Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BAHASA DAN BIOLOGI

Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Ilmu Lughoh Nafsiyah

DOSEN PENGAMPUH : HASMAWATI, S.pd, M.Hum,Ph.D

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7

ANI AMIRUDDIN 1856041027

YAYANG ANUGRAH LESTARI 1856041018

NUR ALAMSYAH 1856042010

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah psikolinguistik yang berjudul Bahasa dan biologi ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah kuliah Ilmu lughoh nafsiyah

Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang kami peroleh dari media
elektronik yaitu internet dan juga buku-buku yang berhubungan dengan materi
tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini.Akhir kata, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca semuanya.

18 September2020

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Perkembangan Alat  Ujar.......................................................................................2
B. Struktur Mulut Manusia vs Binatang.....................................................................3
C. Sistem Komunikasi Hewan....................................................................................4
D. Kaitan Biologi dengan Bahasa...............................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................6
A. Kesimpulan.............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan. Bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa, termasuk membedakan manusia dengan
makhluk lain seperti binatang. Setiap bahasa yang ada di dunia memiliki sebuah
sistem yang dapat dianalisis secara internal dan eksternal. Mengkaji bahasa secara
internal berarti mengkaji struktur bahasa itu sendiri. Kajian internal bahasa meliputi
fonologi, morfologi, sintaksis, paragraf, sampai konteks wacana. Adapun kajian
bahasa secara eksternal berarti menyangkut kajian yang menghhubungkan bahasa
dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar bahasa, seperti faktor sosial,
budaya, psikologi, seni dan lain sebagainya. Kajian ini akan melahirkan sebuah
disiplin baru seperti sosiolinguistik, psikolinguistik dan neurolinguistik.
Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan
perolehan bahasa oleh manusia. Dari definisi ini terdapat dua aspek yang terkait
psikolinguistik yaitu perolehan yang menyangkut bagaimana seseorang terutama
anak-anak belajar bahasa dan kedua penggunaan yang artinya penggunaan bahasa
oleh orang dewasa normal. Di dalam psikolinguistik membahas landasan-landasan
adanya bahasa baik dari sisi biologi maupun neurologisnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan alat ujar?
2. Bagaimanakah struktur mulut manusia vs binatang?
3. Bagaimanakah sistem komunikasi hewan?
4. Bagaimanakah kaitan biologi dengan bahasa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan alat ujar.
2. Untuk mengetahui struktur mulut manusia vs binatang.
3. Untuk mengetahui sistem komunikasi hewan.
4. Untuk mengetahui kaitan biologi dengan bahasa.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Alat  Ujar


Perkembangan alat ujaran (speech organs) dari zaman purbanya akan tampak
bahwa manusia memang mempunyai pertumbuhan yang  paling terakhir dan
sempurna. Penelitian para ahli purbakala menunjukan bahwa kehidupan di dunia
dimulai 3000 juta tahun yang lalu dalam bentuk organisme yang uniseluler. Tiga
ratus lima puluh juta tahun kemudian berkembanglah mahluk semacam ikan, yakni,
Aghata, yang tak berahang. Lima puluh juta tahun kemudian munculah mahluk
pemula dari amfibi. Mahluk ini mempunyai paru-paru dan laring, ini menunjukan
telah mulainya tumbuh jalur ujaran (vocal tracks) meskipun bunyi yang keluar
barulah desah pernafasan saja. Ketergantungan pada air menjadi lebih kecil dengan
tumbuhnya reptil.
Pada sekitar  70 juta tahun yang lalu munculah makluk mamalia yang
pertama. Evolusi lain yang penting adalah mulai adanya tulang thyroid dan bentuk
pertama dari selaput suara. Karena telah adanya paru-paru dan selaput suara, maka
getaran selaput ini dapat mulai di control. Alat pendengaranpun mulai berkembang.
Alat ujar yang sudah ada seperti ini membuat mamalia (monyet,kambing,dsb) dapat
mengeluarkan bunyi.
Perkembangan biologis lainnya yang terkait adalah adanya perubahan
perkembangan otot-otot pada muka, tumbuhnya gigi, dan makin naiknya letak laring
yang memungkinkan makhluk untuk bernafas sambil makan dan minum.
Perkembangan terakhir adalah pada primata pada manusia. Alat-alat penyuara
seperti paru-paru, laring, faring, dan mulut pada dasarnya sama dengan yang ada
pada mamalia lainnya, hanya saja pada manusia alat-alat ini telah lebih berkembang.
Struktur mulut maupun macam lidahnya juga berbeda. Akan tetapi, perbedaan lain
yang lebih penting antara manusia dengan binatang adalah struktur dan organisasi
otaknya.

2
B. Struktur Mulut Manusia vs Binatang
Kelompok manusia yang dinamakan hominids atau hominidae, itu sendiri
juga berevolusi. Konon yang tertua (Australopithecus ramidus) di temukan di Afrika
dan hidup pada 4.5 juta tahun yang lalu. Sementara itu muncul kelompok manusia
(homo) pada 3 juta tahun yang lalu yang baru menjadi manusia modern (homo
sapiens) sekitar  175.000 tahun yang lalu. Pertumbuhan bahasa di perkirakan sekitar
100.000 tahun yang lalu.
Meskipun ada kemiripan antara manusia dengan simpanse, tetap saja kedua
mahluk ini berbeda, yang membedakan keduanya adalah kemampuan mereka
berkomunikasi dengan bahasa. Perbedaan kemampuan ini merupakan sifat genetik,
artinya manusia dapat berbahasa sedangkan primata lain tidak karena komposisi
genetik antara kedua kelompok primata ini berbeda. Hal ini sangat tampak pada
struktur biologis alat suaranya.
Pada primata non-manusia simpanse lidah mempunyai ukuran yang tipis dan
panjang tetapi semuanya ada dalam rongga mulut. Bentuk yang seperti ini lebih
cocok sebagai alat untuk kebutuhan yang non-vocal seperti meraba, menjilat dan
menelan mangsa. Secara komporatif, ratio lidah dengan ukuran mulut juga sempit
sehingga tidak banyak ruang untuk menggerakan lidah keatas, ke bawah, ke depan
dan ke belakang. Ruang gerak yang sangat terbatas ini tidak memungkinkan binatang
untuk memodifikasi arus udara menjadi bunyi yang berbeda-beda dan distingtif.
Berbeda dengan manusia, Secara proposional rongga mulut manusia adalah
kecil. Ukuran ini membuat manusia dapat lebih mudah mengaturnya. Lidah manusia
secara proposional lebih tebal dari pada lidah binatang dan menjorok sedikit ke
tenggorokan memungkinkan untuk di gerakan secara fleksibel sehingga bisa
dinaikkan, diturunkan, dimajukan, dimundurkan atau diratakan di tengah, sehingga
dapat menghasilkan bunyi vocal yang bermacam-macam. Gigi manusia yang 
jaraknya rapat, tingginya rata, dan tidak miring kedepan membuat udara yang keluar
dari mulut lebih dapat di atur begitu pula bibir manusia lebih dapat digerakan dengan
fleksibel. Bibir atas yang bertemu dengan bibir bawah akan menghasilkan bunyi
tertentu, tetapi bila bibir bawah agak ditarik kebelakang dan menempel pada ujung
gigi atas akan terciptalah bunyi lain. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dari segi

3
biologi alat pernafasan manusia memang ditakdirkan untuk menjadi primata yang
dapat berbicara.

D. Sistem Komunikasi Hewan


Pada binatang, terutama pada manusia, kerja saraf yang bertingkat  tinggi
adalah sumber berbagai  reaksi  yang berbentuk kelakuan, dan kerja saraf itu erat
sekali tergantung dari berita - berita (message).
Denyutan syaraf yang berasal dari panca indera menggiatkan pusat; sesampai
dipusat denyutan syaraf itu menimbulkan jawaban-jawaban refleks; jawaban-
jawaban itu diselaraskan dengan berita-berita yang telah membangkitkannya.
Diantara reaksi-reaksi ada yang alami, artinya binatang serta merta mewujudkan,
tanpa dididik, berkat sifat-sifat system syarafnya; sebaliknya ada reaksi binatang
yang tidak begitu saja timbul dari kemampuan kodratnya: reaks-reaksi itu dapat
timbul berkat didikan dan kemahiran yang diperoleh dari pengalaman, usaha dan
kekeliruan dalam lingkungan hidup yang selalu sama; dapat juga didikan dan
kemahiran itu tergantung campur tangan (intervensi ) aktif oleh individu-individu
lain dari jenis yang sama, seperti ayah induknya, atau dari jenis lain umpamanya
manusia.
Binatang yang terkuasai oleh nalurinya tidak memandang secara menyeluruh
akan situasinya; ia mengadakan reaksi yang selaras dengan rangsang yang diterima
pada waktu itu ia tidak ambil pusing pada rangsang lain yang diserap oleh panca
indera. Dalam alam binatang ada banyak cara berkomunikasi sebagai pengganti
bahasa. Gerak-geriknya cukup mempunyai arti dan dapat membuat keperluan-
keperluan yang sederhana diketahui  oleh mereka yang tidak kenal bahasanya.
Misalnya: burung, lebah, ikan lumba-lumba, dan simpanse.

E. Kaitan Biologi dengan Bahasa


Di samping struktur mulut manusia yang secara biologis berbeda dengan
sturktur mulut binatang, bahasa juga terkait dengan biologi dari segi yang lain. Hal
ini terutama tampak pada proses pemerolehan bahasa.
Di manapun juga di dunia ini anak memperoleh bahasa dengan melalui
preoses yang sama. Antara umur 6-8 minggu, anak mulai mendekut(cooing), yakni

4
mereka mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vocal dan konsonan.
Bunyi-bunyi ini belum dapat diidentifikasi sebagai bunyi apa, tapi  sudah merupakan
bunyi. Pada sekitar umur 6 bulan mulailah anak dengan coloteh(dabbling), yakni,
mengeluarkan bunyi yang merupakan suku kata. Pada umur sekitar 1 tahun, anak
mulai dapat mengeluarkan  bunyi yang dapat diidentifikasi sebagai kata. Untuk
bahasa yang kebanyakan monomorfemik (bersuku kata satu). Maka suku itu, atau
sebagai dari suku, mulai diujarkan. Untuk bahasa yang kebanyakan polimorfemik
maka suku akhirlah yang diucapkan. Kemudian anak akan mulai berujar dengan
ujaran satu kata (one word utterance), lalu menjelang umur 2 tahun mulailah dengan
ujaran dua kata. Akhirnya, sekitar umur4 atau 5 tahun anak dapat berkomuniaksi
dengan lancar.
Patokan minggu, bulan, dan tahun seperti dipaparkan diatas haruslah
dianggap relative karena faktor biologi pada manusia itu tidak semua sama. Yang
penting dari patokan itu adalah urutan pemerolehan pada anak itu sama: dari dekutan,
ke celotehan, ke ujaran satu kata dan kemudian ke ujaran dua kata, dan seterusnya.
Sejak kira-kira satu abad yang lalu, sudah ada asumsi dasar bahwa ada kaitan
langsung antara bahasa dan otak. Yang selalu dicari jawabannya hingga sekarang
ialah dimana pusat-pusat dalam otak manusia untuk kemampuan dan perlakuan
(kompentence dan performance), yang disebut lokalisasi (localization). Seorang ahli
bernama Dr. Paul Broca mengatakan dengan mantap bahwa kemampuan berbicara
kita berpusat pada otak sebelah kiri.
Dengan fakta-fakta seperti dipaparkan diatas maka pandangan masa kini
mengenai bahasa menyatakan bahwa bahasa adalah fenomena biologis, khususnya
fenomena biologi perkembangan. Arah dan jadwal munculnya suatu elemen dalam
bahasa adalah masalah genetik. Orang tidak dapat mempercepat atau memperlambat
munculnya suatu elemen bahasa. Faktor lingkungan memang penting, tetapi faktor
itu hanya memicu apa yang sudah ada pada biologi manusia.

5
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan bahasa manusia terkait erat dengan perkembangan
biologisnya. Perkembangan alat ujaran pada manusia mempunyai masa pertumbuhan
yang  paling terakhir dan lengkap. Meskipun ada kemiripan antara manusia dengan
simpanse, kedua mahluk ini berbeda. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dari
segi biologi alat pernafasan manusia memang ditakdirkan untuk menjadi primata
yang dapat berbicara. Pertumbuhan bahasa pada manusia mengikuti jadwal
perkembangan genetiknya sehingga muncullah suatu unsur bahasa tidak dapat
dipaksakan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Rohmani Nur Indah dan Abdurrahman, Psikolinguistik, Konsep dan Isu Umum,


(Malang:UIN Malang Press, 2008), hal. 2

Samsunuwiyati, Psikolinguistik: Suatu Pengantar, (Bandung: Refika Aditama, 2011)

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai