Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO

2.1 Umum
Salah satu teknologi pengamatan vertikal atmosfer dari permukaan adalah
peluncuran balon sonde atau radiosonde. Radiosonde adalah sebuah peralatan
yang digunakan pada balon cuaca yang mengukur berbagai parameter atmosfer
dan mengirimkan datanya ke penerima tetap. Selain mengukur profil tekanan
udara, temperatur, dan kelembaban, radiosonde tersebut juga difungsikan untuk
mengukur profil angin horizontal menggunakan penerima GPS. Balon sonde atau
radiosonde ini mengirimkan data – data profil tekanan udara, temperatur,
kelembaban dan angin horizontal yang didapatinya ke penerima tetap atau stasiun
bumi melalui komunikasi antara perangkat radio pengirim (transmitter) dan
penerima (receiver).
Komunitas meteorologi internasional telah menetapkan dua pita frekuensi
radio untuk digunakan dalam transmisi data untuk pengamatan vertikal atmosfer
pada radiosonde, yaitu 400-406 MHz dan 1675-1700 MHz. Pita frekuensi yang
digunakan untuk pengamatan vertikal atmosfer pada radiosonde di Indonesia
termasuk dalam kategori frekuensi untuk Eksplorasi Bumi-Satelit, yaitu pada
rentang frekuensi antara 432 – 438 MHz. Pada pita frekuensi ini, perangkat radio
pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) yang digunakan pada radiosonde
di Indonesia salah satunya beroperasi pada frekuensi 433 MHz. Perangkat
pengirim (transmitter) dipasang pada radiosonde dan perangkat penerima
(receiver) dipasang pada sisi stasiun bumi.
Pada sisi stasiun bumi digunakan antena unidirectional seperti antena
Stacking Yagi yang memiliki penguatan yang tinggi dengan beamwidth tertentu
untuk dapat berkomunikasi dengan radisonde yang nantinya akan diterbangkan
melalui suatu balon atmosfer setinggi 10 km di atas permukaan laut. Antena yang
digunakan harus memiliki kinerja yang baik untuk menjamin kontinuitas
hubungan komunikasi antara stasiun bumi dengan radiosonde.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang didefinisikan sebagai getaran atau gangguan yang merambat.
Elektromagnetik adalah gejala listrik yang diakibatkan oleh gerak mekanik
magnet. Magnet adalah benda yang dapat menghasilkan gaya tarik atau gaya tolak
terhadap benda lain (yang mungkin juga bersifat magnet).
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang mempunyai sifat
listrik dan sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian
dari gelombang elektromagnetik pada spektrum frekuensi radio. Transmisi
gelombang elektromagnetik di ruang adalah sebagai gelombang transversal.
Gelombang elektromagnetik ditemukan oleh Heinrich Hertz.
Gelombang dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekuensi.
Panjang gelombang (λ) memiliki hubungan dengan frekuensi (ƒ) dan
kecepatan (ν) yang ditunjukkan pada Persamaan 2.1.

(2.1)

Dimana :

λ = panjang gelombang (m)


c = cepat rambat cahaya (m/s)
ƒ = frekuensi (Hz)

Salah satu spektrum frekuensi gelombang elektromagnetik adalah


gelombang radio. Pembagian spektrum frekuensi gelombang radio dapat
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Spektrum Frekuensi Gelombang Radio

Band Panjang
Nama Band Singkatan Frekuensi (f)
ITU Gelombang (λ)
Extremely Low 100.000 km -
ELF 1 3-30 Hz
Frequency 10.000 km
Super Low 10.000 km-1000
SLF 2 30-300 Hz
Frequency km
Ultra Low 1000 km – 100
ULF 3 300 – 3000 Hz
Frequency km
Very Low
VLF 4 3 – 30 KHz 100 km – 10 km
Frequency
Low Frequency LF 5 30 – 300 KHz 10 km – 1 km

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 lanjutan

Band Panjang
Nama Band Singkatan Frekuensi (f)
ITU Gelombang (λ)
Medium
MF 6 300 – 3000 KHz 1 km – 100 m
Frequency
High Frequency HF 7 3 – 30 MHz 100 m – 10 m
Very High
VHF 8 30 – 300 MHz 10 m – 1 m
Frequency
Ultra High
UHF 9 300 – 3000 MHz 1 m – 100 mm
Frequency
Super High 100 mm – 10
SHF 10 3 – 30 GHz
Frequency mm
Extremely High
EHF 11 30 – 300 GHz 10 mm – 1 mm
Frequency

2.3 Antena
Antena didefinisikan sebagai suatu perangkat logam (misalnya batang
konduktor atau kawat) yang berfungsi meradiasikan atau menerima gelombang
radio. Standar IEEE 145-1983 mendefinisikan antena atau aerial sebagai suatu
alat yang berfungsi untuk meradiasikan dan menerima gelombang radio. Dengan
kata lain antena adalah struktur pengalihan antara ruang bebas dan media
pembimbing, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1[1].

Gambar 2.1 Antena Sebagai Media Transisi

Universitas Sumatera Utara


Media pembimbing atau saluran transmisi dapat berbentuk suatu kabel
coaxial atau pipa kosong/bumbung gelombang (waveguide), dan media
pembimbing ini digunakan untuk membawa energi elektromagnetik dari sumber
pancaran (transmitter) hingga sampai ke antena, atau dari antena hingga sampai
ke perangkat penerima (receiver)[1].

2.3.1 Parameter Antena


Untuk menggambarkan kinerja dari sebuah antena, pengertian beberapa
parameter sangat penting untuk dikaji. Beberapa dari parameter-parameter
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

2.3.1.1 Pola Radiasi


Pola radiasi dari sebuah antena didefinisikan sebagai fungsi matematis
atau gambaran secara grafis dari karakteristik radiasi sebuah antenna sebagai
fungsi dari koordinat ruang. Pada kasus secara keseluruhan, pola radiasi
dihitung/diukur pada medan jauh dan digambarkan kembali sebagai koordinat
arah. Karakteristik radiasi mencakup rapat flux daya, intensitas radiasi, kuat
medan, keterarahan/direktivitas, fasa atau polarisasi. Karakteristik radiasi yang
menjadi pusat perhatian adalah distribusi energi radiasi dalam ruang 2 dimensi
maupun 3 dimensi sebagai fungsi dari posisi pengamat di sepanjang jalur dengan
jari-jari yang konstan. Contoh koordinat yang sesuai diperlihatkan pada Gambar
2.2[1].

Gambar 2.2 Sistem Koordinat Untuk Menganalisis Antena

Universitas Sumatera Utara


2.3.1.2 Lebar Berkas (Beamwidth)
Lebar berkas dari suatu pola didefinisikan sebagai sudut interval dari dua
titik identik yang terletak berlawanan dari pola maksimum. Dalam suatu pola
antena, terdapat sejumlah lebar berkas. Salah satu lebar berkas yang sering
digunakan adalah Half-Power Beamwidth (HPBW), yang didefinisikan oleh IEEE
sebagai : “di dalam suatu bidang yang berisi arah maksimum dari suatu berkas,
sudut yang terdapat diantara dua arah dimana intensitas radiasi bernilai setengah
dari berkas”. Lebar berkas lain yang penting untuk diketahui adalah sudut interval
antara titik-titik level nol dari pola, yang disebut dengan First-Null Beamwidth
(FNBW). Dalam penggunaannya secara praktis, jika tidak dijabarkan sebelumnya,
lebar berkas yang digunakan adalah HPBW. Ilustrasi HPBW dan FNBW dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.3[1].

Gambar 2.3 Ilustrasi HPBW dan FNBW dalam (a) 3-dimensi (b) 2-dimensi

Dengan makin membesarnya sudut pancaran energi, setelah mencapai


minimum (yaitu level nol), bisa kembali membesar dan mencapai suatu (local)
maksimum, maksimum ini disebut juga radiasi samping (side lobe)[2]. Pada sudut
tepat bertolak belakang pada sudut arah pancaran utama (main lobe) kita dapatkan
arah yang dinamakan arah pancaran belakang (back lobe)[2].

Universitas Sumatera Utara


2.3.1.3 Direktivitas
Keterarahan dari suatu antena didefinisikan sebagai ”perbandingan antara
intensitas radiasi maksimum dengan intensitas radiasi dari antena referensi
isotropis”. Keterarahan dari sumber non-isotropis adalah sama dengan
perbandingan intensitas radiasi maksimumnya di atas sebuah sumber isotropis[1].
Keterarahan pada antena secara umum dinyatakan dari Persamaan 2.2[1]:

4    U max
Do  10  log
Prad (2.2)
dengan :

Do = directivity (dB)

Umax = intensitas radiasi maksimum (watt)

Prad = daya radiasi total (watt)

Nilai keterarahan sebuah antena dapat diketahui dari pola radiasi antena
tersebut, semakin sempit main lobe maka keterarahannya semakin baik dibanding
main lobe yang lebih lebar. Nilai keterarahan jika dilihat dari pola radiasi sebuah
antena adalah sebagai berikut[1]:
2
 180 
4  
  
D0  10 log
 HP .HP (2.3)

41252 .96125
D0  10 log
 HP . HP (2.4)

dengan :

DdB = keterarahan (directivity) (dB)

 HP = lebar berkas setengah daya pada pola radiasi horisontal ( 0 )

HP = lebar berkas setengah daya pada pola radiasivertikal ( 0 )

10

Universitas Sumatera Utara


2.3.1.4 Gain
Ada dua jenis penguatan (gain) pada antena, yaitu penguatan absolut
(absolute gain) dan penguatan relatif (relative gain). Penguatan absolut pada
sebuah antena didefenisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah
tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh
antena teradiasi secara isotropic. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya
yang diradiasikan secara isotropic sama dengan daya yang diterima oleh antena
(Pin) dibagi dengan 4π. Penguatan absolut dapat dihitung dengan [1]:

(2.5)

2.3.1.5 Frekuensi Resonansi


Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja
antena dimana pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara maksimal.
Pada umumnya frekuensi resonansi menjadi acuan menjadi frekuensi kerja antena.

2.3.1.6 Lebar Pita


Bandwidth antena didefinisikan sebagai ”rentang frekuensi antena dengan
beberapa karakteristik, sesuai dengan standar yang telah ditentukan”. Untuk
Broadband antena, lebar bidang dinyatakan sebagai perbandingan frekuensi
operasi atas (upper) dengan frekuensi bawah (lower). Sedangkan untuk
Narrowband antena, maka lebar bidang antena dinyatakan sebagai persentase dari
selisih frekuensi di atas frekuensi tengah dari lebar bidang[1].
Untuk persamaan bandwidth dalam persen (Bp) atau sebagai bandwidth
rasio (Br) dinyatakan sebagai[2]:

fu  fl
Bp   100 %
fc (2.6)

fu  fl
fc 
2 (2.7)

11

Universitas Sumatera Utara


fu
Br 
fl (2.8)

dengan :

Bp = bandwidth dalam persen (%)

Br = bandwidth rasio

fu = jangkauan frekuensi atas (Hz)

fl = jangkauan frekuensi bawah (Hz)

2.3.1.7 Impedansi Input


Impedansi masukan didefenisikan sebagai impedansi yang diberikan oleh
antena kepada rangkaian di luar, pada suatu titik acuan tertentu[1]. Saluran
transmisi penghubung yang dipasangkan ke antena akan melihat antena tersebut
sebagai beban dengan impedansi beban sebesar ZA. Secara matematis, persamaan
impedansi antena dapat dirumuskan sebagai berikut[1] :

ZA = RA + jXA (2.9)
dengan :

ZA = impedansi antena (Ω)

RA = resistansi antena (Ω)

XA = reaktansi antena (Ω)

2.3.1.8 VSWR
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri
(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran
transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang
dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Pebandingan tegangan
yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi
tegangan (Γ) [1] :

(2.10)

12

Universitas Sumatera Utara


di mana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0adalah impedansi saluran.
Rumus untuk mendari VSWR adalah [1] :

VSWR = (2.11)

Kondisi yang baik adalah ketika VSWR bernilai 1, yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun, kondisi ini
kenyataannya sulit diperoleh. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan
dalam perancangan antena adalah ≤ 2.

2.4 Antena Unidirectional


Antena unidirectional adalah antena yang mengkonsentrasikan energi ke
suatu arah tertentu. Jika dipergunakan daya pancar yang sama seperti pada antena
isotrop, maka akan didapati perbandingan medan listrik/magnet antara antena
isotrop dan antena direksional seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4[2].

Gambar 2.4 Perbandingan Distribusi Medan Listrik pada Antena Isotrop dan
Direksional

Pada arah-arah tertentu, antena unidirectional mengirimkan intensitas


yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dikirim oleh antena isotrop, dan
pada arah yang lain intensitasnya jauh lebih kecil dibandingkan oleh antena
isotrop. Jadi antena direksional mengalokasikan energi secara berbeda pada setiap
sudut pancarnya[2].

13

Universitas Sumatera Utara


2.4.1 Macam-Macam Antena Unidirectional
Berikut ini adalah beberapa contoh dari antena unidirectional yang telah
digunakan hingga saat ini :

2.4.1.1 Antena Apertur


Antena apertur biasa digunakan pada frekuensi yang tinggi. Tipe antena ini
sangat berguna untuk berbagai aplikasi pada penerbangan, karena antena ini dapat
dipasang/ditempelkan pada rangka luar pesawat atau . Sebagai tambahan, antena
ini dapat diselubungi oleh semacam material dielektrik untuk melindungi mereka
dari kondisi yang berbahaya dari lingkungan sekitar. Bentuk-bentuk dari antena
apertur dapat dilihat pada Gambar 2.5[1].

Gambar 2.5 Konfigurasi Antena Apertur

2.4.1.2 Antena Mikrostrip


Antena mikrostrip menjadi sangat populer pada tahun 1970 untuk aplikasi
pada pesawat terbang, dan sampai saat ini antena mikrostrip sudah digunakan
pada pemerintahan dan aplikasi komersil. Antena ini terdiri dari patch logam yang
diletakkan diatas substrat. Patch logam ini dapat diatur sedemikian rupa, seperti
pada Gambar 2.6. Contoh patch persegi dapat dilihat pada Gambar 2.7. Antena
mikrostrip merupakan antena yang sederhana, simpel dan relatif murah untuk di

14

Universitas Sumatera Utara


produksi dengan menggunakan teknologi printed-circuit. Antena ini dapat
dipasang pada permukaan luar pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, satelit,
misil, mobil, dan telepon genggam[1].

Gambar 2.6 Konfigurasi Patch pada Mikrostrip

Gambar 2.7 Patch Persegi pada Mikrostrip

2.4.1.3 Antena Array


Berbagai aplikasi memerlukan karakteristik radiasi yang tidak bisa
didapatkan dari suatu element tunggal. Sehingga, sangat memungkinkan untuk
mengumpulkan elemen-elemen radiasi tersebut untuk dapat disusun pada suatu
susunan (array) elektris dan geometris tertentu sehingga menghasilkan
karakteristik radiasi tertentu yang diinginkan.
Susunan dari array tersebut dapat menambah atau memberikan pancaran
maksimum pada suatu arah tertentu, minimum pada arah lainnya, atau sebaliknya
seperti yang diinginkan. Istilah array maksudnya adalah suatu
susunan/konfigurasi tertentu dimana elemen pemancar secara individual terpisah
pada jarak tertentu. Susunan Array dapat dilihat pada Gambar 2.8[1].

15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.8 Antena Array

Salah satu model dari antena array adalah antena Yagi-Uda. Yagi-Uda
adalah antena yang beroperasi pada rentang frekuensi HF (3-30 MHz), VHF (30-
300 MHz) dan UHF (300-3000 MHz). Antena ini terdiri dari sejumlah elemen
dipol linear, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9, dengan salah satu elemen
diberikan energi secara langsung dari suatu saluran transmisi dan elemen yang
lainnya berfungsi sebagai elemen parasit dengan arus yang terinduksi melalui
induktansi bersama[1].

Gambar 2.9 Antena Yagi-Uda

Antena ini dirancang untuk dapat beroperasi secara khusus sebagai


susunan end-fire array dengan cara meletakkan elemen parasit pada berkas depan

16

Universitas Sumatera Utara


sebagai pengarah (director) dan elemen yang tersisa lainnya sebagai reflektor.
Yagi-Uda telah digunakan sebagai antena TV rumah[1]. Antena Yagi-Uda dapat
diletakkan berdampingan dalam satu garis lurus (collinear) hingga membentuk
Stacking Yagi, seperti pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Stacking Yagi

2.4.1.4 Antena Reflektor


Keberhasilan akan ekspedisi ruang angkasa menghasilkan peningkatan
terhadap teori tentang antena. Berbagai bentuk antena telah digunakan untuk
mengirim dan menerima sinyal yang harus melintas ribuan mil pada komunikasi
dengan jarak yang sangat jauh. Salah satu antena yang paling sering digunakan
pada aplikasi ini adalah antena reflektor parabola, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.11. Tipe antena ini sudah dibuat hingga diameternya mencapai 305m.
Dimensi yang sangat besar ini diperlukan untuk mendapatkan gain yang tinggi
yang dibutuhkan untuk mengirim dan menerima sinyal setelah melintas sejauh
ribuan mil[1].

Gambar 2.11 Antena Reflektor

17

Universitas Sumatera Utara


2.5 EIRP
Effective Isotropic Radiated Power yang disingkat dengan EIRP
merupakan energi efektif yang diperoleh pada lobe utama dari sebuah antena
pengirim. EIRP dirumuskan melalui Persamaan 2.12 [3].

(2.12)

dimana :
= Effective Isotropic Radiated Power
= daya keluaran transmitter
= gain antena pengirim

Nilai rugi - rugi radome dapat bervariasi, misalnya meningkat ketika


radome berada dalam kondisi basah. Link budget harus menggunakan nilai
terburuk yang mungkin dapat terjadi karena kondisi radome tidak diketahui
ataupun dikontrol. Adapun satuan dari EIRP sama dengan satuan daya transmitter
dalam dBW atau dBm[3].

2.6 Receiver Gain


Gain penerima dapat dihitung melalui Persamaan 2.13[3].

(2.13)

Keterangan :
= gain total
= gain antena penerima
rugi – rugi radome
rugi – rugi kabel atau waveguide (penerima)
rugi –rugi polarisasi
rugi – rugi pointing

18

Universitas Sumatera Utara


Adapun rumus level sinyal penerima ditunjukkan pada Persamaan 2.14[3].

(2.14)

Keterangan :
rugi – rugi lintasan

2.7 Pathloss
Komponen dari rugi – rugi lintasan meliputi ruang bebas, kerugian gas dan
penyerapan uap air, curah hujan, kerugian akibat multipath, dan efek yang lain
berdasarkan frekuensi dan lingkungan[4].

2.7.1 Persamaan Transmisi Friis


Jika jalur atau lintasan utama diatur oleh rugi-rugi ruang bebas, maka
dapat dihitung menggunakan persamaan rugi-rugi ruang bebas Friis yang dapat
dirumuskan pada Persamaan 2.15 [3].

(2.15)

Persamaan kerugian ruang bebas Friis dalam dB yaitu :

(2.16)

dengan nilai d dalam km, dan f dalam MHz.

2.7.2 Multipath Fading


Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di
atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan ruang
bebas (free space propagation) kurang memenuhi untuk menggambarkan kanal
dan memprediksikan kinerja sistem. Dalam sistem komunikasi nirkabel, sinyal
merambat melalui pemantulan oleh berbagai objek dalam beragam lintasan
sebelum sampai ke penerima (multiple reflective paths). Fenomena ini biasa
disebut sebagai multipath fading. Efek dari multipath fading adalah fluktuasi dari
amplituda, fasa, dan sudut dari sinyal yang masuk ke penerima.

19

Universitas Sumatera Utara


Fading merupakan karakteristik utama dalam propagasi radio bergerak.
Fading dapat didefenisikan sebagai perubahan fase, polarisasi dan level dari suatu
sinyal terhadap waktu. Definisi dasar dari suatu fading adalah yang berkaitan
dengan mekanisme propagasi yang melibatkan refraksi, refleksi, difraksi,
hamburan dan redaman dari gelombang radio. Kinerja dari suatu sistem
komunikasi dapat turun akibat adanya fading[5].

2.8 Propagasi Untuk Komunikasi Bergerak


Pada skala terbesar, daya yang diterima pada sisi terminal penerima akan
sangat turun sebagai akibat dari bertambahnya jarak antara pemancar dan
penerima dan sebagai akibat dari rugi – rugi scattering atau ruang bebas. Pada
skala menengah, difraksi oleh fitur medan, bangunan atau kekacauan lainnya akan
menimbulkan fading loss. Akhirnya, efek interferensi akan menyebabkan efek
multipath. Sehingga model propagasi ruang bebas (free space propagation)
kurang memenuhi untuk menggambarkan kanal dan memprediksikan kinerja
sistem[4].
Ada beberapa mode perhitungan rugi-rugi propagasi yang biasa digunakan
untuk memprediksi ataupun merancang link radio pada daerah yang kompleks
seperti perkotaan, yaitu mode propagasi Okumura-Hata dan COST-231[4].

2.8.1 Okumura-Hata
Pada 1963-1965, Okumura membuat serangkaian pengukuran rugi-rugi
lintasan di Tokyo dan daerah sekitarnya pada rentang frekuensi antara 400 MHz
dan 2 GHz. Perkiraan untuk kurva utama dari metode Okumura yang dirumuskan
oleh Hata, dan kesederhanaan prosedur yang dihasilkan, ditambah dengan akurasi
prediksi yang relatif lebih baik, telah memastikan popularitas yang luas dari
metode ini[4].
Dalam formulasi Hata itu, rugi – rugi lintasan di perkotaan diberikan oleh
Persamaan 2.17 :

+ (2.17)

20

Universitas Sumatera Utara


dimana :
= frekuensi antara 150–1,500 dalam MHz

= jarak dalam kilometer (1–20)


= tinggi efektif dari base station dalam meter (30–200 m)

Fungsi adalah fungsi koreksi untuk ketinggian antena perangkat


mobile dalam kisaran 1-10 m. Nilai pada kota yang kecil/sedang :

(2.18)

Pada kota yang besar :


(2.19)
(2.20)

Untuk lingkungan non-perkotaan, Nilai adalah sebagai berikut :

(2.21)

Pada daerah terbuka :

(2.22)

Model ini telah banyak digunakan untuk perencanaan layanan radio


komunikasi bergerak.[4]

2.8.2 COST 231


COST 231 Eropa yang bergabung dengan projek penelitian, yang
dijalankan pada 1989 dan 1996, bertujuan untuk memberikan metode desain dan
model cakupan untuk jaringan generasi ketiga (3G) dalam komunikasi mobile.
Meskipun model Hata hanya berlaku di kisaran frekuensi 150-1,500 MHz, karya
asli Okamura sudah termasuk pengukuran yang dilakukannya pada 1.920 MHz.
Tim projek COST-231 menganalisis data pengukuran ini dan
mengembangkan lebih lanjut untuk model Hata atau COST 231–Model Hata,
berlaku di kisaran frekuensi 1,500-2,000 MHz.[4]

21

Universitas Sumatera Utara


+ (2.23)

dimana :
= untuk model original
= 0 dB untuk kota-kota menengah dan pusat-pusat pinggiran kota dengan
kepadatan pohon menengah
= 3 dB untuk pusat metropolitan

2.9 Link Budget


Link budget dihitung dalam desibel (dB), sehingga semua faktor menjadi
istilah yang akan ditambahkan atau dikurangi. Biasanya besarnya daya dinyatakan
dalam dBm daripada dBW.
Link Margin diperoleh dengan membandingkan kekuatan sinyal yang
diterima yang diharapkan dengan sensitivitas penerima atau ambang batas. Link
Margin adalah ukuran seberapa besar margin yang ada pada link komunikasi
antara titik operasi dan titik di mana link tidak dapat lagi bekerja dengan baik.
Link Margin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.24 [3] :

(2.24)

dimana :
= Effective Isotropic Radiated Power dalam dBW atau dBm
= total rugi – rugi lintasan, termasuk kerugian lain akibat refleksi dan

fading dalam dB
= gain antena penerima dalam dB
= ambang batas penerima atau tingkat sinyal minimum yang diterima
yang akan memberikan operasi yang handal (seperti kinerja bit error
rate yang diinginkan) di dBW atau dBm

22

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai