Lidah Buaya Untuk Suppos
Lidah Buaya Untuk Suppos
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan karya tulis
ilmiah ini yang berjutuh “Pengaruh Ekstrak Aloe Vera Terhadap Penghadapan
Pertumbuhan Spesies Candida”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk
memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis banyak mendapat bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk
melakukan penelitian.
2. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK selaku dosen pembimbing Penulis
atas kesabaran, waktu, masukan dan koreksi yang diberikan kepada Penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph) SpM(K) selaku ketua
penguji
4. dr. Dewi Masyitah Darlan,DTM&E,MPH Sp. Park selaku dosen penguji
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa
pendidikan.
6. Kedua orang tua tercinta, Drs. H. T. Dzulmi Eldin S. MSi. dan Hj. Rita
Maharani SH. beserta abang dan adik, yang telah memberikan kasih sayang,
semangat dan doanya dalam mendukung penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
7. Teman- teman saya Pitta Gultom, Roulina Suci, Balqis Sofyana, Dian
Novita Sari, Hannan A. B. Zubaidi, Tika Wira Yolanda, Vio Thalia Stanza,
Syafibra Nursalam.
ii
Universitas Sumatera Utara
Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk
pengembangan ilmu pengetahuanm khususnya dalam dunia kedokteran
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. viii
ABSTRAK.................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................. 3
1.4.1 Bidang Institusi Pendidikan................................. 3
1.4.2 Bidang Institusi Kesehatan.................................. 3
1.4.3 Bidang Penelitian................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4
2.1 Spesies Kandida................................................................ 4
2.2 KVV.................................................................................. 4
2.2.1 Definisi................................................................ 4
2.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko.................................. 5
2.2.1.1 Taksonomi.......................................... 5
2.2.1.2 Morfologi........................................... 6
2.2.1.3 Faktor Virulensi.................................. 8
2.2.3 Patogenesis.......................................................... 9
2.2.4 Gambaran Klinis.................................................. 9
2.2.5 Diagnosis............................................................. 11
2.2.5.1 Pemeriksaan Klinis............................. 11
2.2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium................. 11
2.2.6 Pengulangan KVV............................................... 12
2.2.7 Tatalaksana.......................................................... 13
2.2.7.1 Anti Jamur.......................................... 13
2.2.7.2 Pencegahan Usaha.............................. 14
2.2.7.3 Mekanisme Kerja............................... 15
2.3 Aloe Vera L (Lidah Buaya)…........................................... 16
2.3.1 Taksonomi........................................................... 16
2.3.2 Morfologi............................................................. 17
2.3.3 Kandungan dan Manfaat..................................... 19
2.4 Kerangka Teori.................................................................. 21
2.5 Kerangka Konsep.............................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 22
3.1 Jenis Penelitian.................................................................. 22
3.2 Lokasi Penelitian............................................................... 22
3.3 Sampel Penelitian.............................................................. 22
3.3.1 Sampel Penelitian................................................ 22
iv
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Besar Sampel....................................................... 22
3.4
Metode Pengumpulan Data............................................... 23
3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian................................... 23
3.4.1.1 Alat Penelitian.................................... 23
3.4.1.2 Bahan Penelitian................................. 24
3.4.2 Pembuatan Ekstrak.............................................. 24
3.5 Definisi Operasional.......................................................... 24
3.6 Metode Analisis Data........................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 31
5.1 Kesimpulan........................................................................ 31
5.2 Saran.................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 32
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Via Karina Nabila1, Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp. KK2
1
Mahasiswi kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara
ix
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Via Karina Nabila1, Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp. KK2
1
Medical student, Faculty of medicine, University of North Sumatera
2
Medical Faculty, University of North Sumatra
x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Spesies candida adalah salah satu flora normal pada manusia yang dapat
dijumpai pada kulit, saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini
kadang-kadang dijumpai pada saluran pernapasan. Candida dijumpai pula di
lingkungan (Eggimann et al., 2003). Candida terdiri dari banyak spesies. Untuk saat
ini sudah lebih dari 200 spesies jamur yang diidentifikasi termasuk di dalam genus
ini (Gray dan Roberts, 1988).
Beberapa jenis spesies candida antara lain adalah Candida albicans, Candida
tropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida pseudotropicalis,
Candida glabrata. Dari banyak spesies candida yang paling sering menjadi
penyebab infeksi sistemik adalah candida albicans. Candida ini adalah yang paling
dominan dijumpai pada manusia dan juga bertanggung jawab pada berbagai
penyakit, dari yang ringan hingga yang mengancam jiwa. Salah satu contoh
penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans adalah kandidiasis vulvovaginalis
(Eggimann et al., 2003).
Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah suatu infeksi ragi (spesies candida)
pada vagina dan cenderung untuk kambuh kembali. Gejalanya ialah keluarnya
sekret kental berwarna putih kekuningan, rasa seperti terbakar, bercak seperti dadih
pada selaput lender, dan peradangan pada perinorium (Johnson A.G. et al.,2013).
KVV merupakan salah satu infeksi yang paling banyak dikeluhkan wanita. Sekitar
70-75% wanita setidaknya sekali terinfeksi KVV selama masa hidupnya, paling
sering terjadi pada wanita usia subur, pada sekitar 40-50% cenderung mengalami
kekambuhan atau serangan infeksi kedua. Lima hingga delapan persen wanita
dewasa mengalami KVV berulang, yang didefinisikan sebagai empat atau lebih
episode setiap tahun yang dikenal sebagai kandidiasis vulvovaginalis rekuren
(KVVR), dan lebih dari 33% spesies penyebab KVVR adalah Candida glabrata
1
Universitas Sumatera Utara
2
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak aloe
vera terhadap penghambatan pertumbuhan spesies candida.
Candida merupakan golongan yeast, yang membentuk sel ragi dan hifa semu.
Di dalam tubuh manusia kandida hidup sebagai saprofit, dan dapat berubah menjadi
patogen bila terdapat faktor risiko seperti menurunnya imunitas, gangguan
endokrin, terapi antibiotik dalam jangka waktu lama, perokok dan khemoterapi.
Perubahan candida dari saprofit menjadi patogen menyebabkan penyakit yang
disebut kandidiasis atau kandidosis. Sebagai saprofit kandida dapat ditemukan pada
kulit, saluran genital, saluran napas bagian atas dan saluran pencernaan termasuk
rongga mulut (Komariah, 2012).
Salah satunya penyakit yang disebabkan oleh kandida adalah Kandidiasis
Vulvovaginalis (KVV). Kandidiasis vulvovaginalis ialah penyakit yang disebabkan
candida yang mengenai mukosa vagina dan vulva. Penyebabnya yang tersering
biasanya adalah candida albicans. Nama lain dari penyakit ini Mycotic
Vulvovaginitis. Kandidiasis vulvovaginalis dapat terjadi apabila ada faktor
predisposisi baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen untuk timbulnya
kandidiasis vulvovaginalis adalah kegemukan, DM, kehamilan, dan Infeksi kronik
dalam servik atau vagina. Sedangkan faktor eksogennya iklim, panas dan
kelembaban yang meningkat serta higyeni yang buruk (Sanjaya et al.,2014).
2.2 KVV
2.2.1 Definisi
4
Universitas Sumatera Utara
5
dapat menyebabkan vaginitis, yang secara klinis tidak dapat dibedakan dari
yang disebabkan oleh C. albicans. Selain itu, mereka sering lebih tahan terhadap
terapi (Holmes et al.,2008).
Penyebab tersering kandidiasis vagina adalah candida albicans yaitu sekitar 85-
90%. Sisanya disebabkan oleh spesies non-albicans , yang tersering adalah candida
glabrata. Thin (1983) menyatakan penyebab kandidiasis vagina 81% oleh candida
albicans, 16% oleh candida glabarata, sedang 3% lainnya disebabkan oleh
Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei dan Candida
stellatoidea. Genus candida merupakan sel ragi uniseluler yang termasuk kedalam
fungsiinferfecti atau Deutero mycota atau golongan khamir (yeast atau yeast like),
kelas Blastomycetes yang memperbanyak diri dengan bertunas, famili
crytococcaceae. Genus ini terdiri dari 80 spesies, yang paling patogen adalah
candida albicans diikuti berturutan dengan candida stellatoidea, candida
tropicalis, candida parapsilosis, candida kefyr, candida guillermondii dan candida
krusei (Endang.H, 2003).
Faktor risiko kandidiasis vulvovaginalis adalah beberapa faktor yang
merupakan predisposisi atau faktor risiko, khususnya yang berkaitan dengan dua
hal, yaitu meningkatnya karbohidrat, termasuk peningkatan dan penurunan pH. Hal
ini erat hubungannya dengan kehamilan, obesitas, lingkungan yang hangat dan
lembab, pakaian atau pakaian dalam yang ketat, pemakaian oral kontrasepsi,
pemasangan IUD (Intra Uterine Device), pemakaian antibiotika spektrum luas,
menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pemakaian obat yang
mengandung kortikosteroid, pemakaian pencuci vagina, penyakit infeksi dan
keganasan yang menekan daya tahan tubuh (Santoso et al.,2008).
2.2.1.1 Taksonomi
Divisio : Thallophyta
Sub divisio : Fungi 8
Classis : Ascomycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Crytoccocaceae
Sub familia : Candidoidea
Genus : Candida
2.2.1.2 Morfologi
Seperti jamur patogen lainnya, Candida albicans merupakan jamur dimorfik yang
dapat mengalami perubahan morfologi reversible antara sel budding uniseluler
berbentuk ovoid (sel ragi, atau blastospora) dan bentuk filamen. Blastospora
merupakan bentuk uniseluler yang dapat membelah dengan budding. Proses budding
ini melibatkan pertumbuhan material seluler baru dari tempat selektif pada permukaan
blastospora. Tunas (bud) yang baru biasanya timbul pada kutub distal dan mengawali
fase pertumbuhan. Kemudian terjadi pembelahan inti, dan terbentuk septum antara sel
induk dan sel anak.dua unit sel yang berpisah akan membentuk blastospora (Calderone,
2002).
Hifa yang terbentuk dari sel ragi tidak memiliki konstruksi pada leher sel induk dan
memiliki dinding sel yang paralel. Pseudohifa memiliki konstriksi pada leher antara sel
induk dan sel anak dan pada tiap sambungan septumnya, juga memiliki panjang dan
lebar yang sangat bervariasi. Gambaran khas dari pseudohifa yaitu lebar kompartemen
filamennya tidak konstan, yaitu lebih lebar di bagian tengah dibandingkan kedua
ujungnya (Sudbery, 2004).
Selain penurunan faktor pertahanan host, faktor virulen juga bertanggung jawab
menyebabkan suatu penyakit. Faktor virulen spesies candida terdiri-dari
phenotypic switching, dimorfisme morfologi, adhesi, sekresi enzim hidrolitik dan
lainnya. Faktor virulensi dari C. albicans juga dapat mempengaruhi hasil pengujian
aktivitas antijamur ekstrak etanol daun kelor. Faktor virulensi ini merupakan faktor
yang berperan penting dalam patogenesis C. albicans. Adapun faktor-faktor
tersebut diantaranya perubahan morfologi, kemampuan adhesi jaringan, secreted
aspartyl proteases (SAP), sekresi phospholipase, perubahan fenotipik dan
pembentukan biofilm (Dwi K.,2015)
2.2.3 Patogenesis
Pada pemeriksaan pasien, eritema dan pembengkakan pada labia dan vulva
terlihat. Walaupun serviks kelihatan normal namun vagina mukosa eritema
kelihatan terdapat duh tubuh. Gejala-gejala memburuk 1 minggu sebelum
menstruasi. Ada beberapa bantuan setelah onset flow. Seperti yang dinyatakan
sebelumnya, gejala pasien sendiri tidak boleh ditegakkan diagnosisnya. Kultur
vagina positif mungkin mencerminkan kolonisasi saja, dan tidak dapat digunakan
sebagai satu-satunya dasar untuk diagnosis. Pasien yang hadir dengan gejala
vaginitis dapat ditegakan diagnosis dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskopis dengan pengambilan sekresi. Sekresi vagina dilakukan secara me-
mount basah dengan persiapan saline dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
adanya ragi dan miselium dan juga untuk mengecualikan kondisi. Persiapan kalium
hidroksida 10% lebih tinggi sensitivitinya untuk menegakan diagnosis adanya ragi
atau tidak. Perkecambahan pH normal pada kandidiasis vagina, tetapi vaginosis
bakteri trikomoniasis, dan infeksi campuran, pHnya lebih dari 4. Penegakan
Candida tidak boleh diminta kecuali gejala dan tanda-tanda klasik dengan pH
vagina normal dan parameter mikroskop lainnya tidak dapat disimpulkan, atau
kambuh dicurigai (Sobel, 2007).
2.2.5 Diagonosis
Pada gambaran klinis, keluhan khas dari KVV adalah gatal/iritasi vulva dan duh
tubuh vaginal/keputihan vulva bisa terlihat tenang, tetapi bisa juga kemerahan,
udem dengan fisura, dan dijumpai erosi dan ulserasi. Kelainan lain yang khas
adalah adanya pseudomembran, berupa plak-plak putih seperti sariawan (thrush),
terdiri dari miselia yang kusut (matted mycelia), leukosit dan sel epitel yang
melekat pada dinding vagina. Pada vagina juga dijumpai kemerahan, sering tertutup
pseudomembran putih keju. Jika pseudomembran diambil akan tampak mukosa
yang erosif. Cairan vagina biasanya mukoid atau cair dengan butir-butir atau
“gumpalan keju” (cottage cheese). Namun, duh tubuh biasanya amat sedikit dan
cair, vagina dapat tampak normal. Pada pemeriksaan kolposkopi, terdapat dilatasi
atau meningkatnya pembuluh darah pada dinding vagina atau serviks sebagai tanda
peradangan (Eckert, 2006).
Kultur: sampel dibiakkan pada agar Sabouraud’s dextrose atau agar Nutrient.
Piring agar diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-72 jam. Biakan jamur (kultur)
Kandidiasis vulvovaginalis didiagnosis oleh adanya hifa terlihat pada mount basah
kalium hidroksida.
2.2.7 Tatalaksana
• Sistemik
- Ketokanazol 400 mg selama 5 hari
- Itrakanazol 200 mg selama 3 hari atau
400 mg dosis tunggal
- Flukonazol 150 mg dosis tunggal
Flukonazol oral (yaitu, 100-mg, 150-mg, atau 200-mg dosis) mingguan selama
6 bulan adalah rejimen pemeliharaan lini pertama. Jika rejimen ini tidak layak,
perawatan topikal yang digunakan sebentar-sebentar juga dapat dipertimbangkan.
Terapi pemeliharaan supresif efektif dalam mengurangi RVVC. Namun, 30% -50%
wanita akan mengalami penyakit berulang setelah terapi pemeliharaan dihentikan.
Wanita dengan simptom yang tetap kultur-positif meskipun terapi pemeliharaan
harus dikelola dengan berkonsultasi dengan spesialis. Penggunaan selama 6 bulan
tidak mengakibatkan resisten terhadap flukonazol, penggunaan flukonazol pada
orang yang imunodefisiensi dapat mengakibatkan resistensi (CDC, 2015).
2.3.1 Taksonomi
Menurut (Backer and Brink, 1968), Aloe Vera dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Liliales
Family : Aspholdelaceae
Genus : Aloe
Species : Aloe Vera L.
2.3.2 Morfologi
Batang aloe vera (lidah buaya) berserat atau berkayu. Pada umumnya batang
lidah buaya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang
rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Batang lidah buaya akan terlihat jelas
setelah daun atau pelepah lidah buaya dipanen beberapa kali. Batang ini akan
muncul tunas-tunas yang akan menjadi anakan yang dilakukan dengan memangkas
habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggul batang akan muncul anakan
atau tunas baru.
2. Daun
Aloe vera memiliki daun yang berbentuk tombak dengan helaian memanjang
agak runcing. Daunnya berdaging tebal tidak bertulang, tepinya bergerigi atau
berduri kecil, berwarna hijau keabu-abuan dengan panjang sekitar 15-36 cm dan
lebar sekitar 2-6 cm, mempunyai lapisan lilin dipermukaan daun, dan bersifat
sukulen atau banyak mengandung air, getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku
obat yang mendominasi isi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya
membulat (cembung).
Di daun lidah buaya muda dan sucker (anak) terdapat bercak (totol) berwarna
hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namun,
tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini
kemungkinan disebabkan faktor genetiknya (Tim Karya Tani Mandiri, 2013).
Daun Aloe vera dibentuk oleh epidermis tebal yang ditutup oleh kutikula
diseluruh mesofil dapat dibedakan menjadi sel klorenkim dan sel-sel berdinding
tipis membentuk parenkim atau fillet. Sel-sel parenkim berisi agar mucilaginous
transparan yang disebut sebagai gel Aloe vera (Idris, 2013).
Tanaman lidah buaya yang telah dewasa dan sehat dapat diketahui melalui
daunnya yang hijau dan besar. Panjang daun lidah buaya seharusnya mencapai 20
cm. Daun yang dipanen sebaiknya dilakukan pada daun yang tumbuh di bagian
bawah dan pertumbuhannya secara maksimal (Syukur dan Hernani, 2001).
3. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil yang mengumpul
sepanjang 2-3 cm, berwarna kuning sampai orange. Bunga berukuran kecil,
tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan dan panjangnya bisa mencapai 50-100
cm. Bunga lidah buaya biasanya muncul apabila tumbuhan ini ditanam di daerah
pegunungan.
4. Akar
Aloe vera merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari
tanaman dapat dimanfaatkan. Berikut adalah bagian aloe vera yang mempunyai
manfaat:
1. Daun
Keseluruhan daun dapat langsung digunakan, baik secara tradisional
maupun dalam bentuk eksudat. Daun aloe vera berfungsi sebagai antijamur,
antibakteri, menurunkan kadar gula dalam darah, mengotrol tekanan darah,
menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta
dapat digunakan sebgai nutrisi bagi penderita HIV.
2. Eksudat
Adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudat
berbentuk kental, berwarna kuning dan rasanya pahit. Eksudat dapat
berfungsi sebagai bahan pencahar.
3. Gel
Bagian berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam daun
setelah eksudat dikeluarkan. Gel sangat mudah rusak karena mengandung
bahan aktif dan enzim yang sangat sensitif terhadap suhu, udara dan cahaya,
serta bersifat mendinginkan. Gel dapat berfungi untuk meningkatkan
kekebalan tubuh, menghilangkan keletihan, menghilangkan stress, bahan
pembersih tubuh, menbantu menyembuhkan dan menguatkan fungsi-fungsi
tubuh, mengeluarkan bahan kimia serta pengharum buatan dari dalam
tubuh. Selain itu, juga bisa berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan sel-
sel yang tadinya rusak karena luka dan menciutkan jaringan sel.
4. Antiinflamsi
Inflamasi merupakan reaksi terhadap benda asing yang masuk tubuh,
kerusakan jaringan yang disebabkan invasi mikroorganisme, bahan kimia
berbahaya dan atau faktor fisik. Hampir semua penyakit ditandai dengan
gejala inflamasi, dan pada umumnya berhubungan dengan system
imunologi tubuh, seperti karena luka, baik luka kecelakaan, luka bakar,
kanker, sakit gigi, dan masih banyak lagi. Aloe vera adalah salah satu
tanaman obat yanf dimanfaatkan sebagai antiinflamasi karena memiliki
kandungan kimia golongan flavonoid, vitamin C, E dan zat besi
(Syamsuhidayat, dkk., 1991).
5. Antioksidan
Aloe vera dapat juga digunakan sebagai antioksidan. Dari segi kandungan
nutrisi, gel atau egene, aloe vera mengandung mineral seperti kalsium,
magnesium, kalium, sodium, besi, zinc, dan kromium. Beberapa vitamin
dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami,
seperti fenol, flavonoid, vitamin C, vitamin E, vitamin A, dan magnesium.
Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung,
dan berbagai penyakit degeneratif (Aswatan, 2008).
6. Antibakteri
Aloe vera juga dapat dimaanfaatkan sebagai antibakteri. Gel aloe vera
mengandung antraquinone, tannin, polysaccharide, flavoid dan saponin
yang bersifat sebagai antibakteri. (Arifin, 2014).
Anti jamur
KVV Definisi
Mikonazol
Ekonazol
Etiologi Fentikonazol
Tiokonazol
Klotrimazol
Tatalaksana Butokonazol
Terkonazol
Herbal
Daun sirih
Batang nanas
Aloe vera Daun jambu biji
daun kemangi
Anti inflamasi Kayu manis
Anti bakteri Jahe
Antioksidan Aloe vera
C. albicans
C. tropicalis
C. parapsilosis
C. glabrata
C. pseudotropicali
C. krusei
Sampel penelitian ini adalah spesies candida dari isolate swab vagina yang
diberikan ekstrak aloe vera. Spesies candida diperoleh dari pengambilan swab
vagina yang diperoleh dari laboratorium mikrobiologi. Sedangkan ekstrak aloe vera
diperoleh dari Laboratorium Farmasi USU.
1. Kriteria Inklusi
Jumlah koloni standar McFarland 0,5 yang terdiri dari 1,5 x 108 colony/mL.
SDA (Sabouraud Dextrose Agar).
2. Kriteria Eksklusi
Yang termaksud dalam kriteria eksklusi penelitian ini adalah cawan petri yang
pecah dan biakan terkontaminasi bakteri.
3.3.2 Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Federer:
(n-1)(k-1) ≥ 15 (3,1)
22
Universitas Sumatera Utara
23
(n-1)(6-1) ≥ 15 (3,1)
(n-1)x5 ≥ 15 (3,1)
n ≥ 4 (3,1)
Keterangan:
n = banyaknya sampel (pengulangan)
k = banyaknya kelompok uji → 6 kelompok
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel yang digunakan adalah 24 buah
biakan terbagi menjadi 4 buah biakan spesies candida dalam 6 kelompok uji.
Jenis data yang dikumpulakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang dikumpulkan oleh penelitinya sendiri.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: kapas lidi steril, cawam petri
1. Candida
Candida adalah ragi yang dibiakkan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
USU.
Alat ukur : observasi
Hasil ukur : jumlah koloni sesuai dengan standar McFarland 0,5
yang terdiri dari 1,5 x 108 colony
Skala ukur : nominal
2. KVV
Pasien yang menderita kandiddiasis vulvovaginal dari gambaran klinis dan
kultur.
Alat ukur : Usapan duh tubuh vagina pada media SDA
Hasil ukur : -Kultur Positive
-Kultur Negative
Skala ukur : nominal
3. Ekstrak Lidah Buaya
Sediaan pekat yang didapat dengan mengekstrak zat aktif daun lidah buaya.
Alat ukur : Observasi
Hasil ukur : mg
Skala ukur : nominal
Analisis data dilakukan dengan uji one way ANOVA (Analysis of Variance).
25
Universitas Sumatera Utara
26
Uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata (p<0,005) dari
EEAV terhadap diameter zona hambat C.albicans. Masing-masing perlakuan yang
Semakin besar konsentrasi EEAV yang diberikan, maka semakin besar zona
hambat yang terbentuk. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa EEAV
dengan konsentrasi 50% dapat membentuk daerah hambat 17,225±0,512 mm;
konsentrasi 25% dapat membentuk daerah hambat 15,650±0,420 mm; konsentrasi
12,5% dapat membentuk daerah hambat 13,975±0,457 mm; konsentrasi 6,25%
dapat membentuk daerah hambat 12,450±0,208 mm. Sedangkan kontrol positif
dengan menggunakan fluconazole dapat membentuk daerah hambat 11,025±0,478
dan kontrol negatif dengan menggunakan DMSO tidak memiliki daya hambat
pertumbuhan jamur.
Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian serupa oleh Mpila, et al.,
(2016), yang menyatakan bahwa aktivitas antimikroba oleh bahan aktif
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu lemah (zona hambat <6 mm), sedang
(zona hambat 6-10 mm), kuat (zona hambat 11-20 mm) dan sangat kuat (zona
hambat 20-30 mm). Berdasarkan hasil pengamatan, EEAV dengan konsentrasi
6,25; 12,5; 25; 50 dan fluconazole memiliki daya hambat pertumbuhan jamur
dengan kategori kuat.
Berdasaran penelitian Kurniawan, (2015), ekstrak etanol aloe vera mengandung
senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin dan steroid. Flavonoid dapat
menyebabkan koagulasi atau penggumpalan protein. Protein yang menggumpal
mengalami denaturasi sehingga tidak dapat berfungsi lagi (Dwijoseputro, 2005).
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa berdasarkan zona hambat pada ekstrak aloe vera 50%
menunjukkan diameter 17,2mm, data ini menunjukkan tingginya sensitivitas aloe
vera terhadap candida albicans, walaupun pada konsentrasi 6,25% sudah
menunjukkan adanya zona hambat. Semakin ditingkatkan konsentrasi, semakin
besar pula diameter zona hambat.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, maka peneliti menyaranakan perlu dilakukan penelitian
uji klinis terhadap kasus KVV.
30
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. 2014, Intensif Budidaya Lidah Buaya Usaha dengan Prospek Yang
Kian Berjaya.
Centers for Disease Control and Prevention 2015, Vulvovaginal Candidiasis,
accessed 15 April 2018, Available at: https://www.cdc.gov/std/tg2015/
candidiasis.htm
Darmani, E.H. 2003, ‘Hubungan antara pemakaian AKDR dengan kandidiasis
vagina di RSUP Dr. Pringadi Medan’.
Dwijoseputro. 1978, Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta,
pp. 15-17.
Eckert, L.O. 2006, ‘Acute Vulvovaginitis’, New England Journal of Medicine,
vol. 355, pp. 1244-1252.
Eggimann, P., Garbino, J. & Pittet, D. 2003, ‘Epidemiology of Candida species
infections in critically ill non-immunosuppressed patients’, The Lancet
Infectious Diseases, vol. 3, no. 11, pp. 685-702.
Gray.L.D., Roberts.G.D.: Laboratory diagnosis of systemic fungal diseases:
Infectious disease clinics of North America, 2(4), 779-803, 2007.
Huslina, F. 2017, ‘Pengaruh Ekstrak Daun Lidah Buaya ( Aloe vera L.) Terhadap
Pertumbuhan Jamur Candida albicans secara InVitro’.
Harborne, J.B. 1987, Metode Fitokimia. Translated by K. Padmawinata & I.
Soediro. 2nd edn, Penerbit ITB, Bandung, pp. 6, 49, 240.
Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E, et al. 2008, Candidiasis
Vulvovaginitis in Sexually Transmitted Disease, 4th edn, The McGraw-
Hill Companies, pp. 830.
Johnson, A.G., Ziegler, R.J. & Hawley, L. 1993, Mikrobiologi dan Imunologi.
Translated by Yulius E.S., Binarupa Aksara, pp. 29-32.
Khofiyya, N.A., Noorhalimah, S., Suhartati, S. & Al-atas, S.R.H. 2016,
‘Penelitian Tentang Jamur Pada Roti, Tempe, Kuku dan Urine’,
Politeknik Unggulan Kalimantan Banjarmasin.
31
Universitas Sumatera Utara
32
Komariah & Sjam, R. 2012, ‘Kolonisasi Candida dalam Rongga Mulut’, Majalah
Kedokteran FK UKI, vol. 28, no.1, pp. 39-47.
Kurniawan, J. 2015, ‘Uji Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Daun Lidah
Buaya (Aloe vera L.) terhadap Kadar Malondialdehid Plasma Tikus
Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Parasetamol’, Fakultas Kedokteran
Untan.
McVicar, J. 1994, Jekka’s Complete Herb Book. Kyle Cathie Limited, London.
Mpila, D.A., Fatimawali & Wenny, I.W. 2016, ‘Uji aktivitas Antibakteri
terhadap Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus antropurpereus (L.)
Benth) terhadap Staphylococcus aureus, Euschericia coli dan
Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro’, Journal of Biotechnologi,
pp. 19.
Qomariyah, S.T., Amaliah, L. & Rokhmawati, S. 2001, ‘Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR) pada Perempuan Indonesia: Sebuah Telaah Literatur’,
Pusat Komunikasi Kesehatan Berspektif Jender bekerja sama dengan
Ford Foundation.
Reef, S.E., Levine, W.C., McNeil, M.M., et al. 2007, ‘Treatment options for
vulvovaginal candidiasis’, Clinical Infectious Diseases, vol. 20, no.
supplement 1, pp. S80-S90.
Renisheya, J.J.M.T., Johnson, M., Nancy, B.S., Laju, R.S., Anupriya, G. &
Renola, J.J.E.T. 2012, ‘Anti-bacterial and Antifungal Activity of Aloe
Vera Gel Extract’.
Savitry, A. 2016, Tanaman Ajaib! Penyakit dengan TOGA.
Sherrad, J., Donders, G. & White, D. 2011, ‘Guideline on the Management of
Vaginal Discharge’, IUSTI/WHO, pp.5-8.
Sobel, J.D. 2007, ‘Microbiology’, in Vulvovaginal Candidiasis, Revan Press,
LTD, New York, pp. 1961.
Sobel, J.D. 2008, ‘Vulvovaginal Candidiasis’, in Sexually Transmitted Diseases,
eds K.K. Holmes, 4th edn, Mc Graw Hill, New York, pp. 823-835.
Syukur, C. & Hernani. 2001, Budi Daya Tanaman Obat Komersial.
Tim Mikrobiologi FK Brawijaya. 2003, Bakteriologi Medik. 1st edn, Bayu Media
Publishing, Malang, pp. 201- 217.
Wijaya, S. & Hendra, N. 2016, ‘Uji Invitro Efek Antibakteri Ekstrak Daging
Muda Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Klebsiella
Pneumoniae’, pp. 10.
Riwayat Pendidikan :
1. TK Nurul Azizi (2001-2003)
2. SD Harapan I (2003-2009)
3. SMP Prime One School (2009-2012)
4. SMA Negeri 1 Medan (2012-2015)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2015-Sekarang)
LAMPIRAN D.
b
Tests of Normality
a
Konsentrasi Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Descriptives
Diameter_zona_hambat
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
5,987 5 18 ,002
Diameter_zona_hambat
Konsentrasi N Subset
1 2 3 4 5 6
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter_zona_hambat
LAMPIRAN E.