LK 2: Lembar Kerja Refleksi Modul Bidang Studi (hari 2-7)/Jurnal Harian
Judul Modul PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. HAK AZASI MANUSIA 2. PERSATUAN DAN KESATUAN DALAM KEBERAGAMAN MASYARAKAT MULTIKULTUR 3. KONSEP NILAI, MORAL DAN NORMA 4. PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN GLOBAL No Butir Refleksi Respon/Jawaban 1 Uraikan hasil diskusi bersama 1. Apakah dalam perang atau konflik HAM teman dan dosen mengenai masih berlaku, contoh TNI yang sedang pemecahan masalah dan memahami mengamankan Papua dari kaum materi yang mengalami kesulitan pemberontak, kalau berlaku apalah hal itu termasuk pelanggaran HAM? Penyelesaian: Dari penjelasan mengenai pelanggaran materi HAM, maka tindakan TNI dalam kasus tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggaran HAM karena TNI di sini memiliki tugas untuk menyelamatkan warga sipil dari teror dan serangan yang dilakukan oleh TPNPB-OPM atau KKSB tersebut, serta melindungi kedaulatan Indonesia. Tindakan tersebut kembali pada fungsi TNI berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (“UU TNI”) sebagai berikut: TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa; penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Sehingga, TNI tidak dapat dituduh melakukan pelanggaran HAM karena memiliki peran sebagai alat negara di bidang pertahanan, karena seperti yang kita ketahui, kelompok TPNPB-OPM atau KKBS terus melakukan penyerangan terhadap warga sipil yang bekerja di PT. Istaka Karya yang tersebar di beberapa titik untuk proyek infrastruktur jalan. Selain itu, perlu dilihat juga mengenai salah satu jati diri TNI berdasarkan Pasal 2 huruf d UU TNI, yaitu: Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. 2. Apakah dalam perang/konflik HAM masih berlaku? Tentu saja masih berlaku. Menurut hukum HAM Internasional dalam keadaan perang dilarang melakukan penyerangan terhadap warga sipil, rumah ibadah, rumah sipil dan Protokol Tambahan 1977 secara khusus melindungi orang yang tidak mengambil bagian dalam permusuhan (warga atau penduduk sipil, pekerja kesehatan, dan pekerja bantuan kemanusiaan) dan mereka yang tidak lagi terlibat dalam permusuhan, seperti tentara yang terluka, sakit dan kapalnya karam dan tawanan perang (Konvensi Jenewa 1949). Tindakan TNI dapat tergolong sebagai pelanggaran HAM apabila dalam baku tembak tersebut dilakukan di luar ketentuan hukum humaniter yang mengatur tentang perang sebagaimana telah diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958 tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia dalam Seluruh Konvensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949 (“UU 59/1958”), dimana melalui ratifikasi ini Indonesia mengakui ketentuan-ketentuan ataupun rambu-rambu dalam berperang. 3. Dalam kaitannya penegakkan hak anak di bidang Pendidikan, ternyata berdasarkan laporan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) masih terjadi kasus kekerasan terhadap anak. Berkaitan dengan hal tersebut apa saja penyebab terjadinya kasus kekerasan terhadap anak? Penyelesaian: Penyebab terjadinya kasus kekerasan terhadap anak diantaranya: faktor biologis: bisa dari pengaruh genetic, system otak, kimia darah. faktor lingkungan: bisa dari karena kemiskinan, lingkungan fisik yang tidak mendukung, biasa menyaksikan langsung model kekerasan yang ada disekitarnya, melihat tayangan kekerasan di televise maupun dari internet. 4. Mengapa kebhinekaan dan keberagaman termasuk faktor penghambat persatuan dan kesatuan? Penyelesaian: adanya dilandasi menghargai satu sama lain, dan bahkan tidak toleransi lagi. Adanya keberagaman yang dimiliki rakyat Indonesia dapat menjadi penghambat persatuan dan kesatuan bangsa. Terutama apabila tidak diiringi dengan sikap saling menghargai, menghormati, serta adanya toleransi yang telah menjadi karakter khas masyarakat Indonesia. Keberagaman tersebut dapat mengakibatkan munculnya perbedaan pendapat yang memicu lepas kendali, tumbuhnya perasaan kedaerahan yang berlebihan, yang dapat memicu terjadinya konflik antardaerah atau antarsuku bangsa. 5. Bentuk contoh cara kita mengatasi atau mencegah hal tersebut dalam kehidupan nyata? Penyelesaian: - semboyan bhineka tunggal ika dan menerapkanya dalam kehidupan. - Penguatan pendiidkan karakter di sekolah: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas dalam penerapan di sekolah. 6. Bagaimana memberi sanksi kepada peserta didik yang melanggar nilai, moral, dan norma Agar tidak terjadi miskonsepsi dan menimbulkan kesan menghakimi? Penyelesaian: - Umumnya, untuk meminimalisir adanya pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, hukuman ini dimaksudkan agar siswa berbuat lebih baik lagi dari sebelumnya. Oleh karena itu, hukuman yang diberikan pada siswa sebaiknya bersifat mendidik. Siswa harus tetap dapat merasakan adanya manfaat bagi mereka dari hukuman yang diberikan tersebut. pemberian sanksi yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik di lingkungan pendidikan termasuk kategori tindak kekerasan jika pemberian sanksi tersebut melukai dan atau mencederai anak dan tidak semata-mata fisik, tetapi juga mental dan sosial. memberikan kewenangan kepada guru untuk memberikan sanksi kepada siswa yang dianggap melanggar peraturan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan untuk untuk mengatasi terjadinya tindak kekerasan guru terhadap siswa meliputi pengembangan pemahaman dan kesadaran tentang hak dan perlindungan anak di kalangan pendidik, merumuskan mekanisme yang mengatur berbagai kegiatan yang ada di sekolah, serta mewujudkan dan menegakan supremasi hukum dalam perlindungan anak. Direkomendasikan hendaknya pihak-pihak yang berwenang memasukan substansi Hak Asasi Manusia ke dalam kurikulum pendidikan, penegak hukum yang adil dan tegas terhadap pelaku tindak kekerasan anak sesuai Undang- Undang. - Cara menyikapi agar tidak dicap killer atau pemarah dilakukan dengan cara sosialisasi dan sanksi serta peraturan jelas tertulis untuk dipahami semua. 7. Apa saja contoh norma pengikat ( cara, pengakuan, adat istiadat)? Penyelesaian: a. Cara (Usage) Jenis norma ini menunjuk pada suatu bentuk perbuatan pribadi. Norma ini jelas terlihat pada hubungan antarindividu. Pelanggaran pada norma ini tidak menimbulkan reaksi yang besar dari masyarakat, tetapi hanya berupa celaan. Contoh: - Kebanyakan masyarakat tidak menyukai apabila ada seseorang yang sedang makan berdecap - Tata cara makan kolak pisang biasanya menggunakan sendok, tetapi ada yang menggunakan tangan. Hal ini dianggap melanggar norma. b. Kebiasaan (Folkways) Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Norma ini dapat dilihat dengan kesukaan individu melakukan kebiasaan tersebut. Hukuman bagi pelanggar norma ini hanya berupa teguran, cemoohan, ejekan, dan menjauhkan diri dari si pelanggar. Jika pelanggaran norma masih kecil, mungkin dijewer telinganya, dicubit, atau dimarahi. Contoh: - Mencium tangan orang tua - Memberi salam - Antre - Menghormati yang lebih tua c. Tata Kelakuan (Mores) Norma ini dipergunakan sebagai pengawasan baik langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat terhadap anggotanya. Tata kelakuan memberikan batasan-batasan pada perilaku individu dan menjaga solidaritas (kesetiakawanan) di antara anggota-anggota masyarakatnya. Pelanggaran terhadap norma ini adalah sanksi berat. Perbedaan tata kelakuan akan ditemui pada berbagai daerah. Hal ini terjadi karena tata kelakuan timbul dari pengalaman yang berbeda-beda dari masyarakat tersebut. Tata kelakuan bisa bersifat paksaan, tetapi bisa juga bersifat sebagai larangan sehingga secara langsung dapat dijadikan sebagai alat di mana anggota masyarakat harus menyesuaikan dengan tata kelakuan tersebut. Contoh: - Pasangan suami istri baru pada masyarakat Sunda biasanya menumpang di rumah orang tua istri sebelum mereka memiliki rumah tinggal sendiri. - Contoh lain dari perbedaan tata kelakuan adalah suatu masyarakat mempunyai aturan-aturan yang tegas dalam hal melarang pergaulan bebas antara pemuda dan pemudi, sementara pada masyarakat lainnya larangan tersebut tidak tegas. d. Adat Istiadat (Customs) Norma ini menunjuk pada kekuatan penyatuan setiap pola perilaku masyarakat. Apabila ada anggota masyarakat yang terbukti melanggar aturan adat, maka akan mendapatkan hukuman tergantung dari tata aturan yang berlaku pada masyarakat tersebut. Pelanggaran yang dilakukan akan menghasilkan sanksi yang berat dibandingkan norma-norma lainnya. Misalnya dikucilkan atau diusir dari masyarakat tersebut. 8. Bagaimana peran guru dalam membangun karakter moral kepada peserta didik? Penyelesaian: Membangun Karakter Siswa, Guru Dapat Lakukan Hal Berikut: - Menjadi contoh bagi siswa. - Menjadi apresiator. - Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran. - Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan. - Mengajarkan sopan santun. - Memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin. - Berbagi pengalaman inspiratif. 9. Kasus seragam sekolah yang beda agama. Bagaimana mungkin sekolah melakukan intoleransi, yang menerapkan pancasila, apa factor penyebabya? Penyelesaian: Adanya miskonsepsi aturan dari kemdikbud. Keputusan utama SKB 3 Menteri Mendikbud, Mendagri dan Menag TAHUN 2021 tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut bagi Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan di Lingkungan Sekolah yang diselenggarakan Pemerintah Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, adalah: a. Keputusan Bersama ini mengatur sekolah negeri yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda); b. Peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan berhak memilih antara: 1) seragam dan atribut tanpa kekhususan agama, atau 2) seragam dan atribut dengan kekhususan agama. c. Pemda dan sekolah tidak boleh mewajibkan ataupun melarang seragam dan atribut dengan kekhususan agama; d. Pemda dan kepala sekolah wajib mencabut aturan yang mewajibkan atau melarang seragam dan atribut dengan kekhususan agama paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keputusan bersama ini ditetapkan. e. Jika terjadi pelanggaran terhadap keputusan bersama ini, maka sanksi yang akan diberikan kepada pihak yang melanggar yaitu: 1) Pemda memberikan sanksi kepada kepala sekolah, pendidik, dan/atau tenaga kependidikan, 2) gubernur memberikan sanksi kepada bupati/walikota, 3) Kemendagri memberikan sanksi kepada gubernur, 4) Kemendikbud memberikan sanksi kepada sekolah terkait BOS dan bantuan pemerintah lainnya. 10. Dampak globalisasi media social (siswa laki- laki namun bersifat ke perempuan). Bagaimana menyikapi hal tersebut? Hal apa yang dilakukan? Penyelesaian: Dampak globalisasi juga mempengaruhi gaya hidup para remaja. Sebagian generasi muda lebih tertarik pada kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Dimana saat ini, sebagian besar remaja hanyalah mengejar kepopuleran semata di kalangan teman-teman sebayanya. Mereka berlomba-lomba meng- update kegiatan sehari-hari di berbagai macam social. Hal ini dikarenakan semakin mudah dan murahnya biaya internet. Secara tak langsung, apa yang mereka lakukan telah mempengaruhi pola pikir mereka sendiri. Oleh karena itu, peran sosial media pada kehidupan remaja saat ini sangatlah besar. Kehadiran sosial media juga memiliki dampak negatif, terutama bagi pelajar atau remaja yang sering menggunakannya. Ketergantungan aktivitas anak remaja dalam bermain pada jejaring sosial dilatarbelakangi oleh pengawasan dan perhatian yang kurang dari orangtua. Sikap dan peran orang tua sangat penting terhadap masalah pengaruh negatif dari media internet. Disamping itu, kondisi remaja Indonesia saat ini yang masih tergolong sangat labil, ada yang telah mampu menyaring pengaruh dari sosial media dengan benar, namun ada juga yang belum bisa. Cara penyelesaian dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan agar anak dapat memfilter yang mana yang baik yang mana yang tidak baik. Selain itu berkomunikasi dengan pihak keluarga. Selain itu sekolah juga memfasilitasi anak dengan mengembangkan bakat minatnya agar lebih terarah dan tidak terpengaruh dengan hal-hal negative 11. Sebutkan contoh globalisasi dampak negatif dari aspek ekonomi? Penyelesaian: - Pasar nasional akan dikuasai barang- barang impor - Memicu konsumerisme - Masuknya tenaga kerja asing - Matinya usaha local karena penjualan barang dari luar negeri 2 Uraikan hasil diskusi bersama 1. Apakah yang harus saya lakukan sekarang teman dan dosen mengenai kalau orang tua tidak merestui hubungan saya miskonsepsi di modul ini dengan pilihan saya karena alasan status, jabatan dan kekayaan: setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Demikian yang termaktub dalam Pasal 28B ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (“UUD 1945”). Ini artinya, sudah menjadi hak setiap orang untuk menikah dengan siapapun sesuai kehendaknya dengan tujuan membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan. Di samping telah termaktub dalam konstitusi, kebebasan manusia untuk memilih pasangan hidupnya dengan membentuk suatu keluarga juga telah disebut dalam instrumen hukum lain, seperti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (“UU HAM”). Indonesia menjamin kebebasan warganya untuk memilih pasangannya untuk membentuk sebuah keluarga. Hak ini disebut dalam Pasal 10 UU HAM yang berbunyi: (1) Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Indonesia masih memiliki banyak catatan krusial dalam seluruh sektor HAM. Catatan- catatan krusial ini, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, didominasi oleh legitimasi negara terhadap pelanggaran, pembatasan, hingga pengabaian terhadap HAM. Dalam kondisinya saat ini, Indonesia sedang bergerak semakin jauh dari cita-cita transisi politik sejak tahun 1998 yakni tata kelola pemerintahan berbasis HAM, dan justru bergerak kembali ke arah otoritarianisme. Kesadaran pemerintah akan nilai-nilai demokrasi, rule of law, dan hak asasi manusia harus kembali diingatkan sebelum progress transisi Indonesia yang sudah berjalan selama bertahun-tahun mengalami kemunduran yang semakin signifikan. Pertama, Dalam sektor hak-hak Sipol, kebebasan sipil masih menjadi salah satu tugas utama untuk diperbaiki dalam tahun-tahun kedepan. Represivitas aparat yang selama ini diwajarkan harus segera dihentikan dan para pelakunya diproses hukum, kebijakan yang membatasi hak atas kebebasan berekspresi harus segera dicabut, dan praktik-praktik serangan siber harus segera diusut tuntas dan para pelaku diadili dengan seadil-adilnya. Di sisi lain, Indonesia masih harus mengejar ketertinggalannya dibanding negara-negara lain perihal penghapusan hukuman mati, yang dalam kondisi sistem peradilan yang masih rentan unfair trial, penerapannya mengandung resiko yang terlalu tinggi. 3. Penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu tidak pernah dapat dipisahkan dengan situasi dan kondisi HAM saat ini. Penyelesaian pelanggaran HAM berat melalui Pengadilan dan Komisi Kebenaran merupakan kunci untuk membuka kebenaran, menegakkan keadilan, memulihkan korban, dan belajar dari pengalaman kelam tersebut untuk melakukan reparasi terhadap lembaga- lembaga terkait yang ada saat ini, termasuk merumuskan mekanisme vetting dalam tubuh pemerintahan untuk mencegah diberikannya kekuasaan kepada aktor-aktor pelanggaran HAM serta untuk mengupayakan ketidakberulangan peristiwa. 4. Kesalahan menangkap esensi KD, pembelajaran cenderung cuma mengarah pada pencapaian aspek kognitif. Selama ini guru cenderung hanya menekankan pada bagaimana proses perumusan Pancasilanya (kognitif), sehingga saat evaluasi, pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasila-nya. Misalnya, “ siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyi rumusannya. Kondisi itu menyebabkan kompetensi yang diharapkan dicapai siswa malah terabaikan. Misalnya bagaimana siswa mampu menghargai semangat para pejuang dalam merumuskan Pancasila, bagaimana menghargai perbedaan pendapat dalam suatu musyawarah, dan bagaimana meneladani nilai juang para tokoh yang oleh siswa dapat diaplikasikan dalam belajar, sehingga semestinya pembelajaran menekankan pada aspek afektif dan perilaku siswa. Praktek mengajar PKn selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan konvensional. Selama mengajar, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa cuma menjadi pendengar di dalam kelas, kemudian menjawab soal. Pembelajaran berlangsung monoton, dan guru menjadi satu-satunya sumber informasi. Selain itu, mengajar PKn jarang menggunakan media yang menunjang. Pembelajaran seperti ini jelas amat membosankan. Pembelajaran tidak kontekstual. Materi PKn sebetulnya banyak yang bisa diajarkan sesuai realita kehidupan siswa. Tapi, dalam prakteknya, karena telah terbiasa mengajar dengan ceramah, akhirnya semua materi disajikan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Alhasil, apa yang diperoleh siswa sekadar apa yang disampaikan gurunya. Itupun jika bisa terserap semua. 3 Hambatan yang di alami pada 1. Waktu yang terbatas dalam pendalaman pembelajaran analisis materi materi. pembelajaran berbasis masalah di 2. Tidak semua dapat belajar sendiri, melainkan modul ini membutuhkan bantuan instruktur. 3. Perlu ketelitian dan kejelian dalam meringkas isi modul karena banyak ditemukan kata-kata sulit yang perlu didefinisikan. 4 Hal yang akan dilakukan untuk 1. Prinsip belajar maju berkelanjutan sukses di pembelajaran modul 2. Penataan materi secara modular yang utuh berikutnya dan lengkap 3. Prinsip rujuk silang antar modul dalarn rnata pelajaran 4. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat software. (Disertai link sumber ataupun link untuk video) 5. Meminimalisir masih adanya beberapa tulisan yang tidak teredit rapi dan salah pengetikan yang sering terulang.