Pengembangan Wilayah Dengan Konsep Ekowi
Pengembangan Wilayah Dengan Konsep Ekowi
[Document subtitle]
[DATE]
[COMPANY NAME]
[Company address]
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah
Perencanaan Wilayah (RP14-1328) yang berjudul “Pengembangan Wilayah dengan
Konsep Ekowisata, Studi Kasus Kawasan Strategis Pariwisata Taman Nasional
Bromo-Tengger-Semeru” dengan lancar.
Selama proses penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari pihak-
pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal, sehingga pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, yaitu:
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg; Ema Umilia, ST., MT. selaku dosen mata
kuliah Perencanaan Wilayah.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi.
3. Rekan-rekan di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan
motivasi dan bantuan demi kelancaran pembuatan makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama dalam menambah
wawasan tentang analisis lokasi dan keruangan. Tak ada gading yang tak retak, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Penulis
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah..........................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan Makalah....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1 Pariwisata..................................................................................................................... 4
2.2 Kawasan Strategis Pariwisata.......................................................................................4
2.3 Definisi Taman Nasional...............................................................................................5
2.4 Konsep Ekowisata........................................................................................................6
BAB III GAMBARAN UMUM...................................................................................................9
3.1 Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.....................................................9
3.1.1 Letak...................................................................................................................... 9
3.1.2 Topografi.............................................................................................................. 10
3.1.3 Geologi dan Tanah...............................................................................................10
3.1.4 Iklim...................................................................................................................... 10
3.1.5 Hidrologi............................................................................................................... 10
3.1.6 Aksesibilitas......................................................................................................... 11
3.1.7 Keanekaragaman Hayati......................................................................................12
3.1.8 Sistem Zonasi.......................................................................................................13
3.2 Daya Tarik Wisata.......................................................................................................14
3.2.1 Wisata Alam......................................................................................................... 14
3.2.2 Wisata Budaya.....................................................................................................15
3.3 Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru...............................................15
3.3.1 Organisasi dan Tupoksi........................................................................................15
3.3.2 Visi dan Misi......................................................................................................... 16
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua
suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berputar-putar dan lingkup, sedangkan
pariwisata berarti perjalanan (Musanef, 1996). Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengelola atau penyelenggara serta pengusahaan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait di bidang ini sehingga orang/wisatawan datang untuk
mengunjunginya. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun
2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Kemudian menurut Spilane (1987: 21), dalam arti luas pariwisata adalah perjalanan dari
suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Menurut Fandeli (1995: 37), pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata merupakan suatu kegiatan bepergian dari
suatu tempat ke tempat tujuan lain di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk
mencari nafkah, melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis
agar dapat berprestasi lagi. Sementara itu menurut Pendit (1990:29) bahwa pariwisata
merupakan suatu sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik,
seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan dan transportasi.
Ditambahkan pula bahwa pariwisata terdiri atas 10 unsur pokok yaitu : 1) politik pemerintah,
2) perasaan ingin tahu, 3) sifat ramah tamah, 4) jarak dan waktu, 5) atraksi, 6) akomodasi,
7) pengangkutan, 8) harga-harga, 9) publisitas, dan 10) kesempatan berbelanja.
Jadi dari ulasan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, bukan untuk bekerja atau
berusaha melainkan untuk bersenang-senang/bertamasya dan mencari pengalaman serta
menambah wawasan dalam pengetahuan.
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta
pertahanan dan keamanan. Kemudian dipertegas di dalam Bab V Pasal 12 yaitu:
1. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan:
- Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik
pariwisata.
- Potensi pasar.
- Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan
wilayah.
- Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
- Lokasi yang strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan aset budaya.
- Kesiapan dan dukungan masyarakat.
- Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara
alami
- Merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona
rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
- Pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok
pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam
- Fasilitasi kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat.
Berdasarkan dari elemen ekowisata, terdapat beberapa cakupan ekowisata yaitu untuk
edukasi, pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi, serta upaya dalam kegiatan
konservasi.Pengembangan ekowisata di dalam hutan yang tidak mengenal kejenuhan
pasar, dapat menjadikan wisata alam sebagai salah tujuan wisatawan.Oleh karena itu,
pengembangan ekowisata harus mengacu pada prinsip-prinsip ekowisata, untuk mencapai
keberhasilan ekowisata dalam mempertahankan kelestarian dan pemanfaatan (Fandeli,
2000).
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Dalam undang-undang RI no. 10 tahun 2009 pasal (10) menjelaskan tentang kawasan
strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki
potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu
atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan
sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2009),
ekowisata memiliki banyak definisi, yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang
kegiatannya mengacu pada lima elemen penting, yaitu:
1. Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman tentang pentingnya
pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui kegiatan-kegiatan
wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima
2. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan
kebudayaan pada darah yang dikunjungi
3. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya
4. Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal. Oleh karena
itu kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan)
5. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan
Dalam hal ini, KSP BTS akan dikembangan dengan konsep pengembangan
ekowisata. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di daerah, ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah
yang bertanggungjawab dengan memperhatikan usur pendidikan, pemahaman, dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam serta peningkatan
pendapatan masyarakat lokal.
Ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang
mendukung dan memungkinkan keterlebitan penuh oleh masyarakat setempat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang
diperoleh.
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan
peran aktif komunitas.Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat
memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jualsebagai
daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis
masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan
yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Ekowisata berbasis masyarakat
dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi
kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1.2 Topografi
Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru berada pada ketinggian 750 –
3.676 mdpl. Morfologinya bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai
berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak.
3.1.3 Geologi dan Tanah
Formasi kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru merupakan hasil gunung
api kuarter muda sampai kuarter tua. Jenis tanah di Taman Nasional Bromo-Tengger-
Semeru adalah regosol dan litosol. Bahan jenis tanah ini adalah abu dan pasir vulkanis
intermedier sampai basis dengan sifat permiabilitas sangat rapat dan lapisan teratas sangat
peka terhadap erosi. Warna tanah mulai dari kelabu, coklat, coklat kekuning-kuningan
sampai putih, dengan tekstur tanah pada umumnya pasir sampai lempung berdebu dengan
struktur lepas atau berbutir tunggal serta konsistensinya lepas atau teguh dan keras.
3.1.4 Iklim
Suhu udara di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru berkisar antara 5 0
sampai 220 C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari di puncak musim kemarau antara 3 0
- 50 C, bahkan di beberapa tempat sering memiliki di bawah 00 C, khususnya di Ranu
Kumbolo dan Puncak Mahameru. Sedangkan suhu maksimum berkisar antara 200 – 220 C.
Iklim dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru menurut klasifilasi
iklim Schmidt Ferguson (1951) adalah sebagai berikut.
Tipe A daerah Semeru bagian Tenggara.
Tipe B daerah Semeru bagian Selatan, Puncak, dan lereng Semeru bagian Timur.
Tipe C daerah Argowulan, Penanjakan, Keciri, Blok Argosari, Ranu Kumbolo, dan
Jambangan.
Tipe D daerah Laut Pasir, Ngadas, Ranupani, blok Watu Pecah sampai dengan
Poncokusumo
3.1.5 Hidrologi
Terdapat lebih dari 50 (lima puluh) sungai/mata air dan 5 (empat) ranu/danau di dalam
kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yakni Ranu Pani, Darungan, Regulo,
Kumbolo dan Ranu Kuning. Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pengaturan tata air untuk daerah sekitarnya, terutama dalam
memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, untuk keperluan pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, hingga industri di Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo.
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
3.1.6 Aksesibilitas
Untuk memasuki dan mencapai Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dapat
ditempuh melalui 4 (empat) pintu masuk kota, yaitu Pasuruan, Malang, Probolinggo, dan
Lumajang.
Jalan masuk dapat dilalui kendaraan roda 4 maupun roda 2, namun khusus untuk
kendaraan bis hanya dapat melalui Tongas hingga Cemorolawang atau Porbolinggo hingga
Cemorolawang saja. Sedangkan untuk wisata pendakian Gunung Semeru, semua jenis
kendaraan hanya diperbolehkan hingga Ranupani saja. Rute peta pintu masuk menuju
kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru selengkapnya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Kendaraan roda 4 dari Wonokitri dan Jemplang yang akan memasuki kawasan, demi
keselamatan penumpang dan pengunjung, hanya kendaraan double gardan (four wheel
drives) yang diperbolehkan memasuki kawasan. Hal tersebut disebabkan selain karena
tanahnya berupa pasir gembur, juga medannya yang berkelok-kelok tajam dan memiliki
tanjakan dan turunan yang tajam pula. Selain itu pula, kendaraan roda 4 yang memasuki
kawasan dari Cemorolawang yang diperbolehkan adalah hanya kendaraan jeep (Toyota
Hardtop) paguyuban Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
D. Fauna
Potensi fauna yang ada dalam kawasan TN.BTS adalah 158 jenis satwa liar yang
terdiri dari:
22 jenis mamalia, 15 jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi Undang
Undang, beberapa di anataranya adalah :Manis javanica, Panthera pardus, Hystryx
brachyura, Lariscus, dan Muntiacus muntjak.
130 jenis aves/unggas, 27 jenis diantaranya dilindungi Undang Undang, beberapa di
antaranya adalah : Halianthus indus, Falcon mauccensis, Pavo muticus, Halcyon
cyanopventris, Pericrocatus miniatus, dan Parus mator.
6 jenis reptilian
3.1.8 Sistem Zonasi
Sistem zonasi TN.BTS adalah berdasarkan SK Dirjen PHPA No. 68/Kpts/DJ-VI/1998
tanggal 4 Mei 1998 yang menyatakan bahwa pembagian zonasi di TN.BTS adalah sebagai
berikut : 1) Zona Inti (22.006 Ha), 2) Zona Rimba (23.485,20 Ha), 3) Zona Pemanfaatan
Intensif (425 Ha), 4) Zona Pemanfaatan Tradisional (2.360 Ha), 5) Zona Rehabilitasi (2.000
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Ha).
Dengan adanya perubahan potensi pada lokasi zona tertentu (pembagian zona yang
ada sudah tidak sesuai dengan kondisi pengelolaan), maka dilakukan review zonasi dengan
hasil, zona Inti: 22.006 Ha menjadi 17.713,68 Ha, zona Rimba : 23.485,2 Ha menjadi
26.544,06 Ha, zona Pemanfaatan Intensif: 425 Ha menjadi 687,68 Ha, zona Pemanfaatan
Tradisional : 2.360 Ha menjadi 5.196,62 Ha, zona Rehabilitasi : 2.000 Ha menjadi 0 Ha
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
(semua diubah menjadi Zona Rimba), zona Religi seluas 99,81 Ha dan zona Khusus seluas
34,35 Ha.
3.2 Daya Tarik Wisata
3.2.1 Wisata Alam
a. Air terjun Coban Trisula
b. Danau Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, dan Ranu Darungan
c. Kaldera Tengger dan sekitarnya
o Laut pasir
o Gunung Bromo
Pemandangan Gunung Bromo, selain sebagai daya tarik wisata alam yang
indah, kawahnya juga menjadi tempat “pembuangan sesajen” bagi umat
Hindu Tengger pada setiap Hari Raya Yadnya Kasodo.
Daya tarik gunung Bromo adalah merupakan gunung yang masih aktif dan
dapat dengan mudah didaki/dikunjungi.Obyek wisata Gunung Bromo
merupakan fenomena dan atraksi alami yang merupakan salah satu daya
tarik pengunjung.Kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan di tempat
lainadalah adanya kawah di tengah kawah (creater in the creater) dengan
hamparan laut pasir yang mengelilinginya.
o Gunung Batok
o Gunung Widodaren
o Simpang Dingklik
o Padang Savana
o Bukit Teletabis
o Blok Andasan
o Gunung Penanjakan
d. Gunung Semeru
o Desa Ranupani
o Pangonan Cilik
o Tanjakan Cinta
o Oro-oro Ombo
o Cemoro Kandang
o Kalimati
o Arcopodo
o Puncak Mahameru
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Puncak Mahameru adalah nama dari puncak Gunung Semeru itu sendiri, di
sinilah akhir dari sebuah pendakian Gunung Semeru. Walaupun sangat
melelahkan, memakan biaya, waktu, dan tenaga, namun para pendaki tidak
bosan-bosannya untuk kembali lagi ke tempat ini di lain waktu.
3.2.2 Wisata Budaya
Penduduk yang mendiami kawasan Tengger secara mayoritas adalah suku Tengger.
Tingkat pertumbuhan penduduk suku Tengger yang berdiam di kawasan pegunungan
Tengger ini dari tahun ke tahun tergolong rendah atau lambat. Mata pencaharian sebagian
besar adalah petani dan bahasa daerah yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari
adalah bahasa Jawa Tengger.
Upacara adat suku Tengger terdiri dari upacara adat yang berhubungan dengan
kehidupan bermasyarakat suku Tengger, seperti :Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan
Unan-Unan, upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang, seperti:
kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara),
kematian (entas-entas dll), upacara adat yang berhubungan dengan siklus pertanian,
mendirikan rumah, dan gejala alam seperti leliwet dan barikan.
Kesenian tradisional yang tetap hidup sejak jaman Majapahit adalah seni tari Sodoran
dan tari Ujung. Beberapa tempat pelaksanaan kegiatan suku Tengger antara lain :
a. Pura Poten
Pura Poten merupakan pura umat Tengger yang beragama Hindu.
b. Sumber Air Suci Goa Widodaren
c. Pura Pendayangan Rondo Kuning
d. Pure Ngadas
e. Vihara Ngadas
3.3 Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
3.3.1 Organisasi dan Tupoksi
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, pengelolaan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru diarahkan untuk
mencapai optimalisasi fungsi kawasan sebagai:
1. Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2. Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
3. Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi SDA hayati dan ekosistemnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1
Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional,
Balai Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru ditingkatkan menjadi Balai Besar Taman
Nasional Bromo-Tengger-Semeru (klasifikasi UPT TN Kelas I-eselon IIb) dan struktur
organisasi Balai Besar Taman Nasional Tipe B. Balai Besar Taman Nasional Bromo-
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
BAB IV
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
ANALISIS INTERNAL
Dilakukan kajian terhadap faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dari wilayah
Bromo, Tengger, Semeru dengan faktor-faktor kunci saja dalam kekuatan dan kelemahan
wilayah serta menawarkan respon yang mungkin dilakukan. Berikut adalah hasil analisis
internal wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Strength (Kekuatan)
Faktor kekuatan meliputi aset atau faktor-faktor yang dimiliki wilayah Bromo, Tengger,
Semeru yang dapat mempermudah tercapainya tujuan pengembangan wilayah yang
ditetapkan. Kekuatan disini dapat berupa nilai positif atau kekuatan dari sumber daya alam,
sumber daya manusia, infrastruktur, sistem sosial-ekonomi-politik serta image dari wilayah
tersebut. Berikut adalah kekuatan dari wilayah Bromo, Tengger, Semeru:
1. Merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan
berupa laut pasir. Keunikan laut pasir tersebut tepatnya terdapat di Gunung Bromo
yang merupakan destinasi utama di wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
2. Kearifan lokal dan kesenian tradisional suku tengger masih bertahan hingga saat ini.
Menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke wilayah Bromo,
Tengger, Semeru.
3. Adanya beragam aktivitas yang dapat dilakukan di kawasan Gunung Bromo dan
semeru. Karakteristik gunung dan wisata kedua gunung tersebut berbeda dan
menjadi suatu nilai plus bagi wilayahnya. Gunung Bromo dengan lautan pasir dan
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
ANALISIS EKSTERNAL
Setelah dilakukan analisis internal, analisis eksternal juga perlu untuk dianalisis lebih
lanjut. Berikut merupakan telaah dari analisis eksternal yang ada:
Opportunity (Kesempatan)
Faktor peluang adalah obyek atau kondisi eksternal memudahkan atau memfasilitasi
wilayah untuk mencapai tujuan perencanaan:
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
1. Upaya konservasi yang dilakukan bekerja sama dengan pihak masyarakat sekitar.
Pemberdayaan masyarakat sekitar merupakan salah satu unsur yang penting dalam
perencanaan.
2. Telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
di Indonesia. Penetapan tersebut berdasarkan PP No. 50 Tahun 2011 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, yang berisi salah satu
wilayah yang ditetapkan sebagai KSPN adalah wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
3. Pengelolaan lebih diarahkan untuk mencapai optimalisasi fungsi kawasan. Fungsi
kawasan yang telah diatur adalah fungsi sebagai konservasi.
4. Telah terdapat komunitas usaha pariwisata yang dibentuk oleh masyarakat dan
terdapat disetiap daerah masing-masing
5. Adanya peluang kerja dan usaha bagi masyarakat untuk mengurangi tingkat
pengangguran. Dengan adanya berbagai kesempatan yang ada, mendirikan usaha
merupakan suatu peluang pengembangan masyarakat di suatu wilayah.
6. Terbukanya peluang investasi bagi para investor usaha pariwisata. Inversor mulai
banyak masuk dalam wilayah Bromo, Tengger, Semeru.
Threat (Ancaman)
Faktor ancaman merupakan tren dan perkembangan di luar wilayah yang dapat
mempersulit tercapainya tujuan pengembangan suatu wilayah. Berikut adalah ancaman
yang ada dalam wilayah Bromo, Tengger, Semeru:
• Kebijakan pemberlakuan ekowisata belum sesuai dengan sifat kunjungan wisatawan.
Hampir semua wisatawan belum mengerti dan tidak peduli dengan kebijakan terkait
pariwisata dan konservasi.
• Over carrying capacity sering terjadi dibeberapa titik karena sifat pengunjung yang
datang secara tiba-tiba. Banyaknya jumlah pengunjung yang tidak terkontrol dapat
membuat setiap kegiatan tidak optimal.
• Kurangnya pemahaman wisatawan dan masyarakat tentang sistem zonasi dan
larangan serta kebersihan kawasan.
• Kurangnya kesadaran pelaku usaha pariwisata akan kebersihan lingkungan. Para
pelaku usaha kurang memperhatikan mengenai wisata.
Strategi SO
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal wilayah Bromo, Tengger, Semeru untuk
menarik keuntungan dari peluang eksternal, yaitu sebagai berikut:
• Pemanfaatan kawasan gunung Bromo oleh masyarakat untuk membuka usaha (S4,
O11)
• Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata (S5, O1)
• Pemberdayaan stakeholder untuk mendatangkan investor (S4, O6)
• Pengembangan kawasan berbasis ekowisata di Bromo-Tenger-Semeru (S3, O3)
• Publikasi potensi untuk menarik wisatawan nusantara dan mancanegara (S1, O2)
Strategi ST
Strategi ST menggunakan kekuatan wilayah Bromo, Tengger, Semeru untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal, sebagai berikut:
• Pemanfaatan lahan dengan beragamnya daya tarik wisata dan aktivitas wisatawan di
kawasan Bromo-Tenger-Semeru (S3, T1)
• Mengoptimalkan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran wisatawan,
masyarakat, dan pelaku usaha tentang pariwisata berbasis konservasi (S5, T4)
• Kerjasama berbagai stakeholder terkait untuk mengembangkan sebagai ekowisata
(S4, T1)
• Pengawasan dan pengendalian terhadap fungsi kawasan (S1, T1)
• Peningkatan upaya dalam menjaga kebersihan wilayah Bromo-Tenger-Semeru (S3,
T4)
Strategi WO
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil
keuntungan dari peluang eksternal wilayah Bromo, Tengger, Semeru, yakni sebagai berikut:
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang pengelolaan kawasan (W2, O1)
• Menjalin kerja sama dengan investor untuk memenuhi kebutuhan dalam penerapan
ekowisata (W2, O6)
• Perbaikan sistem kebersihan kawasan konservasi dari sampah wisatawan (W1, O1)
• Pembuatan sistem mitigasi bencana terhadap gempa bumi dan letusan gunung api
(W6, O3)
• Penyediaan sarana dan prasaran pendukung pariwisata yang baik (W5, O2)
Strategi WT
Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelamahan
internal serta menghindari ancaman eksternal untuk wilayah Bromo, Tengger, Semeru, yaitu
seperti berikut:
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Dari strategi yang telah dirumuskan, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi yaitu
fungsi konservasi, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan ekowisata. Strategi
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di kawasan Gunung Bromo ini didasarkan
pada hasil analisis dari permasalahan dan kondisi yang ada. Hasil analisis SWOT dari
peluang, kekuatan, kelemahan dan hambatan yang ada menunjukkan adanya pilihan
strategi yang harus dilakukan. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan fungsi
konservasi di wilayah Bromo, Tengger, Semeru adalah melalui ekowisata. Ekowisata
merupakan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan tujuan
mendukung pelestarian alam dan budaya serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal.
Wilayah ini memiliki ekosistem spesifik yang berbeda dengan daerah lain. Bromo
Tengger Semeru memiliki perubahan ekosistem yang luar biasa, mulai dari lautan pasir,
savana, hingga hutan hujan. Manfaat yang diperoleh masyarakat akan jauh lebih besar bila
ada ekowisata ketimbang bila mereka hanya mengandalkan pemanfaatan lahan berdasar
kepentingan ekonomi. Selain sifatnya berkelanjutan, dalam ekowisata kelestarian alam juga
lebih terjaga. Pihak yang banyak berperan dalam ekowisata adalah masyarakat. Masyarakat
harus bisa hidup harmonis dengan alam dan tidak merusaknya.
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
BAB V
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kawasan Strategis Pariwisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru merupakan
satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir dan
memiliki kearifan lokal dan kesenian tradisional suku Tengger yang masih bertahan hingga
saat ini. Adanya hubungan kerja sama yang sudah berlangsung dengan baik antara pihak
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dan stakeholder merupakan suatu keuntungan
bagi wilayah tersebut. Namun, pengelolaan kebersihan belum optimal, masih ditemukan
banyak sampah di sekitar kawasan. Selain itu, jumlah SDM yang memenuhi kriteria belum
sesuai dengan kebutuhan yang ada serta belum adanya penerapan tentang pembatasan
jumlah pengunjung.
Oleh karena itu diperlukan konsep pengembangan ekowisata dalam pengembangan
wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yang mampu mengakomodasi
kepentingan ekonomi, dan sosial, namun juga mengutamakan kelestarian lingkungan.
Konsep pengembangan wilayah berbasis ekowisata yang dimaksud berupa pengembangan
SDM, membuat kebijakan yang mendukung ekowisata, serta mengembangkan fasilitas-
fasilitas penunjang di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
Pengembangan Wilayah dengan Konsep Ekowisata
Studi Kasus KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
DAFTAR PUSTAKA