Anda di halaman 1dari 3

http://jatim.bawaslu.go.

id/2020/04/pandangan-publik-tentang-pilkada-di-tengah-pandemi/

https://www.merdeka.com/politik/bawaslu-soroti-minimnya-partisipasi-publik-laporkan-
pelanggaran-kampanye-pilkada.html
Persepsi publik dan partisipasi publik

Yohan Wahyu dari Litbang Kompas, saat mengisi Tadarus Pengawasan Pemilu pada 29
April 2020 memaparkan hasil jajak pendapat tentang Pilkada saat Pandemi Covid-19. Ada
banyak temuan menarik yang dipaparkan oleh Yohan. Di antaranya, pendapat publik tentang
penundaan Pilkada. 92 persen responden setuju tahapan Pilkada ditunda.

Alasan penundaan Persentase


sangat khawatir terhadap covid-19 51,3
khawatir dengan covid-19 47

Yohan juga menemukan bahwa mayoritas responden lebih setuju Pilkada ditunda sampai
tahun 2021.

Penundaan Persentase
ditunda pada September 2021 36,9
ditunda pada 17 Maret 2021 32,3
ditunda pada 9 Desember 2020 16,9
tidak tahu 13,9

“Dari opsi yang ditawarkan oleh Komisi Pemilihan Umum, lebih banyak responden yang
menginginkan penundaan di atas 6 bulan. Bahkan lebih banyak responden yang menginginkan
penundaan sampai tahun 21 september 2021. Hal ini karena publik melihat akhir pandemi belum
juga jelas”, terangnya via online.
Litbang Kompas juga menelusuri persepsi publik tentang penundaan Pilkada berkenaan
dengan partisipasi masyarakat. Disinilah persepsi publik terbelah.

Persepsi Persentase
menganggap tidak akan berpengaruh
45
terhadap partisipasi
berpengaruh terhadap tingkat
44
partisipasi masyarakat.

Masih menurut Yohan, saat publik disodorkan pertanyaan tentang pendataan pemilih
yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum saat pandemi,

Kesediaan Persentase
mengatakan akan tetap bersedia menemui
80
petugas dengan menjaga jarak
menolak untuk menemui karena khawatir
15
tertular covid-19

Di akhir pemaparannya, Yohan mencatat bahwa covid-19 menjadi variabel penting kapan
Pilkada akan digelar. Pilkada memungkinkan untuk bertemu. Sementara covid-19 dengan
menjaga jarak. Pilkada membutuhkan pertisipasi. Sementara covid-19 tidak.
Sebagai informasi, bahwa pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas
dilakukan dengan survei online sejak tanggal 24-25 Maret 2020 dengan 1.315 responden dan
berasal dari 27 Provinsi se-Indonesia. Setelah dilakukan pembobotan mendekati populasi dan
karakter masyarakat Indonesia, responden tereduksi menjadi 930 orang. Tingkat kepercayaan 95
persen.
Sedangkan Partisipasi Publik Laporkan Pelanggaran Kampanye Pilkada Anggota
Bawaslu Fritz Edward Siregar mengatakan partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan
pelanggaran tahapan kampanye Pilkada Serentak 2020 di media sosial masih kurang. Padahal
kata Fritz, pihaknya telah menyediakan aplikasi Gowaslu dan ‘hotline’ melalui nomor Whatsapp
08111414414.
Dia mengatakan Bawaslu akan berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat. Salah
satunya mengajak para ‘stakeholder’ duduk bersama menyamakan persepsi dalam menangani
pelanggaran konten internet.
Menurut Fritz saat ini masyarakat belum mendapatkan pemahaman yang sama pada
jajaran ‘stakeholder’ dalam menangani konten-konten medsos.
Dia mengatakan ketidaktahuan masyarakat menyebabkan langgengnya hoaks dan ujaran
kebencian di medsos. Sebab, menurut Fritz, masyarakat saat ini belum memahami arti kebebasan
berekspresi yang sebenarnya.

Pembaruan aturan terkait tahapan kampanye Pilkada 2020

Pada kampanye 2020 ini,Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memperbarui aturan
terkait tahapan kampanye Pilkada 2020 di tengah situasi pandemi Covid-19.Di dalam aturan baru
yang tertuang di dalam PKPU Nomor 13 Tahun 2020, lembaga penyelenggara pemilu itu
mengatur sejumlah sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan pada saat Pilkada 2020.

Anda mungkin juga menyukai