PENDAHULUAN
Selama proses kehamilan, terjadi perpindahan zat-zat gizi dari tubuh ibu ke
dalam tubuh janin melalui plasenta. Pertumbuhan janin dalam kandungan ibu sangan
bergantung pada asupan gii ibu. Ibu hamil yang menderita gizi kurang, terutama Kurang
energy kronis (KEK) beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, perkembangan intelektual, serta
produktivitas di kemudian hari. (2)
Ibu hamil secara alamiah senantiasa melindungi dan memelihara janin dalam
kandungannya agar tetap sehat. Janin yang sehat akan tercipta apabila ibu hamil dapat
mengatur makanan yang dikonsumsi dengan baik dan benar. Upaya yang baik ini tidak
hanya akan membentuk tubuh janin yang sehat, tetapi juga dapat memberi perlindungan
pada bayi dari berbagai infeksi dan gangguan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan. (2)
Kehamilan merupakan masa kritis di mana gizi ibu yang baik adalah faktor
penting yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil bukan hanya harus
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk janin
yang dikandung. Risiko komplikasi selama kehamilan atau kelahiran paling rendah bila
pertambahan berat badan sebelum melahirkan memadai.(3)
Ada banyak factor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil, antara lain, factor
budaya, factor sosio ekonomi dan juga factor biologis dari ibu hamil itu sendiri. Berikut
akan dibahas mengenai factor- factor resiko tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan merupakan suatu proses faali yang menjadi awal kehidupan generasi
penerus. Salah satu kebutuhan esensial untuk proses reproduksi sehat adalah
terpenuhinya kebutuhan energi, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral serta serat.
Kurangnya asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) maupun zat gizi
mikro (asam folat, zat besi, seng, kalsium, iodium, dan lain-lain) dapat menimbulkan
masalah gizi dan kesehatan pada ibu dan bayinya(3).
EPIDEMIOLOGI
Menurut perkiraan WHO setiap tahun terjadi 500.000 kematian ibu yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, 99% di antaranya terjadi di Negara-
negara berkembang. Lebih dari separuhnya (300.000) terjadi di Asia, yang hampir 3/4-
nya di Asia Selatan. Risiko kematian maternal di negara maju 1 diantara 15-50, yang
berarti peningkatan 200-250 kali. Kematian maternal merupakan fungsi dari berbagai
hal, bukan hanya dari faktor-faktor pelayanan kesehatan saja. Kehamilan dan persalinan
yang terlalu dini, kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, budaya diam kaum wanita,
dan rendahnya status wanita pada hal-hal tertentu. Transportasi yang sulit,
ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, dan pantangan tertentu pada wanita
hamil juga ikut berperan.
Kematian ibu atau AKI di daerah berkembang sebesar 240 adalah 15 kali lebih
tinggi dari pada di negara maju yaitu 16 per 100.000 kelahiran hidup atau 99%
(284.000) kematian ibu secara global dan mayoritas di antaranya berada di sub-Sahara
Afrika (162.000 kematian ibu) dan Asia Selatan (83.000 kematian ibu). Sub-Sahara
Afrika memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi yaitu 500 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup (KH), sedangkan Asia Timur memiliki yang terendah di antara negara
berkembang yaitu 37 kematian ibu per 100.000 KH.
a. Faktor budaya
Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya
setempat. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu
hamil dan post partum pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan
kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara,
kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
Kemiskinan masyarakat akan berdampak pada penurunan pengetahuan dan
informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya ibu akan mengalami resiko
kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan bayi berat badan lahir
rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup
tinggi terutama di daerah pedesaan.
Berikut ini ada beberapa contoh pantangan/tabu yang terdapat dalam masyarakat
di beberapa Negara dan berbagai daerah di indonesia, yang dapat
mempengaruhi status gizi ibu hamil(4,5)
Di Meksiko seorang wanita hamil dan setelah melahirkan dilarang makan
makanan yang bersifat “dingin”. Selain itu, Masyarakat Cina Amerika
menganut teori “Yin” dan “Yang” sehingga wanita yang baru melahirkan
harus dilindungi dari angin dan dilarang makan makanan dan minuman
yang bersifat dingin, dan minum obat
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena
akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja
harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan
mudah dilahirkan
Di Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin
Di Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang
besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan
Di jeneponto, Makanan pantang dari golongan hewani seperti udang
dilarang karena dapat menyebabkan bayi maju mundur menjelang
persalinan artinya masyarakat percaya bahwa dengan mengonsumsi
udang akan menyulitkan pada proses persalinan. Makanan pantangan dari
golongan nabati seperti pepaya karena dipercaya bahwa ibu hamil akan
merasakan sakit perut yang lama pada saat menjelang persalinan dan
daun kelor dilarang karena mengandung getah yang pedis yang akan
menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran dikenal dengan sebutan
“gatta kelorang”.
Di jeneponto juga ada pantangan dilarang minum tablet penambah darah
karena dapat menyebabkan kepala anak besar, dan dilarang makan
memakai piring besar karena akan memiliki ari-ari yang besar dan dapat
menyulitkan persalinan.
b. Faktor sosio-ekonomi
Status sosial ekonomi merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan
kelahiran prematur. Status sosial ekonomi yang buruk dapat menyebabkan lahir
prematur. Antara 1996 dan 2006, kelahiran sembilan negara diperiksa, dan ibu
dengan status sosial ekonomi yang buruk memiliki tingkat kelahiran prematur
yang lebih tinggi. Di studi lain, status sosial ekonomi ibu dengan persalinan
prematur diperiksa, dan ditemukan bahwa bayi dari keluarga berpenghasilan
rendah dan menenga, lebih tinggi angka kelahiran prematur dan berat badan
lahir rendah. Demir, et al, dalam penelitiannya menemukan bahwa, kebanyakan
ibu bersalin prematur (66,7%) dan hanya 26,7% yang cukup bulan ibu bersalin
adalah ibu rumah tangga. Selain itu, pendapatan dan pengeluaran ibu melahirkan
prematur (60%) adalah sama, sedangkan hasilnya lebih tinggi dari pengeluaran
di Indonesia sebagian besar ibu bersalin (70%)(6)
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi status kesehatan dan gizi, karena seringkali masalah
kesehatan dan gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang
kesehatan dan gizi yang memadai. Perubahan sikap dan perilaku sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehingga lebih mudah
menyerap informasi dengan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya
hidup sehat, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Temuan tersebut sesuai
dengan Chandra (2006) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan formal maka secara tidak langsung meningkatkan kesadaran untuk
hidup lebih sehat sehingga menurunkan risiko gangguan kesehatan.(7)
Selain tingkat pendidikan tingkat pendapatan diduga turut berpengaruh terhadap
kejadian KEK pada ibu hamil. Perubahan pendapatan secara langsung dapat
mempengaruhi konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti
memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang
lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan
dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli.(8)
Pada status ekonomi rendah keluarga dengan jumlah anggota keluarga besar
tentu berbeda dari jumlah anggota keluarga kecil dalam pemerataan makanan.
Keluarga dengan jumlah anak besar dan jarak kelahiran yang dekat akan
menimbulkan masalah. Pendapatan dalam keluarga pas-pasan dan mempunyai
keluarga besar maka pemerataan dan kecukupan makanan dalam keluarga
kurang sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada
wanita makin bertambah apabila ada pendapat bahwa makanan lebih diutamakan
pada pria atau bapak yang menafkahi dalam keluarga.(8)
c. Faktor biologis
Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang
dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit
kehamilan dan persalinan diantaranya dapat menyebabkan terganggunya
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi asfiksia yang dapat dinilai
dari APGAR Score menit pertama setelah lahir.
Paritas/jumlah kehamilan 2 sampai 3 adalah paritas yang paling aman dilihat dari sudut
kematian ibu. Paritas kurang dari satu dan usia ibu terlalu muda di kategorikan
berisiko tinggi karena ibu belum siap secara mental maupun secara medis
sedangkan paritas diatas empat dan usia ibu terlalu tua secara fisik ibu mengalami
kemunduran untuk menjalani kehamilan.
Jarak kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau kurang dari dua tahun berisiko terhadap
kematian maternal dan tergolong dalam kelompok risiko tinggi untuk mengalami
perdarahan post partum. Jarak kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah
dua tahun agar memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra pada
masa kehamilan dan laktasi.
Penyakit infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. Parasit dalam usus, seperti
cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan
dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan demikian
membantu terjadinya kurang gizi.
Scrimshaw, dkk (1959) dalam Supariasa (2001) menyatakan bahwa ada hubungan yang
sangat erat antara interaksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka
menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanisme
patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri- sendiri maupun bersamaan,
yaitu :
a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,
rendahnya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat
sakit.
b. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,
mual/muntah dan pendarahan yang terus menerus.
c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit (human host/parasit) yang terdapat didalam tubuh.
Pemanis buatan
Saat ini, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa mengomsumsi pemanis buatan
seperti aspartame dan sukralosa, berbahaya selama kehamilan. Bagaimanapun
juga banyak minuman dan makanan berpemanis buatan rendah dalam nilai gizi,
sehingga tidak layak menggantikan peranan makanan kaya gizi dalam diet.(1)
Alcohol
Pajanan prenatal terhadap alcohol merupakan penyebab timbulnya defek saat
lahir, retardasi mental, dan kelainan perkembangan yang dapat dicegah. Alcohol
dapat dengan mudah melintasi sawar ibu-janin, dan janin yang sedang
berkembang belum memiliki enzim untuk mengurai alcohol sehingga alcohol
tetap ada dalam sirkulasi janin. (1)(9)
Asupan makanan yang buruk dari beberapa wanita yang mengkonsumsi alkohol
secara teratur dalam kehamilan, serta efek negatif alkohol pada ketersediaan
nutrisi tertentu, mungkin juga berkontribusi terhadap efek berbahaya dari
paparan alcohol selama kehamilan. Konsumsi 4 kali atau lebih minuman sehari,
atau sesekali episode konsumsi 5 minuman atau lebih berturut-turut, dianggap
mewakili asupan alkohol berat selama masa kehamilan. Minum banyak selama
hamil meningkat risiko keguguran, lahir mati, dan kematian bayi dalam bulan
pertama setelah melahirkan. Kira-kira 40% janin lahir dari wanita yang banyak
minum di awal kehamilan akan mengalamai Fetal Alcohol Syndrome (FAS).
Kemungkinan bahwa janin akan terpengaruh FAS meningkat karena jumlah
minuman yang dikonsumsi di awal kehamilan meningkat.(10)
Kafein
Kafein sudah sejak lama diduga berefek negative terhadap ibu hamil. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko keguguran
di kalangan wanita yang mengonsumsi lebih dari 300mg/hari, atau setara dengan
secangkir kopi ukuran sedang. Potensi dampak buruk lainnya termasuk
persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah. Kafein juga berperan
meningkatkan denyut jantung, merangsang system saraf pusat, dan belerja
sebagai diuretic. Beberapa bukti menunjukkan bahwa asupan kafein yang
banyak dapat juga mempengaruhi perkembangan jantung. Kafein menembus
plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga akan merangsang
aktivitas janin, menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah.(1)
(9)
Merokok
Akibat merokok selama kehamilan diperkirakan 20% -30% dari bayi berat lahir
rendah, hingga 14% dari kelahiran prematur, dan sekitar 10% dari semua
kematian bayi. Lebih jauh lagi, bahkan paparan asap rokok dapat meningkatkan
risiko. Merokok selama kehamilan juga telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko pilek, masalah paru-paru, ketidakmampuan belajar, dan masalah
pertumbuhan fisik untuk anak-anak yang terpapar setelah lahir(9)
Menurut Depkes (2000), WUS yang menderita KEK pada saat hamil akan menghambat
pertumbuhan janin sehingga akan menimbulkan risiko BBLR. Berdasarkan data Riskesdas 2007,
prevalensi KEK tingkat nasional berdasarkan umur 15 sampai 45 tahun pada wanita usia subur
(WUS) menunjukkan 10 provinsi dengan prevalensi risiko KEK diatas angka nasional (13,6%)
yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.(11)
Masalah Gizi kurang yang banyak dijumpai pada ibu hamil antara lain:
Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan karena dalam jangka waktu yang lama
asupan energi (karbohidrat dan lemak) tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Penapisan ibu
hamil risiko KEK dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Apabila
LiLA < 23,5 cm maka ibu hamil berisiko KEK. Untuk memastikan KEK pada ibu hamil
digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Trimester I.
Jika IMT pada Trimester I < 18,5 maka ibu hamil didiagnosa KEK. Apabila IMT
trimester I tidak diketahui karena ibu hamil melakukan ANC di Trimester II atau III, serta
diketahui data BB dan TB sebelum hamil dapat digunakan IMT Pra hamil. Ibu hamil
KEK, akan mengalami risiko keguguran, perdarahan pasca persalinan, kematian ibu,
kenaikan BB ibu hamil terganggu, tidak sesuai dengan standar, malas tidak suka
beraktivitas, payudara dan perut kurang membesar, pergerakan janin terganggu, mudah
terkena penyakit infeksi, persalinan akan sulit dan lama.
Ibu hamil KEK akan berdampak pada janin, dan anak yang akan berlanjut sampai
pada usia dewasa, antara lain:
b. Anemia
Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan ketika sel darah merah atau
Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (<11 g/dl). Kekurangan zat besi
menyebabkan pembentukan sel darah meraj tidak mencukupi kebutuhan
fisiologistubuh, terutamapada kondisi hamil dimana banyak terjadi perubahan
fisiologis tubuh.(3)
Anemia pada ibu hamil ditandai dengan wajah pucat, kuku mudah rapuh, mata
merah, telapak tangan pucat, serta mudah lelah, lemah, letih, dan lesu. Puncak kondisi
anemia gizi sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga.(2)
Makanan yang dikonsumsi kurang mengandung protein, zat besi, vitamin B12
dan asam folat.
Meningkatnya kebutuhan tubuh selama hamil akan zat-zat gizi karena
perubahan fisiologis ibu hail dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh larena perdarahan akut dan
kronis. Perdarahan akut dapat disebabkan misalnya kecelakaan. Perdarahan
kronis, yaitu perdarahan yang berlangsung lama karena infeksi penyakit,
kecacingan, dan malaria.
Ibu hamil KEK ( kurang energy kronik)
Jarak persalinan terlalu dekat.
Selain permasalahan gizi kurang, berikut ini ada beberapa kondisi yang juga menjadi
permasalahan nutrisi pada saat kehamilan.
a. Obesitas
Pada ibu hamil, perlu diwaspadai jika terjadi kenaikan berat badan lebih
dari 1 kg dalam seminggu, apalagi disertai dengan pembengkakan tungkai dan
mata kaki, tekanan darah tinggi, air seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan
berkunang-kunang. Obesitas dapat menjadi factor resiko timbulnya penyakit lain
sepetri jantung, diabetes, dan hipertensi. (2). Efek metabolik yang terkait dengan
obesitas sangat erat terkait dengan adanya jumlah lemak visceral yang tinggi.
Lemak visceral terletak di bawah kulit dan otot-otot perut, lemak ini jauh lebih
aktif secara metabolic dari lemak subkutan (lemak yang terletak di bawah kulit)
dan lebih kuat terkait dengan risiko penyakit. Proses metabolism diprakarsai oleh
lemak visceral menghasilkan peradangan kronis, generasi radikal bebas, dan stres
oksidatif. Gangguan ini mempromosikan pengembangan resistensi insulin,
peningkatan glukosa darah, insulin, dan konsentrasi trigliserida, dan peningkatan
tekanan darah. Perubahan-perubahan ini, pada gilirannya, meningkatkan risiko
diabetes gestasional, gangguan hipertensi, dan kondisi klinis lainnya selama
kehamilan. (10)
b. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional pada berat badan kurang dan berat normal wanita
tampaknya terkait dengan resistensi insulin yang dikombinasikan dengan defisit
dalam produksi insulin, sedangkan resistensi insulin mungkin mendasari hal itu
pada wanita gemuk. Wanita yang berkembang diabetes gestasional tampaknya
memasuki kehamilan dengan kecenderungan untuk resistensi insulin dan diabetes
tipe 2 itu diekspresikan karena perubahan fisiologis yang terjadi selama
kehamilan.(10)
Resistensi insulin dalam kehamilan, atau kecenderungan untuk terijadinya
resistensi insulin selama kehamilan, mungkin secara klinis kadar glukosa darah
mungkin tidak meningkat dan tekanan darah mungkin normal. Namun, kadar
glukosa darah tinggi dan tanda-tanda lainnya terkait dengan peningkatan
resistensi insulin berkembang saat kehamilan berlangsung. Wanita dengan
diabetes gestasional meningkat kadar tidak hanya glukosa darah tetapi juga
trigliserida, asam lemak , dan kadang-kadang tekanan darah. Diabetes
gestasional tampaknya terkait dengan perubahan metabolisme yang berlebihan
stres oksidatif dan peningkatan kadar glukosa darah.(10)
Pada masa kehamilan, terjadi sintesis beberapa hormone di plasenta,
terutama human plasental lactogen, yang dapat menghalangi kerja insulin. Hal ini
dapat menimbulkan diabetes pada masa kehamilan, yang sering dimulai pada
minggu ke-20 sampai ke-28 kehamilan. Penyakit ini muncul terutama pada ibu
hamil yang obesitas, dan yang mempunyai riwayat diabetes dalam keluarga
(factor keturunan). Penanganan yang perlu dilakukan adalah ibu hamil harus
melakukan diet (pengaturan makanan), yaitu mengurangi asupan makanan yang
mengandung gula sederhana, serta memperbanyak sayuran dan kacang-kacangan,
serta melakukan latihan fisik atau olah raga yang cukup. Penyakit ini, jika tidak
dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan janin tumbuh terlalu besar ( baby
sugar), janin memproduksi insulin terlalu banyak sehingga terkadang harus
melakukan persalinan dini, persalinan dengan operasi sesar, atau terjadi kelainan
pada bayi.(2). Ada kemungkinan yang signifikan lebih tinggi untuk masuk unit
perawatan intensif neonatal pada bayi dari ibu diabetes yang memiliki control
gula darah yang buruk.(9)
c. Hipertensi
Pada ibu hamil juga sering terjadi hipertensi. Jika kondisi ringan, dikenal
sebagai pre eklampsia, sedangan dalam kodisi berat dikenal dengan eklampsia.
Tanda-tanda awalnya adalah adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria,
edema, dan lain-lain. Pada trimester kedua, dapat terjadi tanda-tanda berat berupa
kejang-kejang.(2) Semua bentuk hipertensi dalam kehamilan terkait dengan
peradangan kronis, stres oksidatif, dan kerusakan pada endothelium pembuluh
darah ke seluruh tubuh. Seiring waktu, oksidatif stres dalam endotelium mengarah
ke disfungsi endotel. Konsekuensi disfungsi endotel termasuk gangguan aliran
darah, kecenderungan darah meningkat untuk bekuan, dan pembentukan plak.(10)
Faktor resiko kondisi ini diantaranya adalah asupan gizi yang tidak
seimbang, factor keturunan, sering hamil, berusia kurang dari 17 tahun atau lebih
dari 35 tahun. Hipertensi gestasional dapat memprediksi peningkatan risiko
hipertensi di masa depan. Nutrisi perikonseptual yang optimal, termasuk fokus
pada folat, natrium, kalsium, kalium, zat besi, tembaga, dan asupan seng, adalah
penting. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan adalah mengurangi
makanan berkadar garam tinggi, makanan yang diawetkan, makanan berlemak
tinggi, dan memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan segar, serta
minum air putih yang cukup(2,12)
d. Hiperemesis Gravidarum
Mual pagi hari, mual dan muntah dalam kehamilan (Nausea, Vomiting in
Pregnancy), mempengaruhi 50% hingga 90% dari semua wanita hamil selama
trimester pertama dan biasanya sembuh pada usia kehamilan 20 minggu.
Penyebab NVP tidak jelas tetapi kemungkinan termasuk kecenderungan
genetic, dikombinasikan dengan perubahan kadar human chorionic gonadotropin
(hCG), estrogen, dan progesteron. Mungkin dimediasi melalui jalur refleks
vestibuloocular. Mereka yang hamil dengan janin perempuan, banyak janin,
atau kehamilan mola (sperma membuahi sel telur kosong, menghasilkan tidak
ada embrio selain plasenta yang berkembang menjadi massa abnormal sel) lebih
mungkin menderita NVP atau hyperemesis gravidarum, seperti halnya mereka
dengan gangguan hipertiroid, gangguan pencernaan, diabetes yang sudah ada
sebelumnya, atau penyakit kejiwaan.(12). Pada beberapa studi, dihubungkan
bahwa hiperemesis gravidarum dapat meningkatkan resiko terjadinya keguguran,
kelahiran prematur, Bayi berat lahir rendah, retardasi pertumbuhan, dan
kematian. Pada ibu sendiri dapat terjadi avulsi splenic, rupture esophageal,
Mallory-weiss tear, pneumothorax, neuropathy perifer, dan preeclampsia.(9)
Modifikasi diet dapat dilakukan bila gejala ringan, dengan jalan
menganjurkan makan sedikit tapi sering. Mengindari makanan yang berbau dan
bertekstur yang dapat merangsang muntah, serta pemberian suplementasi vitamin
B6. (9)
Gambar berikut ini menunjukkan efek negative yang dapat timbul bila
terjadi malnutrisi maternal ( baik under- maupun overnutrisi) pada ibu dan
janin(12)
BAB III
KESIMPULAN
1. Kehamilan merupakan suatu proses faali yang menjadi awal kehidupan generasi penerus.
2. Kehamilan merupakan masa kritis di mana gizi ibu yang baik adalah faktor penting yang
mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
3. Kurangnya asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) maupun zat gizi
mikro (asam folat, zat besi, seng, kalsium, iodium, dan lain-lain) selama kehamilan dapat
menimbulkan masalah gizi dan kesehatan pada ibu dan bayinya.
4. Ada beberapa factor resiko yang dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas selama
kehamilan, antara lain dari factor budaya, factor sosio-ekonomi, dan factor biologis ibu
hamil.
5. Masalah-masalah gizi yang dapat muncul pada ibu hamil antara lain, Kurang energy
kronik (KEK), anemia, obesitas, diabetes gestasional, hipertensi, hyperemesis
gravidarum.
6. Permasalahan penting lainnya yang berhubungan dengan gizi selama kehamilan meliputi
penggunaan pemanis buatan, alcohol, kafein, merokok, dan penyakit akibat makanan.
7. Akibat yang dapat ditimbulkan akibat masalah-masalah gizi yang ada antara lain Bayi
berat lahir rendah, kegagalan pertumbuhan dan perkembangan janin, resistensi insulin
maternal, kretinisme, defek saat lahir, gangguan kognitif dan tingkah laku, komplikasi
fetal dan neonatal, komplikasi post partum, eklampsia dan pre eklampsia, anemia
maternal, kelahiran preterm, perdarahan maternal, bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brenna M. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. 2nd ed. Dwijayanthi L, editor. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran, EGC; 2013. 111 p.
2. Hardiansyah. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Supriasa IDN, editor. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran, EGC; 2016. 170 p.
3. Pritasari. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: kementrian kesehatan republik indonesia;
2017. 37 p.
4. Khasanah N. Dampak Persepsi Budaya terhadap Kesehatan Reproduksi Ibu dan Anak di
Indonesia. Muwazah. 2011;3(2):487–92.
5. Wahyuni S, Thaha RM, Suriah. Konsep Perawatan Kehamilan Etnis Makassar di
Kabupaten Jeneponto. Univ Hasanuddin. 2013;Juli:1–15.
6. Pulat Demir H. Term and preterm birth effects of the nutritional status and habits in
pregnancy. Eurasian J Med Oncol. 2018;2(2):84–90.
9. Edelstein S. Life Cycle Nutrition an evidence based approach. 2nd ed. Edelstein S, editor.
Boston: Joset & Bartlett learning; 2015.
10. Brown JE. Dietary Reference Intakes (DRIs): Recommended Intakes for Individuals,
Vitamins Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National Academies [Internet].
Fluoride. 2011. 623 p. Available from: www.nap.edu.%0Awww.cengage.com/wadswortth
12. Lysen, Lucinda K.; Israel DA. Nutrition in Weight Management. Krause’s Food & The
Nutrition Care Process. 2017. 383–406 p.