Anda di halaman 1dari 15

Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DAN TINGKAT EKONOMI TENTANG


KEJADIAN STUNTING DIPUSKESMAS PARAPAT KECAMATAN PARAPAT
KABUPATEN SIMALUNGUNTAHUN 2019

Meyana Marbun 1), Romauli Pakpahan(2), Adrian K Tarigan(3)


Universitas Efarina

*
Correspondence Author:
meyana.marbun23@gmail.com,/phone cell: 081375799228

ABSTRAK

Stunting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur berdasarkan TB/U
(tinggi badan menurut umur) (Setiawan, 2010). Stunting atau malnutrisi kronik merupakan
bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik yang
sudah lewat, berupa penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang
merupakan dampak utama dari gizi kurang.Gizi kurang merupakan hasil dariketidak seimbangan
faktor-faktor pertumbuhan (faktor internal dan eksternal).Tujuan penelitian untuk mengetahui
apakah adahubungan pengetahuan ibu hamil dan tingkat ekonomi dengan kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Parapat Tahun 2019 .Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling yakni seluruh populasi dijadikan sampleAnalisis kuantitatif deskriptif
analitik, yaitu menganalisis data-data yang diperoleh dari Puskesmas Parapat terkait yang
disajikan dalam bentuk tabel, gambar (chart) dan diagram. Analisis Kuantitatif, yaitu
menganalisis data dari hasil tabulasi kuesioner melalui analisis SPSS. Dari Beberapa kesimpulan
yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini, antara lain: adanya hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan ibu hamil dan tingkat sosial ekonomi terhadap kejadian stuntingdengan nilai p =
0,000.Sehingga disarankan pada Ibu yang memiliki Balita agar membawa balitanya untuk
posyandu, agar menurunkan jumlah Stuntingyang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Parapat
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019.

Kata Kunci :Pengetahuan Ibu Hamil, Tingkat Ekonomi, Kejadian Stunting


Latar Belakang keadaan tubuh yang sangat pendek hingga
melampaui defisit 2 SD dibawah median
Stunting (tubuh pendek) merupakan
panjang atau tinggi badan populasi yang
42
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

menjadi referensi internasional.Keadaan ini Data Riset Kesehatan Nasional


pernah diinterprestasikan sebagai keadaan (Riskesdas) 2018 yang diolah Lokadata
malnutrisi kronis (Michael, dkk, 2009). Dalam Beritagar.id menunjukkan, 30,8 persen balita
debat ketiga Pilpres 2019, kesehatan masuk di Indonesia mengalami Stunting. Angka ini
dalam daftar topik yang diangkat. Stunting, turun jika dibandingkan data Riskesdas 2013,
adalah salah satu masalah kesehatan yang yakni 37,2 persen. "Meski demikian,
perlu menjadi sorotan.Jangankan diberantas, angkanya masih jauh dari target Organisasi
angka Stunting di Indonesia masih masuk Kesehatan Dunia (WHO) yakni 20%. Ambang
kategori sangat tinggi menurut standar WHO. batas prevalensi Stunting dari WHO

Menurut WHO, Stunting adalah kondisi mengkategorikan angka Stunting 20 sampai

gagal tumbuh. Ini bisa dialami oleh anak-anak kurang dari 30 persen sebagai tinggi, dan lebih

yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi dari atau sama dengan 30 persen sangat tinggi.

berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak Indonesia tidak sendiri. Ada 44 negara lain

memadai. Anak dikatakan Stunting ketika dalam kategori angka Stunting sangat tinggi.

pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai WHO juga mencatat, 60 dari 134 negara

grafik pertumbuhan standar dunia. Menurut masih memiliki tingkat Stunting di bawah

pakar nutrisi dan penyakit metabolik anak, standar 20 persen. Padahal, Stunting adalah

Damayanti Rusli Sjarif, dampak Stunting indikator kunci kesejahteraan anak secara

bukan sekadar tinggi badan anak. Kalau anak keseluruhan. Negara-negara dengan angka

pendek, ketika remaja dia bisa tumbuh Stunting tinggi merefleksi ketidaksetaraan

lagi.Ada kesempatan kedua untuk menaikkan sosial di dalamnya. WHO menjadikan

tinggi badan.Tapi kalau sudah Stunting terkait Stunting sebagai fokus Global Nutrition

pertumbuhan otak, ketika sudah besar, anak Targets untuk 2025, juga Sustainable

tidak bisa diobati lagi. Development Goals untuk 2030.

Masih adanya balita yang mengalami


Stunting dan gizi kurang, masih rendahnya
cakupan, kemiskinan, dan rendahnya
pengetahuan ibu hamil pada Balita
menyebabkan tumbuh kembang Balita
terganggu dan hal ini dapat mempengaruhi
status kesehatannya secara luas. Berdasarkan

42
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

survey awal, ditemukan ibu hamil yang Pada usia pra-sekolah anak menjadi
memiliki Balita, yaitu 23 orang balita yang konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
mengalami Stunting dari 86 orang balita, makanan yang disukainya. Pada masa ini anak
sedangkan selebihnya tidak. Sedangkan dilihat akan mencapai fase gemar memprotes
dari status gizi Balita umur 1-5 tahun yang sehingga mereka akan mengatakan “tidak”
berada di Puskesmas Parapat tercatat ada 5 terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat
orang yang mengalami gizi kurang (Kurus :-3 badan anak cenderung mengalami penurunan,
BB/PB sampai <-2 BB/PB), dengan akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pendidikan ibu terakhir SD. pemilihan maupun penolakan terhadap
makanan (Uripi, 2004). Anak balita
merupakan golongan rawan gizi karena
Pengertian Stunting
berhubungan dengan proses pertumbuhan
Balita atau anak bawah umur lima tahun
yang relatif pesat dan memerlukan zat-zat gizi
adalah anak usia kurang dari lima tahun,
dalam jumlah yang relatif besar.
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga
Stunting adalah kegagalan untuk
termasuk dalam golongan ini. Berdasarkan
mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur
karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat
berdasarkan TB/U (tinggi badan menurut
dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang
umur) (Setiawan, 2010). Stunting atau
berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita
malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari
merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia
kegagalan pertumbuhan. Stunting adalah
pra-sekolah lebih dikenal sebagai konsumen
gangguan pertumbuhan fisik yang sudah
aktif. Anak usia 1-3 tahun merupakan
lewat, berupa penurunan kecepatan
konsumen pasif, artinya anak menerima
pertumbuhan dalam perkembangan manusia
makanan dari apa yang disediakan ibunya.
yang merupakan dampak utama dari gizi
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
kurang. Gizi kurang merupakan hasil
masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan
dariketidak seimbangan faktor-faktor
jumlah makanan yang relatif besar. Namun
pertumbuhan (faktor internal dan eksternal).
perut yang masih lebih kecil menyebabkan
Gizi kurang dapat terjadi selama beberapa
jumlah makanan yang mampu diterimanya
periode pertumbuhan, seperti masa kehamilan,
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
masa perinatal, masa menyusui, bayi dan masa
usianya lebih besar.
pertumbuhan (masa anak). Hal ini juga bisa

disebabkan karena defisiensi dari


43
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

berbagai zat gizi, menurut umur status gizi secara sampel besar adalah
misalnya (TB/U) adalah langsung yang paling antropometri.Di
mikronutrien, indikator untuk populer dan dapat Indonesia
protein atau energi mengetahui diterapkan untuk antropometri telah
(Setiawan,2010). seseorang anak populasi dengan digunakan secara
Pertumbuhan Stuntingatau normal. jumlah luas sebagai alat
(growth) berkaitan Tinggi badan untuk menilai status
dengan perubahan merupakan ukuran gizi masyarakat dan
dalam besar, jumlah, antropometri yang pertumbuhan
ukuran dan fungsi menggambarkan perorang pada
tingkat sel, organ pertumbuhan beberapa dasawarsa
maupun individu, skeletal.Dalam belakang ini
yang diukur dengan keadaan normal, (Supariasa et
ukuran berat (gram, tinggi badan tumbuh al,2001).
pound, kilogram), seiring pertambahan
ukuran panjang (cm, umur.Pertumbuhan Antropometri
sebagai indikator
meter), umur tulang tinggi badan relatif
dan keseimbangan kurang sensitif status gizi dapat
dilakukan dengan
motolik (retensi terhadap masalah
kalsium, dan kekurangan gizi mengukur beberapa
parameter,
nitrogen tubuh). dalam waktu yang
Pertumbuhan adalah pendek.Indeks TB/U sedangkan parameter
adalah ukuran
peningkatan secara menggambarkan
bertahap dari tubuh, status gizi masa tunggal dari ukuran
tubuh
organ dan jaringan lampau serta erat
dari masa konsepsi kaitannya dengan manusia.Tinggi
badan merupakan
sampai remaja sosial ekonomi
(Supariasa, et (Supariasa et al parameter yang
penting bagi keadaan
al,2001). 2001).
yang telah lalu dan
Indikator Stunting Salah satu keadaan
metode penilaian sekarang.Pengukuran
Tinggi badan

44
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

g tinggi badan atau pengamatan pada menjawab


panjang badan pada saat yang bersamaan pertanyaan- HASIL
anak dapat antara variabel pertanyaan penelitian PENELITIAN
Analisis Univariat
dilakukan dengan independen dan sehinggadapat
alat pengukur variabel dependen. diketahui hipotesis Analisis

tinggi/panjang yakni bertujuan mana yang relevan. univariat dilakukan

badan dengan untuk mengetahui Instrumen yang untuk

Hubungan antara digunakan untuk mendeskripsikan


Metode Penelitian
Pengetahuan Ibu pengumpulan data setiap variabel yang

Desain Hamil dan tingkat terdiri dari diteliti dengan

penelitian yang ekonomi (umur ibu, Pencatatan BB Balita melihat gambaran

akan digunakan pendidikan ibu, saat baru lahir dari frekuensi semua

dalam penelitian ini pekerjaan ibu dan KMS Balita, data, variabel penelitian,

adalah penelitian penghasilan pemberian makan baik variabel

deskriptip analitik keluarga) dengan pada Balita berumur dependent yaitu

dengan metode Kejadian Stunting di 1- 5tahun dan kejadian Stunting

pendekatan Cross Puskesmas Parapat pertanyaan tentang maupun variabel

sectional yaitu Kec. Girsang tingkat ekonomi independen berupa

penelitian dengan Sipangan Bolon responden. pengetahuan ibu

pengukuran dan Kab Simalungun hamil dan tingkat

Tahun 2019. Lokasi ekonomi (Umur,


pendidikan,
penelitian ini Instrumen penelitian
pekerjaan dan
dilakukan di Pengumpulan
penghasilan
Puskesmas Parapat data bertujuan untuk
keluarga). Berikut
Kec.Girsang mendapatkan
hasil analisis
Sipangan Bolon Kab informasi yang
univariat dari
Simalungun Tahun objektif
variabel yang diteliti.
2019.Waktu .Kuesioner yang
penelitian dilakukan diberikan kepada Pada variabel
dari bulan Januari responden pengetahuan ibu
sampai Agustus mencakuppertanyaan hamil dikategorikan
2019. yang sekiranya dapat dalam 3 pengetahuan
45
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

yaitu pengetahuan kurang.


Baik, cukup dan
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan
Pengetahuan Ibu Hamil di
Puskesmas Parapat Kecamatan
Girsang Sipangan Bolon
Kabupaten Simalungun Tahun
2019

Pengetahuan Ibu Frekuensi


Hamil
Tinggi 44 Orang
Rendah 42 Orang
TOTAL 86 Orang

Dari tabel Gambaran Kejadian


1.menunjukkan Stunting
bahwa sebagian
Pada variabel
besar ibu
kejadian Stunting,
berpengetahuan
peneliti membagi
tinggi yaitu sebesar
responden dalam
44 orang ( 51,2%),
dua kelompok,
sedangkan yang
berdasarkan tinggi
berpengetahuan
badan balita yaitu
rendah sebesar 42
Stunting dan tidak
orang ( 48,8%)
Stunting.

46
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Stunting di Puskesmas Parapat


Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019

Tinggi Badan Balita Frekuensi Persentase


Stunting 35 40,7%
Tidak Stunting 51 59,3%
TOTAL 86 100%

Dari tabel 2 menunjukkan balita sebagian Penghasilan Keluarga


besar tidak Stunting sebanyak 51 orang
Gambaran penghasilan keluarga
(59,3%) sedangkan yang Stunting sebanyak
dengan kaitannya dengan tingkat ekonomi
35
dapat dilihat pada tabel 3.
orang (40,7%)

Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan Keluarga Tiap Bulan di


Puskesmas Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun
2019

Penghasilan Frekuensi Persentase


Keluarga
Tinggi 40 Orang 46,5%
Rendah 46 Orang 53,5%
TOTAL 86 Orang 100%

Dari Tabel 3 menunjukkan penghasilan Pendidikan Ibu yang memiliki Balita 1 –


keluarga sebagian besar berpenghasilan 5 tahun
rendah sebanyak 46 orang (53,5%) sedangkan
yang berpenghasilan tinggi sebanyak 40 Pendidikan ibu yang memiliki balita 1

orang (46,5%). – 5 tahun selengkapnya dapat dilihat


pada tabel berikut.

42
Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Parapat
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019

Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase


Pendidikan Tinggi 42 Orang 48,8%
Pendidikan Rendah 44 Orang 51,2%
TOTAL 86 Orang 100%

Dari Tabel 4 menunjukkan Umur Ibu yang memiliki Balita 1-5 tahun
pendidikan ibu sebagian besar
Umur ibu yang memiliki balita 1 – 5
pendidikan rendah sebanyak 44 orang
tahun selengkapnya dapat dilihat pada tabel
(51,2%), sedangkan yang berpendidikan
sebagai berikut.
tinggi sebanyak 42 orang (48,8%).

Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas Parapat Kecamatan


Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019

Umur Ibu Frekuensi Persentase


Tua > 35 tahun 42 Orang 48,8%
Muda < 35 tahun 44 Orang 51,2%
TOTAL 86 Orang 100%

Dari tabel 5 menunjukkan umur ibu Analisis ini dilakukan untuk


sebagian besar tua> 35 tahun yaitu 42 orang mengetahui hubungan antar variabel
(48,8%) sedangkan yang muda sebesar 44 independent dengan variabel
orang (51,2%) dependen.Analisis ini menggunakan uji Chi-
Square.Berikut ini adalah hasil uji analisis
Analisis Bivariat
bavariat dari variabel yang diteliti.
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Parapat.Hasil tabel silang antara hubungan
Kejadian Stunting Pengetahuan Ibu dengan kejadian Stunting

Hubungan pengetahuan ibu hamil pada balita dijelaskan sebagai berikut.

dengan kejadian Stunting di Puskesmas


Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Tabel 6 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kejadian Stunting di Puskesmas


Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019

Pengetahua Kejadian Stunting


Tot
n Ibu Stunting Tidak Stunting al p-
value
Hamil
N F N F N F
Tinggi 2 5,7 40 78, 4 48,
4 2 8
0,000
Renda 3 94, 11 21, 4 51,
h 3 3 6 4 2
TOT 3 100 51 100 8 100
AL 5 6

Hasil uji analisis bivariat pada tabel Hubungan tingkat ekonomi dengan
6 antara lain variabel pengetahuan Ibu hamil kejadian Stunting di Puskesmas Parapat. Hasil
secara statistik memiliki hubungan yang tabel silang antara hubungan tingkat ekonomi
bermakna dengan kejadian Stunting pada dengan kejadian Stunting pada balita
balita karena memiliki nilai p < 0,000. dijelaskan sebagai berikut.

Hubungan Tingkat Ekonomi dengan


Kejadian Stunting

Tabel 7 Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Parapat


Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2019

Penghasila Kejadian Stunting


Tot
n Stunting Tidak Stunting al p-
value
Keluarga
N F N F N F
Tinggi 6 17, 40 78, 4 53,
1 4 6 5
0,000
Renda 2 82, 11 21, 4 46,
h 9 9 6 0 5
TOT 3 100 35 100 8 100
AL 5 6 %

Hasil uji analisis bivariat pada tabel 7 antara lain variabel tingkat
42
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

ekonomi secara statistik bermakna dengan kejadian Stunting


memiliki hubungan yang pada balita karena

memiliki nilai p < 0,000. pengasuhan yang kurang baik, dalam hal ini

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan 86 responden, dengan dua
kelompok yaitu kelompok dengan balita
yang Stunting 35 responden dan kelompok
balita yang tidak Stunting 51 responden.
Penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Parapat Kecamatan Girsang
Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun
Tahun 2019. Hasil pengetahuan ini
membuktikan bahwa tingkat pengetahuan
ibu tentang kejadian Stunting (p=0,000) dan
Tingkat ekonomi dengan penghasilan
keluarga setiap bulan (p=0,000) berpengaruh
secara bermakna terhadap Stunting pada
balita umur 1-5 tahun.

Stunting merupakan gambaran status


gizi kurang yang berkepanjangan selama
periode paling genting dari pertumbuhan dan
perkembangan diawal kehidupan.Stunting
disebabkan oleh faktor multi dimensi dan
tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi
buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita. Beberapa faktor penyebab
terjadinya Stunting,menurut TNP2K (Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan) 2017antara lain: 1) Praktek

43
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

kurangnya pengetahuan bergizi, hal ini dikarenakan harga makanan


ibu bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.
mengenaikesehatandangizisebelumdanpadam Terbatasnya akses makanan bergizi di
asakehamilan,sertasetelahibu melahirkan.2) Indonesia juga tercatat telah berkontribusi
Masih terbatasnya layanan kesehatan pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami
termasuk layanan ANC- AnteNatal Care anemia. 4) Kurangnya akses ke air bersih
(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa dan sanitasi.
kehamilan) Post Natal Care dan
Berdasarkan hasil penelitian dengan 86
pembelajaran dini yang berkualitas,
responden didapatkan terdapat 46 balita
informasi yang dikumpulkan dari publikasi
berasal dari keluarga dengan pendapatan
Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan
yang rendah. Dan balita yang berasal dari
bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu
keluarga yang pendapatnya tinggi sebesar 40
semakin menurun dan anak belum
balita. Sebanyak 35 (40,7%) dari 86 balita
mendapatkan akses yang memadai ke
dengan pendapatan keluarga yang rendah
layanan imunisasi. 3) Masih kurangnya
mengalami Stunting.
akses rumah tangga/keluarga ke makanan

Hasil ini sesuai dengan penelitian untuk kebutuhan makan pokok, tetapi untuk
yang dilakukan di Bangladesh yang kebutuhan lainnya.Tingkat pendapatan yang
menyatakan bahwa status sosial ekonomi tinggi belum tentu menjamin status gizi baik
yang rendah merupakan faktor risiko pada balita, karena tingkat pendapatan belum
kejadian Stunting pada anak balita (Jesmin tentu teralokasikan cukup untuk keperluan
et al,. 2011), tetapi pada penelitian Anindita makan.
(2012) bahwa tidak ada hubungan antara
Pendapatan keluarga berkaitan dengan
tingkat pendapatan keluarga dengan Stunting
kemuampuan rumah tangga tersebut dalam
yang menyatakan bahwa pertumbuhan bayi
memenuhi kebutuhan hidup baik primer,
tidak terlalu berpengaruh dengan pendapatan
sekunder, maupun tersier. Pendapatan
keluarga. Apabila keluarga dengan
keluarga yang tinggi memudahkan dalam
pendapatan yang rendah mampu mengelola
memenuhi kebutuhan hidup, sebaliknya
makanan yang bergizi dengan bahan yang
pendapatan keluarga yang rendah lebih
sederhana dan murah maka pertumbuhan
memalami kesulitan dalam memenuhi
bayi juga akan menjadi baik. Pendapatan
kebutuhan hidup. Pendapatan yang rendah
yang diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan
44
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

akan mempengaruhi kualitas maupun Jumlah anggota keluarga merupakan


kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi salah satu faktor yang berpengaruh pada pola
oleh keluarga. Makanan yang di dapat pertumbuhan anak dan balita dalam suatu
biasanya akan kurang bervariasi dan sedikit keluarga. Jumlah anggota keluarga yang
jumlahnya terutama pada bahan pangan semakin besar tanpa diimbangi dengan
yang berfungsi untuk pertumbuhan anak meningkatnya pendapatan akan
sumber protein, vitamin, dan mineral, menyebabkan pendistribusian konsumsi
sehingga meningkatkan risiko kurang gizi. pangan akan semakin tidak merata. Menurut
Keterbatasan tersebut akan meningkatkan Hong (2007) prevalensi anak Stuntingsama
risiko seorang balita mengalami Stunting. dari urutan kelahiran pertama sampai ketiga,
Rendahnya tingkat pendapatan dan tetapi secara signifikan lebih tinggi pada
lemahnya daya beli memunngkinkan unntuk anak keempat. Hal ini karena urutan
mengatasi kebiasaan makan dengan cara- kelahiran berkolerasi dengan usia anak, dan
cara tertentu yang menghalangi perbaikan kompetisi untuk makanan cenderung lebih
gizi yang efektif tertutama untuk anak- besar di rumah tangga dengan anak yang
anakmereka. lebihbanyak.

Balita yang memiliki jumlah anggota Hasil analisis bivariat pengetahuan ibu
keluarga yang lebih sedikit belum tentu tentang gizi dengan kejadian Stunting
terbebas dari Stunting.Karena bias jadi faktor didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti
pembagian makanan yang kurang adil dapat bahwa ada hubungan secara signifikan antara
juga mengakibatkan balita tersebut pengetahuan ibu dengan kejadian
mendapatkan jumlah makanan yang kurang, Stuntingpada balita usia 12-59 bulan di
sehingga asupan gizinya pun kurang. Selain wilayah kerja Puskesmas Parapat Kec.
itu, pola asuh yang salah seperti Girsang Sipangan Bolon Kabupaten
membiasakan anakyang lebih tua Simalungun Tahun 2019. Hasil tersebut
mendapatkan jumlah makanan atau asupan sesuai dengan penelitian Ni’mah & Nadhiroh
gizi yang lebih banyak di bandingkan (2015) dari hasil chi-square menunjukan
dengan anak yang lebih muda (balita) dapat bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
juga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan Stunting didapatkan
mempengaruhi tingginya jumlah kejadian nilai p-value 0,015 dan ibu yang memiliki
Stuntingpada balita yang justru berasal dari pengetahuan tentang gizi rendah memiliki
keluarga kecil.
45
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

resiko sebesar 3,877 kali untuk mengalami responden dalam penelitian ini diketahui
Stunting dibandingkan dengan ibu yang bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan tentang gizi berpendidikan rendah dan pekerjaan
yangbaik. reseponden adalah ibu rumah tangga, hal
tersebut menunjukan bahwa tingkat
Pengetahuan gizi merupakan
pendidikan yang lebih tinggi akan
pengetahuan ibu tentang gizi yang sangat
memudahkan untuk lebih memahami
berpengaruh pada pertumbuhan anak.
bagaimana mendidikan anak dan
Konsep adopsi perilaku yang dikemukakan
mengarahkan anak dalam pendidikan serta
oleh Mubarak (2011) bahwa proses
dalam memberikan makanan gizi seimbang
pembentukan perilaku adalah evolusi dari
sehingga dapat menunjang pertumbuhan
pengetahuan yang dapat membentuk sikap
danperkembangannya.
dan kemudian dapat mempengaruhi
terciptanya perilaku. Dalam mendapatkan suatu informasi
mengenai pengetahuan gizi baik yang
Hal tersebut dapat terwujud dengan
berasal dari pemberian informasi yang
memberikan suatu informasi atau
secara
pengalaman responden. Sesuai karakteristik

sengaja misalnya dalam penyuluhan ataupun semikin tua umur seseorang maka proses
yang berasal dari pengalaman baik yang perkembangan mentalnya menjadi baik,
bersifat langsung maupun pengalaman yang intelegensi atau kemampuan untuk belajar
tidak langsung.Hal tersebut mendorong dan berpikir abstrak guna, menyesuaikan diri
pengetahuan menjadi lebih baik, namun dari dalam situasi baru, kemudian lingkungan
hasil penelitian ini didapatkan ibu yang dimana seseorang dapat memperlajari hal-hal
memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak baik juga buruk tergantung pada sifat dari
42 dari 86 responden.Kondisi tersebut kelompoknya, budaya yang memegang peran
dipengaruhi oleh rendahnya intensitas penting dalam pengetahuan, dan pendidikan
informasi kepada responden tentang gizi merupakan hal yang mendasar untuk
serta kurangnya partisipasi tenaga kesehatan mengembangkan perngetahuan, dan
dalam menyampaikan informasi. pengalaman yang merupakan guru terbaik
dalam mengasah pengetahuan
Pengetahuan tentang gizi dipengaruhi
(Notoatmodjo,2010).
oleh beberapa faktor antaranya umur dimana

46
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

KESIMPULAN Dari data yang diperoleh dan


berdasarkan analisis yang dilakukan, diambil
kesimpulan bahwa variabel tingkat
pengetahuan ibu tentang kejadian Stunting
(p=0,000) dan Tingkat sosial dengan
penghasilan keluarga (p=0,000) berpengaruh
terhadap terjadinya Stunting pada balita usia
1-5 tahun. Adapun saran yang diberikan
perlunya edukasi mengenai cara
meningkatkan pemberian makan,
memberikan contoh kebiasaan sehat,
memberikan makan secara aktif, syarat
penghidangan makanan, lingkungan yang
dibutuhkan dalam memberi makan, cara
memberi makan secara responsif ketika anak
sakit, cara menyiasati penolakan makan, dan
ketika anak menolak makan khususnya pada
kelompok kasus untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap, serta mengedukasi
pentingnya kuantitas dan kualitas makanan
dalam memenuhi kebutuhan gizi baduta
sehingga diharapkan dapat meningkatkan
status gizi baduta.

DAFTAR PUSTAKA

Aramico, B., Sudargo, T., & Susilo, J.


(2013). Hubungan Sosial
Ekonomi, Pola Asuh, Pola
Makan dengan Stunting pada
Siswa Sekola Dasar di

47
Kecamatan Lut Tawar,
Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal
Gizi dan Dietetik Indonesia, Vol
1 No3121-130.

Badan Pusat Statistik. (2016). Badan


Pusat Statistik. Dipetik Agustus
2017, 27, dari
http://sp2016.bps.go.id/index.ph
p/site/table?wid=3400000000&ti
d=32 8&fi1=58&fi2=2. Diakses
pada Agustus 2017, 27.

Anda mungkin juga menyukai