PEMISAHAN MEKANIK
“SEDIMENTASI”
DISUSUN OLEH
No.Mahasiswa : 021180025
Kelas :A
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sedimentasi
2. Untuk mengetahui macam sedimentasi
3. Untuk mengetahui proses sedimentasi
4. Untuk mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam proses sedimentasi
1.4 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai prinsip
Sedimentasi serta pengaplikasian nya di dalam bidang industri.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan ke unit
pengolahan lumpur tersendiri.
4
Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air tergantung pada berat
jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak
pengendap. Dapat disimpulkan bahwa sedimentasi merupakan proses pemisahan
dan pengendapan padatan dan cairan (solid-liquid) dengan menggunakan gaya
gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi, baik dalam pengolahan air bersih
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air,
pengurangan kadar bahan-bahn kimia terlarut dalam air sampai batas yang
dianjurkan, penghilangan mikroba pathogen, memperbaiki derajat keasaman (pH)
serta memisahkan gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan.
5
diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai
oksidator klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air.
d. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall atau perforated
baffle untuk meratakan aliran ke bak pengendap dengan kecepatan yang
rendah. Diusahakan agar inlet bak langsung menerima air dari outlet bak
flokulator.
e. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu
flok yang telah mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir) dengan tinggi
air di atas weir yang cukup tipis (1,5cm).
1. Cara Batch
Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi
batch paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah.
Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa dilihat pada
6
gambar berikut :
Keterangan :
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau
7
beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar
berikut :
Keterangan :
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan
secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan.
8
Gambar 3 Mekanisme Sedimentasi Kontinyu (Budi, 2011)
Keterangan :
9
kemudian partikel bercampur dengan partikel lainnya dan kemudian
mereka karam bersama-sama.
Tipe sedimentasi yang sering ditemui pada proses pengolahan air minum adalah
sedimentasi tipe I dan tipe II. Sedimentasi tipe I dapat ditemui pada bangunan grit
chamber dan prasedimentasi (sedimentasi I). Sedimentasi tipe II dapat ditemui pada
bangunan sedimentasi II. Sedangkan sedimentasi tipa III dan IV lebih umum
digunakan pada pengolahan air buangan.
10
apabila aliran dalam keadaan tenang (aliran laminar). Sebagai contoh sedimentasi
tipe I antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk
pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber.
Partikel yang mempunyai rapat masa lebih besar dari rapat masa air akan
bergerak vertical ke bawah. Gerakan partikel di dalam air yang tenang akan
diperlambat oleh gaya hambatan akibat kekentalan air (drag force) sampai dicapai
suatu keadaan dimana besar gaya hambatan setara dengan gaya berat efektif partikel
di dalam air. Setelah itu gerakan partikel akan berlangsung secara konstan dan
disebut terminal settling velocity. Gaya hambatan yang dialami selama partikel
bergerak di dalam air dipengaruhi oleh kekasaran, ukuran, bentuk, dan kecepatan
gerak partikel serta rapat masa dan kekentalan air.
11
partikel menyebabkan adanya gaya drag dan diimbangi oleh gaya impelling,
sehingga kecepatan pengendapan partikel konstan.
Gaya impelling dinyatakan dengan persamaan :
F1 = ( s - ) g V
Dimana :
F1 = gaya impelling s = densitas massa partikel
= densitas massa liquid V = volume partikel
g = percepatan gravitasi
Gaya drag dinyatakan dalam persamaan :
FD = CD AC (VS2/2)
Dimana : FD = gaya drag CD = koefisien drag
AC = luas potongan melintang partikel VS = kecepatan pengendapan
12
3. Bila diperoleh laminar, maka perhitungan selesai. Bila diperoleh turbulen,
maka gunakan persamaan untuk turbulen, dan bila diperoleh transisi, maka
gunakan persamaan untuk transisi.
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang
relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan
ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa
kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan
bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk
menahan flok–flok yang terbentuk.
13
Gambar 7. Primary Clarifier
Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini adalah pengendapan lumpur
biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur aktif (Gambar 2.2). Tujuan
pemampatan pada final clarifier adalah untuk mendapatkan konsentrasi lumpur
biomassa yang tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur ke dalam reaktor lumpur
aktif
14
Gambar 8. Pengendapan pada final clarifier untuk proses lumpur aktif
3.10)
15
II.4. Unit Sedimentasi
Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan
solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan
konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara
keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
• Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit
penyaring selanjutnya;
Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendap I akan diolah lebih lanjut pada
proses penanganan lumpur, sehingga volume lumpur dapat diperkecil. Sedang
fluida atau supernatannya keluar melalui sistem pelimpah yang ditampung pada
saluran penampung/gullet menuju ke unit pengolahan biologi.
16
Bak sedimentasi ideal. Sebuah aliran horizontal untuk melukiskan dalam bak
sedimentasi menunjukkan karakteristik, yang secara umum digunakan cara
pengendapan partikel diskrit :
Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah outlet, dan
dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel diskret tergantung
pada besarnya kecepatan pengendapan.
3. Zona lumpur.
Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia akan
tetap disana. 4. Zona outlet.
Dalam zona ini, air yang partikelnya telah terendapkan terkumpul pada
bagian melintang bak dan siap melngalir keluar bak.
17
b. Bak Pengendap II (Clarifier)
Bak pengendap II berfungsi untuk mengendapkan zat padat yang terdapat
dalam air buangan setelah melalui pengolahan biologis. Bak pengendap ini
dilengkapi dengan pengeruk lumpur mekanis. Lumpur yang terkumpul dipompakan
ke unit pengolahan lumpur, sedang supernatannya dialirkan menuju bak filtrasi
sebelum dibuang ke dalam air penerima. Bentuk bak sedimentasi yaitu:
Gambar 11 Bak sedimentasi berbentuk segi empat: (a) denah, (b) potongan
memanjang
b. Lingkaran (circular) – center feed.
Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian tengah bak,
kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet di sekeliling bak,
sementara partikel mengendap ke bawah Secara tipikal bak persegi mempunyai
rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.
(a) (b)
Gambar 2.8 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran-center feed (a) denah (b)
potongan melintang
18
c. Lingkaran (circular) – periferal feed.
Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal
mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel
mengendap ke bawah . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed
menghasilkan short circuit yang lebih kecil dibandingkan tipe center feed, walaupun
center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola aliran pada bak lingkaran
kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang. Meskipun
demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan
(a) (b)
Gambar 2.9 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran – periferal feed:
(a) denah, (b) potongan melintang
𝑄
Vo= Ap
Laju linier (V) mengambarkan besarnya kecepatan horizontal adalah fungsi dari laju
alir (Q) dibagi dengan luas area tegak lurus aliran
𝑄
V= 2𝐻
19
Ketinggian tangki sedimentasi (H) adalah
H= Vo t
Menentukan nilai V
dZ
V = - dθ , slope kurva grafik Z vs 𝜃
20
Hi−HL
VL = θL
H0−H0
CL = VL θL+HL
H0 = tinggi lapisan keruh dan bening mula-mula tinggi slurry dalam tabung
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan (solid-liquid) dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi, baik
dalam pengolahan air bersih (IPAM), maupun dalam pengolahan air limbah
(IPAL). Macam macam sedimentasi yaitu sedimentasi batch, semibatch dan
kontinu. Alat alat yang menggunakan proses sedimentasi diantaranya grit
chambers, primary clarifier dan Type 1 Settling in and Ideal settling.
22
Daftar Pustaka
23