah obat injeksi, alkes, dan BMHP yang bersifat penunjang proses
pembedahan.
2. Pengadaan dilakukan setelah cek stok dan perencanaan. Pengadaan dilakukan setiap hari senin. Pengadaan dilakukan oleh apoteker penanggung jawab
untuk langsung menghubungi logistik farmasi. Saat melakukan pemesanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP ke logistik farmasi dilakukan secara online
melalui SIMRS dan secara manual melalui lembar permintaan obat. Permintaan di IGD dilakukan untuk persediaan satu minggu, namun jika ada
kebutuhan mendesak dan persediaan yang tidak masuk dalam pengadaan rutin, dapat dilakukan pemesanan secara cito.
3. Penerimaan dengan pengecekan nama sediaan, jumlah, dan tanggal kedaluwarsa, untuk kemudian disetujui dengan pemberian tanda tangan.
4. Penyimpanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP sesuai dengan stabilitasnya. Penyimpanan dilakukan di cooler dan rak dengan tersusun rapi berdasarkan
alfabetis.
5. Pendistribusian sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dilakukan dengan penyiapan sesuai kebutuhan operasi yang akan dilakukan. Penyaluran sediaan
farmasi, alkes, dan BMHP untuk operasi melalui jendela penghubung antara tempat penyimpanan dan ruang bedah.
6. Pengendalian sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dengan melakukan pencatatan jenis dan jumlah sediaan yang keluar setelah proses pembedahan di kartu
stok dengan bantuan buku pembantu dan daftar permintaan set operasi yang ditulis perawat. Pengendalian juga dilakukan dengan pengecekan oleh
apoteker di IBS terkait ketersediaan obat, alkes, dan BMHP setiap poses pembedahan selesai dan setiap hari senin. Jika terjadi stok yang habis atau
menipis, apoteker akan melakukan pencatatan secara manual (kartu stok) dan secara komputerisasi, kemudian melakukan permintaan ke logistik farmasi,
agar stok sediaan farmasi tersebut terisi kembali. Selain melakukan pengecekan floor stok, apoteker juga melakukan pengecekan terhadap trolly
emergency. Apoteker juga melakukan stok opname selama 3 bulan sekali.
3.10 Pelayanan Farmasi Klinik
Laporan farmasi klinis terlampir pada Lampiran
3.11 Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Pusat
sterilisasi sangat bergantung pada unsur penunjang medik antara lain, perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain.
Dalam melaksanakan tugasnya, pusat sterilisasi berhubungan dengan bagian laundry, instalasi farmasi, sanitasi, hingga unit perawatan. Pusat Sterilisasi pada
RSI UNISMA dibawah naungan dalam manajerial penunjang medik. Fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien (DEPKES, 2009). Pelayanan
sterilisasi di RSI UNISMA dikelola oleh SDM sebanyak tiga orang yang terdiri dari satu orang supervisi atau penanggung jawab yang dilaksanakan oleh
seorang bidan dan dua orang pelaksana dari tenaga non-kesehatan. Adapun peran farmasi dalam Pusat Sterilisasi di RSI UNISMA adalah menyediakan seluruh
kebutuhan barang yang digunakan pada pusat sterilisaasi dari logistik medis.
3.11.1 Lokasi Pusat Sterilisasi
Lokasi dari pusat sterilisasi RSI UNISMA terletak di samping Depo Farmasi Rawat Inap dan di samping dengan laundry. Lokasi pusat sterilisasi
sebaiknya terletak di dekat dengan ruangan pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit seperti kamar operasi. Pusat sterilisasi di RSI UNISMA masih
dalam proses pembangunan untuk dapat berlokasi berdekatan dengan kamar operasi.
3.11.2 Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada pusat sterilisasi di RSI UNISMA terbagi menjadi tiga area dalam ruangan yaitu, area kotor, area bersih dan area steril. Uraian dari masing-masing
fungsi pada area tersebut adalah sebagai berikut:
1) Area Kotor / Ruang Dekontaminasi
Pada area ini terjadi proses penerimaan barang yang sudah dibersihkan dari unit pengirim. Pada area kotor ini memiliki pengendalian:
a) Suhu dan kelembaban: terukur melalui termometer yang ada di ruangan dan dicatata setiap Pagi (09.30) dan Sore (14.30). Pada area kotor memiliki
rentang suhu normal 18-23oC
b) Kebersihan : Sink tempat perendaman dilakukan pembersihan setiap lima hari sekali
c) Lokasi: Lokasi area kotor memiliki akses berupa jendela yang digunakan sebagai penerimaan barang dari unit pelayanan. Lokasi area kotor juga
terpisah dari area bersih dan steril yang dibatasi dengan pintu.
2) Area Bersih
Pada area bersih ini terdiri dari ruang pengemasan alat, produksi dan prosesing dan pentimpanan barang yang telah disterilisasi.
3) Ruang Sterilisasi
Ruang sterilisasi merupakan tempat dilakukanya proses sterilisasi. Pada RSI UNISMA memiliki autoklaf panas kering dan uap panas.
3.11.3 Alur Kerja
Pusat sterilisasi RSI UNISMA memiliki alur kerja dari penerimaan barang oleh pelaksana hingga pendistribusian. Alur kerja dapat dilihat pada Gambar 3.11
Penerimaan barang dilaksanakan pada area kotor. Pada saat berada di area kotor barang dilakukan proses Dekontaminasi dari perendaman hingga pengeringan.
Lalu dilakukan proses pengemasan dan pelabelan pada area bersih. Setelah pengemasan dan pelabelan sudah siap, barang disterilisasi pada ruang sterilisasi..
Apabila kertas indikator belum berubah warna maka dilakukan sterilisasi ulang hingga menunjukkan hasil. Setelah indikator steril telah berubah warna hitam
atau steril maka disimpan di gudang alat pada area bersih dan didistribusikan ke unit pelayanan yang membutuhkan.
Gambar 3.10 Alur Kerja Pusat Sterilisasi

3.11.4 Tahap Sterilisasi Alat / Bahan Medik


1) Dekontaminasi
Pada proses ini dilakukan perendaman barang menggunakan DTT (Desinfektan Tingkat Tinggi) selama 15 menit. Tujuan dilakukannya perendaman
adalah untuk menghancurkan mikroorganisme melalui penetrasi ke dalam sel mikroba dan mendeaktivasi sel-sel patogen. DTT dalam waktu yang lebih
lama dapat menghancurkan semua spora bakteri dan dianggap sebagai sterilan. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air hangat mengalir untuk
melepaskan partikel-partikel kotoran lalu dikeringkan.
2) Pengemasan
Pengemasan dilakukan pada area bersih. Tipe bahan pengemas yang digunakan di pusat sterilisasi RSI UNISMA adalah kertas. Pemakaian bahan kertas
dapat menahan bakteri yang baik dan tidak menimbulkan debu. Katakteristik kertas pengemas antara lain, tidak menyerap air, tidak mudah robek,
penahan bakteri yang baik, bebas dari bahan beracun dan hanya dapat digunakan satu kali pemakaian.
3) Pelabelan
Pelabelan dilakukan bersamaan pada proses pengemasan di area bersih. Pelabelan pada masing-masing alkes/BMHP dilakukan dengan memberikan
kertas berisi list daftar alkes/BMHP yang berada dalam satu kemasan dan juga terdapat kertas indikator sterilisasi untuk melihat ketercapaian proses
sterilisasi
4) Sterilisasi
Metode sterilisasi yang terdapat di pusat sterilisasi RSI UNISMA adalah panas kering dan uap panas.
5) Sterilisasi Panas Kering
Pada proses sterilisasi ini terjadi melalui mekanisme konduksi panas yang diabsorpsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke
bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisai kering digunakan untuk alat-alat atau bahan yang tidak dapat
berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca. Sebelum digunakan chamber dipanaskan dengan suhu maksimal 160oC lalu pada
saat proses sterilisasi dilakukan pada suhu 134oC. Setelah dipanaskan, alkes/bmhp didiamkan selama 60 menit di dalam chamber hingga mendingin.
6) Sterilisasi UAP
Metode uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel protein secara ireversibel. Kemampuan proses sterilisasi uap
bergantung pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi melalui pembersihan yang baik dan mencegah rekontaminasi sebelum
digunakan. Proses sterilisasi menggunakan uap ini bergantung pada penataan barang yang benar. Pengisian chamber mesin sebaiknya dimanfaatkan
sebanyak 75% dari kapasitas chamber. Setelah selesai, dilakukan pendinginan dan apabila telah mencapai indikator steril maka disimpan di ruang
penyimpanan. Mesin chamber dilakukan pengujian mikro setiap enam bulan sekali.
7) Penyimpanan
Penyimpanan diletakkan pada lemari penyimpan pada area bersih. Pada tiap lemari penumpukkan alkes tidak dianjurkan untuk ditumpuk melebihi lima
lapis. Hal ini dapat beresiko kertas dapat sobek.
3.11.5 Indikator Mutu
Indikator mutu dari Pusat Sterilisasi RSI UNISMA antara lain:
a. Kebersihan sterilisasi
b. Kepatuhan cuci tangan
c. Kepatuhan APD
d. Dekontaminasi Ruangan
e. Suhu dan kelembaban
f. Kepatuhan Penyiapan Alat di Ruangan
g. K3 Rumah Sakit dan Insidek Keselamatan Pasien

Anda mungkin juga menyukai