NIM : 1512000086
Ritualisasi
Pada setiap tahap perkembangan orang berinteraksi dengan pola-pola tertentu, disebut ritualisasi
(ritualization). Pengertian ritualisasi dapat dilihat sebagai berikut:
Ritualisasi adalah pola-kultural berinteraksi dengan orang dan obyek lainnya, yang membuat
interaksi menjadi menyenangkan (playful). pengertian lain yaitu Ritualisasi adalah kesepakatan saling
hubungan antara dua orang (atau lebih) yang terus menerus berlangsung dan mempunyai nilai
adaptif (dapat dipakai dalam berbagai kesempatan).Ritualisasi membuat individu dapat bertingkah
laku secara efektif dan tidak canggung di masyarakat. Ritualisasi memasukkan orang ke dalam
masyarakat dengan mengajarkan kepada mereka memuaskan keinginan memakai cara-cara yang
dapat diterima budaya.
Ritualisme
Pola hubungan sosial bisa positif menjadi ritualisasi, sebaliknya negatif menjadi ritualisme.
Ritualisme adalah pola hubungan yang tidak menyenangkan kedua belah pihak, karena salah satu
menduduki posisi yang lebih superior, dan yang lain inferior. Ciri-ciri ritualisme adalah sebagai
berikut:
Perhatian orang dalam ritualisme terfokus pada dirinya sendiri. Orang menjadi lebih peduli
dengan performansi dirinya daripada mempedulikan hubungannya dengan orang lain atau
dengan makna apa yang mereka lakukan.
Sifatnya tidak menyenagkan, tetapi compulsive (terpaksa dilakukan). Ritualisme juga terpola
secara cultural, menjadi tingkah laku yang menyimpang, abnormal, dan aneh.
Ritualisme sering melibatkan orang lain, dalam kedudukan untuk dipungkiri keadaannya.
Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yang keramat (numinous). Pola interaksi
numenous membuat bayi sangat menghargai ibunya dan mudah diatur sehingga dapat mendukung
tugas perkembangannya. Numinous akhirnya akan menjadi dasar bagaimana orang
menghadapi/berkomunikasi dengan orang lain, dengan penuh penerimaan, penghargaan tanpa ada
ancaman dan perasaan takut. Interaksi interpersonal menjadi pemujaan (idolism). Ada dua sisi
idolisme akibat penolakan ibu: membuat anak memuja diri sendiri, atau sebaliknya anak memuja
orang lain. Keduanya akan berakibat orang tidak pernah berhenti mencari pola interaksi yang
sempurna, dengan memaksa orang untuk mengidolakan dirinya, atau memuja orang yang
diidolakannya.
Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu. Menjadi karakter baik untuk
mengalahkan penjahat. Mereka berinteraksi dengan memakai fantasinya, disebut dramatik. Anak
memainkan peran tentang apa yang seharusnya berani mereka lakukan, dan apa yang menimbulkan
perasaan bersalah/berdosa. Dramatik mendorong orang untuk berinteraksi sesuai dengan peran
yang diharapkan masyarakat, tanpa menimbulkan perasaan dosa dalam dirinya sendiri. Kalau
permainan peran itu menjadi kompulsi, orang tidak menjadi dirinya sendiri tetapi hanya memainkan
peran-peran sesuai dengan fantasinya, akan timbul interaksi yang menyimpang disebut impersonasi
(impersonation). Impersonasi adalah permainan peran yang negatif, dalam bentuk yang ekstrim
orang memainkan peran yang membahayakan sampai membunuh karakter orang lain atau diri
sendiri, seperti pada delinkuensi atau kecanduan narkotik.
Ritualisasi – ritualisme
Ritualisasi formal: interaksi yang mementingkan metode atau cara yang tepat, untuk memperoleh
hasil yang sempurna. Melalui ritualisasi formal anak belajar mengerjakan sesuatu dengan metode
yang standar. Ini akan menjadi metode awal dari interaksi anak dengan dunia kerja. Perkembangan
negatif dari formal adalah ritual formalism (formalism). Di sini orang sangat mementingkan metoda –
pekerjaan itu harus dikerjakan dengan cara yang benar – tidak penting bagaimana hasilnya.
Ritualisasi ediologi adalah gabungan dari ritualisasi-ritualisasi tahap sebelumnya, menjadi keyakinan
atau ide-ide. Pilihan ediologi yang sempit dan tertutup adalah ciri idiologi negatif atau ritualisme
totalisme.
Ritualisasi pada tahap ini adalah afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan
persahabatan, ikatan kerja. Afiliasi mendorong orang untuk berbagi dengan orang lain. Elitisme
memandang orang luar dengan penuh curiga, merendahkan.
Ritualisasi generasional adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya, misalnya
sebagai orang tua, guru, anggota masyarakat yang meneruskan nilai-nilai etik atau budaya.
Ritualisme atau ritisme mengandung pemaksaan.
Ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi
yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi, menyerahkan diri dan seluruh
kemampuannya kepada kemaslahatan kemanusiaan. Ritualism sapentism; bergaya bijaksana,
memberi petuah-petuah dogmatis untuk menyembunyikan diri bahwa dirinya tidak memiliki sifat
bijak, mungkin juga menyembunyikan perasaan putus asa.
Ritual
Ritual adalah bentuk atau metode tertentu dalam melakukan upacara keagamaan atau upacara
penting, ritual dicirikan mengacu pada sifat dan tujuan yang mistik atau religius. Ritual dalam
kehidupan orang Bajo berhubungan dengan kepercayaan atau agama. Dalam kehidupan keagamaan
ritual menjadi salah satu unsur yang dipakai untuk mensosialisasikan nilai-nilai dari agama kepada
masyarakat. Ritual lebih menunjukan perilaku tertentu yang bersifat formal yang dilakukan secara
berskala, bukan sekedar rutinitas yang bersifat teknis namun disadari keyakinan religius terhadap
kekuasaan atau kekuatan mistis.