Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asal usul merek itu sendiri berpangkal di sekitar abad pertengahan di Eropa,
pada saat perdagangan dengan dunia luar mulai berkembang. Fungsinya
semula untuk menunjukkan asal produk yang bersangkutan. Baru setelah
dikenal metode produksi massal dan dengan jaringan distribusi dan pasar yang
lebih luas dan kian rumit, fungsi merek berkembang menjadi seperti yang
dikenal sekarang ini (Bambang Kesowo, 1995 : 16).
            Merek menjadi salah satu kata yang sangat populer yang sering
digunakan dalam hal mempublikasikan produk baik itu lewat media massa
seperti di surat kabar,  majalah,  dan tabloid maupun lewat media elektronik
seperti di televisi, radio dan lain-lain. Seiring dengan semakin pesatnya
persaingan dalam dunia perdagangan barang dan jasa ahkir-akhir ini maka tidak
heran jika merek memiliki peranan yang sangat signifikan untuk dikenali sebagai
tanda  suatu produk tertentu di kalangan masyarakat dan juga memilki kekuatan
serta manfaat apabila dikelola dengan baik. Merek bukan lagi kata yang hanya
dihubungkan dengan produk atau sekumpulan barang pada era perdagangan
bebas sekarang ini tetapi juga proses dan strategi bisnis. Oleh karena itu, merek
mempunyai nilai atau ekuitas. Dan ekuitas menjadi sangat penting karena nilai
tersebut akan menjadi tolak ukur suatu produk yang ada dipasaran.
            Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat membedakan
hasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain di dalam pasar, baik
untuk barang/jasa yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Fungsi merek tidak
hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk lain, melainkan
juga berfungsi sebagai asset perusahaan yang tidak ternilai harganya,
khususnya untuk merek-merek yang berpredikat terkenal( well-known marks).
        Sebuah merek dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
melalui merek produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal
muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan bahwa suatu produk tersebut
Original. Melalui merek sebuah perusahaan telah membangun suatu karakter

1
terhadap produk-produknya, yang diharapkan akan dapat membentuk reputasi
bisnis yang meningkat atas penggunaan merek tersebut.
         Upaya pemilik merek untuk mencegah pemakaian mereknya oleh pihak
lain merupakan hal yang sangat pentingdan sepatutnya dilindungi oleh hukum.
Berkaitan dengan perlindungan merek, perdagangan tidak akan berkembang
jika merek tidak mendapat perlindungan hukum yang memadai di suatu Negara.
Pembajakan atau pelanggaran-pelanggaran merek tentunya tidak hanya
merugikan para pengusahanya saja sebagai pemilik atau pemegang hak atas
merek tersebut, tetapi juga bagi para konsumen.
        Disini Hak Merek merupakan bagian dari HKI. Merek dianggap sebagai
“roh” dari suatu produk. Bagi pengusaha, merek merupakan aset yang sangat
bernilai karena merupakan ikon kesuksesan sejalan usahanya yang dibangun
dengan segala keuletan termasuk biaya promosi. Bagi produsen merek dapat
digunakan sebagai jaminan mutu hasil produksinya. Merek Terdaftar, sering
disimbolkan dengan tanda. Setelah meratifikasi WTO Agreement, Indonesia
melakukan banyak revisi terhadap berbagai undang-undang di bidang Hak
Kekayaan Intelektual yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana konsep hak merek?
1.2.2. Bagaimana ruang lingkup hak merek?
1.2.3. Bagaimana sumber hukum hak merek?
1.2.4. Bagaimana hak moral dan fungsi sosial?
1.2.5. Bagaimana konvensi internasional tentang hak merek?
1.2.6. Bagaimana prosedur pendaftaran hak merek?
1.2.7. Bagaimana penegakan dan perlindungan hak merek?

2
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui konsep hak merek.
1.3.2. Untuk memahami ruang lingkup hak merek.
1.3.3. Untuk mengetahui sumber hukum hak merek.
1.3.4. Untuk mengetahui hak moral dan fungsi sosial.
1.3.5. Untuk memahami konvensi internasional tentang hak merek.
1.3.6. Untuk mengetahui prosedur pendaftaran hak merek.
1.3.7. Untuk mengetahui penegakan dan perlindungan hak merek.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Hak Merek


Merek merupakan instrument penting dalam sebuah produk. Merek dapat
menentukan suatu kualitas barang maupun jasa apakah barang tersebut
bernilai tinggi atau tidak. Begitupun dengan adanya merek terhadap suatu
barang akan memberikan suatu kemudahan bagi calon konsumen untuk
memilih dan menyesuaikan produk mana yang akan di beli. Nilai tambah inilah
yang menguntungkan bagi produsen untuk terus melakukan inovasi maupun
kreatifitasi dari waktu-kewaktu kaitannya dengan merek. Dalam menentukan
sebuah merek tidak dapat dilakukan serta-merta harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: mudah di ingat, memiliki makna, menarik dan lucu, fleksibel,
legal. Pengertian merek dalam pasal 1 butir 1 UU merek 2001 diberikan suatu
definisi tentang merek yaitu; tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa. Selanjutnya berkenaan dengan jenis merek
sebagaimana diatur dalam pasal 1 butir 2 dan 3 ialah merek dagang dan jasa.
Yang dimaksud merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang
yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis
lainnya. Sedangkan merek jasa menurut pasal 1 butir 3 diartikan sebagai
merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang
ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek
iyu dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat mutlak
yang harus dipenuhi adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya
pembedaan yang cukup. Dengan lain perkataan, tanda yang di pakai ini
haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk
membedakan barang hasil produksi. Menurut pasal 5 UUM tahun 2001 merek
4
tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur di bawah ini:
a.bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum; b. tidak memiliki daya
pembeda; c. telah menjadi milik umum; atau d. merupakan keterangan atau
berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran. Ada dua
system yang dianut dalam pendaftaran merek yaitu system deklaratif dan
system konstitutif (atributif). Undang-undang merek tahun 2001 dalam system
pendaftarannya menganut system konstitutif, sama dengan UU sebelumnya
yakni UU no. 19 tahun 1992 dan UU no. 14 tahun 1997. Ini adalah perubahan
yang mendasar dalam UU merek Indonesia, yang semula menganut system
deklaratif (UU no. 21 tahun1961). sistem pendaftaran konstitutif merupakan
merek yang harus didaftarkan terlebih dahulu agar memperoleh haknya
terlebih dahulu tanpa pendaftaran Negara tidak akan memberikan hak atas
merek kepada pemilik merek. Hal ini berarti tanpa mendaftarkan hak merek,
seseorang tidak adan diberikan perlindungan hukum oleh Negara. System
pendaftaran deklaratif adalah suatu system dimana yang memperoleh
perlindungan hukum adalah pemakai pertama dari merek yang
bersangkutan.sistem pendaftaran deklaratif ini dianut dalam UU NO.21 tahun
1961.

2.2 Lingkup Hak Merek


Dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang Merek 2001 diberikan suatu
definisi tentang merek yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa.
Selain menurut batasan juridis beberapa sarjana ada juga memberikan
pendapatnya tentang merek, yaitu:
1. M.N. Purwo Sutjipto, S.H., memberikan rumusan bahwa, Merek adalah
sutau tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga
dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.
2. R. Soekardono, S.H., memberikan rumusan bahwa, Merek adalah sebuah
tanda (Jawa: siri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang
tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin
5
kualitas barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang
dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan
perusahaan lain.
3. Essel R. Dillavou, Sarjana Amerika Serikat, sebagaimana dikutip oleh
Pratasius Daritan, merumuskan seraya memberikan komentar bahwa, Tidak
ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan untuk suatu merek dagang,
secara umum adalah suatu lambang, simbol, tanda, perkataan atau susunan
kata-kata di dalam bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seorang
pengusaha atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya,
dan tidak ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakainya desain atau
trade mark menunjukkan keaslian tetapi sekarang itu dipakai sebagai suatu
mekanisme periklanan.
Berdasarkan pendapat-pendapat sarjana tersebut, maupun dari peraturan
merek itu sendiri, secara umum penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa
yang diartikan dengan perkataan merek adalah suatu tanda (sign) untuk
membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis, juga sebagai jaminan
atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
Merek tidak dapat didaftarkan karena merek tersebut :
1. Didaftarkan oleh pemohon yang bertikad tidak baik.
2. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum.
3. Tidak memiliki daya pembeda.
4. Telah menjadi milik umum.
5. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. (Pasal4 dan Pasal 5 UUM).
Hak cipta harus dapat melindungi ekspresi dari suatu ide gagasan
konsep, salah satu cara untuk melindungi suatu hak cipta tercantum pada
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu dengan
melakukan pendaftaran hak atas merek.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
menyatakan bahwa hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk
jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dalam
6
pendaftaran merek, pemiliknya mendapat hak atas merek yang dilindungi oleh
hukum.
Pemilik Merek merupakan pemohon yang telah disetujui permohonannya
dalam melakukan pendaftaran merek secara tertulis kepada Direktorat Jendral
Hak Kekayaan Intelektual, sebagaimana yang temuat dalam Pasal 1 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Produk adalah sesuatu yang dihasilkan di pabrik, sedangkan merek
adalah sesuatu yang dibeli oleh customer. Sebuah produk dapat ditiru oleh
pesaingnya, sedangkan merek memiliki keunikan sendiri. Sebuah produk
secara cepat dapat termakan oleh waktu, sedangkan merek yang sukses akan
sepanjang masa.
Munurut kotler dalam bukunya yang berjudul The American Marketing
Association: merek adalah nama, istilah, tanda simbol atau rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut yang di maksudkan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing.sedangkan Menurut Rangkuni dalam
bukunya yang berjudul the power of  brands (2002:2) merek merupakan janji
penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu
kepada pembeli. Merek baik akan memberikan jaminan kualitas, namun
pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya
merupakan suatu simbol saja. Merk dapat juga di bagi dalam pengertian
lainnya, seperti:
a. Brand name (nama merk) yang merupakan bagian dari, yang dapat di
ucapkan. Misalnya, honda, pepsodent dan sebagainya
b. Brand mark (tanda merk) yang merupakan sebagian dari merk yang dapat di
kenali namun tidak dapat di ucapkan, seperti lambang, desain, huruf
maupun warna
c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian
dari merek yang di lindungi hukum karna kemampuannya untuk
menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda merek ini melindungi penjual
dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek.
d. Copyright (hak cipta) merupakan hak istimewa yang di lindungi undang-
undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, musik
maupun seni.
7
Agar perusahaan dapat menetukan nama merek yang spesifik untuk
suatu barang produk, ada beberapa kriteria yang perlu di penuhi, antara lain:
1.   Merek harus menunjukan manfaat dan mutu produk
2.   Merek harus memiliki ciri khas tersediri agar mudah di bedakan
3.   Merek harus mudah di ucapkan, kenali dan di ingat
4.   Merek sebaiknya tidak bermakna negatif apabila di terjemahkan dalam
bahasa asing
5.   Harus di dartarkan ke badan hukum agar mendapatkan hak paten
Sedangkan, Aaker mendefinisikan merek, yaitu sebuah nama atau
symbol seperti logo yang dimasukkan untuk mengidentifikasikan suatu produk
seorang atau kelompok penjual dan membedakan produk atau jasa tersebut
dibandingkan dengan pesaingnya.[1]
Merek adalah sebuah tanda yang dapat membedakan barang dan jasa
yang diproduksi dan dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan
lainnya. Kata, huruf, angka, gambar, foto, bentuk, warna, jenis logo, label atau
gabungannya yang dapat digunakan untuk membedakan barang dan jasa
dapat dianggap sebagai sebuah merek.[2]
Merek adalah janji penjual dalam menyampaikan kumpulan sifat,
manfaat dan jasa yang spesifikasi secara konsisten kepada pembeli. Menurut
seorang eksekutif pemasaran, merek dapat menyampaikan empat tingkat arti
yaitu :
1.      Atribut, dimana merk yang memiliki citra yang mampu
mengkomunikasikan keyakinan atau kepercayaan terhadap atribut
fungsional produk.
2.      Manfaat, dimana pelanggan tidak membeli atribut, tetapi membeli
menfaat. Atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan
emosional.
3.      Nilai, dimana merek mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli.
Pemasaran merek harus mengenali kelompok spesifikasi pembeli yang
nilai-nilaiya sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh merek tersebut.
4.      Kepribadian, dimana merek akan menarik bagi orang yang memiliki
kesesuaian / kecocokan antara gambaran citra dirinya dengan citra merek.
Merek merupakan suatu tanda bagi konsumen untuk mengenal barang
atau jasa yang ditawarkan. Pengertian merek sering diartikan sebagai nama,
8
istilah, simbol, desain, atau kombinasi dari semuanya. Agar merek mudah
dikenal masyarakat, penciptaan merek harus mempertimbangkan faktor-
faktor berikut :
1.      Mudah diingat
2.      Terkesan hebat dan modern
3.      Memilih arti (arti positif)
4.      Menarik perhatia
 Jenis – jenis Hak Merek
1. Manufacturer Brand
Manufacturer brand atau merek perusahaan adalah merek yang dimiliki
oleh suatu perusahaan yang memproduksi produk atau jasa.
Contohnya seperti soffel, capilanos, ultraflu, so klin, philips, tessa,
benq, faster, nintendo wii, vit, vitacharm, vitacimin, dan lain-lain.
2. Private Brand
Private brand atau merek pribadi adalah merek yang dimiliki oleh
distributor atau pedagang dari produk atau jasa seperti zyrex ubud
yang menjual laptop cloud everex, hipermarket giant yang menjual
kapas merek giant, carrefour yang menjual produk elektrinik dengan
merek bluesky, supermarket hero yang menjual gula dengan merek
hero, dan lain sebagainya.
Ada juga produk generik yang merupakan produk barang atau jasa
yang dipasarkan tanpa menggunakan merek atau identitas yang
membedakan dengan produk lain baik dari produsen maupun pedagang.
Contoh seperti sayur-mayur, minyak goreng curah, abu gosok, buah-
buahan, gula pasir curah, bunga, tanaman, dan lain sebagainya.
Merk terdiri dari 3 (Tiga) macam Berdasarkan Undang-Undang No. 15
Tahun 2001, yaitu :
a)      Merk Dagang :
Merk yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
(Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merk)

9
b)      Merk Jasa :
Merk yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. (Pasal 1
angka (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merk)
c)      Merk Kolektif :
Merk yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang
atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan
barang dan/atau jasa sejenis lainnya. (Pasal 1 angka (4) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merk)
 Sejarah Hak Merek dan Perkembangan Hukum Merek Di indonesia
Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin
berkembang dengan pesat setelah banyaknya orang yang melakukan
peniruan. Terlebih pula setelah dunia perdagangan semakin maju, serta alat
transportasi yang semakin baik, juga dengan dilakukannya promosi maka
wilayah pemasaran barang pun menjadi lebih luas lagi. Keadaan seperti itu
menambah pentingnya merek, yaitu untuk membedakan asal usul barang
dan kualitasnya, juga menghindarkan peniruan. Pada gilirannya perluasan
pasar seperti itu juga memerlukan penyesuaian dalam sistem perlindungan
hukum terhadap merek yang digunakan pada produk yang diperdagangkan.
Perlindungan atas merek di Inggris pada perkembangan awalnya
adalah untuk melawan peniruan. Kasus mengenai merek yang pertama
diselesaikan di pengadilan Inggris adalah kasus Lord hardwicke L.C. in
Blanchard lawan Hill pada tahun 1742. Sedangkan peraturan merek yang
pertama dibuat ialah Merchandise Mark Act pada tahun 1862. Sebelumnya,
Inggris pada tahun 1857 telah mengadopsi sistem pendaftaraan merek dari
hukum Perancis.
Undang-Undang yang dikenal Merchandise Mark ini mendasarkan cara
perlindungannya dalam bentuk hukuman Pidana. Undang-Undang tersebut
kemudian dilengkapi dan diperbaharui pada tahun 1887. Selanjutnya, terus
diperbaharui dan terus berlaku sampai dibuatnya Undang-Undang baru yang
dikenal dengan The Trade Description Act tahun 1968. Inggris selain

10
memiliki Undang-Undang Merchendise Mark, juga mempunyai Undang-
Undang merk lainnya yaitu Trade Mark Registration Act 1875. Yang
diperbaharui pada Tahun 1876 dan tahun 1877 digabungkan kedalam
paten Design and Trademarks 1883. Selain itu, pada tahun 1938
dikeluarkan Trade Mark Act, yang pada tahun 1984 atas rekomendasi the
Mathys Departemental Committee, undang-undang itu diperbaharui dan
memasukan sistem pendaftaran merk jasa.
Berkembangnya perdagangan Internasional mengakibatkan adanya
kebutuhan untuk perlindungan merk secara Internasional pula. Tahun 1883
di Paris dibentuk sebuah konvensi mengenai hak milik perindustrian yang
kemudian menjadi tonggak sejarah mulainya perkembangan peraturan merk
secara Internasional. Sebagai konsekuensi dari kegiatan perdagangan
Internasional, dibutuhkan sekali peraturan merk yang luwes dan sederhana
sesuai dengan posisi merk yang merupakan bagian strategis dari
pemasaran. Pada tahun 1973 di Mina ditandatanganilah oleh Amerika
Serikat dan Inggris sebagai pemimpin Negara-Negara perjanjian Madrid
(Madrid Agreements), yaitu sebuah perjanjian Internasional yang dikenal
dengan Trademark Registration Treaty.
Indonesia mengenal Hak Merek pertama kali pada saat penjajahan
Belanda dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian,
yaitu Reglement Industriele Eigendom Kolonien Stb. 1912 – 545 jo Stb.
1913 – 214. Sebelum tahun 1961, UU Merek Kolonial tahun 1912 tetap
berlaku sebagai akibat dari penerapan pasal-pasal peralihan dalam UUD
1945 dan UU RIS 1949 serta UU sementara 1950. Namun  UU 1961
tersebut sebenarnya hanya merupakan ulangan dari UU sebelumnya.
Tahun 1992 UU Merek Baru diundangkan dan berlaku mulai tanggal 1
april 1993 menggantikan UU Merek tahun 1961. Dengan adanya UU baru
tersebut surat keputusan administratif yang terkait dengan prosedur
pendaftaran merek pun dibuat. Berkaitan dengan kepentingan reformasi UU
Merek Indonesia turut serta meratifikasi perjanjian internasional merek
WIPO.
Tahun 1997 UU Merek tahun 1992 diubah dengan mempertimbangkan
pasal-pasal  dari Perjanjian Internasional tentang  aspek-aspek yang
dikaitkan dengan perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual (TRIPs) –
11
GATT. Pasal-pasal tersebut memuat perlindungan atas indikasi dan asal
geografis. UU tersebut juga mengubah ketentuan dalam UU sebelumnya
dimana penggguna merek pertama di indonesia berhak untuk mendaftarkan
merek tersebut sebagai merek.
Pada tahun 2001 UU merek baru diundangkan oleh pemerintah. UU
tersebut berisi tentang berbagai hal yang sebagian besar sudah diatur dalam
UU terdahulu. Beberapa perubahan penting yang tercantum dalam
UU No.15 Tahun 2001 adalah penetapan sementara pengadilan perubahan
delik biasa menjadi delik aduan peran pengadilan niaga dalam memutuskan
sengketa merek kemungkinan menggunakan alternatif penyelesaian
sengketa dan ketentuan pidana yang diperberat.
 Syarat Sebuah Merek
Sebuah merek dapat disebut merek bila memenuhi syarat mutlak berupa
adanya daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing). Maksudnya
tanda yang dipakai (sign) tersebut mempunyai kekuatan untuk membedakan
barang atau jasa yang diproduksi sesuatu perusahaan dari perusahaan
lainnya.
Dengan kata lain perkataan, tanda yang dipakai ini haruslah sedemikian
rupa, sehingga mempunyai cukup kekuataan untuk membedakan barang
hasil produksi sesuatu perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan)
atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang atau jasa yang
diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang atau
jasa yang diproduksi mejadi dapat dibedakan.
Menurut pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001  tentang Merek,
merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur di
bawah ini :
a) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.
b) Tidak memiliki daya pembeda.
c) Telah menjadi milik umum.
d) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftaran
 Fungsi Merek

12
Dengan melihat arti kata merek dan objek yang dilindunginya, maka
merek digunakan untuk membedakan barang atau produksi 1 (satu)
perusahaan dengan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang
sejenis. Dengan demikian merek adalah tanda pengenal asal barang dan
jasa, sekaligus mempunyai fungsi menghubungkan barang dan jasa yang
bersangkutan dengan prosedurnya, maka hal itu menggambarkan jaminan
kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya
tersebut sewaktu diperdagangkan.
Merek juga memberikan jaminan nilai atau kualitas dari barang dan jasa
yang bersangkutan. Selanjutnya, merek juga berfungsi sebagai sarana
promosi (means of trade promotion) dan reklame bagi produsen atau
pengusaha-pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa yang
bersangkutan. Merek juga dapat berfungsi merangsang pertumbuhan
industri dan perdagangan yang sehat, dan menguntungkan semua pihak.
 Jangka Waktu Perlindungan Hak Merek
Berdasarkan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
tentang Merek bahwa, “Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan
jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang”.
Jangka waktu perlindungan ini dapat diperpanjang atas permohonan
pemilik merek, jangka waktu dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka
waktu yang sama. Dalam hal perpanjangan ini biasanya tidak dilakukan lagi
penelitian (examination) atas merek tersebut juga tidak dimungkinkan
adanya bantahan. Prosedur permohonan perpanjangan waktu, dilakukan
secara tertulis oleh pemilik atau kuasanya dalam jangka waktu tidak lebih
dari 12 (dua belas) bulan dan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut.
Permohonan perpanjangan waktu ini dapat diterima, tetapi dapat juga
ditolak.
 Strategi Merek / Merk (Brand Strategies)
Produsen, distributor atau pedagang pengecer dapat melakukan
strategi merek sebagai berikut di bawah ini :
1.Individual Branding / Merek Individu

13
Individual branding adalah memberi merek berbeda pada produk
baru seperti pada deterjen surf dan rinso dari unilever untuk membidik
segmen pasar yang berbeda seperti halnya pada wings yang
memproduksi deterjen merek so klin dan daia untuk segmen pasar yang
beda.
2.Family Branding / Merek Keluarga
Family branding adalah memberi merek yang sama pada beberapa
produk dengan alasan mendompleng merek yang sudah ada dan dikenal
mesyarakat. Contoh famili branding yakni seperti merek gery yang
merupakan grup dari garudafood yang mengeluarkan banyak produk
berbeda dengan merek utama gery seperti gery saluut, gery soes, gery
toya toya, dan lain sebagainya. Contoh lain misalnya yaitu seperti motor
suzuki yang mengeluarkan varian motor suzuki smash, suzuki sky wave,
suzuki spin, suzuki thunder, suzuki arashi, suzuki shodun ,suzuki satria,
dan lain-lain.
 Pengalihan Hak Atas Merek
Merek sebagai hak milik dapat dialihtangankan, baik melalui pewarisan,
hibah, wasiat, maupun dengan cara perjanjian dalam bentuk akta notaris,
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang. Pengalihan
hak merek dapat dilakukan kepada perorangan maupun kepada badan
hukum. Segala bentuk pengaliahan ini wajib didaftarkan untuk dicatat dalam
Daftar Umum Merek.
Selain melalui bentuk pengalihan merek, seseorang atau badan hukum
dapat menggunakan merek tertentu dengan melalui cara Lisensi Merek.
Ketentuan lisensi merek termuat di dalam pasal 43 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 tentang Merek, diantaranya yaitu:
1. Pemilik Merek terdaftar berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain
dengan perjanjian bahwa penerima Lisensi akan menggunakan Merek
tersebut untuk sebagai atau seluruh jenis barang atau jasa.
2. Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia ,
kecuali bila diperjanjikan lain untuk jangka waktu yang tidak lebih lama
dari jangka waktu perlindungan Merek terdaftar yang bersangkutan.

14
3. Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat
Jenderal dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari pencatatan
perjanjian Lisensi berlaku terhadap pihak- pihak yang bersangkutan dan
terhadap pihak ketiga.
4. Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada poin (c) dicatat oleh
Direktorat Jenderal dalam daftar Umum Merek dan diumumkan dalam
Berita Resmi Merek.
 Pengolaan Administrasi Hak Merek
Administrasi merek mengurus masalah yang berkaitan dengan tatacara,
dan penatausahaan merek. Fungsinya melaksanakan undang-undang,
dengan menjalankan kehendak dan perintah undang-undang, secara nyata,
kasual, dan individual. Produknya berupa penetapan, pelayanan pada
masyarakat, penyelenggaraan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan nyata.
Sebagai pelaksana yang menajalankan administrasi (administrator) adalah
pemerintah yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan
Intelektual. Direktorat Jenderal akan bersikap melayani (service) dan
menangani (handling) orang-orang perorangan (individu) beserta kasus-
kasus merek mereka secara kasuistis. Bentuk dari pelayanan administrator
berupa melayani pendaftaran permohonan merek, pemeriksaan merek, dan
menetapkan merek, juga menjelankan sistem jaringan dokumentasi dan
pelayanan informasi merek yang berisfat nasional, yang mampu
menyediakan informasi tentang merek seluas mungkin kepada masyarakat.
 Sistem Pendaftaran Merek
Ada dua sistem yang dianut dalam pendaftaran merek yaitu sistem
deklaratif dan sistem konstitutif. Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001
dalam pendaftarannya menganut sistem konstitutif, sama dengan Undang-
Undang Merek sebelumnya, yaitu UndangUndang No. 19 Tahun 1992 dan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1997. Hal ini adalah perubahan yang
mendasar dalam Undang-Undang Merek Indonesia, yang semula menganut
sistem pendaftaran deklaratif (Undang-Undang No. 21 Tahun 1961).
Dalam sistem deklaratif menentukan bahwa si pemakai pertama yang
berhak atas merek. Dalam sistem deklaratif titik berat diletakkan atas

15
pemakaian pertama. Siapa yang memakai pertama sesuatu merek dialah
yang dianggap yang berhak menurut hukum atas merek bersangkutan.
Berbeda dengan sistem deklaratif, pada sistem konstitutif, yang
mendaftarkan pertamalah yang berhak atas merek dan pihak dialah yang
secara eksklusif dapat memakai merek tersebut. Artinya, hak ekslusif atas
sesuatu merek diberikan karena adanya pendaftaran (required by
registration).
 Dimensi-dimensi Ekuitas Merk
1.      Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Sampai mana, nama merek mampu disebutkan oleh konsumen
atau kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak     konsumen
ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu.Mencakup:
a.    Pengenalan terhadap merek (brand recognition): mencerminkan
tingkat kesadaran yang dangkal.
b.   Kemampuan mengingat merek (brand recall): mencerminkan
kesadaran yang lebih dalam.
Ada 4 tingkatan brand awareness yaitu:
1.   Unaware of brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang
paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen
tidak menyadari akan adanya suatu merek.
        Ada 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh konsumen aware terhadap sebuah brand antara lain:
a.    Recall yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika
ditanya merek apa saja yang diingat.
b.   Recognition yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek
tersebut termasuk dalam kategori tertentu.
c.    Purchase yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu
merek ke dalam alternatif pilihan ketika akan membeli
produk/layanan.
d.   Consumption yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu
merek ketika sedang menggunakan produk/layanan pesaing
2.   Brand recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran
merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek
pada saat melakukan pembelian.
16
3.   Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan
kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk
menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.
4.   Top of mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara
langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat
menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak
disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran.
2.      Citra merk (brand image)
   Brand image merupakan bagian dari merk yang dapat di kenali
namun tidak dapat di ucapkan, seperti lambang, desain, huruf dan warna/
persepsi palanggan atas sebuah produk atau jasa yang di wakili oleh
merknya. Citra merk di kembangkan dari waktu ke waktu melalui
kampanye iklan dengan tema yang konsisiten dan di tanggapi melalui
pangalaman langsung konsumen.
Dapat di simpulkan bahwa brand image adalah seperangkat asosiasi
yang unik yang terbentuk dalam benak konsumen sebagai hasi persepsi
konsumen atas identitas sebuah merk. Jenis asosiasi mencakup:
a.  Atribut
·      Hal-hal yang berhubungan dengan produk: warna, ukuran, disain.
·      Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk: harga, kemasan,
pemakai, citra penggunaan.
b. Manfaat
Berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh konsumen dari
konsumsi merek. Maaka manfaat citra merk antara lain ialah:
a.    Manfaat bagi konsumen: dengan citra yang positif terhadap suatu
merek, akan lebih memungkinkan konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap merk tersebut
b.   Manfaat bagi produsen: perusahaan akan dapat mengembangkan
lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk
terhadap merek produk lama.
3.      Loyalitas Merek (Brand Loyalti)
Sikap senang terhadap produk yang direpresentasikan dalam bentuk
pembelian yang konsisten terhadap merek sepanjang waktu. Loyalitas
merek menjadi dasar untuk memprediksi seberapa besar kemungkinan
17
konsumen pindah ke merek lain. Penciptaan dan peningkatan loyalitas
merek akan menghasilkan peningkatan nilai-nilai kepercayaan terhadap
merek.
Berkaitan dengan loyalitas merek, perlu dicermati adanya 5 kategori
pembeli:
a.    Switcher/price buyer: pembeli yang berpindah-pindah, pada umumnya
berkaitan dengan faktor harga.
b.      Habitual buyer: pembeli yang bersifat kebiasaan, tidak pernah
mengalami ketidakpuasaan dalam mengkonsumsi produk, biasanya
berkaitan dengan preferensi, budaya.
c.       Satisfied buyer: pembeli yang puas dengan merek yang mereka
konsumsi, mempunyai pertimbangan yang lebih rasional ketika memilih
merek.
d.      Likes the brand buyer: pembeli yang sungguh-sungguh menyukai
merek tertentu. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan
dengan pengalaman menggunakan merek itu dan juga merek lain
sebelumnya.
e.       Commited buyer: pembeli setia/mempunyai komitmen, merupakan
tingkatan teratas dalam kategori pembeli dalam loyalitas merek.
Mereka bangga dalam menggunakan merek tertentu.
4.      Perceived quality
Didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan
maksud yang diharapkan.
5.      Brand association
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah
produk. Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat
kekuatan. Keterikatan pada
suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak
pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya.

2.3 Sumber Hukum

18
Mengenai tata cara perolehan hak merek sebagaimana diatur pada Pasal
7 UU Merek Tahun 2001, diberikan atas dasar permohonan pendaftaran
terhadap merek tersebut.
Menurut Pasal 28 UU Merek 2001 mangatur jangka waktu perlindungan
atas hak merek selama 10 tahun secara limitatif dengan waktu tertentu yang
terhitung sejak tanggal penerimaan. 
Pengertian merek dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf- huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu
dengan melakukan pendaftaran hak atas merek.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
menyatakan bahwa hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk
jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain.
Para pelaku usaha industri kreatif pasti sudah tak asing dengan kata
‘merek’, karena merek bisa ditemukan di berbagai tempat. Misalnya, benda-
benda sekitar kita, seperti handphone, laptop, bahkan hal kecil seperti
kemasan makanan dan minuman kita sehari-hari. Tidak hanya barang, merek
juga dapat ditemukan pada berbagai jenis jasa yang dapat ditawarkan
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Walaupun sering
bersinggungan dengan merek, tidak banyak masyarakat yang memahami
merek dan aspek-aspek yang terkait daripadanya. Sehubungan dengan hal
tersebut, artikel Klikonsul kali ini ditujukan untuk membahas aspek hukum
sebuah merek.
Secara sederhana, merek dapat dipahami sebagai identitas produk.
Dalam dunia usaha, merek merupakan hal yang sangat penting, karena sering
dikaitkan dengan citra, kualitas, atau reputasi suatu barang atau jasa tertentu.
Oleh karenanya, sebuah merek mempunyai nilai yang bisa jadi lebih berharga
disbanding nilai aset lainnya dalam suatu perusahaan. Di sisi lain, merek juga

19
dapat membantu konsumen dalam memilih barang atau jasa yang mereka
inginkan.
Menyadari arti penting sebuah merek dalam dunia usaha, pemerintah
Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek (“UU Merek”) sebagai dasar dan payung hukum bagi pengaturan terkait
dengan merek di Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat 1 undang-undang tersebut,
merek didefinisikan sebagai gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Untuk
dapat mengklaim dan mendapatkan perlindungan serta manfaat dari sebuah
merek, pemilik merek harus mendaftarkan merek tersebut ke Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (“Dirjen HAKI”) yang berada di bawah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terkait dengan pendaftaran
tersebut, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan.
Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari
Kementerian Hukum & HAM.
Salah satu hal utama yang harus diperhatikan saat mendaftarkan merek
adalah contoh rupa merek tersebut, termasuk detil warna yang digunakan pada
merek dan penjelasan mengenai untuk produk apa merek tersebut akan
digunakan, baik dalam bentuk maupun jasa (Pasal 7 dan Pasal 8 UU Merek).
Namun, ada beberapa keadaan yang membuat suatu merek tidak dapat
didaftarkan, yaitu:
a. merek yang permohonan diajukannya atas dasar itikad tidak baik (Pasal 4
UU Merek)
b. merek yang bertentangan dengan moral, perundang-undangan, dan
ketertiban umum (Pasal 5 huruf a UU Merek);
c. merek yang tidak memiliki daya pembeda (Pasal 5 huruf b UU Merek);
d. tanda-tanda yang telah menjadi milik umum, seperti tanda tengkorak dan
tulang bersilang yang sudah menjadi tanda umum untuk melambangkan
bahaya (Pasal 5 huruf c UU Merek); dan
e. merek yang semata-mata menyampaikan keterangan yang berhubungan
dengan barang atau jasa, atau bersifat deskriptif, seperti merek bertuliskan
‘air minum dalam kemasan’ yang menggambarkan perusahaan yang

20
memproduksi air minum yang dikemas dalam bentuk botol atau kotak (Pasal
5 huruf d UU Merek).
Selain itu, ada beberapa alasan yang juga memungkinkan suatu
permohonan pendaftaran merek dapat ditolak. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 6 UU Merek, permohonan pendaftaran merek harus ditolak jika merek
tersebut memiliki persamaan atau kemiripan sebagai berikut : persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan dengan merek yang sudah terdaftar milik orang
lain dan digunakan dalam perdagangan barang atau jasa yang sama;
Menurut Pasal 40 ayat 1 UU Merek, pengalihan tersebut dapat dilakukan
dengan cara pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian, atau hal-hal lain yang
diperbolehkan undang-undang.
 Merk Yang Tidak Dapat Didaftarkan & Ditolak
Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 yakni :
1. Merek yang didaftarkan atas dasar Itikad Tidak Baik. (Pasal 4 Undang-
undang No. 15 tahun 2001 tentang Merk)
2. Merek yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, ketertiban umum; Tidak memiliki daya
pembeda; Telah menjadi milik umum; Merupakan keterangan yang
berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.
(Pasal 5 Undang-undang No. 15 tahun 2001 tentang Merk)
3. Memiliki persamaan pada pokoknya/keseluruhan dengan merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis, Merk yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis, dan indikasi geografis yang sudah dikenal.
(Pasal 6 ayat (1) Undang-undang No. 15 tahun 2001 tentang Merk) 
4. Merek yang menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain; Tiruan atau menyerupai nama atau
singkatan sinkatan nama, bendera, lambing atau symbol atau emblem
Negara atau lembaga nasional maupun internasional; Tiruan atau
menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh
Negara atau lembaga pemerintahan. (Pasal 6 ayat (3) Undang-undang
No. 15 tahun 2001 tentang Merk)
 Perlindungan Hukum bagi Pemegang Merk Terkenal

21
Menurut Sudikno Mertokusumo memberikan gambaran terhadap
pengertian Perlindungan hukum , yaitu segala upaya yang dilakukan untuk
menjamin adanya kepastian hukum yang didasarkan pada keseluruhan
peraturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam suatu kehidupan bersama.
Keseluruhan peraturan itu dapat dilihat baik dari Undang-Undang maupun
Ratifikasi Konvensi Internasional.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis beranggapan bahwa
perlindungan hak kekayaan intelektual khususnya terhadap Merk Terkenal
bersifat preventif dan repressif.
Perlindungan secara preventif dititkberatkan pada upaya untuk
mencegah agar merk terkenal tidak dapat dipakai oleh orang lain secara
salah. Upaya itu dapat berupa :
1. Penolakan pendaftaran oleh kantor Merk
2. Pembatalan Merk terdaftar yang melanggar hak merk orang lain. Akibat
kesalahan pendaftaran yang dilakukan oleh petugas kantor merk, suatu
merk yang seharusnya tidak dapat didaftar tetapi akhirnya didaftar dalam
daftar umum merk(DUM) yang mengesahkan merk tersebut. Padahal
merk tersebut jelas-jelas melanggar merk orang lain, karena berbagai hal
antara lain mirip atau sama dengan merk lain yang telah terdaftar
sebelumnya.
Perlindungan secara Represif dititikberatkan pada pemberian hukuman
kepada barang siapa yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran
merk sebagaimana diatur dalam pasal 90, 91, 94 Undang-Undang No. 15
Tahun 2001 tentang Merk.

2.4 Konvensi Internasional tentang Hak Merek

2.5 Hak moral dan Fungsi Sosial

2.6 Prosedur Pendaftaran Hak Merek


Mengajukan permohonan pendaftaran dalam rangkap 2 yang diketik
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan formulir permohonan yang
telah disediakan yang memuat:tanggal, bulan dan tahun permohonan;nama
lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;nama lengkap dan alamat
22
kuasa, apabila pemohon diajukan melalui kuasa;warna-warna apabila Merek
yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna;nama
negara dan tanggal permintaan pendaftaran Merek yang pertama kali dalam
hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.Surat permohonan pendaftaran
Merek dilampiri dengan:fotokopi KTP, sedangkan bagi pemohon yang berasal
dari luar negeri sesuai dengan ketentuan undang-undang harus memilih
tempat kedudukan di Indonesia, biasanya dipilih pada alamat kuasa
hukumnya;fotokopi akte pendirian badan hukum  yang telah disahkan oleh
notaris apabila permohonan diajukan atas nama badan hukum;fotokopi
peraturan pemilikan bersama apabila permohonan diajukan atas nama lebih
dari satu orang (Merek kolektif);surat kuasa khusus apabila permohonan
pendaftaran dikuasakan;tanda pembayaran biaya permohonan;10 helai etiket
Merek (ukuran maksimal 9x9 cm, minimal 2x2 cm);surat pernyataan bahwa
Merek yang dimintakan pendaftaran adalah miliknya.
Secara umum proses pendaftaran merek dapat dibagi menjadi 2 yaitu
proses pengajuan merek oleh pemohon dan proses verifikasi oleh Ditjen HKI.
1. Pengajuan Permohonan Pendaftaran Merek
Sebagai langkah pertama, pemohon (dalam hal ini dapat melalui Kuasa
yaitu konsultan HKI) harus mengirimkan atau menyerahkan formulir
pendaftaran merek yang isinya sudah dilengkapi serta melampirkan semua
kelengkapan dokumen permohonan yaitu sebagai berikut:
 Surat Pernyataan bahwa merek yang dimohonkan pendaftaran adalah
miliknya dan bermaterai cukup;
 Akta perseroan/badan hukum/badan usaha apabila pemohon adalah
Badan Hukum Indonesia (tidak perlu dilegalisir);
 5 (lima) helai etiket merek dalam bentuk hardcopy (softcopy etiket merek
dengan format JPEG dalam bentuk CD) yang akan dimohonkan
berukuran minimal 2×2 Cm dan maksimal 9×9 Cm;
 Surat Kuasa Khusus apabila Permohonan pendaftaran merek diajukan
melalui kuasa terdaftar sebagai konsultan HKI di Direktorat Jenderal
dengan menyebutkan merek dan kelas barang yang akan diajukan diatas
materai cukup;
 Bukti Pembayaran biaya pendaftaran merek, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah yang berlaku ;
23
 Bukti penerimaan permintaan pendaftaran yang pertama kali yang
menimbulkan hak prioritas, dengan disertai terjemahannya dalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah tersumpah, apabila permintaan pendaftaran
merek diajukan dengan menggunakan hak prioritas;
 Salinan peraturan penggunaan merek kolektif, apabila permintaan
pendaftaran merek dagang atau jasa akan digunakan sebagai merek
kolektif.
Kemudian setelah melakukan pembayaran dan dokumen lengkap, maka
pihak Ditjen HKI akan memberikan bukti penerimaan permohonan.
Bukti/tanda telah mengajukan permohonan, bukan merupakan Sertifikat
pendaftaran merek.
2. Proses Pemeriksaan oleh Ditjen HKI
Selanjutnya setelah dokumen pendaftaran diterima oleh Ditjen HKI,
maka akan dilakukan beberapa langkah pemeriksaan yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Substantif
Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Tanggal
Penerimaan permohonan pendaftaran merek, Ditjen HKI akan
melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan Merek.
Pemeriksaan ini misalnya seperti, apakah permohonan tersebut
termasuk ke dalam kategori yang dimohonkan atau tidak. Ditjen HKI
memberikan waktu untuk proses pemeriksaan ini paling lama 9 bulan.
b. Pengumuman Permohonan
Dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal
disetujuinya Permohonan Merek pada Proses Pemeriksaan Substantif,
Ditjen HKI mengumumkan Permohonan tersebut dalam Berita Resmi
Merek. Pengumuman ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan.
c. Keberatan dan Sanggahan
Selama jangka waktu pengumuman tersebut diatas, setiap pihak dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Ditjen HKI atas
Permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya.
d. Pemeriksaan Kembali
Apabila pada tahapan ini terdapat keberatan dan/atau sanggahan,
Direktorat Jenderal menggunakan keberatan dan/atau sanggahan
tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam pemeriksaan kembali
24
terhadap Permohonan yang telah selesai diumumkan tersebut. Tetapi
apabila dalam tahapan ini tidak ada keberatan dan/atau sanggahan dari
pihak lain maka Ditjen HKI akan menerbitkan dan memberikan Sertifikat
Merek kepada Pemohon atau Kuasanya dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu
Pengumuman Permohonan dengan dikenai biaya untuk sertifikat merek.
 Perpanjangan Merek
Masa perlindungan Hak Merek berlaku selama 10 tahun sejak Tanggal
Penerimaan. Jika Tanggal Penerimaan permohonan pendaftaran suatu merek
adalah 1 Oktober 2017, maka perlindungannya akan berlaku hingga 1
Oktober 2027.
Masa perlindungan Hak Merek dapat diperpanjang setiap 10 tahun
secara terus menerus. Pemegang Hak Merek sudah dapat mengajukan
permohonan perpanjangan merek dari sejak enam bulan sebelum
berakhirnya masa perlindungan merek sampai dengan 6 bulan sesudah masa
perlindungan berakhir. Dalam contoh di atas, pemegang hak merek sudah
dapat mengajukan permohonan perpanjangan sejak 1 April 2027 hingga 1
April 2028.
Syarat mengajukan permohonan perpanjangan merek adalah:
a) mengisi formulir permohonan perpanjangan merek yang dibuat rangkap
empat, diisi lengkap dan ditanda-tangani oleh pemohon atau kuasanya;
b) Membayar biaya perpanjangan sebesar Rp. 2.500.000,00 jika
permohonan diajukan sebelum berakhirnya masa perlindungan, atau Rp.
5.000.000,00 jika permohonan diajukan sesudah berakhirnya masa
perlindungan;
c) Fotokopi Sertiifikat Merek yang akan diperpanjang;
d) Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan Pemohon bahwa ia
memang memiliki hak untuk mengajukan perpanjangan merek tersebut
dan tetap akan menggunakan merek yang diperpanjang dalam
perdagangan barang/jasa untuk mana merek tersebut didaftar;
e) Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;
f) Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika Pemohon perorangan;

25
g) Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum yang telah dilegalisir, jika
Pemohon adalah Badan Hukum;
h) Fotokopi NPWP Badan Hukum, jika Pemohon adalah Badan Hukum; dan
i) Fotokopi KTP/Identitas orang yang bertindak atas nama Pemohon Badan
Hukum untuk menandatangani Surat Pernyataan dan Surat Kuasa.

2.7 Penegakan dan Perlindungan Hak Merek


Sistem perlindungan yang diberikan terhadap hak atas suatu merek yang
dianut oleh UU No. 15 tahun 2001 adalah system Konstitutif. Artinya adalah
perlindungan hak atas merek diberikan hanya berdasarkan adanya
pendaftaran. Sistem ini dikenal juga dengan istilah "first to file syitem", yang
artinya perlindungan diberikan kepada siapa yang mendaftar lebih dulu. Untuk
Pemohon sesudahnya yang mengajukan merek yang sama atau mirip tidak
akan mendapat perlindungan hukum.
Sebagaimana diketahui, bahwa perlindungan merek di Indonesia, semula
diatur dalam Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912, yang kemudian
diperbaharui dan diganti dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961
tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (disebut pula Undang-
Undang Merek 1961). Adapun pertimbangan lahirnya Undang-Undang Merek
1961 ini adalah untuk melindungi khalayak ramai dari tiruan barang-barang
yang memakai suatu merek yang sudah dikenalnya sebagai merek barang-
barang yang bermutu baik. Selain itu, Undang-Undang Merek 1961 juga
bermaksud melindungi pemakai pertama dari suatu merek di Indonesia.
Selanjutnya, pengaturan hukum merek yang terdapat dalam Undang-
Undang Merek 1961, diperbaharui dan diganti lagi dengan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (selanjutnya disebut Undang-undang
Merek 1992), yang mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1993. Dengan
berlakunya Undang-undang Merek 1992, Undang-undang Merek 1961
dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada prinsipnya Undang-Undang Merek 1991
telah melakukan penyempurnaan dan perubahan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan merek, guna disesuaikan dengan Paris convention.
       Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992, disempurnakan lagi dengan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997. Penyempurnaan undang-undang terus
dilakukan, hingga sekarang diberlakukan Undang-undang No. 15 Tahun 2001
26
tentang Merek (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Tahun 4131), yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus
2001.
 Pelanggaran Hukum Terhadap Hak Merek
Pelanggaran terhadap merek biasanya mempunyai motovasi untuk
mendapatkan keuntungan secara mudah , dengan mencoba, meniru, atau
memalsu merek-merek yang sudah terkenal dimasyarakat. Tindakan ini
dapat merugikan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti
masyarakat, baik pihak produsen maupun konsumen selain itu negara juga
banyak dirugikan. Dari setiap undang-undang yang mengatur merek maka
pasti ditetapkan hak merek orang lain, ketentuan yang mengatur dapat
bersifat pidana, perdata maupun administrasi, bahkan bisa pula tindakan
pencegahan lain yang bersifat non yuridis.
a) Penanganan melalui Hukum Perdata
Pemakain merek tanpa hak dapat digugat berdasarkan perbuatan
melanggar hukum (Pasal 1365) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Sebagai pihak penggugat harus membuktikan bahwa ia karena perbuatan
melanggar hukum tergugat, penggugat menderita kerugian. Gugatan
demikian bersifat keperdataan, tidak bisa digabungkan dengan
Permohonan pembatalan merek, sebab upaya hukumnya tunduk pada
Hukum Acara Perdata (terbuka upaya hukum banding dan kasasi).
Sebaiknya gugatan ganti rugi atas perbuatan melanggar hukum, didahului
adanya putusan gugatan pembatalan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap. Guagatan ganti rugi dapat pula dilakukan oleh
penerima lisensi merek baik secara sendiri atau bersama-sama dengan
pemilik merek yang bersangkutan.
b) Penanganan Melalui Hukum Pidana
Di dalam ketentuan pidana dibidang merek diatur dalam Bab XIV Pasal
90 Undang-Undang nomor 15 Tahun 2001 tentang merek yaitu bahwa, 
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang
sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,

27
dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Pasal 91 Undang-Undang nomor 15 Tahun 2001 tentang merek yaitu
bahwa, “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan
Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah).”
Sedangkan Pasal 92  Undang-Undang nomor 15 Tahun 2001 tentang
merek yaitu bahwa,
 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda
yang sama pada keseluruhan dengan indikasigeografis milik pihak lain
untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda
yang sama pada pokoknya dengan indikasigeografis (3) milik pihak
lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang
terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah). (4) Terhadap pencantuman asal sebenarnya pada barang
yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang
menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang
yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasigeografis,
diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).
Selanjutnya Pasal 93 Undang-Undang nomor 15 Tahun 2001 tentang
merek yaitu bahwa, “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada
barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan
masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).”
28
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Indonesia mengenal Hak Merek pertama kali pada saat penjajahan Belanda
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian,
yaitu Reglement Industriele Eigendom Kolonien Stb. 1912 – 545 jo Stb. 1913
– 214. Kemudian Tahun 1992 UU Merek Baru diundangkan dan berlaku
mulai tanggal 1 april 1993 menggantikan UU Merek tahun 1961. Tahun 1997
UU Merek tahun 1992 diubah dan Pada tahun 2001 UU merek baru
diundangkan oleh pemerintah. UU tersebut berisi tentang berbagai hal yang
sebagian besar sudah diatur dalam UU terdahulu.
Ruang lingkup merek dan hak merek itu mencakup atas pengertian merek
yang mana telah dijelaskan di dalam Undang-Undang Merek tahun 2001
bahwa, merek merupakan tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa. Serta syarat dari merek itu sendiri, yang
mana menurut pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001  tentang
Merek, merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur
di bawah ini:
1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.
2. Tidak memiliki daya pembeda.
3. Telah menjadi milik umum.
4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftaran.
Kemudian jenis merek yang dibagi atas 2 bagian, yaitu merek dagang dan
merek jasa. Lalu fungsi merek itu sendiri yang digunakan untuk membedakan
barang atau produksi 1 (satu) perusahaan dengan barang atau jasa produksi
perusahaan lain yang sejenis. Dan Berdasarkan ketentuan Pasal 28 Undang-
29
Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Merek bahwa, “Merek terdaftar
mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.
Serta pengalihan hak atas merek yang dapat dilakukan melalui pewarisan,
hibah, wasiat, maupun dengan cara perjanjian dalam bentuk akta notaris,
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang.
Secara umum proses pendaftaran merek dapat dibagi menjadi 2 yaitu
proses pengajuan merek oleh pemohon dan proses verifikasi oleh Ditjen Hak
Kekayaan Intelektual.
Dan di dalam perlindungan atas hak merek, setiap undang-undang
yang mengatur merek maka pasti ditetapkan hak merek orang lain, ketentuan
yang mengatur dapat bersifat pidana, perdata maupun administrasi, bahkan
bisa pula tindakan pencegahan lain yang bersifat non yuridis.

3.2. SARAN
  Untuk lebih memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang
merek dagang terkenal asing diperlukan kerjasama yang harmonis antara
pemerintah dengan perangkat peraturan perundang-undangan yang
memadai, aparat pemeriksa merek (Dirjen HaKI), aparat penegak hukum,
masyarakat luas dengan informasi adanya pelanggaran merek serta
pengusaha yang akan menggunakan suatu merek tertentu bagi produknya.
Penyebarluasan pemahaman tentang pentingnya perlindungan
hukum bagi pemegang merek dagang terkenal asing dalam kelancaran
pembangunan, khususnya Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional masih memerlukan investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Hal itu akan memperbaiki citra bahwa kepastian dan
penegakan hukum di Indonesia telah berjalan dengan baik. Dengan kata lain
di Indonesia ada jaminan kepastian hukum yang mengatur dan sekaligus
memberikan sanksi bagi para pelaku pelanggaran merek khususnya merek
terkenal asing.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://arrrniti.blogspot.com/2017/01/makalah-hak-perlindungan-atas-merek.html

https://wajib1969.files.wordpress.com/2013/10/makalah-hak-merk.pdf

31

Anda mungkin juga menyukai