2.1 Umum
Salah satu teknologi pengamatan vertikal atmosfer dari permukaan adalah
peluncuran balon sonde atau radiosonde. Radiosonde adalah sebuah peralatan
yang digunakan pada balon cuaca yang mengukur berbagai parameter atmosfer
dan mengirimkan datanya ke penerima tetap. Selain mengukur profil tekanan
udara, temperatur, dan kelembaban, radiosonde tersebut juga difungsikan untuk
mengukur profil angin horizontal menggunakan penerima GPS. Balon sonde atau
radiosonde ini mengirimkan data – data profil tekanan udara, temperatur,
kelembaban dan angin horizontal yang didapatinya ke penerima tetap atau stasiun
bumi melalui komunikasi antara perangkat radio pengirim (transmitter) dan
penerima (receiver).
Komunitas meteorologi internasional telah menetapkan dua pita frekuensi
radio untuk digunakan dalam transmisi data untuk pengamatan vertikal atmosfer
pada radiosonde, yaitu 400-406 MHz dan 1675-1700 MHz. Pita frekuensi yang
digunakan untuk pengamatan vertikal atmosfer pada radiosonde di Indonesia
termasuk dalam kategori frekuensi untuk Eksplorasi Bumi-Satelit, yaitu pada
rentang frekuensi antara 432 – 438 MHz. Pada pita frekuensi ini, perangkat radio
pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) yang digunakan pada radiosonde
di Indonesia salah satunya beroperasi pada frekuensi 433 MHz. Perangkat
pengirim (transmitter) dipasang pada radiosonde dan perangkat penerima
(receiver) dipasang pada sisi stasiun bumi.
Pada sisi stasiun bumi digunakan antena unidirectional seperti antena
Stacking Yagi yang memiliki penguatan yang tinggi dengan beamwidth tertentu
untuk dapat berkomunikasi dengan radisonde yang nantinya akan diterbangkan
melalui suatu balon atmosfer setinggi 10 km di atas permukaan laut. Antena yang
digunakan harus memiliki kinerja yang baik untuk menjamin kontinuitas
hubungan komunikasi antara stasiun bumi dengan radiosonde.
(2.1)
Dimana :
Band Panjang
Nama Band Singkatan Frekuensi (f)
ITU Gelombang (λ)
Extremely Low 100.000 km -
ELF 1 3-30 Hz
Frequency 10.000 km
Super Low 10.000 km-1000
SLF 2 30-300 Hz
Frequency km
Ultra Low 1000 km – 100
ULF 3 300 – 3000 Hz
Frequency km
Very Low
VLF 4 3 – 30 KHz 100 km – 10 km
Frequency
Low Frequency LF 5 30 – 300 KHz 10 km – 1 km
Band Panjang
Nama Band Singkatan Frekuensi (f)
ITU Gelombang (λ)
Medium
MF 6 300 – 3000 KHz 1 km – 100 m
Frequency
High Frequency HF 7 3 – 30 MHz 100 m – 10 m
Very High
VHF 8 30 – 300 MHz 10 m – 1 m
Frequency
Ultra High
UHF 9 300 – 3000 MHz 1 m – 100 mm
Frequency
Super High 100 mm – 10
SHF 10 3 – 30 GHz
Frequency mm
Extremely High
EHF 11 30 – 300 GHz 10 mm – 1 mm
Frequency
2.3 Antena
Antena didefinisikan sebagai suatu perangkat logam (misalnya batang
konduktor atau kawat) yang berfungsi meradiasikan atau menerima gelombang
radio. Standar IEEE 145-1983 mendefinisikan antena atau aerial sebagai suatu
alat yang berfungsi untuk meradiasikan dan menerima gelombang radio. Dengan
kata lain antena adalah struktur pengalihan antara ruang bebas dan media
pembimbing, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1[1].
Gambar 2.3 Ilustrasi HPBW dan FNBW dalam (a) 3-dimensi (b) 2-dimensi
4 U max
Do 10 log
Prad (2.2)
dengan :
Do = directivity (dB)
Nilai keterarahan sebuah antena dapat diketahui dari pola radiasi antena
tersebut, semakin sempit main lobe maka keterarahannya semakin baik dibanding
main lobe yang lebih lebar. Nilai keterarahan jika dilihat dari pola radiasi sebuah
antena adalah sebagai berikut[1]:
2
180
4
D0 10 log
HP .HP (2.3)
41252 .96125
D0 10 log
HP . HP (2.4)
dengan :
10
(2.5)
fu fl
Bp 100 %
fc (2.6)
fu fl
fc
2 (2.7)
11
dengan :
Br = bandwidth rasio
ZA = RA + jXA (2.9)
dengan :
2.3.1.8 VSWR
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri
(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran
transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang
dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Pebandingan tegangan
yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi
tegangan (Γ) [1] :
(2.10)
12
VSWR = (2.11)
Kondisi yang baik adalah ketika VSWR bernilai 1, yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun, kondisi ini
kenyataannya sulit diperoleh. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan
dalam perancangan antena adalah ≤ 2.
Gambar 2.4 Perbandingan Distribusi Medan Listrik pada Antena Isotrop dan
Direksional
13
14
15
Salah satu model dari antena array adalah antena Yagi-Uda. Yagi-Uda
adalah antena yang beroperasi pada rentang frekuensi HF (3-30 MHz), VHF (30-
300 MHz) dan UHF (300-3000 MHz). Antena ini terdiri dari sejumlah elemen
dipol linear, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9, dengan salah satu elemen
diberikan energi secara langsung dari suatu saluran transmisi dan elemen yang
lainnya berfungsi sebagai elemen parasit dengan arus yang terinduksi melalui
induktansi bersama[1].
16
17
(2.12)
dimana :
= Effective Isotropic Radiated Power
= daya keluaran transmitter
= gain antena pengirim
(2.13)
Keterangan :
= gain total
= gain antena penerima
rugi – rugi radome
rugi – rugi kabel atau waveguide (penerima)
rugi –rugi polarisasi
rugi – rugi pointing
18
(2.14)
Keterangan :
rugi – rugi lintasan
2.7 Pathloss
Komponen dari rugi – rugi lintasan meliputi ruang bebas, kerugian gas dan
penyerapan uap air, curah hujan, kerugian akibat multipath, dan efek yang lain
berdasarkan frekuensi dan lingkungan[4].
(2.15)
(2.16)
19
2.8.1 Okumura-Hata
Pada 1963-1965, Okumura membuat serangkaian pengukuran rugi-rugi
lintasan di Tokyo dan daerah sekitarnya pada rentang frekuensi antara 400 MHz
dan 2 GHz. Perkiraan untuk kurva utama dari metode Okumura yang dirumuskan
oleh Hata, dan kesederhanaan prosedur yang dihasilkan, ditambah dengan akurasi
prediksi yang relatif lebih baik, telah memastikan popularitas yang luas dari
metode ini[4].
Dalam formulasi Hata itu, rugi – rugi lintasan di perkotaan diberikan oleh
Persamaan 2.17 :
+ (2.17)
20
(2.18)
(2.21)
(2.22)
21
dimana :
= untuk model original
= 0 dB untuk kota-kota menengah dan pusat-pusat pinggiran kota dengan
kepadatan pohon menengah
= 3 dB untuk pusat metropolitan
(2.24)
dimana :
= Effective Isotropic Radiated Power dalam dBW atau dBm
= total rugi – rugi lintasan, termasuk kerugian lain akibat refleksi dan
fading dalam dB
= gain antena penerima dalam dB
= ambang batas penerima atau tingkat sinyal minimum yang diterima
yang akan memberikan operasi yang handal (seperti kinerja bit error
rate yang diinginkan) di dBW atau dBm
22