*
Correspondence Author:
meyana.marbun23@gmail.com,/phone cell: 081375799228
ABSTRAK
Stunting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur berdasarkan TB/U
(tinggi badan menurut umur) (Setiawan, 2010). Stunting atau malnutrisi kronik merupakan
bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik yang
sudah lewat, berupa penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang
merupakan dampak utama dari gizi kurang.Gizi kurang merupakan hasil dariketidak seimbangan
faktor-faktor pertumbuhan (faktor internal dan eksternal).Tujuan penelitian untuk mengetahui
apakah adahubungan pengetahuan ibu hamil dan tingkat ekonomi dengan kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Parapat Tahun 2019 .Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling yakni seluruh populasi dijadikan sampleAnalisis kuantitatif deskriptif
analitik, yaitu menganalisis data-data yang diperoleh dari Puskesmas Parapat terkait yang
disajikan dalam bentuk tabel, gambar (chart) dan diagram. Analisis Kuantitatif, yaitu
menganalisis data dari hasil tabulasi kuesioner melalui analisis SPSS. Dari Beberapa kesimpulan
yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini, antara lain: adanya hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan ibu hamil dan tingkat sosial ekonomi terhadap kejadian stuntingdengan nilai p =
0,000.Sehingga disarankan pada Ibu yang memiliki Balita agar membawa balitanya untuk
posyandu, agar menurunkan jumlah Stuntingyang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Parapat
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019.
gagal tumbuh. Ini bisa dialami oleh anak-anak kurang dari 30 persen sebagai tinggi, dan lebih
yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi dari atau sama dengan 30 persen sangat tinggi.
berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak Indonesia tidak sendiri. Ada 44 negara lain
memadai. Anak dikatakan Stunting ketika dalam kategori angka Stunting sangat tinggi.
pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai WHO juga mencatat, 60 dari 134 negara
grafik pertumbuhan standar dunia. Menurut masih memiliki tingkat Stunting di bawah
pakar nutrisi dan penyakit metabolik anak, standar 20 persen. Padahal, Stunting adalah
Damayanti Rusli Sjarif, dampak Stunting indikator kunci kesejahteraan anak secara
bukan sekadar tinggi badan anak. Kalau anak keseluruhan. Negara-negara dengan angka
pendek, ketika remaja dia bisa tumbuh Stunting tinggi merefleksi ketidaksetaraan
tinggi badan.Tapi kalau sudah Stunting terkait Stunting sebagai fokus Global Nutrition
pertumbuhan otak, ketika sudah besar, anak Targets untuk 2025, juga Sustainable
42
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
survey awal, ditemukan ibu hamil yang Pada usia pra-sekolah anak menjadi
memiliki Balita, yaitu 23 orang balita yang konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
mengalami Stunting dari 86 orang balita, makanan yang disukainya. Pada masa ini anak
sedangkan selebihnya tidak. Sedangkan dilihat akan mencapai fase gemar memprotes
dari status gizi Balita umur 1-5 tahun yang sehingga mereka akan mengatakan “tidak”
berada di Puskesmas Parapat tercatat ada 5 terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat
orang yang mengalami gizi kurang (Kurus :-3 badan anak cenderung mengalami penurunan,
BB/PB sampai <-2 BB/PB), dengan akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pendidikan ibu terakhir SD. pemilihan maupun penolakan terhadap
makanan (Uripi, 2004). Anak balita
merupakan golongan rawan gizi karena
Pengertian Stunting
berhubungan dengan proses pertumbuhan
Balita atau anak bawah umur lima tahun
yang relatif pesat dan memerlukan zat-zat gizi
adalah anak usia kurang dari lima tahun,
dalam jumlah yang relatif besar.
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga
Stunting adalah kegagalan untuk
termasuk dalam golongan ini. Berdasarkan
mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur
karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat
berdasarkan TB/U (tinggi badan menurut
dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang
umur) (Setiawan, 2010). Stunting atau
berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita
malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari
merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia
kegagalan pertumbuhan. Stunting adalah
pra-sekolah lebih dikenal sebagai konsumen
gangguan pertumbuhan fisik yang sudah
aktif. Anak usia 1-3 tahun merupakan
lewat, berupa penurunan kecepatan
konsumen pasif, artinya anak menerima
pertumbuhan dalam perkembangan manusia
makanan dari apa yang disediakan ibunya.
yang merupakan dampak utama dari gizi
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
kurang. Gizi kurang merupakan hasil
masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan
dariketidak seimbangan faktor-faktor
jumlah makanan yang relatif besar. Namun
pertumbuhan (faktor internal dan eksternal).
perut yang masih lebih kecil menyebabkan
Gizi kurang dapat terjadi selama beberapa
jumlah makanan yang mampu diterimanya
periode pertumbuhan, seperti masa kehamilan,
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
masa perinatal, masa menyusui, bayi dan masa
usianya lebih besar.
pertumbuhan (masa anak). Hal ini juga bisa
berbagai zat gizi, menurut umur status gizi secara sampel besar adalah
misalnya (TB/U) adalah langsung yang paling antropometri.Di
mikronutrien, indikator untuk populer dan dapat Indonesia
protein atau energi mengetahui diterapkan untuk antropometri telah
(Setiawan,2010). seseorang anak populasi dengan digunakan secara
Pertumbuhan Stuntingatau normal. jumlah luas sebagai alat
(growth) berkaitan Tinggi badan untuk menilai status
dengan perubahan merupakan ukuran gizi masyarakat dan
dalam besar, jumlah, antropometri yang pertumbuhan
ukuran dan fungsi menggambarkan perorang pada
tingkat sel, organ pertumbuhan beberapa dasawarsa
maupun individu, skeletal.Dalam belakang ini
yang diukur dengan keadaan normal, (Supariasa et
ukuran berat (gram, tinggi badan tumbuh al,2001).
pound, kilogram), seiring pertambahan
ukuran panjang (cm, umur.Pertumbuhan Antropometri
sebagai indikator
meter), umur tulang tinggi badan relatif
dan keseimbangan kurang sensitif status gizi dapat
dilakukan dengan
motolik (retensi terhadap masalah
kalsium, dan kekurangan gizi mengukur beberapa
parameter,
nitrogen tubuh). dalam waktu yang
Pertumbuhan adalah pendek.Indeks TB/U sedangkan parameter
adalah ukuran
peningkatan secara menggambarkan
bertahap dari tubuh, status gizi masa tunggal dari ukuran
tubuh
organ dan jaringan lampau serta erat
dari masa konsepsi kaitannya dengan manusia.Tinggi
badan merupakan
sampai remaja sosial ekonomi
(Supariasa, et (Supariasa et al parameter yang
penting bagi keadaan
al,2001). 2001).
yang telah lalu dan
Indikator Stunting Salah satu keadaan
metode penilaian sekarang.Pengukuran
Tinggi badan
44
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
akan digunakan pendidikan ibu, saat baru lahir dari frekuensi semua
dalam penelitian ini pekerjaan ibu dan KMS Balita, data, variabel penelitian,
46
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
42
Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Parapat
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019
Dari Tabel 4 menunjukkan Umur Ibu yang memiliki Balita 1-5 tahun
pendidikan ibu sebagian besar
Umur ibu yang memiliki balita 1 – 5
pendidikan rendah sebanyak 44 orang
tahun selengkapnya dapat dilihat pada tabel
(51,2%), sedangkan yang berpendidikan
sebagai berikut.
tinggi sebanyak 42 orang (48,8%).
Hasil uji analisis bivariat pada tabel Hubungan tingkat ekonomi dengan
6 antara lain variabel pengetahuan Ibu hamil kejadian Stunting di Puskesmas Parapat. Hasil
secara statistik memiliki hubungan yang tabel silang antara hubungan tingkat ekonomi
bermakna dengan kejadian Stunting pada dengan kejadian Stunting pada balita
balita karena memiliki nilai p < 0,000. dijelaskan sebagai berikut.
Hasil uji analisis bivariat pada tabel 7 antara lain variabel tingkat
42
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
memiliki nilai p < 0,000. pengasuhan yang kurang baik, dalam hal ini
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan 86 responden, dengan dua
kelompok yaitu kelompok dengan balita
yang Stunting 35 responden dan kelompok
balita yang tidak Stunting 51 responden.
Penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Parapat Kecamatan Girsang
Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun
Tahun 2019. Hasil pengetahuan ini
membuktikan bahwa tingkat pengetahuan
ibu tentang kejadian Stunting (p=0,000) dan
Tingkat ekonomi dengan penghasilan
keluarga setiap bulan (p=0,000) berpengaruh
secara bermakna terhadap Stunting pada
balita umur 1-5 tahun.
43
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
Hasil ini sesuai dengan penelitian untuk kebutuhan makan pokok, tetapi untuk
yang dilakukan di Bangladesh yang kebutuhan lainnya.Tingkat pendapatan yang
menyatakan bahwa status sosial ekonomi tinggi belum tentu menjamin status gizi baik
yang rendah merupakan faktor risiko pada balita, karena tingkat pendapatan belum
kejadian Stunting pada anak balita (Jesmin tentu teralokasikan cukup untuk keperluan
et al,. 2011), tetapi pada penelitian Anindita makan.
(2012) bahwa tidak ada hubungan antara
Pendapatan keluarga berkaitan dengan
tingkat pendapatan keluarga dengan Stunting
kemuampuan rumah tangga tersebut dalam
yang menyatakan bahwa pertumbuhan bayi
memenuhi kebutuhan hidup baik primer,
tidak terlalu berpengaruh dengan pendapatan
sekunder, maupun tersier. Pendapatan
keluarga. Apabila keluarga dengan
keluarga yang tinggi memudahkan dalam
pendapatan yang rendah mampu mengelola
memenuhi kebutuhan hidup, sebaliknya
makanan yang bergizi dengan bahan yang
pendapatan keluarga yang rendah lebih
sederhana dan murah maka pertumbuhan
memalami kesulitan dalam memenuhi
bayi juga akan menjadi baik. Pendapatan
kebutuhan hidup. Pendapatan yang rendah
yang diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan
44
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
Balita yang memiliki jumlah anggota Hasil analisis bivariat pengetahuan ibu
keluarga yang lebih sedikit belum tentu tentang gizi dengan kejadian Stunting
terbebas dari Stunting.Karena bias jadi faktor didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti
pembagian makanan yang kurang adil dapat bahwa ada hubungan secara signifikan antara
juga mengakibatkan balita tersebut pengetahuan ibu dengan kejadian
mendapatkan jumlah makanan yang kurang, Stuntingpada balita usia 12-59 bulan di
sehingga asupan gizinya pun kurang. Selain wilayah kerja Puskesmas Parapat Kec.
itu, pola asuh yang salah seperti Girsang Sipangan Bolon Kabupaten
membiasakan anakyang lebih tua Simalungun Tahun 2019. Hasil tersebut
mendapatkan jumlah makanan atau asupan sesuai dengan penelitian Ni’mah & Nadhiroh
gizi yang lebih banyak di bandingkan (2015) dari hasil chi-square menunjukan
dengan anak yang lebih muda (balita) dapat bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
juga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan Stunting didapatkan
mempengaruhi tingginya jumlah kejadian nilai p-value 0,015 dan ibu yang memiliki
Stuntingpada balita yang justru berasal dari pengetahuan tentang gizi rendah memiliki
keluarga kecil.
45
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
resiko sebesar 3,877 kali untuk mengalami responden dalam penelitian ini diketahui
Stunting dibandingkan dengan ibu yang bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan tentang gizi berpendidikan rendah dan pekerjaan
yangbaik. reseponden adalah ibu rumah tangga, hal
tersebut menunjukan bahwa tingkat
Pengetahuan gizi merupakan
pendidikan yang lebih tinggi akan
pengetahuan ibu tentang gizi yang sangat
memudahkan untuk lebih memahami
berpengaruh pada pertumbuhan anak.
bagaimana mendidikan anak dan
Konsep adopsi perilaku yang dikemukakan
mengarahkan anak dalam pendidikan serta
oleh Mubarak (2011) bahwa proses
dalam memberikan makanan gizi seimbang
pembentukan perilaku adalah evolusi dari
sehingga dapat menunjang pertumbuhan
pengetahuan yang dapat membentuk sikap
danperkembangannya.
dan kemudian dapat mempengaruhi
terciptanya perilaku. Dalam mendapatkan suatu informasi
mengenai pengetahuan gizi baik yang
Hal tersebut dapat terwujud dengan
berasal dari pemberian informasi yang
memberikan suatu informasi atau
secara
pengalaman responden. Sesuai karakteristik
sengaja misalnya dalam penyuluhan ataupun semikin tua umur seseorang maka proses
yang berasal dari pengalaman baik yang perkembangan mentalnya menjadi baik,
bersifat langsung maupun pengalaman yang intelegensi atau kemampuan untuk belajar
tidak langsung.Hal tersebut mendorong dan berpikir abstrak guna, menyesuaikan diri
pengetahuan menjadi lebih baik, namun dari dalam situasi baru, kemudian lingkungan
hasil penelitian ini didapatkan ibu yang dimana seseorang dapat memperlajari hal-hal
memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak baik juga buruk tergantung pada sifat dari
42 dari 86 responden.Kondisi tersebut kelompoknya, budaya yang memegang peran
dipengaruhi oleh rendahnya intensitas penting dalam pengetahuan, dan pendidikan
informasi kepada responden tentang gizi merupakan hal yang mendasar untuk
serta kurangnya partisipasi tenaga kesehatan mengembangkan perngetahuan, dan
dalam menyampaikan informasi. pengalaman yang merupakan guru terbaik
dalam mengasah pengetahuan
Pengetahuan tentang gizi dipengaruhi
(Notoatmodjo,2010).
oleh beberapa faktor antaranya umur dimana
46
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
DAFTAR PUSTAKA
47
Kecamatan Lut Tawar,
Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal
Gizi dan Dietetik Indonesia, Vol
1 No3121-130.