Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk
meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk
itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat
siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga
dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat
mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya
menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuhkembangkan kemampuan
yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SDN Situ Ilir 02, sehingga
pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih siswa tumbuh
pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami pentingnya
pendidikan. Orang tua tidak mengerti, lingkungan tidak mendukung, di
sekolah merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dan berakhir
dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti halnya siswa
SDN Situ Ilir 02, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Anak-anak usia sekolah
di Bogor banyak yang putus sekolah. Mereka putus sekolah mungkin
disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan, atau mungkin saja akibat strategi
pembelajaran di kelas kurang menarik dan tidak dapat membuat siswa merasa
gembira datang ke kelas. Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat
penting dalam pendidikan. Keberhasilan siswa di SD sangat berpengaruh
terhadap keberhasilannya di sekolah lanjutan. Menurut informasi dari guru
SDN Situ Ilir 02 diperoleh bahwa rata-rata prestasi belajar matematika siswa
kelas V selalu di bawah enampuluh. Dalam proses pembelajarannya, guru
berupaya memberikan penjelasan materi secara lengkap. Dalam hal ini siswa
cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang telah diberikan oleh
guru.Tentunya pembelajaran seperti ini tidak relevan dengan tuntutan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dari kenyataan ini jelaslah

1
guru tersebut perlu dibantu dengan melibatkan yang bersangkutan pada suatu
penelitian tindakan kelas dengan maksud agar disamping guru memperoleh
pengalaman langsung dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan KTSP, juga dapat mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan
yang digariskan dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru memulai
dengan menjelaskan –memberi contoh latihan soal. Jadi siswa secara langsung
diberikan rumusrumus matematika tanpa diberi kesempatan untuk
menemukan sendiri. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang berorientasi
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembelajaran hendaknya
diawali dari dunia nyata dan rumus diharapkan ditemukan oleh siswa sendiri.
Sebagai contoh: sebelum menjelaskan sifat distributif yaitu a x (b+c) = (axb)+
(axc) siswa diberi pertanyaan sebagai berikut. Wayan disuruh membeli beras
sebanyak 9 kg. Harga beras per kg Rp.2900,-. Berapa rupiah Wayan harus
membayar?. Cara siswa menjawab kemungkinan bervariasi. Beberapa
kemungkinan cara siswa menjawab adalah: 9 x (3000-100) = (9x3000) –
(9x100), atau (10- 1)x2900 = (10x2900) – (1x2900) atau cara lainnya. Jadi
jenis jawaban beragam Pendekatan pembelajaran yang cocok dengan KTSP
adalah pendekatan kontekstual atau Contextual teaching and learning (CTL).
Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal
fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar
melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu
memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep
yang akan dipelajari.
Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa dalam LKS dan
dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan
pada awal pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau takut
bertanya kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya.
Oleh karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran
kooperatif berbantuan LKS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah: (a) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Situ
Ilir 02 dengan implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran

2
kooperatif berbantuan LKS., (b) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap
implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif
berbantuan LKS.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Implementasi
Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V SDN Situ Ilir 02 Kecamatan Cibungbulang”.
1. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dan permasalahan di tersebut, penulis bersama-sama teman
sejawat melakukan identifikasi masalah sehingga terungkap beberapa
masalah yang muncul dalam pembelajaran Matematika sehagai berikut:
1. Kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran.
2. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
yang telah diberikan.
3. Sebagian siswa masih belurn dapat menyelesaikan soal-soal latihan
dengan baik.
4. Proses pembelajaran kurang efektif, karena belum terjadi interaksi
belajar mengajar yang optimal.
5. Peserta didik cenderung pasif.
6. Peserta didik kurang memberi respon terhadap pertanyaan yang
diajukan guru.
7. Motivasi belajar siswa kurang.
8. Metode dan teknik mengajar tidak variatif, sehingga timbul kejemuan
bagi siswa.
9. Siswa dalam belajar kurang bergairah sehingga timbul kebosanan
dalam menerima pelajaran dan guru.
2. Analisis Masalah
Masalah-masalah tersebut akan ditindakianjuti dengan mencarikan solusi
pemecahannya. Berdasarkan hasil pembelajaran selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, penulis merumuskan masalah yang timbul serta
berdiskusi dengan teman sejawat untuk mencari penyebab dan masalah
yang teridentifikasi di atas. Penyebab kurang berhasilnya pembelajaran

3
Matematika “Perbandingan dan Skala” di kelas V SD Negeri Situ Ilir 02
Kecamatan Cibungbulang sebagai berikut: adalah:
Apabila siswa cenderung pasif, mungkin sebagai akibat:
1. Siswa kurang menguasai pengetahuan dasar-dasar perkalian untuk
mempelajari Pokok Bahasan “Perbandingan dan Skala”.
2. Tingkat keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya sangat
kurang.
3. Guru kurang menguasai metode mengajar yang bervariasi.

B. Rumusan Masalah
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang
memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud
dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
 Adakah peningkatan prestasi siswa melalui implementasi pendekatan
konstektual pada siswa Kelas V SDN Situ Ilir 02 Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah :
Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan prestasi matematika pada siswa Kelas V SDN Situ Ilir 02
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi


pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN Situ Ilir 02 Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor

Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan


membawa peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan
konstektual pada siswa Kelas V SDN Situ Ilir 02 Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor

4
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.
 Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong
guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan
keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.
 Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan
dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah
dalam mengtelola situasi dan kondisi kelas.
 Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar,
dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan
soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatif singkat.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,
sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
siatuasi tertentu.

2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI


Standar kompetensi mata pelajaran Matematika untuk SD dan MI
berdasarkan kurikulum 2004, adalah sebagai berikut :
Kemampuan Matematika yang dipilih dalam standar kompetensi ini dirancang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan
perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai

6
kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan
struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan
terpakainya dalam kehidupan sehari-hari secara rinci, standar kompetensi
tersebut, adalah sebagai berikut :
a. Bilangan
 Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.
 Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
 Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan
masalah.
 Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan
bulat dan pecahan serta menggunakannnya dalam pemecahan
masalah.
 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pemecahan, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
b. Pengukuran dan Geometri
 Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
 Melakukan pengukuran, menemukan unsur bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
 Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
 Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang,
menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
 Mengenal sistem koordinat pada bidang datar.
c. Pengolahan Data
Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data.

3. Pengertian Belajar Matematika


Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 ) “Proses belajar berlangsung
dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu fase ke

7
fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat”.
Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga dengan belajar
matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep
tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk
sebelumnya. Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti
mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses
dan penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah
belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang
terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri.
Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara
hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih
tinggi.

B. Pendekatan Contextual Teaching and Learning


1. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar
yang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat
kemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik
akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan
mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep
penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di
antaranya adalah pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan
cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di
mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam
masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari
(Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).

8
Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka,
dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan
sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan
dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya
untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi
juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam
memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari
melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran
kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills)
(Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven,
dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan
menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi
masalah.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam
pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini
didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata
menekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Siswa harus aktif
mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara
mandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya
dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunya
penguasa dan pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan
dan siswa yang baik menyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya.

9
Di sisi lain, pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru
berperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi untuk
merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan
mengemukakan ide-idenya.
2. Komponen Utama Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diporoleh
anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan
tetapi dari proses menemukan sendiri, maka guru harus menghindari mengajar
sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai
subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif
yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuan sendiri. Kalaupun guru
memberikan informasi kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk
menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.
Sementara itu, menurut Ditjen Dikdasmen menyebutkan tujuh komponen
utama pembelajaran kontekstual, yaitu :
a. Kontruktivisme (constructivism)
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-
konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan
sendir melalui siklus: (1) observasi (observation), (2) bertanya
(questioning), (3) mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) pengumpulan data
(data gathering), dan penyimpulan (conclussion).
c. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi
guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting dalam melakukan inkuiri, yaitu menggali

10
infomasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar (learning community)
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model
yang bisa ditiru. Guru dapat menjadi model, misalnya memberi contoh
cara mengerjakan sesuatu. Tetapi guru bukan satu-satunya model, artinya
model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
f. Refleksi (reflection)
Cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarainya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengethauan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima.
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan
berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis (pencil and apper
test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment),
penugasan (project), produk (product) atau portofolio (portofolio).
3. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan CTL
Beberapa kelebihan dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah :
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa.

11
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental
4) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
hasil temuan mereka di lapangan.
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian dari guru.
6) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
a. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif.
c. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan
belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku
yang relatif permanen dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu De
Cecco (dalam Witjaksono, 1985:6). Menurut Gagne (dalam Witjksono,
1985:6) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau
kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata
sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto

12
(1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau
pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat
dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya.
Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan
hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan
ketrampilan.
Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih,
2005:75) menekankan perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga
kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
1. Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b. Pemahaman (mengintepretasikan)
c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh)
f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb)
2. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
3. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya)
e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola
hidupnya)

13
Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan
kurikulum KTSP meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Maka guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan
sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami
pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta
perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa
tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah
dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan
belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki.
Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai
kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta
mengevaluasi pencapaian target kurikulum.
Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives
(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan
penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan
bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai
memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini
berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan
eveluasi. Pada siswa SD diutamakan pada ranah pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan.
Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang
telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan
yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam
bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

14
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami
sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,
kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-
kata sendiri.
Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi
situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat
diukur dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode
untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan
motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah
psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan
Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi
berikut ini:
a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan
gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan,
dan ketepatan tubuh yang mencolok.
b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .
c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan
mengadakan komunikasi tanpa kata
d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang
berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan
berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya
memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi,

15
ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah
oleh pendengarnya.
3. Ranah Afektif
Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan
senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa
yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar
menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek
itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam
belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif
terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru
menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan
kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.

D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh peserta didik dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Matematika selalu dianggap oleh
siswa sebagai mata pelajaran yang rumit dan sulit. Bidang studi matematika
yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan
geometri. Aritmatika adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat
hubungan bilangan- bilangan nyata dengan perhitungan, terutama
menyangkut perbandingan. Materi perbandingan dan skala dianggap para
siswa kelas V SDN Situ Ilir 02 Kecamatan Cibungbulang sebagai pokok
bahasan yang sulit. Anggapan sebagian besar siswa tersebut terlihat dari nilai
siswa yang di bawah KKM. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan penerapan model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran.
Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan
cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian
mereka, sehingga apa yang mereka pelajari melekat dalam ingatan untuk

16
meningkatkan hasil belajar matematika. Berdasarkan uraian diatas, secara
teoretis model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
merupakan salah satu model pembelajaran yang berpotensi meningkatkan
hasil belajar matematika siswa.
Hubungan variabel kontekstual dengan peningkatan aktivitas dan hasil
belajar matematika dapat digambarkan sebagai berikut :

Kondisi Awal
Keadaan Sekarang

Kurangnya aktivitas belajar dan


rendahnya hasil belajar siswa

Tindakan Penerapan pendekatan CTL


dengan langkah-langkah

1) Guru memotivasi siswa


2) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
3) Guru membagi kelompok
4) Melakukan percobaan
5) Diskusi kelompok
6) Hasil diskusi dipresentasikan
7) Guru menerangkan konsep
8) Menyimpulkan
9) Penugasan

Hasil Hasil yang dicapai

1) Peningkatan aktivitas
belajar siswa 2
2) ) Peningkatan hasil belajar
siswa pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotor

Bagan 2.1 Alur Kerangka Pemikiran Pendekatan contextual teaching


and learning

17
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian – uraian di atas, maka hipotesis tindakan secara
umum dapat dirumuskan sebagai berikut “Apabila guru dapat merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran secara efektif dengan
menggunakan pendekatan kontekstual tentang perbandingan dan skala pada
pembelajaran matematika, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V
SDN Situ Ilir 02 dapat meningkat”.

18
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SDN Situ Ilir 02 Kelas V tahun pelajaran 2017/2018 yang
berlokasi di Jl. KH Abdul Hamid KM 03 Kp. Pager Jangkung Desa Situ
Ilir Kecamatan Cibungbulang
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
sampai Mei 2018 semester genap.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Situ Ilir 02
sebanyak 22 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 17 orang dan
perempuan sebanyak 5 orang. Penelitian ini dilakukan di kelas V, karena
penulis mengajar di kelas tersebut. Sehingga diharapkan mampu
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
4. Pihak yang Membantu

a. Ibu Ratna Juwita K, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Situ Ilir 02

yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan praktik

perbaikan pembelajaran.

b. Ibu Teti Hartati, S.Pd. selaku teman sejawat, sebagai rekan yang

membantu pelaksanaan penelitian dengan memberi masukan –

masukan atau saran – saran atas hasil observasinya yang kaitkan

dengan aktivitas peserta didik dan praktik pembelajaran di kelas

19
c. Guru/ peneliti, untuk melihat tingkat keberhasilan guru dalam

mengimplementasikan metode Pembelajaran CTL pada mata pelajaran

matematika.

d. Peserta didik, sebagai subjek penelitian untuk mendapatkan data


tentang hasil belajar.

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan
(dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di
kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,


maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

20
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Prosedur Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu
proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran
demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46

21
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi, observasi aktivitas
siswa dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga
untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar


Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

22
belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap
lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitia Perbaikan Pembelajaran


Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 45 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil
dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45 31, 32, 33, 34, 35, 40,

2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji
reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r 11
sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk
jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-
soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal. Hasil analisis menunjukkan dari 45 soal yang diuji terdapat:
- 20 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar

24
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria
jelek sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal.
Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-
syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 13 April 2018 di kelas V dengan jumlah
siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 60 √ 12 60 √
2 70 √ 13 80 √
3 70 √ 14 70 √
4 60 √ 15 80 √
5 80 √ 16 70 √
6 80 √ 17 90 √
7 70 √ 18 60 √

25
8 70 √ 19 60 √
9 60 √ 20 70 √
10 80 √ 21 70 √
11 50 √ 22 60 √
Jumlah 750 7 4 Jumlah 770 8 3
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,09

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas :7
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I


No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 69,09
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15
3 Persentase ketuntasan belajar 68,18

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran
matematika diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari
22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan
pendekatan kontekstual.

2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.

26
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 20 April 2018 di kelas V dengan jumlah
siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 60 √ 12 90 √
2 80 √ 13 80 √
3 80 √ 14 80 √
4 90 √ 15 80 √
5 90 √ 16 80 √
6 60 √ 17 60 √
7 80 √ 18 80 √
8 70 √ 19 70 √
9 60 √ 20 60 √
10 80 √ 21 80 √
11 90 √ 22 80 √
Jumlah 840 8 3 Jumlah 840 9 2
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 76,36

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas :5
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II


No Uraian Hasil Siklus II

27
1 Nilai rata-rata tes formatif 76,36
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 17
3 Persentase ketuntasan belajar 77,27

Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai
77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan
tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang
dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 27 April 2018 di kelas V dengan jumlah
siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

28
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada
siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 90 √ 12 90 √
2 90 √ 13 90 √
3 90 √ 14 90 √
4 80 √ 15 60 √
5 90 √ 16 90 √
6 80 √ 17 80 √
7 90 √ 18 70 √
8 60 √ 19 70 √
9 90 √ 20 80 √
10 90 √ 21 90 √
11 60 √ 22 80 √
Jumlah 910 9 2 Jumlah 890 10 1
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 81,82

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas :3
Klasikal : Tuntas

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III


No Uraian Hasil Siklus III
1 Nilai rata-rata tes formatif 81,82
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 19
3 Persentase ketuntasan belajar 86,36

Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai rata-
rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas
sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar
86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual sehingga

29
siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga
penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan pendekatan kontekstual. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan kontekstual
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pendekatan kontekstual yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

30
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-
masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika materi pecahan yang paling dominan adalah
bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
2. Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil

32
wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

33
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia


Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa


Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya.

http://contextual.org diakses tanggal 15 April 2009

34
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester :V/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Senin, 13 April 2009

 Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
 Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
 Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
 Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
 Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
 Metode Pembelajaran
 Ceramah
 Diskusi
 Kegiatan Pembelajaran
 Kegiatan Awal
 Salam, Absensi
 Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa kemudian menanyakan
umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 Kegiatan Inti
 Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

35
 Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah permasalahan tentang
perbandingan
 Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
 Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan
 Kegiatan Akhir
 Evaluasi
 Guru dan siswa menarik kesimpulan
 Salam
 Alat, Bahan dan Sumber Belajar
 Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
 Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
 Buku Matematika Kelas V, Erlangga
 Penilaian
 Bentuk Penilaian
Tes Tulis
 Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun, perbandingan umur
mereka adalah……
2. Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur keduanya 15
tahun, Umur Sita adalah…..
3. Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing 108,
perbandingan umur mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika jumlah umur
keduanya 20, umur Nini adalah…..
5. Marlena dan Anti mempunyai buku tulis dengan jumlah sebagai
berikut, Marlena 50 dan Anti 100, perbandingan jumlah buku Marlena
dan Anti adalah……………………….

Kunci Jawaban
1. 12 : 6 = 2 : 1

36
2. Umur Sita 6 tahun
3. 36 : 108 = 1 : 3
4. Umur Nini = 12 tahun
5. 50 : 100 = 1 : 2

Bogor , 13 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

MARLIANA TEA
NIM. 814081866

Lampiran 2

37
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester :V/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2009

 Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
 Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
 Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
 Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
 Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
 Metode Pembelajaran
 Ceramah
 Diskusi
 Kegiatan Pembelajaran
 Kegiatan Awal
 Salam, Absensi
 Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan
untuk mengukur kemampuan awal siswa
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 Kegiatan Inti
 Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

38
 Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/ permasalahan pada
kotak yang disediakan guru
 Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
 Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika
penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
 Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan
secara kelompok dan individu
 Kegiatan Akhir
 Evaluasi
 Guru dan siswa menarik kesimpulan
 Salam
 Alat, Bahan dan Sumber Belajar
 Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
 Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
 Buku Matematika Kelas V, Erlangga
 Penilaian
 Bentuk Penilaian
Tes Tulis
 Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Jane 12 tahun dan umur Ani 8 tahun, perbandingan umur
mereka adalah……
2. Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur
keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..
3. Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,
perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika jumlah umur
keduanya 44, umur Nini adalah…..
5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,
berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?

39
Kunci Jawaban
1. 12 : 8 = 6 : 4
2. Umur Dion 16 tahun
3. 30 : 120 = 1 : 4
4. Umur Nini = 20 tahun
5. Coklat Tina = 4

Bogor , 20 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

MARLIANA TEA
NIM. 814081866

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

40
SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester :V/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Senin, 27 April 2009

 Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
 Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
 Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
 Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
 Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
 Metode Pembelajaran
 Ceramah
 Diskusi
 Kegiatan Pembelajaran
 Kegiatan Awal
 Salam, Absensi
 Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan
untuk mengukur kemampuan awal siswa
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 Kegiatan Inti
 Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

41
 Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan soal perbandingan
dengan sesuai dengan pilihan sendiri
 Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
 Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika
penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
 Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara pemecahan soal,
sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan
 Guru menunjuk secara acak satu siswa di masing-masing kelompok
untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis
 Kegiatan Akhir
 Evaluasi
 Guru dan siswa menarik kesimpulan
 Salam
 Alat, Bahan dan Sumber Belajar
 Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
 Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
 Buku Matematika Kelas V, Erlangga
 Penilaian
 Bentuk Penilaian
Tes Tulis
 Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun, perbandingan
umur mereka adalah……
2. Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur
keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..
3. Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,
perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika jumlah umur
keduanya 54, umur Nini adalah…..

42
5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,
berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?

Kunci Jawaban
1. 15 : 35 = 3 : 7
2. Umur Dion 28 tahun
3. 60 : 120 = 1 : 2
4. Umur Nini = 36 tahun
5. Coklat Tina = 50

Bogor , 27 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

MARLIANA TEA
NIM. 814081866

Lampiran 4

43
DATA KEADAAN SISWA KELAS V SDN SITU ILIR 02
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
NAMA PEKERJAAN
NO NAMA SISWA L/P ALAMAT
ORTU ORTU
1 Ayum Adi Putra L BOGOR Hasan Basri
2 Ayumi Milasari P BOGOR Ali Imron
3 Ba`diyah P BOGOR Suhari
4 Bahrul L BOGOR Hartono
5 Faridatun Nafi`ah P BOGOR Jumain
6 Hoirul Basri L BOGOR Karimulla
7 Indrawati P BOGOR Anton
8 Irfaniati P BOGOR Moh. Iklas
9 John Refen L BOGOR Kasmini
10 Mega Silvi Putri P BOGOR Wawan K
11 Moh. Dikri L BOGOR Hendrik
12 Moh. Andika L BOGOR Moh. Arif
13 Mohammad Arfa L BOGOR Joko Putro
14 Mohammad Fausi L BOGOR Moh. Ihsan
15 Mohammad Hasim L BOGOR Sujamil
16 Mohammad Nuri L BOGOR Samsuri
17 Mohammad Yasin L BOGOR Sarno
18 Samsul Arifin L BOGOR Abdullah
19 Siti Fatimah P BOGOR Qomaruddin
20 Siti Sa`diyah P BOGOR Tatang
21 Suparman L BOGOR Moh. Fahrur
22 Uswatun Hasanah P BOGOR Sainudin

Lampiran 5

TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS

44
NILAI
NO NAMA SISWA
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3
1 Ayum Adi Putra 60 60 90
2 Ayumi Milasari 70 80 90
3 Ba`diyah 70 80 90
4 Bahrul 60 90 80
5 Faridatun Nafi`ah 80 90 90
6 Hoirul Basri 80 60 80
7 Indrawati 70 80 90
8 Irfaniati 70 70 60
9 John Refen 60 60 90
10 Mega Silvi Putri 80 80 90
11 Moh. Dikri Hidayat K. 50 90 60
12 Mohammad Andika 60 90 90
13 Mohammad Arfa 80 80 90
14 Mohammad Fausi 70 80 90
15 Mohammad Hasim 80 80 60
16 Mohammad Nuri 70 80 90
17 Mohammad Yasin 90 60 80
18 Samsul Arifin 60 80 70
19 Siti Fatimah 60 70 70
20 Siti Sa`diyah 70 60 80
21 Suparman 70 80 90
22 Uswatun Hasanah 60 80 80
RATA-RATA 69,09 76,36 81,82

Lampiran 6
Format Kesedian sebagai Teman Sejawat dalam
Penyelenggaraan PKP

45
Kepada
Kepala UPBJJ BOGOR
Di Bogor

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :


Nama :
NIP :
Tempat Mengajar :
Alamat Sekolah :
Telepon :-

Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam


pelaksanaan PKP atas nama :

Nama : MARLIANA TEA


NIM : 814081866
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN Situ Ilir 02
Alamat Sekolah : Jl. Pesantren
Telepon :-

Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor ,9 April 2009

Mengetahui, Teman Sejawat,


Kepala Sekolah

DASUKI, S.Pd. SURYANI


NIP. 19580508 197907 2 002 NIP. 19540512 197702 2 002

Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN

46
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA


NIM :
UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI
Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3
Guru Kelas :6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan


pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogorr, 13 April 2009

Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan


Mahasiswa,

SURYANI. MARLIANA TEA


NIP. 19540512 197702 2 002 NIM. 814 081 866

Lampiran 8

SURAT PERNYATAAN

47
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA


NIM : 814081866
UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI
Tempat Mengajar : SDN SITU ILIR 02
Guru Kelas :6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan


pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, 20 April 2009

Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan


Mahasiswa,

SURYANI. MARLIANA TEA


NIP. 19540512 197702 2 002 NIM. 814 081 866

Lampiran 9

SURAT PERNYATAAN

48
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM : 814081866
UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI
Tempat Mengajar : SDN SITU ILIR 02
Guru Kelas :6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan


pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogorr, 27 April 2009

Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan


Mahasiswa,

SURYANI. MARLIANA TEA


NIP. 19540512 197702 2 002 NIM. 814 081 866

49

Anda mungkin juga menyukai