perempuan yang tampak bersenang – senang. “Oh iya besok Calista udah berangkat ke London,” ucap Lily. “Oh iya yah berarti kita tinggal bertiga di Indonesia, kenapa kamu harus kuliah di London?” tanya Anna. “Iya orangtuaku ingin aku kuliah di London,” jawab Calista sambil tersenyum berat. “Kenapa harus London?” tanya Yerim sedih, “tidak tau orangtuaku, mungkin mereka tau yang terbaik untukku,” jawab Calista sambil tersenyum. Waktu berjalan begitu cepat sampai tidak terasa sudah tengah malam, dan mereka baru ingin mengakhiri acaranya. “Sudah malam ayo kita pulang,” ucap Anna. “Ayo!” jawab Lily.”Sebentar, Calista besok berangkat jam berapa?” tanya Yerim, “jam 6 sore,” jawab Calista. “Okey,” jawab Yerim. “Yaudah yuk kita pulang,” ajak Anna. Setelah sampai rumah, Calista membersihkan diri. Setelah itu, Calista mengecek barang – barang yang besok dia akan bawa. Setelah selesai Calista merenung, “apakah aku dapat menyesuaikan diri disana? Lalu apakah aku akan punya teman disana?” Calista berbicara sendiri.”Pikirkan besok saja Calista jangan menambah beban pikiranmu,” ucap Calista kepada diri sendiri. Keesokan harinya, Calista sudah berada di bandara bersama kedua orangtuanya. Tiba – tiba ada seseorang yang meneriakinya. “Calista!” teriak Lily.”Yaampun kalian kok kesini?” tanya Calista yang kaget.”Iyalah kitakan mau mengucapkan salam perpisahan sama kamu,” ucap Anna.”Yaampun kalian, jadi terharu deh,” ucap Calista.”Halo Om, Tante!” sapa ketiga sahabat Calista. “Hai semua, kok kalian kesini? Repot – repot saja,” ucap Bunda Calista. “Engga repot kok Tante,” jawab Yerim mewakili.”Calista sudah waktunya check-in,” ucap Ayah Calista. “Oh iya Ayah,”. “Aku pamit ya, jangan lupakan aku, nanti kita video call kalau aku sudah sampai, tapi perbedaan waktunya sangat beda jauh,” ucap Calista sedih. “Iya gak akan dilupakan kok, paling kamu yang melupakan kita secara bule disana pasti ganteng – ganteng,” ucap Lily. “Kamu nih pikirannya bule saja,” ucap Anna sambil memukul tangan Lily. “Ya udah nanti kalau sudah sampai London kamu chat digrup aja dulu, nanti kalau kita masih jawab chatmu kita video call,” ucap Yerim. “Ya sudah aku berangkat dulu ya, sampai jumpa di lain waktu,” ucap Calista sambil menangis. “Iya sampai jumpa lain waktu, jaga kesehatan selalu, dan jangan lupa makan, sama kasih kabar,” ucap Anna sambil menahan tangis. Yang lainnya sudah menangis tersedu – sedu, karena ini adalah perpisahan pertama mereka dan terjauh. “Ayah Bunda, Calista berangkat dulu ya, jangan lupa jaga kesehatan Ayah Bunda,” ucap Calista. “Iya hati – hati ya nak, kamu juga jaga kesehatan ya nak” ucap Bunda Calista menangis sambil memeluk Calista. “Iya, kesehatan nomer satu. Jangan lupa kasih kabar juga ya nak,” ucap Ayah Calista. “Iya Ayah. Yaudah aku berangkat dulu. Selamat tinggal, sampai jumpa lagi semua,” ucap perpisahan Calista. Calista sudah sampai London, dia sampai di London pukul 9 pagi waktu London. Calista sudah sampai di apartemen, sudah bersih – bersih, dan sudah memberi kabar orang terdekatnya. “Kruk…kruk..kruk,” bunyi suara perut, “aduh laper lagi,” ucap Calista sendiri, “tapi tidak ada apa – apa di apartemen, apa aku ke supermarket aja ya sekalian beli keperluan yang lain?” tanya Calista ke diri sendiri. Calista memutuskan untuk pergi ke supermarket. Dua bulan sudah berlalu, Calista sudah memulai kuliahnya, dan Calista masih beradaptasi dengan lingkungan baru. Beradaptasi dengan lingkungan baru memang sangat susah apalagi dengan budaya, bahasa, dan orang yang baru. Walaupun Calista masih beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, tetapi dia sudah punya teman, walaupun tidak sedekat dengan temannya yang berada di Indonesia. Belakangan ini Calista stress karena mata pelajaran kuliahnya yang rumit, sampai dia selalu tidur larut malam. Di suatu malam Calista menangis karena tidak kuat untuk tinggal disini. Susahnya beradaptasi dengan lingkungannya, dan mata pelajaran kuliahnya yang susah menjadi alasannya dia menangis. Dia menangis tersedu – sedu, lalu pandangan matanya tidak sengaja bertemu dengan foto kedua orangtuanya. Tangisnya langsung mereda, Calista langsung meminum air putih. Setelah agak tenang Calista berpikir kenapa dia menangis dan ingin menyerah, padahal kedua orangtuanya sudah susah payah mencari uang untuk membiayai kuliahnya, tapi dia dengan mudah berfikir ingin berhenti kuliah. Calista merasa bersalah kepada kedua orangtuanya. Setelah itu Calista berdoa kepada Tuhan meminta dimudahkan urusannya. Setelah kejadian itu Calista menjalani kehidupan dengan baik, dia selalu beryukur kepada Tuhan, karena masih diberi kehidupan yang layak. Waktu terus berlalu, Calista sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Empat tahun berlalu. Calista sudah wisuda, dan Ia akan kembali ke Indonesia untuk melanjutkan karirnya. Calista akan berangkat ke Indonesia hari ini, dan dia sudah tidak sabar untuk bertemu kedua orangtuanya dan sahabat tercintanya. Calista sudah sampai di Indonesia, dia disambut dengan suka cita. Akhirnya mereka berkumpul lagi setelah sekian lama.