Anda di halaman 1dari 3

https://id.wikipedia.

org/wiki/Pemilihan_umum
https://voi.id/en/bernas/13022/segala-fakta-penting-yang-perlu-diketahui-dari-
pilkada-2020-di-tengah-pandemi-covid-19
Pendahuluan
Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk mengisi
jabatan politik tertentu.Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari
jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/legislatif di berbagai tingkat pemerintahan,
sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi
jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih
sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan
lain-lain kegiatan.Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun
dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai
oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada
merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada
masa kampanye.Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari
pemungutan suara.
Pilkada 2020 akan tercatat dalam sejarah sebagai pesta demokrasi yang diselenggarakan
pada masa pandemi COVID-19. Tentu saja, bakal banyak perbedaan pada pelaksanaan Pilkada
tahun ini. Perubahan itu antara lain soal aturan, anggaran, dan prosedur penyelenggaraan yang
harus sejalan dengan upaya pencegahan penularan virus corona.
Sebenarnya banyak masyarakat yang ingin Pilkada tahun ini ditunda lantaran pandemi
COVID-19. Survei Indikator Politik pada Juli mencatat 63 persen warga berharap agar Pilkada
sebaiknya ditunda. Namun, Pilkada ini dirasa perlu sebab apabila ditunda salah satu petakanya
akan mempersulit birokrasi.
Untuk itu, segala upaya dilakukan pemerintah agar Pilkada tahun ini tetap terlaksana.
Beberapa diejawantahkan dalam peraturan dan prosedur baru yang sejalan dengan upaya
penanggulangan COVID-19.
Untuk memberikan kepastian hukum terkait pelaksanaan protokol kesehatan dalam
penyelenggaraan Pilkada 2020, pemerintah menelurkan peraturan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Nomor 6 Tahun 2020. Beleid itu berisi aturan penerapan protokol kesehatan pada setiap
tahapan Pilkada. anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rahmat Bagja mengatakan, KPU
dan jajarannya bersama Bawaslu menjadi agen sosialisasi penerapan protokol kesehatan di
masyarakat. Menurutnya kerja sama itu menjadi terobosan dalam menangani pandemi di
Indonesia. anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rahmat Bagja mengatakan, KPU dan
jajarannya bersama Bawaslu menjadi agen sosialisasi penerapan protokol kesehatan di
masyarakat. Menurutnya kerja sama itu menjadi terobosan dalam menangani pandemi di
Indonesia.
Selain proses pendaftaran, pelaksanaan kampanye dan pemungutan suara juga dipastikan
akan berbeda dari kondisi normal. Yang paling akan terasa berbeda pada Pilkada 2020 ini adalah
ketika para pasangan calon harus sebisa mungkin membatasi diri bertemu dengan khalayak
ramai. Dalam aturan itu juga diatur mengenai diskusi publik yang harus dilakukan di studio
Lembaga Penyiaran. Pada pendukung tak diperkenankan hadir pada acara-acara tersebut.
Walaupun segala upaya telah dikerahkan untuk menciptakan rasa aman dan sehat kepada
masyarakat dalam penyelenggaraan Pilkada 2020, hal itu tentu akan menjadi apabila tingkat
partisipasi masyarakat rendah. Oleh karena itu menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk
Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini faktor krusial lain untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat yakni kualitas calon kepala daerahnya itu sendiri.
Pertarungan pemilu 2020 pada masa pandemi COVID-19 menjadi kata kunci. Hal itu
karena perlunya inovasi di tengah situasi penuh ketidakpastian guna memastikan daerah yang
dipimpin mengalami kemajuan.
Dalam survei Litbang Kompas mengenai persepsi publik terhadap politik dinasti,
kompetensi calon pemimpin daerah berkaitan dengan kemampuan untuk berkompetisi di masa
pandemi. Di antaranya keharusan untuk beradaptasi dengan model kampanye yang berubah,
menjadi di ranah daring serta dari rumah ke rumah. Juga beradaptasi dengan kesulitan ekonomi
yang dihadapi sebagian pihak sehubungan dengan konteks tersebut.
Namun dibalik semua aturan itu,masih banyak kandidat yang melanggar aturan terutama
disaat kampanye. Perlu komitmen yang lebih tinggi dari pasangan calon kepala daerah serta
partai politik pengusung dan simpatisannya untuk mematuhi protokol kesehatan yang telah
ditentukan. Sebab, pelaksanaan pilkada serentak pada tahun ini dilangsungkan di tengah situasi
pandemi.Sehingga, jika terjadi pelanggaran protokol kesehatan, berpotensi meningkatkan risiko
penularan virus corona di tengah masyarakat.
Badan pengawas Pemilu ( Bawaslu) mencatat, terdapat 375 pelanggaran protokol
kesehatan yang terjadi pada kurun 6-15 Oktober 2020. Angka pelanggaran bertambah 138 kasus
bila dibandingkan dengan pengawasan pada kurun waktu sebelumnya, yaitu pada 26 September
hingga 5 Oktober yang tercatat 237 kasus.
Tercatat, ada 233 peringatan tertulis yang diberikan Bawaslu kepada para pelanggar
protokol kesehatan di dalam rentang masa pengawasan sepuluh hari kedua. Jumlah itu
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan peringatan tertulis yang diberikan pada
sepuluh hari pertama yaitu sebanyak 70 peringatan.
Sementara itu, sanksi berupa pembubaran kampanye pada sepuluh hari kedua mengalami
penurunan, dibandingkan sepuluh hari pertama pengawasn, yakni dari 48 sanksi turun menjadi
35 sanksi.
Afifuddin mengungkapkan, peningkatan kasus pelanggaran protokol kesehatan terjadi
seiring dengan peningkatan pelaksanaan kampanye dengan metode pertemuan terbatas atau tatap
muka. Bawaslu mencatat, ada 16.468 kegiatan kampanye pertemuan terbatas di 270 daerah yang
menyelenggarakan pilkada. Jumlah itu meningkat tajam dibandingkan pada periode 10 hari
pertama yaitu sebanyak 9.189 kegiatan kampanye.

Anda mungkin juga menyukai