Laporan Pendahuluan Hemoroid
Laporan Pendahuluan Hemoroid
POST OP HEMOROID
1
- Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat), konstipasi
- Perubahan hemodinamik (misalnya selama kehamilan)
2
mukosa pleksus hemoroidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam
beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut
akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
- Bedah beku
Hemoroid dapat dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali.
- Hemoroidektomi
Adalah mekakukan eksisi sehemat mungkin pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
3
7. WOC
Resiko
Merangsang ujung-ujung Pembedahan (operasi) infeksi
syaraf tepi
Anestesi
Dihantarkan ke hipotalamus
4
Hambatan mobilitas fisik
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas penderita
Sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25
tahun.
b. Riwayat keperawatan
- Keluhan utama: perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defekasi.
- Riwayat penyakit sekarang
di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
- Riwayat penyakit sebelumnya
pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
Ada keluarga yang menderita hemoroid
- Riwayat alergi
Alergi makanan atau obat
c. Kebutuhan dasar
- Pola Nutrisi klien :pola makannya tidak suka sayur, buah, kurang minum
- Eliminasi : konstipasi
- Pola istirahat : waktu istirahat pada malam hari terganggu akibat nyeri
pada area operasi
- Pola Aktivitas : dapat beraktivitas secara aktif
- Hygiene perseorangan: dapat memenuhi kebutuhan higiene secara mandiri
d. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan: tidak ada gangguan pola nafas, irama pernafasan
regular
- Sistem neurologi
Ekspresi wajah klien kesakitan (meringis, menangis, merintih ), skala
nyeri(0:tidak nyeri, 1-2 nyeri ringan, 2-3 nyeri sedang, 3-4 nyeri berat, 4-5
nyeri sangat berat), kesadaran composmentis.
- Sistem pencernaan
5
a. Inspeksi:
o Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
o Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
o Bagaimana warnanya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
o Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal)
b. Palpasi
Dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan
melakukan rektal toucher, dengan memasukkan satu jari kedalam anus.
Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan
- System sirkulasi
konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembab, kondisi akral hangat ,
warna merah, kering dan CRT kurang dari 2 detik, tekanan darah dan nadi
normal menandakan adanya perfusi baik.
- Sistem perkemihan
Frekuensi BAK, warna, jumlah.
- Sistem integument
Keadaan luka operasi di anus (merah, bengkak, hangat, rembesan),
keadaan daerah anus (bersih/kotor)
- Sistem musculoskeletal
Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus
otot tubuh secara keseluruhan.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Rectal toucher (colok dubur): untuk menyingkirkan karsinoma rectum.
2. Anaskopi: untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi: untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertainya.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot sekunder
akibat operasi
6
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan tempat masuknya kuman sekunder akibat
operasi.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anestesi regional
d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan faktor resiko hemoroid dan luka
operasi
e. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan
pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan.
f. Resiko konstipasi berhubungan dengan efek anestesi regional
g. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat efek anestesi
h. Resiko retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor akibat efek
anestesi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi
Tujuan: Terpenuhinya rasa nyaman dengan kriteria tidak terdapat rasa nyeri, dan
pasien dapat melakukan aktivitasd ringan.
Intervensi:
1. Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.
R/: Dapat menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.
2. ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptic
R/: Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan.
Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal dan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
3. Latihan jalan sedini mungkin
R/: Dapat menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi.
4. Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
R/: Perdarahan pada jaringan, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri.
7
b. Resiko terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat
Tujuan: Tidak terjadinya dengan kriteria tidak terdapat tanda-tanda radang, luka
mengering
Intervensi:
1. Observasi tanda vital tiap 4 jam
R/: Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan denagan
keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara
lanjut.
2.Observasi balutan setiap 2 – 4 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
R/: Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka
oprasi yang ada sebelumnya.
3. Ganti balutan dengan teknik aseptic
R/: Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi
silang.
4. Bersihkan area perianal setelah setiap depfikasi
R/: Untuk mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka.
5. Berikan diet rendah serat/ sisa dan minum yang cukup
R/: Dapat mengurangi ransangan pada anus dan mencegah mengedan pada
waktu defikasi.
8
3. Bantu dan motivasi klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas, higiene
perseorangan dan nutrisi secara bertahap
R/: aktivitas mempertahankan kelancaran sirkulasi darah. HP meningkatkan
kenyamanan klien, nutrisi meningkatkan regenerasi sel.
4. Observasi kemampuan beraktivitas setiap 3 jam
R/: Mengetahui pemulihan fungsi neuro muskuler ekstremitas bawah
9
pemulihan, dan program pasca operasi informasikan pasien bahwa obat nyeri
sebelum nyeri menjadi berat.
R/: Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi
ansietas dan meningkatkan kerjasama pasien selama pemulihan.
mempertahankan konstan memberikan kontrol nyeri terbaik
b. Ajarkan dan usahakan pasien untuk :
a. Nafas dalam
b. Berbalik
c. Turun dari tempat tidur
d. Membabat bagian yang dibedah ketika batuk
R/: Untuk mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri.
c. Observasi ekspresi wajah pasien, keluhan pasien
R/: ekspresi wajah rileks dan tidak ada keluhan menunjukkan kecemasan
berkurang.
10
R/: efek dari anestesi cukup banyak, salah satunya terjadi penurunan kesadaran.
Oleh karena itu keluarga perlu mendampingi pasien.
2. Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien
R/: pendampingan pasien bertujuan untuk mengurangi adanya cedera
3. Pasang pelindung tempat tidur
R/: pelindung tempat tidur berguna untuk mencegah pasien jatuh dari tempat
tidur, sehingga tidak terjadi cedera
h. Resiko retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor akibat efek
anestesi
Tujuan: tidak terjadi retensi urine
Intervensi:
1. Jelaskan pentingnya minum yang cukup
R/: Minum cukup dapat mencegah terjadinya retensi urine
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/: untuk mencegah retensi urine sehingga pasien dapat kencing
5. Pasang nelaton kateter bila pasien tidak dapat kencing dalam waktu > 6 jam.
R/: untuk mengeluarkan urine agar tidak terjadi retensi urine
6. Observasi kandung kemih, intake dan output cairan
R/: kandung kemih kosong, intake dan output sama menunjukkan tidak terjadi
retensi urine.
11
DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A, dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa: dr. Vidhia
Umami. 2007. Jakarta: Penerbit Erlangga.
12