Anda di halaman 1dari 17

Tugas Proposal

Metode Riset Arsitektur (B)


Dosen Pengampu: Dr. Ir. R. A. Retno Hastijanti, MT

Di Susun Oleh
Muhammad Ulul Azmi
1441800062 “PENERAPAN GREEN
ARCHITECTURE PADA HUNIAN”

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
1
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa‟at-Nya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu utnuk
menyelesaikan tugas proposal mata kuliah Metode Riset Arsitektur yang berjudul
“Aplikasi Green Architecture Melalui Penggunaan Material Pada Desain Rumah di
Kawasan Kota Surabaya” Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk tugas ini, supaya tugas
ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada tugas ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................................................... iii

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Permasalahan ....................................................................................................... 1

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Literatur.................................................................................................2


2.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 3
2.3 Diskusi ................................................................................................................. 4

Bab III METODE PENELITIAN ARSITEKTUR

Metode penelitian ..................................................................................................... 6

Bab IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALIS

A.Data dan sumber data ........................................................................................... 7

B.Lokasi dan objek penelitian .................................................................................. 7

C. Instrumen pengumpulan data .............................................................................. 8

D.Rancangan analisis data ....................................................................................... 8

Bab V PEMBAHASAN

Bab VI KESIMPULAN DAN PENUTUP

Daftar pustaka ........................................................................................................ 13

ii
“PENERAPAN GREEN ARCHITECTURE PADA HUNIAN ”

Abstrak

Konsep green architecture ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan manusia dengan meningkatkan
efisiensi, dan pengurangan penggunaan sumber daya, energi, penggunaan pertanian, dan
pengelolaan sampah yang efektif di Indonesia, khususnya wilayah Surabaya. Pada
tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council
mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental
Design (LEED) standards. Adapun Dasar kualifikasinya antara lain :

1. Pembangunan yang berkelanjutan, Diusahakan menggunakan kembali


bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.
2. Pelestarian air, Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya
pembersihan dan daur ulang air bekas serta pemasangan bangunan
penampung air hujan.
3. Peningkatan efisiensi energy, Dapat dilakukan dengan berbagai cara
misalnya membuat layout dengan orientasi bangunan yang mampu
beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.
4. Bahan bangunan terbarukan Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah
usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga dengan
menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk
diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan
bebas dari bahan kimia berbahaya.
5. Kualitas lingkungan dan ruangan, Penilaian terhadap kenyamanan dalam
sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan
bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi topik permasalahan


yang mencuat akhir-akhir ini. Dalam dunia arsitektur muncul fenomena sick building
syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan karena kualitas udara dan
polusi udara dalam bangunan yang ditempati yang mempengaruhi produktivitas
penghuni, adanya ventilasi udara yang buruk, dan pencahayaan alami kurang. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: emisi ozon mesin fotocopy, polusi dari perabot
dan panel kayu, asap rokok, dsb. Menurut World Health Organisation (WHO), 30%
bangunan gedung di dunia mengalami masalah kualitas udara dalam ruangan. Untuk itu
muncul adanya konsep green architecture

yaitu pendekatan perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai


pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Konsep green
architecture ini memiliki beberapa manfaat diantaranya bangunan lebih tahan lama, hemat
energi, perawatan bangunan lebih minimal, lebih nyaman ditinggali, serta lebih sehat bagi
penghuni. Konsep green architecture memberi kontribusi pada masalah lingkungan
khususnya pemanasan global. Apalagi
bangunan adalah penghasil terbesar lebih dari 30% emisi global karbon dioksida
sebagai salah satu penyebab pemanasan global.

B. Pemasalahan

Penerapan Green Architecture Dan Green Building Architecture merupakan studi untuk
mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai makna penerapan Green Architecture
Dan Green Building yang timbul sebagai ekspresi bangunan. Yang sering menjadi
pertanyaan adalah bagaimana cara menerapkan perencanaan bangunan sejak awal
berdasarkan konsep green architecture dan green building? bagaimana mendesain sebuah
bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja
bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara
estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar
bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli
agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya
pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.
Bagaimana konsep terapan green architecture dan green building dapat mendukung
konsep arsitektur berkelanjutan?

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Literatur

Tema green mencakup pada dua hal, yaitu green architecture dan green building.
Kedua hal tersebut memiliki dua pengertian yang berbeda walaupun masih dalam satu
tujuan. Green disini tidak diartikan sebagai lingkungan terbangun yang serba hijau, tapi
lebih menekankan kepada keselarasan dengan lingkungan global, yaitu udara, tanah, air,
dan api.

Green architecture memiliki pengertian sebagai sebuah istilah yang


menggambarkan tentang arsitektur ekonomis, hemat energi, ramah lingkungan, dan
dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan. Green architecture
mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau
mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang,
serta teknik bangunan. Arsitektur hijau juga didefinisikan sebagai arsitektur yang
berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkugan
global alami dengan penekanan pada efisiensi energi, pola berkelanjutan, dan
pendekatan holistik. Bertitik tolak dari pemikiran desain ekologi yang menekankan
pada saling ketergantungan dan keterkaitan antara semua sistem dengan lingkungan
lokalnya dan biosfeer.

Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan
arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai keseimbangan di dalam
sistem interaksi manusia dengan lingkungan. Selain itu Arsitektur hijau adalah
arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam serta minim menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan langkah untuk merealisasikan
kehidupan manusia yang berkelanjutan. Dalam penerapan arsitektur hijau mencakup
beberapa aspek, antara lain:

1. Ramah Lingkungan, Pada dasarnya, penerapan konsep ramah lingkungan ini


menerapkan konsep arsitektur hemat energy, banyak memanfaatkan
pengudaraan dan pencahayaan alami.
2. Berkelanjutan, Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.

2
3. Sehat, Pemanfaatan desain yang mempertimbangkan kesehatan lingkungan,
kehidupan sekitar serta efek positif untuk kehidupan.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode :

1. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data keualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari dusut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis
atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Dengan metode ini,
peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga penulis
dapat memeperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti
: gambaran umum bangunan, jumlah penghuni didalamnya, dll. Metode
dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan
melalui metode observasi dan wawancara.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitarif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang
utama. Wawancara dalaha percakapan dengan maksud tertentu, percakapan
dilakukan oleh pihak kedua yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Definisi lain dari wawancara merupakan percakapanantara
dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan
informasi untuk suatu tujuan tertentu. Wawancara ditujukan kepada pemilik dan
penghuni rumah yang akan dibangun.
3. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memeperhatikan dan mengikuti,
memeperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sitematis
sasaran perilaku yang dituju. Definisi lain observasi adalah suatu kesimpulan
atau diagnosis. Inti dari observasi ialah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dipacai. Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaiamana unsur-unsur ekologi pada disekitar lingkungan
Kawasan Segi Empat Tunjungan
3
2.3 Diskusi

Penerapan Green Architecture

1) Memiliki Konsep High Perfomance Building & Earth Friendly.


a. Dapat dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa
bagiannya. Fungsinya adalah untuk menghemat penggunaan elektrisiti
untuk bangunan terutama dari segi pencahayaan dari lampu.
b. Menggunakan energi alam seperti angin, sebagai penyejuk lingkungan.
c. Bahan-bahan bangunan yang digunakan cenderung ramah pada
lingkungan seperti keramik dengan motif kasar pada lantai untuk
mengurangi pantulan panas yang dihasilkan dari dinding yang berkaca.
d. Kolam air disekitar Bangunan berfungsi selain dapat memantulkan sinar
lampu, juga dapat mereduksi panas matahari sehingga udara tampak
sejuk dan lembab.
2) Memiliki Konsep Sustainable
Pembangunannya sangat di konsepkan, menelaah lahan lingkungan
wilayah yang sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural,
dipadukan dengan

4
konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan terus bertahan
dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada.
3) Memiliki Konsep Future Healthly.
a. Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi
bangunan, membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan
sekitar, lingkungan tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat
digunakan sebagai penahan kebisingan.
b. Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna untuk
UV protector untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat
memberi efek positif untuk kehidupan.
c. Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang
akan menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik
untuk lift atau eskalator.
d. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan terdapat
rumput yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga mendapatkan
sinar matahari.
4) Memiliki Konsep Climate Supportly.
Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim yang masih
tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai
resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.
5) Memiliki Konsep Esthetic Usefully.
Penggunaan green roof pada kampus ini, selain untuk keindahan dan agar
terlihat menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai water catcher
sebagi proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap
beton secara langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di siang hari dan
sejuk di malam hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang
melengkung digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit bangunan
dapat di minimalisasikan.

5
BAB III
METODE PENELITIAN ARSITEKTUR

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan (mixed methods) antara


metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode
penelitian gabungan (mixed methods) dilakukan secara bersamaan dengan tujuan untuk
saling melengkapi gambaran hasil studi mengenai fenomena yang diteliti dan untuk
memperkuat analisis penelitian. Penelitian ini secara komprehensif akan melakukan
pengukuran dan analisis terhadap aspek-aspek untuk mengukur indeks arsitektur hijau.
Sehingga penelitian ini menggunakan metode kuantitiatif. Tolak ukur dalam penentuan
indeks arsitektur hijau yaitu mengadopsi pengukuran sistem rating GREENSHIP dari GBCI
yang dimodifikasi berdasarkan kebutuhan yang terkait pada aspek penelitaian .
Penelitian ini juga melakukan observasi langsung untuk melakukan review terhadap
berbagai dokumen, foto-foto dan juga artefak yang ada. Dalam hal ini peneliti
mengunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian ini mengunakan
pendekatan deskriptif, yaitu mengambarkan fenomena aktual yang ditemukan pada saat
pengumpulan data dan menganalisanya, setelah itu mengevaluasi hasil temuan
dilapangan

6
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN ANALIS

A. Data dan Sumber Data

Keberadaan data dan sumber data merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian,
sebab segala informasi guna menunjang penelitian diperoleh dari data. Adapun data dan
sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah

a. Data tentang indeks Arsitektur Hijau pada lingkungan bangunan. Data ini didapat dari
obsevasi langsung tentang parameter observasi yang telah ditentukan, dan juga didapat
dari masyarakat adat melalui metode wawancara.

b. Data mengenai karakteristik arsitektur. Data ini didapat dari dokumentasi tertulis dan
gambar yang didapat dari kajian pustaka yang terkait dengan topik penelitian. Dan juga
observasi lapangan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di negara indonesi sendiri . Secara geografis, wilayah


Indonesia berada di sekitar garis khatulistiwa. sehingga dalam setahun matahari melintasi
ekuator sebanyak dua kali posisi matahari tepat berada di ekuator berulang pada setiap
tanggal 23 Maret dan 22 September, sehingga secara otomatis akan mengalami iklim
tropis yang bersifat panas, dan juga lembab. Indonesia memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Iklim yang seperti itu menyebabkan wilayah Indonesia panas
yang mengundang banyak curah hujan atau hujan naik tropika. Sekitar bulan April sampai
dengan bulan September, matahari berada di Utara ekuator dan pada Oktober-Maret
matahari berada di Selatan. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah
Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di Selatan, sebagaian
besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan. Tingkat kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan hidup dan perubahan iklim, khususnya dalam bidang arsitektur –
interior dan lingkungan, dalam beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan tajam.
Gerakan hijau yang tengah berkembang pesat saat ini tidak hanya bertujuan untuk
melindungi sumber daya alam, tetapi juga untuk diimplementasikan sebagai upaya
efisiensi penggunaan energi serta meminimalisir kerusakan lingkungan. Tentunya akan
sangat bermanfaat apabila dilakukan secara merata, bersama dan berkelanjutan.
Sosialisasi terhadap upaya-upaya adaptasi terhadap perubahan iklim terus dilakukan
pemerintah Indonesia, tetapi tidak semua elemen masyarakat sudah mengetahui dan
paham mengenai hal tersebut. Terbukti dari merebaknya permasalahan SBS (sick building
syndrome) pada bangunan-bangunan perkantoran di Indonesia

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah cara mengelola lingkungan bangunan pada arsitektur yang di
terapkan dalam konteks arsitektur hijau (green architecture) berdasarkan parameter
penelitian ini

7
C. Instrumen Pengumpul Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah mementukan cara mengukur variable
penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen
penelitian dan instrument ini berfungsi untuk digunakan mengumpulkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dibagi pada tiga cara, yaitu :
1. Observasi
2. Studi wawancara
3. Dokumentasi

Alat pengumpulan data yang utama digunakan adalah mengadaptasi indeks arsitektur
hijau yang terbitkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia)

D. Rancangan Analisis Data

Seluruh pengolahan data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel,


kemudian dianalisis secara kualitatif melalui konfirmasi kepada teori dan ahli. Penelitian
yang menggunakan pendekatan yaitu kuantitatif, memerlukan analisis melalui dua
tahapan, yang digambarkan sebagai berikut.

1 Analisis Kuantitatif
 Analisis yang bersifat pengukuran terhadap aspek dan indikator indeks arsitektur
hijau. Pengkategorisasian tingkat tinggi rendahnya asitektur hijau akan
menggunakan parameter penelitian yang mengadopsi sistem rating GBCI.
2. Analisis Kualitatif
 Analisis yang bersifat kualitatif dengan mengkaji dan membandingkan kedua temuan
penelitian di atas, serta konfirmasi dengan teori dan ahli

8
BAB I
PENDAHULUAN

Hasil Dan Pembahasan

Makna dari konsep Green Architecture, atau Green Building adalah suatu
pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai
pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, bagian dalam bangunan
tersebut harus memiliki lansekap, interior, yang harus diusahakan dapat menyatu dalam
kesatuan arsitekturnya. Sebagai contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan
disekitar lingkungan kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi perbandingan
60 : 40 antara bangunan rumah dan lahan hijau, termasuk upaya membuat atap dan
dinding dengan konsep roof garden dan green wall dalam hal ini, dinding bukan sekadar
beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat

Prinsipnya bangunan mampu meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan bahan-
bahan serta mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak,
konstruksi dan permeliharaan bangunan, yang merupakan siklus kehidupan bangunan
secara menyeluruh. Dalam skala kecil, konsep arsitektur alami biasanya lebih berfokus
pada penggunaan bahan–bahan alami yang tersedia secara lokal, ataupun
memanfaatkan sumber-sumber alam yang ada di sekelilingnya.

Tujuan utama dari Green Architecture adalah menciptakan eco design, desain yang
ramah lingkungan, alami, serta berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan
dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang
dapat mereduksi dampak negatif dari sekitar bangunan terhadap kesehatan.
Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak
menjadi Bangunan Hijau (green building). Green building bukan berarti bangunan
bertanaman banyak. Pengertian Green sediri, dapat berarti kepedulian pada lingkungan.

9
Sebagai contohnya hemat lahan, hemat material, dan termasuk di dalamnya adalah
kualitas udara dalam ruangan dan kenyamanan. Bangunan sehat, menentukan kualitas
hidup yang sehat, sehingga bila kita bekerja di dalam ruangan yang mempunyai kualitas
yang sehat, maka hasil karya yang dihasilkan akan lebih baik. Menurut penelitian kita
menghabiskan 90 % dari waktu hidup kita tinggal dalam bangunan, oleh sebab itu
bangunan yang sehat sangatlah penting untuk diupayakan sebagai ruang tinggal kita.
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk membuat bangunan tempat tinggal kita
lebih sehat adalah dengan cara: menghemat lahan (land effisien), efisiensi energy
(energy effisien), water effisien, local dan enviro friendly material, healthy indoor air.
Udara di dalam ruang lebih kotor karena unsur pelarutnya lebih kecil. Dalam desain
berkelanjutan sebaiknya dilakukan integrasi antara sistem dan fungsi. Di mana
diusahakan untuk mengoptimalkan seluruh sistem dengan mengeluarkan hal-hal yang
tidak perlu ada.

Sistim penghawaan dalam ruang

Upaya efisiensi dengan mengoptimalkan suatu sistem dapat berarti membeli AC lebih
hemat energi. Mengoptimalkan sistem juga dapat dengan cara menyederhanakan sistim
pencahayaan sehingga kebutuhan sebagian besar pencahayaan alami. Pada saat kondisi
musim panas, diupayakan dengan cara mengurangi sinar matahari langsung pada
ruangan dengan memberi kaca film atau curtain, sehingga dapat dicapai efisiensi sistim
pendinginan udara dalam ruang kantor. Ventilasi mempunyai peranan yang sangat
penting karena mengatur aliran udara yang akan mengalirkan energi positif yang dapat
menetralisir efek buruk. Menggunakan sistem air pump dan cross ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.

Sistim penerangan dalam ruang

Dalam memaksimalkan cahaya alami dan ventilasi kita dapat memasang pencahayaan
dengan sistim dimmer sehingga volume terang gelap cahaya yang dibutuhkan atau tidak
dibutuhkan dapat dikontrol secara individu. Memasang lampu listrik hanya pada bagian
yang intensitasnya rendah dan menggunakan lampu LED (atau kepanjangannya Light
Emitting Diode). Pencahayaan terang lampu LED tidak hanya dapat menghemat energi
hingga 85% jika dibandingkan bola lampu tradisional, namun juga ramah lingkungan
dengan cahaya terang bernuansa putih alami yang nyaman untuk mata. Lampu LED yang
memiliki cahaya terang, dapat bertahan hingga 15 tahun dalam pemakaian

Dalam upaya mengefisiensikan penggunaan energi, penggunaan permukaan


eksterior ataupun interior berwarna lebih terang dapat memantulkan sinar matahari dari
bangunan dan memberikan efek ruang yang lebih luas. Untuk interior dalam upaya
meminimalkan silau dari sumber cahaya alami dan buatan dengan menggunakan curtain
untuk mengurangi panas matahari yang masuk, dengan demikian memungkinan tiap lantai
tidak menyerap sinar matahari secara langsung, sehingga dapat meminimalkan beban
penggunaan daya AC. Penggunaan energi listrik dalam gedung perkantoran, diusahakan
semaksimal mungkin dengan cara memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi
angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik.

10
Beberapa hal dalam perencanaan desain kantor yang penting juga untuk diupayakan
penghematannya antara lain:

 Air,

prinsip-prinsip dasar penggunaan air yang berkelanjutan adalah dengan


mengkonversi dan mendaur ulang air. Sebagai contoh, air hujan dengan
memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan
mengolah air hujan untuk keperluan domestik, upaya mendaur ulang air dapat
digunakan untuk menyiram kebun atau sebagai pembilas toilet.

 Perlengkapan furnitur,

gunakan bahan furnitur yang tahan lama dan tidak mudah ketinggalan jaman.
Furnitur sebaiknya dirancang sehingga memiliki kekuatan, mudah dalam
pemeliharaan, perawatan dan perbaikan, dapat menggunakan material daur ulang
atau material yang dapat diperbaharui untuk memperpanjang masa manfaatnya.
Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang sudah langka
ditemui dengan maksimal, terutama untuk material seperti kayu. Memanfaatkan
material baru melalui penemuan baru sehingga dapat membuka kesempatan
menggunakan material terbarukan yang juga cepat diproduksi, murah dan terbuka
terhadap inovasi, misalnya bambu. Penggunaan furnitur harus juga
dipertimbangkan dengan menggunakan sistim modular, sehingga fleksibel dalam
penyusunan, bentu konfigurasi, dan dapat diatur ulang apabila ada perubahan,
untuk benar-benar memanfaatkan ruangan secara efisien.

 Pemilihan bahan bangunan,

menggunakan bahan bangunan yang non-synthetic dan nontoxic (tidak


mengadung racun). Banyak memanfaatkan penggunaan kayu dan batu-batuan
lokal yang mudah ditemukan di lingkungan bangunan itu berada.

 Lanscape

atau taman, yang dirancang untuk memaksimalkan energi matahari serta dapat
menambah udara segar/oksigen. Green Architecture yang baik, menekan
pemborosan energi, pemborosan air memanfaatkan penggunaan air hujan,
pemanfaatan air daur ulang, dengan upaya memberikan area serapan yang cukup
bagi air hujan, bangunan yang dirancang dengan baik biasanya menyediakan
lubang-lubang kompos/biopori agar tanah di sekelilingnya tidak rusak, sehingga
dapat mengurangi jumlah air yang terbuang percuma. Salah satu manfaat dari
biopori adalah untuk mengatasi banjir dengan cara: Pertama untuk meningkatkan
daya resapan air, kedua untuk mengubah sampah organik menjadi kompos dan
mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), ketiga untuk memanfaatkan
peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang
ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.
Mengatasi genangan air dengan menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur
iklim, misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan

11
BAB VI
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan


pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat
hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Konsep „Green
Building‟ atau bangunan hijau mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus
hidup bangunan: dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi pembongkaran, dan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan
klasik keprihatinan ekonomi, daya tahan utilitas,, dan kenyamanan.
Sustainable Architecture atau Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan
dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan
umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem
iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur.

12
DAFTAR PUSTAKA
Agenda 21 Sektoral. Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Jakarta, 2001.

Agenda 21 Sektoral, Indikator Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara


Lingkungan Hidup, Jakarta, 2001.

Charles E. Kupchella, Margaret C. Hyland, Environmental Science, Prentice Hall


Englewood Cliffs, New Jersey, 1993.

Edwin S. Mills, Philip E. Graves, The Economic Of Environmental Quality, W-W Norton &
Company Inc., New York, 1986.

Eko Budihardjo, Lingkungan Binaan Dan Tata Ruang Kota, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997.

Eko Budiardjo, Djoko Sujarto, Kota Yang Berkelanjutan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan, Jakarta, 1998.
F. Douglas Murcheff, Principles of Sustainable Development, Butterworth Architecture,
Wellington, 1996.

Gideon S. Golony, Ethics dan Urban Design, Culture, From dan Environment, John Wiley
dan Sons.Inc., New York, 1995.

Heinz Frick, Seri Eko Arsitektur I, Penerbit Kanisius, Jakarta, 1998. Kamala, DL. Kanth

Rao, Environmental Engineering, Tata MC. Graw Hill

Publishing Co. Ltd, New Delhi, 1989.

Kantor Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, Kulaitas Lingkungan Di


Indonesia Tahun 1990, PT. Intermasa, Jakarta, 1990.

Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan,


Jakarta, 1989.

13

Anda mungkin juga menyukai