Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Taat Sumedi,S.kep.,Ns.,MH

Disusun Oleh:
Nama : Siwi Bagus Kusuma Wardhana
NIM : P1337420219072
Kelas : 1 B

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
KASUS
An.B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun yang lalu.Kejadian ini bermula saat
An.B menjadi korban dugaan malpraktek yang dilakukan oleh perawat.An.B dibawa oleh orang
tuanya berobat di klinik dr.F yang baru setahun buka dengan mengontrak salah satu rumah warga
di Kampung Krompol,Desa Paya Bagas,Kec.Tebing Tinggi,Kab.Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara.Pada saat itu An.B berusia 4 tahun,mengalami benjolan kelenjar sebesar telur
puyuh di bagian punggungnya.Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi.Berdasarkan hasil
pemeriksaan,dr.F menyarankan agar benjolan itu sebaiknya dioperasi.Orang tua pasien pun
menyetujui dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan operasi pada tanggal 12 september
2004.
Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan tindakan operasi bukan dirinya
karena dia hanya seorang dokter umum,tetapi rekan sejawatnya,dokter bedah di RSUD
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi yang ternyata adalah seorang perawat.Perawat berinisial Ag
melakukan operasi bersama temannya Ai.Pada saat operasi berlangsung,dr.F tidak ikut
membantu,tetapi hanya menyaksikan bersama dengan keluarga pasien.Operasi berlangsung
sekitar 30 menit.Benjolan yang ada di punggung An.B akhirnya diangkat dan dibuang,tetapi luka
bedah pada benjolan yang telah dibuang itu mengalami perdarahan,sehingga penyembuhan luka
cukup lama sampai memakan waktu enam bulan.
Beberapa bulan setelah operasi,tubuh An.B menjadi lemas dan kaku,bahkan kedua kakinya
lumpuh tidak bisa digerakkan.An.B hanya dapat berbaring dan duduk di rumahnya sambil
menjalani proses pengobatan.Setelah enam bulan melakukan operasi kepada An.B,klinik dr.F
ditutup dan tidak beroperasi lagi.Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak dua
kali,tetapi setelah itu sudah tidak pernah kelihatan lagi.Sejak saat itu,An.B sudah tidak lagi
bermain dengan anak anak seusianya.Sampai sekarang,kedua kaki An.B lumpuh,timbul tulang di
telapak kaki kiri,telapak kaki kanan berlubang,kencing bernanah dan susah buang air besar.Pihak
keluarga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr.F dan rekannya ke Mapolres Tebing
Tinggi,karena dugaan telah melakukan malpraktek terhadap anaknya.Proses hokum atas kasus
ini sedang diproses dan masih dalam tahap pemanggilan saksi.(Sumber:Posmetro Medan dan
KPK Pos).

Analisa Kasus
Berdasarkan Konsep Malpraktik
Kasus diatas merupakan salah satu bentuk malpraktik keperawatan,karena telah memenuhi
keempat kriteria (duty,breach of the duty,injury causation),yaitu :
A.Perawat Ag berkewajiban melakukan tugasnya sebagai seorang perawat sesuai dengan
kewenangannya.Perawat tersebut melakukan hal di luar kewenangan profesinya dan melakukan
kewenangan profesi lain (dokter).
B.Perawat Ag gagal melakukan tanggung jawabnya sesuai standar profesi perawat dimana
kewajiban perawat melaksanakan asuhan keperawatan yang holistik.
C.Perawat Ag membuat pasien menderita cedera fisik dan perdarahan.
D.Tindakan operasi mandiri Perawat Ag mendatangkan akibat yang buruk bagi pasien yaitu
pasien harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama serta mengalami kelumpuhan.
Berdasarkan Kajian Hukum
A.UU RI No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
1.Pasal 32 ayat 2 menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang tindakan medis kepada
perawat dapat dilakukan secara delegatif dan mandat.Selanjutnya,pada penjelasan ayat 4 dapat
diketahui bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif adalah
menyuntik,memasang infus,dan memberikan imunisasi.sedangkan secara mandat yaitu
pemberian terapi parental dan penjahitan luka.Berdasarkan kasus diatas,Perawat Ag telah
melakukan tindakan pembedahan,tindakan tersebut di luar kewenangan yang diperbolehkan
dalam UU Keperawatan.
2.Pasal 36 menjelaskan bahwa perawat melaksanakan praktek keperawatan,berhak menolak
keinginan klien dan pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,standar
pelayanan,profesi,SPO,atau ketentuan peraturan perundang undangan.Sesuai dengan kode etik
keperawatan (PPNI,2005),perawat juga berhak menolak tindakan operasi secara mandiri yang
bertentangan dengan kode etik keperawatan antara perawat dan teman sejawat.Perawat harus
bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara
tidak kompeten,tidak etis dan ilegal.
3.Pasal 37 poin (f) menjelaskan bahwa prawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
berkewajiban melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi perawat.Pelayanan keperawatan berdasarkan standar kompetensi
perawat Indonesia merupakan rangkaian tindakan yang dilandasi aspek etik legal dan peka
budaya untuk memenuhi kebutuhan klien.Kegiatan tersebut meliputi kegiatan
prosedural,pengambilan keputusan klinik,yang memerlukan analisi kritis serta kegiatan advokasi
dengan menunjukkan perilaku caring.Berdasarkan kasus diatas,perawat tidak melakukan
pelayanan keperawatan sesuai ranah kompetensi praktik profesional,etis,legal dan peka budaya
(PPNI,2005).

Malpraktek yang dilakukan oleh perawat Ag akan memberikan dampak yang luas,tidak saja
kepada pasien dan keluarganya,juga kepada institusi pemberi pelayanan keperawatan,individu
perawat pelaku malpraktek dan terhadap profesi.Secara hokum perawat Ag dapat dikenakan
gugatan hukum pidana dan perdata,sedangkan secara profesi perawat Ag dapat dikenakan sanksi
disiplin profesi perawat yang akan dikeluarkan oleh Konsil Keperawatan.
Solusi
Dengan banyaknya tuntutan pelayanan profesional melalui peraturan perundang undangan yang
berlaku,yang apabila melakukan kesalahan dan kelalaian akan diperhadapkan pada suatu
tuntutan baik dari organisasi profesi,organisasi pelayanan kesehatan,dan tuntutan hukum.Dan
karena itu kita harus bekerja sesuai dengan kode etik dan hukum yang berlaku dan terus
meningkatkan ilmu pengetahuan agar mampu memberikan pelayanan kesehatan secara sempurna
tanpa harus menipu atau merugikan pasien/masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai