Anda di halaman 1dari 7

Jambura Journal of Educational Chemistry

Volume 3 Nomor 1, Februari 2021


p-ISSN: 2655-7606, e-ISSN: 2656-6427
Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjec
Diterima: 12-08-2020 | Disetujui: 12-08-2020 | Online: 19-02-2021

Diagnosa Miskonsepsi Siswa SMA Negeri 1 Telaga Gorontalo


pada Materi Termokimia
Mangara Sihaloho1, Sutra S. Hadis2, Ahmad Kadir Kilo3, dan Akram La Kilo4

1,2,4Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie, Moutong,
Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo 96119, Indonesia
3Program Studi Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie, Moutong, Tilongkabila, Kabupaten
Bone Bolango, Gorontalo 96119, Indonesia
*e-mail: akram@ung.ac.id

Abstrak
Tanpa disadari, setiap siswa senantiasa memiliki miskonsepsi pada materi kimia. Diganosa
miskonsepsi sejak dini sangat penting untuk menghentikan miskonsepsi agar tidak berpemngaruh
pada konsepsi beikutnya dan hasil belajar yang baru. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
mendiagnosa miskonsepsi siswa SMA Negeri 1 Telaga Gorontalo pada materi termokimia dengan
cara tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Sebanyak 25 soal pilihan ganda tersebut telah valid
dan reliabel serta diujikan pada 65 siswa SMA tersebut. Hasil yang diperoleh bahwa jumlah siswa
yang mengalami miskonsepsi sangat rendah, rendah, dan sedang masing-masing adalah 60 (92%),
3 (5%), dan 2 (3%). Sementara, miskonsepsi dengan kategori tinggi dan sangat tinggi tidak
ditemukan. Indikator pembelajaran yang banyak mengalami miskonsepsi adalah indikator tentang
teori atau konsep dibandingkan dengan perhitungan. Teori tersebut tentang membedakan jenis reaksi
eksoterm dan endoterm dan membedakan macam-macam perubahan entalpi molar. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa lebih banyak menghafal daripada memahami materi termokimia.
Hasil diagnosa ini dapat dijadikan acuan untuk pembelajran termokimia agar guru dapat menerapkan
cara yang tepat dalam pembelajaran

Kata kunci: miskonsepsi; termokimia; tes diagnostik dua tingkat; SMA Telaga Gorontalo;

PENDAHULUAN mentransformasi gambaran submikroskopik dari


Miskonsepsi materi kimia senantiasa makroskopik dan simbolik pada larutan garam dari
dialami oleh setiap siswa, teramsuk siswa SMA di asam kuat dan basa kuat (Arsyad et al., 2016).
Gorontalo. Maksum et al., (2017) melaporkan Khusus, materi termokimia Saleh et al., (2018)
bahwa 48,05% siswa SMA 2 Negeri Gorontalo menyatakan bahwa sebesar 27,63% siswa SMA
mengalami miskonsepsi pada larutan penyangga. Negeri 2 Kota Gorontalo mengalami miskonsepsi.
Hal yang sama tejadi pada siswa SMA 3 Gorontalo Miskonsepsi adalah intersepsi konsep
Utara, dimana miskonsepsi pada larutan penyangga dengan suatu pernyataan yang tidak dapat diterima
sebesar 47,17% (Monoarfa et al., 2017). Di SMA secara teori. Miskonsepsi terjadi karena siswa
Negeri 1 Kabila Gorontalo, sebanyak 22,12% siswa menyimpan pengetahuan sesuai dengan konsep
mengalami miskonsepsi pada materi hukum-hukum yang mereka ketahui, namun konsep tersebut
dasar kimia (Laliyo et al., 2020). Miskonsepsi juga menyalahi tinjauan ilmiah (Vosniadou, 1994).
terjadi di SMA Negeri 1 Telaga, dimana sebesar Siswa yang hadir di kelas pada umumnya telah
31,37% siswa mengalami miskonsepsi dalam membawa sejumlah pengalaman atau gagasan yang

©2021 by Jambura Journal of Educational Chemistry Volume 3, Nomor 1, Februari 2021 (PP. 7-13)
Department of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo - Indonesian
8 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 3, No. 1, Februari 2021

dibentuk sebelumya dan tanpa disadari pengalaman 1. tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat, 2.
tersebut tidak sesuai teori (miskonsepsi). Selain itu, menghitung skor jawaban siswa dari hasil tes,
miskonsepsi bersifat pribadi, berulang, melekat 3.menganalisis proses berpikir siswa, dan 4.
pada siswa (stabil), tnapa disadari, dan bila menentukan 4 subyek wawancara yang mempunyai
menyangkut koherensi maka siswa akan merasa miskonsepsi, dengan kriteria subyek dapat
tidak butuh pandangan yang koheren karena berkomunikasi lisan serta mampu mengungkapkan
interpretasi dan prediksi tentang peristiwa-peristiwa pendapat.
alam terlihat cukup memuaskan bagi siswa. Oleh
Hasil uji soal diberi skor setiap butir soal;
karena itu, miskonsepsi yang terjadi pada siswa
skor 1 jika jawaban benar-alasan benar; skor 0 jika
harus didiagnosa sehingga dapat dihilangkan dan
jawaban benar-alasan salah atau jika jawaban salah-
tidak mengganggu konsepsi berikutnya.
alasan benar; dan skor 0 jika jawaban salah-alasan
Hasil observasi yang telah dilakukan di
salah. Selanjutnya dilakukan pengklasifikasian
SMA Negeri 1 Telaga bahwa guru di SMA Negeri
jumlah siswa yang menjawab jawaban benar-alasan
1 Telaga khususnya guru kimia, belum sepenuhnya
benar; jawaban benar-alasan salah; jawaban salah
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan
alasan benar; dan jawaban salah-alasan salah untuk
kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa. Guru
dihitung persentase masing-masing kombinasi
masih lebih aktif dibandingkan siswa; siswa hanya
jawaban untuk mengetahui jumlah siswa yang
mendengarkan guru menerangkan, siswa mencatat
mengalami miskonsepsi. Terakhir dilakukan
materi yang diberikan oleh guru, dan kurang
perhitungan persentase total miskonsepsi siswa
berperan aktif dalam pembelajaran. Observasi di
pada materi termokimia secara keseluruhan dan
lapangan didapat nilai rata-rata ulangan harian
untuk setiap butir soal. Perhitungan ini dilakukan
terendah adalah pada materi pokok termokimia.
dengan cara siswa dengan jawaban benar-alasan
Rumape et al. (2020) juga melaporkan bahwa hasil
salah dan jawaban salah-alasan benar; termasuk
belajar siswa SMA Negeri 1 Telaga pada mata
dalam katagori miskonsepsi.
pelajaran kimia adalah di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) karena siswa Wawancara dilakukan untuk memperoleh
menggangap materi kimia sulit dan bukan pilihan data kualitatif tentang gambaran miskonsepsi siswa
utama. Oleh karena itu, ketidaktuntasan hasil dalam memecahkan masalah termokimia.
belajar siswa tersebut perlu dicari penyebabnya Wawancara dilakukan lebih mendalam bergantung
dengan cara melakukan tes diagnostik pilihan ganda pada situasi dari tiap tahapan pengetahuan siswa
dua tingkat yang dapat mendiagnosa miskonsepsi dalam memecahkan masalah kimia serta
pada siswa SMA Negeri 1 Telaga. disesuaikan dengan pokok-pokok pertanyaan pada
tipe masalah kimia.
METODE PENELITIAN Teknik Analisis Data
Sampel dan Jenis Penelitian Pengujian validitas dan reliabel soal tes
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian masing-masing menggunakan uji poin biserial dan
deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan uji KR-20 sebagaiman yang dilakukan oleh (Laliyo
miskonsepsi siswa SMA Negeri 1 Telaga, et al., 2020). Rumus uji poin biserial dan KR-20
Gorontalo. Pengambilan sampel dilakukan secara masing-masing adalah:
acak sederhana, dan diperoleh kelas XI Matematika
dan Ilmu Alam (MIA) 1 dan MIA 4 sebanyak 65
siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan data peneliti.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
9 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 3, No. 1, Februari 2021

rbis =
( xi − xt ) pi rendah, sedang, tingg, dan sangat tinggi dengan
ketentuan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
st qi
 pi qi
Tabel 3. Kategori Miskonsepsi
k  

r11 = 1− Miskonsepsi (%) Kategori
k − 1  st 2 
 0 - 45 Sangat Rendah
46 - 55 Rendah
56 - 65 Sedang
dimana 𝑟𝑏𝑖𝑠 adalah koefisien korelasi biseral; 𝑥̅𝑖 , 66 - 79 Tinggi
rerata skor jawaban benar; 𝑥̅𝑡 , rerata skor total; st,
standar deviasi; 𝑝𝑖 , proporsi jawaban benar; 𝑞𝑖 , HASIL DAN PEMBAHASAN
proporsi jawaban salah; r11 reliabilitas tes; k, Validitas dan Reliabilitas Soal Tes
banyaknya butir soal yang valid;, dan st2 , varians Jumlah soal yang diujikan pada 65 siswa
skor total. adalah 25 soal valid yang ditunjukkan dengan nilai
Item soal dikatakan valid apabila rbis >rtabel, korelasi point biserial (rbis) setiap soal lebih besar
dengan db = n dan taraf kepercayaan 95%. dari rtabel (0,344). Instrumen tes ini pun telah reliabel
Sementara, reliabilitas tes diinterpretasi berdasarkan nilai reabilitas yang diperoleh yaitu
berdasarkan Tabel 1. 0,917, dengan kategori sangat tinggi.
Miskonsepsi Siswa pada Materi Termokimia
Tabel 1. Interpretasi Nilai r
Miskonsepsi adalah pandangan dan
Nilai r Kategori
0,81 - 1,00 Sangat tinggi pengertian yang salah memahami peristiwa atau
0,61 – 0,80 Tinggi penjelasan yang terjadi yang disebabkan oleh
0,41 – 0,60 Cukup bimbingan dan pengajaran yang tidak benar.
0,21 – 0,40 Rendah Miskonsepsi bersifat berulang dan melekat kuat
0,00 – 0,20 Sangat rendah
pada siswa sehingga dapat mengganggu konsepsi
materi-materi berikutnya. Miskonsepsi ini terjadi
Analisis Miskonsepsi Siswa
pada semua materi kimia, termasuk termokimia.
Jawaban siswa dari tes diagnostik pilihan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentasi
ganda dua tingkat dapat berkategori paham konsep,
miskonsepsi siswa pada materi termokimia
miskonsepsi, dan tidak paham konsep sebagimana
diperoleh 60 siswa (92%) sangat rendah, 3 siswa
ditunjukkan pada Tabel 2.
(5%) rendah, 2 siswa (3%) sedang dan tidak ada
Tabel 2. Kategori Jawaban Siswa siswa yang berada pada kategori miskonsepsi tinggi
Jawaban Alasan dan sangat tinggi sebagaimana ditunjukkan pada
Kategori
B S TT B S TT
Gambar 1.
√ √ Paham
√ √ Miskonsepsi
√ √ Miskonsepsi
√ √ Tidak paham
√ √ Tidak paham
√ √ Tidak paham
√ √ Tidak paham
Ket: Dimana, B, S, dan TT masing-masing adalah benar,
salah, tidak terjawab/tanpa alasan.

Persentasi miskonsepsi siswa dirumuskan Gambar 1. Persentasi Miskonsepsi Siswa pada


dengan: Materi Termokimia
𝑠𝑚
𝑝𝑚 =
× 100%
𝑠𝑡𝑜𝑡 Jika miskonsepsi diuraikan berdasarkan
Dimana pm, sm, dan stot adalah persentasi indikator, maka diperoleh 14, 19, 18, dan 14 siswa
miskonsepsi, skor miskonsepsi, dan skor total. yang masing-masing pada indikator membedakan
Kategori miskonsepsi terdiri dari sangat rendah,
10 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 3, No. 1, Februari 2021

sistem dan lingkungan, membedakan reaksi hal yang dianggapnya sederhana tetapi ternyata
eksoterm dan reaksi endoterm, membedakan perlu pemahaman seperti transfer energi pada reaksi
macam-macam perubahan entalpi molar, dan eksoterm dan endoterm. Siswa mengetahui tentang
menentukan perubahan entalpi reaksi ( adanya transfer energi dari sistem ke lingkungan
atau sebaliknya, tetapi ketika ada soal yang berupa
contoh reaksi tersebut siswa tidak dapat
membedakan tanda-tanda reaksi eksoterm dan
endoterm. Meskipun siswa bisa menyebutkan reaksi
yang terjadi tetapi mereka tidak dapat
mengelompokkan reaksi tersebut ke dalam reaksi
eksoterm dan endoterm. Siswa mampu
mendefinisikan sistem dan lingkungan tetapi tidak
dapat menunjukkan mana sistem dan mana
lingkungan.
Miskonsepsi terbanyak kedua yang dialami
siswa adalah membedakan macam-macam
perubahan entalpi molar. Tingginya miskonsepsi
pada indikator ini disebabkan oleh beberapa hal
Gambar 2). yakni meskipun siswa mampu menjelaskan
pengertian dari perubahan entalpi pembentukan
tetapi siswa tidak mampu menerapkan dalam
perhitungan menggunakan rumus karena siswa
masih mengalami kesulitan menerapkan pengertian
dari suatu konsep perubahan entalpi ke dalam
rumus. Ada juga siswa yang telah memahami
perhitungan dalam perubahan entalpi tetapi tidak
dapat mendefinisikannya. Miskonsepsi yang
dialami siswa pada indikator eksoterm dan
endoterm juga berpengaruh terhadap munculnya
miskonsepsi pada indikator membedakan macam-
macam perubahan entalpi molar. Siswa tidak bisa
memberikan tanda yang benar pada perubahan
entalpi karena siswa tidak paham bahwa
melepaskan kalor berarti perubahan entalpinya
bertanda negatif dan menerima kalor berarti
Gambar 2. Miskonsepsi Siswa berdasarkan perubahan entalpinya bertanda positif.
Indikator dari Materi Termokimia. Pada indikator membedakan sistem dan
lingkungan siswa masih mengalami miskonsepsi
Miskonsepsi terbanyak yang dialami siswa karena siswa hanya menghafal pengertian dari
adalah membedakan reaksi eksoterm dan reaksi sistem dan lingkungan tanpa mencermati
endoterm. Hal ini disebabkan karena meskipun perbedaannya, sehingga ketika siswa diberikan soal
siswa dapat menjelaskan pengertian dari reaksi tentang membedakan sistem dan lingkungan
eksoterm dan endoterm tetapi ketika dihadapkan melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari masih
pada soal yang disertai contoh peristiwa eksoterm ada siswa yang mengalami kesulitan membedakan
dan endoterm, siswa tidak dapat menjelaskan mana antara sistem dan lingkungan. Hal ini sejalan
yang termasuk peristiwa eksoterm dan mana dengan publikasi yang dilaporkan oleh La Kilo
peristiwa endoterm. Siswa sering mengabaikan hal- (2017) dan Monoarfa et al. (2017) bahwa siswa
11 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 3, No. 1, Februari 2021

yang menghafal tanpa paham dengan apa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 5 orang siswa.
dihafal, maka siswa tersebut sulit untuk paham Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi
konsep yang saling berkaitan seperti larutan bahwa dalam pembelajaran materi termokimia di
penyangga dan hidrolisis garam. Demikian juga kelas, guru sudah menerapkan model dan metode
pada indikator menentukan perubahan entalpi reaksi pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan agar
siswa masih mengalami miskonsepsi karena siswa aktif dalam proses pembelajaran. Menurut
meskipun siswa mengetahui definisi perubahan siswa cara mengajar guru sudah menyenangkan
entalpi tetapi siswa tidak dapat menerapkannya namun kadang-kadang siswa yang kurang
dalam pemecahan soal yang diberikan. Siwa kurang berinteraksi sehingga pembelajaran kurang efektif.
memahami reaksi yang terjadi dan ada juga siswa Siswa berpendapat bahwa mata pelajaran
yang tidak dapat menyebutkan reaksi yang terjadi. termokimia merupakan mata pelajaran yang sulit
Siswa juga cenderung mengabaikan koefisien pada terutama pada sub topik penentuan kalor reaksi,
reaksi dan jumlah mol yang diminta dalam soal reaksi eksoterm, dan endoterm karena pada sub
sehingga kurang tepat dalam menyelesaikan soal- topik tersebut banyak rumus yang digunakan dan
soal. Koefisisn reaksi dan jumlah mol merupakan siswa mengalami kesulitan dalam membuat
dua hal yang terlihat mudah, namun banyak siswa persamaan reaksi. Oleh sebab itu, ketika guru
yang sering keliru bahkan salah konsep dengan memberikan soal evaluasi, masih ada soal yang
kedua hal tersebut (Rahayu, 2016) . tidak bisa dikerjakan oleh siswa, dan jika
Hasil penelitian juga didukung oleh hasil dikerjakan, jawaban siswa kurang tepat.
wawancara kepada perwakilan siswa yang

Gambar 3. Miskonsepsi siswa berdasarkan butir soal dari materi termokimia

Profil miskonsepsi siswa pada tiap butir menebak pilihan jawaban tentang pernyataan
soal (Error! Reference source not found.) materi sebutan untuk kalor yang dilepas dalam suatu reaksi
termokimia adalah sebanyak 23 butir soal (nomor 1, kimia. Dugaan tersebut diperkuat dengan jawaban
2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, siswa pada pernyatan tentang sebutan reaksi suatu
20, 21, 22, 23, 24, 25) siswa berada pada kategori zat yang menyerap kalor (nomor 9) dimana justru
miskonsepsi sangat rendah, 1 butir soal (nomor 18) sebaliknya, miskonsepsi siswa berada pada kategori
siswa berada pada kategori miskonsepsi rendah, 1 sangat rendah. Dugaan jawaban tebakan ini
butir soal (nomor 8) siswa berada pada kategori disinyalir bahwa siswa hanya menghafal suatu
miskonsepsi sedang dan tidak ada butir soal yang pengertian tanpa memahami apa maksud pengertian
berada pada kategori miskonsepsi tinggi dan sangat eksoterm dan endoterm. Akibatnya, siswa tidak
tinggi. Pada kategori sedang, siswa diduga hanya mampu membedakan contoh suatu reaksi dalam
12 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 3, No. 1, Februari 2021

kehidupan sehari-hari, mana yang disebut reaksi menyatakan sebanyak 71% siswa telah menjawab
eksoterm/endoterm. sesuai dengan konsep (tidak mengalami
Miskonsepsi yang terjadi mengindikasikan miskonsepsi). Selain itu, satu hal penting yang dapat
bahwa siswa hanya mampu memahami dan menyentuh hati siswa agar belajar aktif dan
merencanakan masalah, namun siswa tidak mampu menyadari adanya miskonsepsi dalma dirinya, yaitu
untuk menyelesaikan masalah, apalagi mengecek belajar melalui pemaknaan, seperti yang
kembali masalah yang dipelajari. Oleh karena itu, disampikan oleh Gonibala et al. (2019).
proses pembelajaran kimia membutuhkan
bimbingan guru dengan menerapkan metode KESIMPULAN
pembelajaran, seperti inkuiri terbimbing (Laliyo et Miskonsepsi SMA Negeri 1 Telaga pada
al., 2020). Pembelajaran yang hanya mengandalkan materi termokimia telah didiagnosa dengan tes
secara parsial representasi kimia, yaitu diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Meskipun
maksroskopik, simbolik, atau submikroskopik saja miskonsepsi sebagian besar tergolong sangat rendah
maka sulit bagi siswa unutk mrmahami konsep (Bait (sekitar 92%) dan hanya 5% dan 2% rendah dan
et al., 2018). Bahkan gabungan dua representasi sedang, namun miskonsepsi tersebut dapat
kimia pun tidak cukup unutk menyampaikan materi berpengaruh pada konsepsi berikutnya. Perhatian
secara lengkap. Oleh karena itu pembelajaran kimia guru untuk mereduksi bahkan menghilangkan
yaang penuh dengan materi yang abstrak perlu miskonsepsi tersebut sangat diperlukan dengan
diajarkan secara utuh ketiga representasi kimia menerapkan berbagai cara pembelajaran, seperti
tersebut. praktikum, interkoneksi multipel representasi,
Tugas utama seorang guru dalam model langsung disertai hierarki konsep, dan melaui
pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi, pemaknaan.
tetapi juga menanamkan pengertian dan konsep
dengan benar. Guru harus terlebih dahulu DAFTAR PUSTAKA
mengetahui konsep awal yang ada dalam diri siswa Arsyad, M. A. M., Sihaloho, M., & La Kilo, A.
sehingga guru dapat menstimulus pembelajaran (2016). Analisis miskonsepsi pada konsep
yang memungkinkan siswa memahami suatu hidrolisis garam siswa kelas XI SMAN 1
Telaga. Jambura Journal of Educational
konsep. Diagnosa sejak dini miskonsepsi pada
Chemistry, 11(2), 190–195.
siswa, maka dapat mereduksi bahkan menghilngkan
miskonsepsi pada diri siswa. Oleh karena itu, Bait, D. J., Duengo, S., & La Kilo, A. (2018).
diperlukan model, metode, strategi, dan teknik yang Pengaruh model pembelajaran simayang tipe
II terhadap peningkatan kemampuan
tepat dalam pembelajaran kimia. Pengumpulan data representasi kimia siswa kelas X pada materi
menggunakan tes instrument tes diagnostik tiga larutan elektrolit dan nonelektrolit di SMA
tingkat. Model pembelajaran langsung disertai Terpadu Wira Bhakti Gorontalo. Jambura
hierarki konsep pada materi termokimia dapat Journal of Educational Chemistry, 13(2),
menurunkan miskonsepsi siswa sebesar 27,63% 157–163.
(Saleh et al., 2018). (Nasrudin & Suyono, n.d.) Gonibala, A., Pikoli, M., & Kilo, A. La. (2019).
melaporkan bahwa implementasi pembelajaran Validitas perangkat pembelajaran materi
melalui interkoneksi multipel representasi pada ikatan kimia berbasis model pembelajaran
materi termokimia dapat mereduksi miskonsepsi pemaknaan untuk melatihkan sensitivitas
moral siswa SMA. Jambura Journal of
mahasiswa dari rata-rata 12,25% pada tes awal
Educational Chemistry, 1(1), 1–6.
menjadi 10,25% pada tes akhir atau terjadi https://doi.org/10.34312/jjec.v1i1.2067
penurunan dengan rata-rata 2,00%. Greenbowe &
Meltzer (2003) melaporkan bahwa 207 orang Greenbowe, T., & Meltzer, D. (2003). Student
learning of thermochemical concepts in the
mahasiswa yang mengalami miskonsepsi pada context of solution calorimetry. International
konsep termokimia dapat diatasi dengan cara Journal of Science Education, 25(7), 779–
eksperimen di laboratorium. Hasil penelitian ini 800.
13 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 3, No. 1, Februari 2021

La Kilo, A. (2017). Solusi rumus derajat keasaman THERMOCHEMISTRY BY CONNECTING


reaksi asam basa pada larutan penyangga THE MUTIPLE REPRESENTATION FOR
dengan metode mol awal (rumus akram). REDUCTION MISCONCEPTIONS.
PATEN, 8(1065).
Rahayu, S. (2016). Peningkatan Keaktifan dan Hasil
Laliyo, L. A. R., Kau, M., La Kilo, J., & La Kilo, A. Belajar Konsep Mol Menggunakan Papan
(2020). Kemampuan siswa memecahkan Permainan Monopoli Sebagai Pembelajaran
masalah hukum-hukum dasar kimia melalui Paikem. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas,
pembelajaran inkuiri terbimbing. AR-RAZI 17(5).
Jurnal Ilmiah, 8(1), 1–8.
Rumape, O., Christopel, N., La Kilo, J., & La Kilo,
https://doi.org/10.29406/ar-r.v8i1.1875
A. (2020). PENERAPAN
Maksum, M. J., Sihaloho, M., & La Kilo, A. (2017). PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
Analisis kemampuan pemahaman siswa pada TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI
konsep larutan penyangga menggunakan KARTU NAMA DARI TATA NAMA
three tier multiple choice tes. Jambura SENYAWA KIMIA UNTUK
Journal of Educational Chemistry, 12(1), 47– MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
53. SISWA. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia,
4(1).
Monoarfa, Z. P., La Kilo, A., & Botutihe, D. N.
(2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas Saleh, R., Lukum, A., & La Kilo, A. (2018). Model
XI IPA 1 di SMA Negeri 3 Gorontalo Utara Pembelajaran Langsung Disertai Hierarki
pada Konsep Larutan Penyangga. Jambura Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi siswa
Journal of Educational Chemistry, 12(2), Pada Materi Termokimia DiKelas XI IPA
215–223. SMA Negeri 2 Kota Gorontalo TA 2016-
2017. Skripsi, 1(441412077).
Nasrudin, H., & Suyono, M. I. (n.d.).
PEMBELAJARAN TERMOKIMIA DENGAN Vosniadou, S. (1994). Capturing and modeling the
MENGINTERKONEKSIKAN MULTIPEL process of conceptual change. Learning and
REPRESENTASI UNTUK MEREDUKSI Instruction, 4(1), 45–69.
MISKONSEPSI LEARNING OF

Anda mungkin juga menyukai