Di Susun Oleh
Muhammad Ulul Azmi
1441800062 “PENERAPAN GREEN
ARCHITECTURE PADA HUNIAN”
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa‟at-Nya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu utnuk
menyelesaikan tugas proposal mata kuliah Metode Riset Arsitektur yang berjudul
“Aplikasi Green Architecture Melalui Penggunaan Material Pada Desain Rumah di
Kawasan Kota Surabaya” Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk tugas ini, supaya tugas
ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada tugas ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................................... iii
Bab I PENDAHULUAN
Bab V PEMBAHASAN
ii
“PENERAPAN GREEN ARCHITECTURE PADA HUNIAN ”
Abstrak
Konsep green architecture ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan manusia dengan meningkatkan
efisiensi, dan pengurangan penggunaan sumber daya, energi, penggunaan pertanian, dan
pengelolaan sampah yang efektif di Indonesia, khususnya wilayah Surabaya. Pada
tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council
mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental
Design (LEED) standards. Adapun Dasar kualifikasinya antara lain :
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pemasalahan
Penerapan Green Architecture Dan Green Building Architecture merupakan studi untuk
mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai makna penerapan Green Architecture
Dan Green Building yang timbul sebagai ekspresi bangunan. Yang sering menjadi
pertanyaan adalah bagaimana cara menerapkan perencanaan bangunan sejak awal
berdasarkan konsep green architecture dan green building? bagaimana mendesain sebuah
bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja
bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara
estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar
bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli
agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya
pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.
Bagaimana konsep terapan green architecture dan green building dapat mendukung
konsep arsitektur berkelanjutan?
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tema green mencakup pada dua hal, yaitu green architecture dan green building.
Kedua hal tersebut memiliki dua pengertian yang berbeda walaupun masih dalam satu
tujuan. Green disini tidak diartikan sebagai lingkungan terbangun yang serba hijau, tapi
lebih menekankan kepada keselarasan dengan lingkungan global, yaitu udara, tanah, air,
dan api.
Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan
arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai keseimbangan di dalam
sistem interaksi manusia dengan lingkungan. Selain itu Arsitektur hijau adalah
arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam serta minim menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan langkah untuk merealisasikan
kehidupan manusia yang berkelanjutan. Dalam penerapan arsitektur hijau mencakup
beberapa aspek, antara lain:
2
3. Sehat, Pemanfaatan desain yang mempertimbangkan kesehatan lingkungan,
kehidupan sekitar serta efek positif untuk kehidupan.
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data keualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari dusut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis
atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Dengan metode ini,
peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga penulis
dapat memeperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti
: gambaran umum bangunan, jumlah penghuni didalamnya, dll. Metode
dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan
melalui metode observasi dan wawancara.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitarif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang
utama. Wawancara dalaha percakapan dengan maksud tertentu, percakapan
dilakukan oleh pihak kedua yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Definisi lain dari wawancara merupakan percakapanantara
dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan
informasi untuk suatu tujuan tertentu. Wawancara ditujukan kepada pemilik dan
penghuni rumah yang akan dibangun.
3. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memeperhatikan dan mengikuti,
memeperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sitematis
sasaran perilaku yang dituju. Definisi lain observasi adalah suatu kesimpulan
atau diagnosis. Inti dari observasi ialah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dipacai. Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaiamana unsur-unsur ekologi pada disekitar lingkungan
Kawasan Segi Empat Tunjungan
3
2.3 Diskusi
4
konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan terus bertahan
dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada.
3) Memiliki Konsep Future Healthly.
a. Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi
bangunan, membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan
sekitar, lingkungan tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat
digunakan sebagai penahan kebisingan.
b. Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna untuk
UV protector untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat
memberi efek positif untuk kehidupan.
c. Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang
akan menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik
untuk lift atau eskalator.
d. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan terdapat
rumput yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga mendapatkan
sinar matahari.
4) Memiliki Konsep Climate Supportly.
Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim yang masih
tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai
resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.
5) Memiliki Konsep Esthetic Usefully.
Penggunaan green roof pada kampus ini, selain untuk keindahan dan agar
terlihat menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai water catcher
sebagi proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap
beton secara langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di siang hari dan
sejuk di malam hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang
melengkung digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit bangunan
dapat di minimalisasikan.
5
BAB III
METODE PENELITIAN ARSITEKTUR
A. Metode Penelitian
6
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN ANALIS
Keberadaan data dan sumber data merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian,
sebab segala informasi guna menunjang penelitian diperoleh dari data. Adapun data dan
sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah
a. Data tentang indeks Arsitektur Hijau pada lingkungan bangunan. Data ini didapat dari
obsevasi langsung tentang parameter observasi yang telah ditentukan, dan juga didapat
dari masyarakat adat melalui metode wawancara.
b. Data mengenai karakteristik arsitektur. Data ini didapat dari dokumentasi tertulis dan
gambar yang didapat dari kajian pustaka yang terkait dengan topik penelitian. Dan juga
observasi lapangan.
1. Lokasi Penelitian
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah cara mengelola lingkungan bangunan pada arsitektur yang di
terapkan dalam konteks arsitektur hijau (green architecture) berdasarkan parameter
penelitian ini
7
C. Instrumen Pengumpul Data
Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah mementukan cara mengukur variable
penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen
penelitian dan instrument ini berfungsi untuk digunakan mengumpulkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dibagi pada tiga cara, yaitu :
1. Observasi
2. Studi wawancara
3. Dokumentasi
Alat pengumpulan data yang utama digunakan adalah mengadaptasi indeks arsitektur
hijau yang terbitkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia)
1 Analisis Kuantitatif
Analisis yang bersifat pengukuran terhadap aspek dan indikator indeks arsitektur
hijau. Pengkategorisasian tingkat tinggi rendahnya asitektur hijau akan
menggunakan parameter penelitian yang mengadopsi sistem rating GBCI.
2. Analisis Kualitatif
Analisis yang bersifat kualitatif dengan mengkaji dan membandingkan kedua temuan
penelitian di atas, serta konfirmasi dengan teori dan ahli
8
BAB I
PENDAHULUAN
Makna dari konsep Green Architecture, atau Green Building adalah suatu
pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai
pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, bagian dalam bangunan
tersebut harus memiliki lansekap, interior, yang harus diusahakan dapat menyatu dalam
kesatuan arsitekturnya. Sebagai contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan
disekitar lingkungan kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi perbandingan
60 : 40 antara bangunan rumah dan lahan hijau, termasuk upaya membuat atap dan
dinding dengan konsep roof garden dan green wall dalam hal ini, dinding bukan sekadar
beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat
Prinsipnya bangunan mampu meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan bahan-
bahan serta mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak,
konstruksi dan permeliharaan bangunan, yang merupakan siklus kehidupan bangunan
secara menyeluruh. Dalam skala kecil, konsep arsitektur alami biasanya lebih berfokus
pada penggunaan bahan–bahan alami yang tersedia secara lokal, ataupun
memanfaatkan sumber-sumber alam yang ada di sekelilingnya.
Tujuan utama dari Green Architecture adalah menciptakan eco design, desain yang
ramah lingkungan, alami, serta berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan
dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang
dapat mereduksi dampak negatif dari sekitar bangunan terhadap kesehatan.
Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak
menjadi Bangunan Hijau (green building). Green building bukan berarti bangunan
bertanaman banyak. Pengertian Green sediri, dapat berarti kepedulian pada lingkungan.
9
Sebagai contohnya hemat lahan, hemat material, dan termasuk di dalamnya adalah
kualitas udara dalam ruangan dan kenyamanan. Bangunan sehat, menentukan kualitas
hidup yang sehat, sehingga bila kita bekerja di dalam ruangan yang mempunyai kualitas
yang sehat, maka hasil karya yang dihasilkan akan lebih baik. Menurut penelitian kita
menghabiskan 90 % dari waktu hidup kita tinggal dalam bangunan, oleh sebab itu
bangunan yang sehat sangatlah penting untuk diupayakan sebagai ruang tinggal kita.
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk membuat bangunan tempat tinggal kita
lebih sehat adalah dengan cara: menghemat lahan (land effisien), efisiensi energy
(energy effisien), water effisien, local dan enviro friendly material, healthy indoor air.
Udara di dalam ruang lebih kotor karena unsur pelarutnya lebih kecil. Dalam desain
berkelanjutan sebaiknya dilakukan integrasi antara sistem dan fungsi. Di mana
diusahakan untuk mengoptimalkan seluruh sistem dengan mengeluarkan hal-hal yang
tidak perlu ada.
Upaya efisiensi dengan mengoptimalkan suatu sistem dapat berarti membeli AC lebih
hemat energi. Mengoptimalkan sistem juga dapat dengan cara menyederhanakan sistim
pencahayaan sehingga kebutuhan sebagian besar pencahayaan alami. Pada saat kondisi
musim panas, diupayakan dengan cara mengurangi sinar matahari langsung pada
ruangan dengan memberi kaca film atau curtain, sehingga dapat dicapai efisiensi sistim
pendinginan udara dalam ruang kantor. Ventilasi mempunyai peranan yang sangat
penting karena mengatur aliran udara yang akan mengalirkan energi positif yang dapat
menetralisir efek buruk. Menggunakan sistem air pump dan cross ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
Dalam memaksimalkan cahaya alami dan ventilasi kita dapat memasang pencahayaan
dengan sistim dimmer sehingga volume terang gelap cahaya yang dibutuhkan atau tidak
dibutuhkan dapat dikontrol secara individu. Memasang lampu listrik hanya pada bagian
yang intensitasnya rendah dan menggunakan lampu LED (atau kepanjangannya Light
Emitting Diode). Pencahayaan terang lampu LED tidak hanya dapat menghemat energi
hingga 85% jika dibandingkan bola lampu tradisional, namun juga ramah lingkungan
dengan cahaya terang bernuansa putih alami yang nyaman untuk mata. Lampu LED yang
memiliki cahaya terang, dapat bertahan hingga 15 tahun dalam pemakaian
10
Beberapa hal dalam perencanaan desain kantor yang penting juga untuk diupayakan
penghematannya antara lain:
Air,
Perlengkapan furnitur,
gunakan bahan furnitur yang tahan lama dan tidak mudah ketinggalan jaman.
Furnitur sebaiknya dirancang sehingga memiliki kekuatan, mudah dalam
pemeliharaan, perawatan dan perbaikan, dapat menggunakan material daur ulang
atau material yang dapat diperbaharui untuk memperpanjang masa manfaatnya.
Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang sudah langka
ditemui dengan maksimal, terutama untuk material seperti kayu. Memanfaatkan
material baru melalui penemuan baru sehingga dapat membuka kesempatan
menggunakan material terbarukan yang juga cepat diproduksi, murah dan terbuka
terhadap inovasi, misalnya bambu. Penggunaan furnitur harus juga
dipertimbangkan dengan menggunakan sistim modular, sehingga fleksibel dalam
penyusunan, bentu konfigurasi, dan dapat diatur ulang apabila ada perubahan,
untuk benar-benar memanfaatkan ruangan secara efisien.
Lanscape
atau taman, yang dirancang untuk memaksimalkan energi matahari serta dapat
menambah udara segar/oksigen. Green Architecture yang baik, menekan
pemborosan energi, pemborosan air memanfaatkan penggunaan air hujan,
pemanfaatan air daur ulang, dengan upaya memberikan area serapan yang cukup
bagi air hujan, bangunan yang dirancang dengan baik biasanya menyediakan
lubang-lubang kompos/biopori agar tanah di sekelilingnya tidak rusak, sehingga
dapat mengurangi jumlah air yang terbuang percuma. Salah satu manfaat dari
biopori adalah untuk mengatasi banjir dengan cara: Pertama untuk meningkatkan
daya resapan air, kedua untuk mengubah sampah organik menjadi kompos dan
mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), ketiga untuk memanfaatkan
peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang
ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.
Mengatasi genangan air dengan menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur
iklim, misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan
11
BAB VI
KESIMPULAN DAN PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Agenda 21 Sektoral. Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Jakarta, 2001.
Edwin S. Mills, Philip E. Graves, The Economic Of Environmental Quality, W-W Norton &
Company Inc., New York, 1986.
Eko Budihardjo, Lingkungan Binaan Dan Tata Ruang Kota, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997.
Eko Budiardjo, Djoko Sujarto, Kota Yang Berkelanjutan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan, Jakarta, 1998.
F. Douglas Murcheff, Principles of Sustainable Development, Butterworth Architecture,
Wellington, 1996.
Gideon S. Golony, Ethics dan Urban Design, Culture, From dan Environment, John Wiley
dan Sons.Inc., New York, 1995.
Heinz Frick, Seri Eko Arsitektur I, Penerbit Kanisius, Jakarta, 1998. Kamala, DL. Kanth
13