Anda di halaman 1dari 15

Makalah Ilmiah

Tugas Akhir Pengantar Kewirausahaan

Pengaruh COVID-19 Terhadap Motivasi Berwirausaha

Disusun Oleh:

Yayang Anugrah Lestari

(1856041018)

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

JURUSAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewirausahaan telah terbukti memberikan keuntungan bagi perkembangan


ekonomi suatu negara. Hendro (2011) mengatakan bahwa negara - negara maju
biasanya memiliki wirausahawan lebih banyak dibandingkan negara – negara
berkembang terutama negara – negara miskin. Amerika Serikat memiliki 11.5%
wirausahawan dari total populasi, Singapur 7.2%, Malaysia >3%, dan Indonesia
dengan segala sumber daya alamnya hanya memiliki 0.18%. Jika ingin maju, suatu
negara harus memiliki setidaknya 2% wirausaha dari total populasi. Sebagai
contoh, ketika Indonesia dilanda krisis keuangan di awal tahun 1997, itu
memberikan dampak pada jatuhnya berbagai perusahaan. Tapi di lain sisi,
kekuatan dan ketahanan bisnis – bisnis kecil untuk membuktikan eksistensi
mereka tidak terganggu oleh dampak krisis finansial oleh wirausahawan yang
memiliki komitmen dan independen.

Pemerintah Indonesia di semua tingkatan pusat dan daerah dalam kurun


hampir sepuluh tahun terakhir ini telah memberikan perhatian dan alokasi
anggaran yang cukup besar untuk menciptakan lebih banyak wirausaha, hal ini
dikarenakan besarnya peran yang dimainkan oleh wirausaha di dalam mengatasi
berbagai problematik pembangunan ekonomi nasional seperti masalah
pengentasan kemiskinan, tingginya jumlah pengangguran, rendahnya daya beli,
sulitnya penciptaan lapangan usaha dan lapangan kerja, serta peningkatan
pertumbuhan ekonomi.

Menurut Yusof, Permula, dan Pangil (2005) bahwa ada empat alasan mengapa
para wirausaha (entrepreneurs) penting di dalam masyarakat, yaitu: 1. Untuk
mendayagunakan faktor-faktor memproduksi seperti tanah, modal, teknologi,
informasi dan berbagai sumber daya manusia (SDM) di dalam memproduksi
tugas-tugas yang efektif (producing effective tasks); 2. Mengidentifikasi berbagai
peluang di dalam lingkungan dengan meningkatkan aktivitas yang akan
memberikan manfaat kepada setiap orang (beneficial to everyone); 3. Untuk
memilih pendekatan yang terbaik dalam mendayagunakan semua faktor produksi
agar supaya meminimalkan pemborosan di dalam berbagai kegiatan
kewirausahaan (minimize wastage in entrepreneurial activities); 4. Untuk
kemanfaatan generasi mendatang (benefit of the future generation).

Pentingnya wirausaha di dalam masyarakat tersebut tidak sekedar menjadi


‘alat’ untuk melakukan perbaikan dan perubahan di dalam kualitas hidup diri dan

1
masyarakat, tetapi juga wirausaha juga dibuktikan dapat berperan signifikan di
dalam mewujudkan kualitas diri masyarakat dan bangsa. Negara-negara yang telah
berhasil maju dan juga berhasil dalam meningkatkan kemakmuran rakyatnya
seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Amerika Serikat, Kanada,
Negara-negara Eropa Barat, Australia, Inggris, dan lain sebagainya disebabkan
oleh salah satu utamanya adalah karena Negara-negara tersebut memiliki banyak
wirausaha.

Bukti ini diperkuat lagi dengan hasil studi oleh Peter F. Drucker dalam
bukunya berjudul Innovation and Entrepreneurship yang deduktif oleh DR. Ir.
Ciputra dalam artikel beliau di SK Indopos dengan judul ‘Solusi Job Creation di
Tengah Krisis Global’ menemukan bahwa entrepreneur (wirausaha) mempunyai
peran yang besar di dalam menciptakan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS)
dalam kurun waktu 1965-1985 sedangkan pada waktu tersebut kondisi ekonomi
AS sangat tidak menguntungkan yang disebut oleh Drucker sebagai the –nogrowth
economy. Drucker mengatakan, seperti yang dikutip oleh Ciputra (21 Februari
2009) sebagai “In no other peace time period has the United States created as
many new jobs, whether measured in percentage or in absolute number”.

Pada kondisi sekarang ini dapat dikatakan bahwa kunci kemakmuran adalah
wirausaha, dan wirausaha adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan bagi
kebaikan dalam kualitas hidup dengan meningkatkan daya beli. Daya beli tercipta
dengan tingginya pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari profesi yang
ditekuni. Karena itu, jika institusi – institusi tidak mampu menghasilkan lulusan
(pengusaha) yang mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja, maka di era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia sebagai pengusaha pasa besar
akan terisi oleh orang – orang luar.

Dewasa ini sedang marak wabah corona hampir di seluruh penjuru dunia.
Semua masyarakat, mulai dari lapisan bawah sampai dengan lapisan atas panik
dikarenakan wabah corona semakin menggila. Pandemi Corona telah menyita
banyak perhatian dari berbagai pihak. Para akademisi, pakar ekonomi, politik, dan
tokoh agama pun ikut angkat bicara. Dampak corona terhadap perekonomian
masyarakat cukup signifikan. Bagi masyarakat yang bekerja sebagai Pegawai Sipil
Negara (PNS), juga para pekerja kantoran bisa melakukan pekerjaan dari rumah
(work from home), dan mendapatkan gaji tetap setiap bulannya. Bagi masyarakat
yang berprofesi sebagai pekerja harian dan pedagang keliling, PSBB cukup
berdampak terhadap penghasilan mereka. Ada di antara mereka yang di PHK
karena perusahaan tempat bekerja bangkrut sehingga mereka kehilangan pekerjaan
dan pendapatan.

Sebelum adanya wabah virus corona ini, orang-orang bebas berpergian hingga
larut malam. Seperti halnya para orang tua mencari nafkah, anak - anak

2
bersekolah, mahasiswa pergi ke kampus, liburan, shopping atau belanja bersama
keluarga ataupun teman. Akibat mewabahnya COVID-19, hal ini membuat banyak
orang enggan keluar dari rumah. Apalagi pemerintah mengeluarkan peraturan bagi
siapa yang berkeliaran di luar rumah akan dipenjarakan. Hal ini menjadikan
masyarakat benar-benar harus tinggal di dalam rumah (stay at home). Pengaruh
corona ini sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat, dimana peraturan atau
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut tentu sangat berpengaruh
terhadap segala sisi kehidupan.

Merebaknya virus corona baru yaitu Sars-CoV-2 yang sebabkan COVID-19


juga mempengaruhi industri dan sektor usaha. Wakil Ketua Umum Bidang
Perdagangan, Promosi Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa
Timur, Tommy Kaihatu menuturkan, banyak industri terganggu karena
ketergantungan bahan baku dari China sangat besar. Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, tak hanya industri yang
terganggu, pandemi COVID-19 juga akan menambah pengangguran. Ia
memprediksi, dalam skenario berat potensi pengangguran akan bertambah 2,92
juta orang dan bisa bertambah sangat besar bisa mencapai 5,23 juta. Ini artinya
pengangguran di Indonesia bertambah banyak.

Namun, selain membawa dampak negatif, COVID-19 juga membawa dampak


positif dan keuntungan bagi pemilik usaha di bidang kesehatan dan kebersihan
lingkungan diantaranya ialah perusahaan hand sanitizer, sabun tangan, dan tissue
basah, perusahaan farmasi, dan perusahaan ventilator. Sehingga dapat kita pahami
bahwa pandemi corona membawa keuntungan bagi sejumlah penggiat usaha.
Mereka bisa mendapatkan keuntungan yang besar karena mereka bisa melihat
peluang usaha di tengah pandemi corona ini.

Bagi masyarakat yang memiliki modal, management, dan relasi yang sangat
banyak dapat membuka usaha di bidang kesehatan dan kebersihan lingkungan
yang sekarang ini menjanjikan keuntungan yang sangat besar. Namun tentunya
tidak semua orang bisa mendirikan perusahaan seperti yang sudah diuraikan di
atas karena keterbatasan kepemilikan modal usaha, dan relasi bisnis, sehingga
terciptalah jenis – jenis usaha yang dapat dilakukan oleh pebisnis pemula seperti
bisnis makanan dan minuman rumahan, bisnis makanan olahan yang dibekukan,
serta jasa logistik.

Dengan adanya kebijakan pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala


Besar (PSBB) maka banyak masyarakat yang lebih memilih untuk melaksanakan
aktivitas di rumah, sehingga bisnis makanan dan minuman rumahan, bisnis
makanan olahan yang dibekukan (frozen food), serta jasa logistik sangatlah
dibutuhkan mengingat masyarakat harus membatasi geraknya di luar rumah.

3
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan kajian ilmiah mengenai “Pengaruh
Covid-19 Terhadap Motivasi Berwirausaha”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu “apakah terdapat


pengaruh yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 terhadap motivasi
berwirausaha?”

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pandemi


COVID-19 terhadap motivasi berwirausaha.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Covid-19

a. Definisi Covid-19

Corona virus (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang


menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona,
atau dikenal dengan COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun
2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (World
Health Organization, 2019).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses


(Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini
disebut COVID-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai
penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-
CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus Corona adalah
zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia.

b. Penyebab dan Cara Penyebaran Covid-19

Kasus virus corona muncul dan menyerang manusia pertama kali di


provinsi Wuhan, China. Awal kemunculannya diduga merupakan penyakit
pneumonia, dengan gejala serupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut di
antaranya batuk, demam, letih, sesak napas, dan tidak nafsu makan. Namun
berbeda dengan influenza, virus corona dapat berkembang dengan cepat hingga
mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. Kondisi darurat ini
terutama terjadi pada pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya.

Karena penularan virus corona yang sangat cepat inilah Organisasi


Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus corona sebagai pandemi pada 11
Maret 2020. Status pandemi atau epidemi global menandakan bahwa
penyebaran COVID-19 berlangsung sangat cepat hingga hampir tak ada negara
di dunia yang dapat memastikan diri terhindar dari virus corona (Widiyani,
2020).

5
Virus corona menyebar secara contagious. Istilah contagion mengacu pada
infeksi yang menyebar secara cepat dalam sebuah jaringan, seperti bencana atau
flu. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1546 oleh Giralamo
Fracastor, yang menulis tentang penyakit infeksius (Locher dalam (Mona,
2016). Dalam penyebaran secara contagious, elemen yang saling terhubung
dalam sebuah jaringan dapat saling menularkan infeksi.

Peningkatan jumlah kasus corona terjadi dalam waktu singkat dan


membutuhkan penanganan segera. Virus corona dapat dengan mudah menyebar
dan menginfeksi siapapun tanpa pandang usia. Virus ini dapat menular secara
mudah melalui kontak dengan penderita.

c. Mengapa Perlu Self-Quarantine Atau Social Distancing

Karantina menurut UU Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2018 tentang


Kekarantinaan Kesehatan adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan
seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun
untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke orang di sekitarnya (UU No 6
tahun 2018). Beberapa negara yang telah menerapkan lockdown untuk
mencegah penyebaran virus corona adalah China, Spanyol, Italia, dan Malaysia.
Pemerintah negara tersebut memutuskan lockdown, dengan menutup semua
akses fasilitas publik dan transportasi. Warga dihimbau untuk tetap di dalam
rumah dan mengisolasi diri, dengan harapan virus tidak menyebar lebih luas
dan upaya penyembuhan dapat berjalan maksimal (Perdana, 2020; Kottasova,
2020).

Karenanya, masyarakat Indonesia sebagai salah satu negara terdampak


corona harus melakukan upaya pencegahan penyebaran, yaitu dengan social
distancing dan isolasi diri. Dengan langkah tersebut, seseorang harus
menanggung peran sebagai isolate yang berkonotasi negatif: tidak memiliki
power, kesepian, membosankan, dan sebagainya. Seorang isolate juga membuat
kepadatan jaringan menjadi menurun dan tidak terpusat di tengah jaringan.
Namun upaya dan pengorbanan untuk diisolasi ini sepadan dengan risiko yang
harus dihadapi apabila mengabaikannya. Karena kita tidak kuasa menghentikan
virus corona, maka yang dapat dilakukan adalah mencegahnya menyebar
dengan lebih luas.

B. Motivasi Berwirausaha
a. Definisi Motivasi

6
Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan
atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan
daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Hasibuan:
2006-141). Motivasi memiliki kecenderungan untuk memaksa seseorang ikut
serta dalam aktivitas yang mengarah pada tujuan dalam pekerjaan sebagai suatu
kepuasan, perasaan senang, atau keinginan untuk mencapai tujuan dari suatu
pekerjaan.

Motivasi diartikan sebagai suatu tindakan yang mendorong seseorang


melakukan suatu pekerjaan (Manullang 2008). Berdasarkan pengertian tersebut
dapat diartikan, motivasi mengacu pada sebab munculnya sebuah perilaku,
misalkan faktor–faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Dari sini lalu muncul perluasan makna tentang motivasi,
dimana motivasi lalu diartikan sebagai keinginan untuk mencapai status,
kekuasaan dan pengakuan yang lebih tinggi, bagi setiap individu, motivasi
justru dapat dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi
kehidupan melalui peningkatan kemauan dan kemampuan.
Motivasi adalah suatu kondisi dalam diri seseorang yang mengaktifkan
atau menggerakkan orang tersebut. Ini bisa dikatakan bahwa dengan motivasi,
seseorang dapat bergerak atau memaksa untuk melakukan sesuatu. Motivasi
dipandang sebagai sesuatu yang menciptakan energi dari dalam diri sendiri.
Dengan energi itu, seseorang dapat melakukan apapun. Jadi, motivasi adalah
sebuah dorongan yang diatur oleh tujuan dan jarang muncul dalam kekosongan.

b. Jenis – Jenis Motivasi

Jenis – jenis motivasi menurut Davis dan New Strom (1996) adalah
prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan.

1. Motivasi prestasi (achievement motivation), adalah dorongan dalam diri


seseorang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam mencapai
tujuan. Entrepreneur yang berorientasi dan bekerja keras apabila mereka
memandang bahwa mereka akan memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya
mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mereka
mendapat balikan spesifik tentang prestasi diwaktu lalu.
2. Motivasi afiliasi (affiliation motivation), adalah dorongan untuk
berhubungan dengan orang-orang atas dasar social. Orang-orang yang
bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena sikap
dan kerja sama mereka yang menyenangkan.
3. Motivasi kompetensi (competence motivation), adalah dorongan untuk
mencapai keunggulan kerja, meningkatkan ketrampilan dalam memecahkan
masalah, dan berusaha keras untuk inovatif. Umumnya, mereka cenderung

7
melakukan pekerjaan dengan baik karena kepuasan batin yang mereka
rasakan dari melakukan pekerjaan itu dan penghargaan yang diperoleh dari
orang lain.
4. Motivasi kekuasaan (power motivation), adalah dorongan untuk
mempengaruhi orang-orang dan mengubah situasi. Orang-orang yang
bermotivasi kekuasaan ingin menimbulkan dampak dan mau memikul resiko
untuk melakukan hal itu. 18 Penjelasan di atas dapat ditarik sebuah garis
merah bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri manusia
maupun dari dorongan dari pihak luar untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Juwono dalam Setiawan (2005) membagi motivasi ke dalam 2 jenis:

1. Motivasi Internal, adalah motivasi yang dibangkitkan dari dalam diri sendiri,
dimana tenaga kerja dapat bekerja karena tertarik dan senang dengan
pekerjaannya, kepuasan dan kebahagiaan dalam dirinya. Yang termasuk
dalam motivasi internal antara lain:
a. Kebutuhan
b. Keinginan
c. Kerjasama
d. Kesenangan kerja
e. Kondisi karyawan
f. dorongan
2. Motivasi Eksternal, adalah motivasi yang berasal dari luar. Yang termasuk
dalam motivasi eksternal adalah:
a. Imbalan (gaji) Adalah suatu nilai yang diterima seseorang, karena telah
melakukan sesuatu aktivitas dimana seseorang tidak secara langsung ada
ikatan kontrak atau suatu perjanjian lainnya. Imbalan ini bisa berupa upah
(wage) atau gaji (salary) (Mathis, 2006).
b. Harapan Adalah keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimal, keterampilan dan
potensi.
c. Insentif (bonus) Adalah suatu nilai yang diterima seseorang karena telah
melakukan suatu aktivitas dimana seseorang tersebut secara langsung ada
ikatan kontrak perjanjian. Contohnya upah lembur dan bonus.

d. Definisi Wirausaha

Jika kita melihat literatur asing, makna yang terkandung pada


konsepkonsep wirausaha tersebut adalah sepadan maknanya dengan kata
entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Istilah entrepreneur itu sendiri berasal

8
dari bahasa Prancis, yaitu entreprendre yang mengandung makna to undertake
yang berarti mengerjakan atau berusaha atau melakukan suatu pekerjaan.
Ronstadt dalam (Kuratko dan Hodgetts 1989 p.6) menjelaskan bahwa the
entrepreneur is one who undertakes to organize, manage, and assume the risks
of the business, yang berarti bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang
berupaya untuk mengatur, mengelola, serta bersedia menanggung risiko dari
suatu usaha. Menurut Say (dalam Rusdayanto, 2009) wirausahawan adalah
orang yang mampu melakukan koordinasi, organisasi, dan pengawasan.

Business Town 2000 dalam tulisannya tentang Profile of Entrepreneur


menjelaskan bahwa pada saat sekarang seorang wirausaha adalah seorang
inovator yang jeli dalam mengenali dan menangkap setiap peluang dan
kesempatan mengubah kesempatan dan peluang tersebut menjadi sesuatu yang
workable dan marketable. Dengan kreativitas dan kemampuan yang
dimilikinya, ia mampu memberikan nilai tambah kepada sesuatu tersebut
melalui waktu, karya, dan skill-nya.

Adapun kewirausahaan adalah proses dalam menciptakan sesuatu yang


baru dengan menyediakan waktu dan usaha yang diperlukan; dibarengi dengan
risiko sosial, psikologis maupun finansial; sekaligus menerima imbalan berupa
uang kepuasan pribadi dan kebebasan (Mc Intrye dalam Kuratko, 2003).

e. Jenis – Jenis Wirausaha

Menurut williamson dalam Winardi (2003:4) ada empat jenis


kewirausahaan diantaranya yaitu:

a. Innovating Entrepreneurship, yaitu bereksperimentasi secara agresif,


terampil mempraktekkan transformasi-transformasi atraktif.
b. Imitative Entrepreneurship, yaitu meniru inovasi yang berhasil dari para
innovating entrepreneur atau wirausaha yang memiliki inovasi dalam
usahanya.
c. Fabian Entrepreneurship, yaitu sikap yang teramat berhati-hati dan sikap
skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas
sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan
posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
d. Drone Entrepreneurship, yaitu penolakan untuk memanfaatkan peluang -
peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi
sekalipun hal tersebut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan
dengan produsen lain.

f. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Berwirausaha

9
Menurut Suryana (2006:18) Minat wirausaha adalah kecenderungan hati
dalam diri seseorang untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian
mengorganisir, mengatur, menanggung resiko dan mengembangkan usaha yang
diciptakannya.

Menurut Alma (2011:9), tumbuhnya minat wirausaha dipengaruhi oleh


berbagai faktor, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang berasal dari dalam diri wirausahawan dapat berupa sifat-sifat personal,
sikap atau kepribadian, motivasi, kemauan dan kemampuan individu yang dapat
memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Faktor eksternal berasal dari
luar diri pelaku wirausaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar
seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, dan
lingkungan sosial ekonomi.

Menurut Adi Sutanto (2000), beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi


keinginan seseorang untuk menjadi wirausaha atau entrepreneur yaitu
keinginan merasakan pekerjaan bebas, keberhasilan diri yang dicapai, dan
toleransi akan adanya resiko.

Kebebasan dalam bekerja merupakan sebuah model kerja dimana


seseorang melakukan pekerjaan sedikit tetapi memperoleh hasil yang besar.
Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis
jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup untuk dinikmati
berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu kedepan.

Keberhasilan diri yang dicapai merupakan pencapaian tujuan kerja yang


diharapkan, yang meliputi kepuasan dalam bekerja dan kenyamanan kerja.
Toleransi akan resiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas
seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk
mendapatkan penghasilan yang diharapkan.

Semakin besar seseorang pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula
keyakinanya terhadap kesanggupan mendapatkan hasil dari keputusanya dan
semakin besar keyakinanya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain
beresiko.

g. Hubungan Antara Covid-19 Dan Motivasi Berwirausaha

Wabah virus corona yang muncul sejak awal tahun ini dan bermula dari
Wuhan, China, sekarang sudah menyebar hampir ke seluruh dunia hanya dalam
waktu kurang dari tiga bulan. Dampak corona betul-betul telah melumpuhkan
ekonomi tidak hanya Indonesia tetapi juga dunia.

10
Sejumlah pengusaha di Indonesia telah menjadi korban dahsyatnya virus
corona, terlebih industri perhotelan dan restoran. Tidak sedikit pengusaha hotel
dan restoran yang merasakan dampak dari pandemi ini. Bahkan ada beberapa
perusahaan harus melakukan efisiensi besar-besaran, hingga pemutusan
hubungan kerja (PHK). Di Indonesia, pariwisata menjadi sektor yang paling
terdampak dari dahsyatnya virus corona. Berdasarkan data Perhimpunan Hotel
dan Restoran Indonesia (PHRI), kerugian yang harus diterima sektor pariwisata
khususnya hotel dan restoran sampai saat ini sudah mencapai US$ 1,5 miliar.

Berdasarkan kajian Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Covid-19


menimbulkan ancaman kehilangan pendapatan rumah tangga, tidak dapat
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya, terlebih bagi
masyarakat miskin dan rentan serta sektor informal.

Namun demkian, Direktur Program Magister Manajemen Kalbis Institute


Jakarta Dr. Joseph M J Renwarin mengatakan, setiap ada petaka selalu ada
peluang bisnis. Bisnis yang mendapat keuntungan besar seperti penjualan
masker, karena penularan virus korona melalui udara sehingga banyak orang
yang membeli masker untuk keperluannya sendiri maupun untuk dijual lagi.

Bertambahnya jumlah pengangguran yang diakibatkan oleh pemutusan


hubungan kerja (PHK) dan tutupnya beberapa usaha kecil dan menengah
mengakibatkan munculnya motivasi berwirausaha untuk dapat tetap memenuhi
kebutuhan hidup sehari – hari. Banyak dari mereka yang menciptakan inovasi –
inovasi baru agar bisnis mereka tetap berjalan, serta banyak pula yang
memanfaatkan situasi ini untuk membuka usaha baru dengan pemanfaatan
koneksi internet di era digital sekarang ini.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Merabaknya wabah virus corona saat ini membuat pemerintah dan masyarakat
pada umumnya panik akan dampak yang ditimbulkannya. Virus yang dapat
menyebar dengan sangat cepat ini menyebabkan beberapa negara harus melakukan
tindakan lockdown atau larangan bepergian kepada masyarakatnya dan larangan
masuk untuk turis – turis luar serta larangan keluar rumah atau Social Distancing.
Hal ini berakibat besar pada perekonomian negara. Akibat pandemi ini, sebagian
besar sektor usaha mengalami kerugian besar hingga mengharuskan mereka untuk
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara terpaksa. Himbauan untuk
tetap di rumah pun membatasi gerak – gerik masyarakat sehingga berdampak pada
banyaknya usaha kecil – menengah yang harus tutup.

Karena banyaknya masyarakat yang terdampak dari segi ekonomi, timbullah


motivasi untuk berwirausaha dengan tujuan untuk tetap bertahan (survive) di masa
pandemi ini. Adapun manfaat dari era digital benar – benar dapat dirasakan karena
banyaknya masyarakat yang membuka bisnis online seperti bisnis makanan dan
minuman serta bisnis jasa pengantaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis memberikan


sumbangan pemikiran dalam upaya agar dapat tetap bertahan dan dapat melawan
COVID-19 sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah agar dapat memberikan kebijakan perihal COVID-19 yang


lebih baik dan dapat dijalani oleh seluruh warga masyarakat Indonesia.

2. Bagi masyarakat agar mencari solusi untuk diri sendiri agar dapat tetap
memenuhi kebutuhan hidup seperti memulai berwirausaha atau melanjutkan
usaha yang sudah ada dengan menciptakan inovasi baru yang sejalan dengan
situasi yang ada saat ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ekonomi, F., Negeri, U., & Malang, J. L. S. (2002). Program Pendidikan Wirausaha
Berwawasan Gender Berbasis Jasa Boga di Pesantren Salaf. 2001, 1–10.

Ekonomika, F., Bisnis, D. A. N., & Diponegoro, U. (2012). Analisis faktor-faktor


motivasi yang mempengaruhi minat berwirausaha.

Ekonomi, F., Negeri, U., & Malang, J. L. S. (2002). Program Pendidikan Wirausaha
Berwawasan Gender Berbasis Jasa Boga di Pesantren Salaf. 2001, 1–10.

Frinces, H. (2010). Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010.
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 7(April), 58–81.

Hanoatubun, S., Kristen, U., Wacana, S., & Indonesia, P. (2020). Universitas
muhammadiyah enrekan. 2, 146–153.

Keluarga, P. L., Terhadap, K., & Wirausaha, M. (2016). Journal of Economic


Education. 5(1), 100–109.

Kewirausahaan, K. D. (n.d.). Konsep-konsep Dasar Kewirausahaan/


Entrepreneurship. 1–53.

Mahesa, A. D., & Rahardja, E. (2012). Analisis Faktor-Faktor Motivasi Yang


Mempengaruhi Minat Berwirausaha. Diponegoro Journal of Management, 1(4),
130–137. http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/djom/article/view/787

Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek
Contagious ( Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal Sosial
Humaniora Terapan, 2(2), 117–125.

Pengaraian, U. P. (2013). PENGARUH MOTIVASI INTERNAL, EKSTERNAL DAN


LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN UNIVERSITAS
PASIR PENGARAIAN Yulfita’ Aini. 2(1), 98–112.

Rakib, M. (2016). Entrepreneurship Education Development In Dealing Asean


Economic Community. October, 280–285.

Rakib, M., Yunus, M., & Amin, N. (2018). Creative Industry Development Based on
Entrepreneurship Training in Developing Local Economy in Parepare City.

13
OIKOS Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, II(c), 32–45.
https://doi.org/10.23969/oikos.v2i1.923

Ratnah, S., Tawe, A., Akbar, A., & Rakib, M. (2018). The Effect of Entrepreneurial
Learning on Business Performance : A Study on Micro , Small and Medium
Precious Metal Craft Enterprises in South Sulawesi. 20(1), 60–65.
https://doi.org/10.9790/487X-2001086065

Rauf, R., Tawe, A., & Rakib, M. (2017). The Work Performance Analysis of Sea
Fishing in Kolaka Regency. 7(1), 433–441.

Rohmah, S. N., & Syari, F. (2020). Adakah Peluang Bisnis di Tengah Kelesuan
Perekonomian Akibat Pandemi Coronavirus Covid-19 ? 4, 63–74.

Suharti, L., & Sirine, H. (2012). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat
Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention). Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan, 13(2). https://doi.org/10.9744/jmk.13.2.124-134

Widayati, E., Yunaz, H., Rambe, T., Siregar, B. W., Fauzi, A., & Romli, . . (2019).
Pengembangan Kewirausahaan Dengan Menciptakan Wirausaha Baru Dan
Mandiri. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Inovasi
Universitas Sam Ratulangi)., 6(2), 98–105.
https://doi.org/10.35794/jmbi.v6i2.26181

14

Anda mungkin juga menyukai