Anda di halaman 1dari 63

I.

PENDAHULUAN

Manusia yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah. Pada kontek tanah
sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, baik buruknya tanah ditentukan oleh sampai sejauh mana
manusia tersebut cukup terampil mengelolanya, bukan justru sebaliknya terjadi kerusakan-
kerusakan terhadap tanah tersebut. Pada bidang pertanian (perkebunan) tanah diartikan lebih
khusus sebagai media tumbuhnya tanaman perkebunan sehingga mampu menghasilkan produksi
sesuai yang di harapkan.
Secara umum Tanah (Soil) berbeda dengan lahan (Land) hal ini disebabkan karena lahan
meliputi tanah beserta faktor-faktor lingkungannya seperti lereng, hidrologi, iklim serta faktor
lainnya. Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survey tanah dan cara-cara pengamatan tanah di lapangan
dikenal dengan pedologi. Disisi lain tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman terutama dalam mempelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman dikenal dengan istilah edaphologi.
A. PENGERTIAN TANAH
Dalam mempelajari tanah kita harus menyamakan persepsi apa yang dimaksud dengan
tanah. Ada beberapa definisi tanah antara lain menurut :
1. HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI) :
Tanah sebagai tubuh alam bebas dan dinamis yang memperoleh sifat-sifatnya sesuai dengan
gaya-gaya alamiah yang mengenainya. Gaya-gaya tersebut meru-pakan faktor-faktor
pembentuk tanah yang mencakup : IKLIM, VEGETASI, BAHAN INDUK, TOPOGRAFI
DAN WAKTU.
2. J.J. BERZELIUS (PAKAR KIMIA) :
Tanah sebagai laboratorium kimia di alam yang didalamnya berlangsung proses-proses
dekomposisi dan sintesis kimia secara tenang. 
3. PAKAR GEOLOGI
Tanah merupakan bahan alam yang rapuh yang menempati permukaan bumi
4. PAKAR TEKNIK SIPIL
Tanah merupakan bahan yang menjadi landasan bangunan gedung-gedung, jalan raya dan
landasan lapangan terbang.

5. PAKAR EDAFOLOGI
Tanah sebagai tubuh alam yang bersifat rapuh menempati permukaan bumi, me- ngandung
unsur-unsur hara, sehingga tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh di atas-nya.
6. PAKAR AGRONOMI
Tanah adalah medium pertumbuhan ber-macam-macam tanaman yang diusahakan baik untuk
perkebunan maupun pertanian
7. Jooffe dan Marbut dalam Foth and Turk (1972)
Tanah merupakan tubuh alami (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat

1
bekerjanya gaya-gaya alami (natural force) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di
permukaan bumi. Tubuh alam ini dapat terdifferensiasi membentuk horizon-horison mineral
maupun organic yang kedalamannya beragam dan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bahan induk di bawahnya. Definisi ini sama dengan yang dikemukakan oke
HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI) :
Perbedaan ini terutama dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat fisik dan aktivitas
biologinya. Secara ringkas dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang
perlu diperhatikan yaitu
a. Tanah terbentuk dan berkembang melalui proses-proses alami.
b. Adanya differensiasi profil tanah membentuk horizon-horison.
c. Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan
horizon-horison tanah yang terbentuk terutama dalam hal morfologi, kimia, fisik dan
biologi.
Satuan terkecil dari suatu tubuh tanah disebut dengan pedon, luas suatu pedon berkisar antara
1 – 10 m2 tergantung keragaman sifat yang ada di dalam tanah. Luas tersebut terlalu kecil
sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelompokan tanah untuk kegunaan
klasifikasi dan pemetaan tanah. Dasar pengelompokan tanah di lapang di dasarkan pada
kumpulan pedon-pedon (polypedon) yang mempunyai sifat-sifat yang sama dari suatu tanah.
8. Schoeder (1972)
Tanah merupakan suatu system 3 fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan
organik serta jasad hidup yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap
permukaan bumi dan kurun waktu membentuk berbagai macam perubahan yang memiliki
cirri-ciri morfologi yang khas sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam
tanaman.
Di dalam mempelajari tanah definisi inilah yang dipergunakan bahwa tanah merupakan bahan
yang sangat kompleks yang tersusun atas partikel-partikel batuan, bahan organik, jasad hidup
(mikro-organisme), air dan udara.
Dapat dikatakan juga bahwa tanah terdiri dari 3 fase yaitu (1) fase padat yang terdiri dari
bahan mineral (anorganik) dan bahan organic, (2) fase cair dan (3) fase gas.

B. SUSUNAN UTAMA TANAH


Seperti yang dikatakan oleh Schoeder (1972) bahwa tanah secara umum dapat dikatakan
sebagai sistem 3 fase yang selalu dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dikatakan sebagai
sistem 3 fase karena tanah terdiri dari 3 bahan yang berbeda bentuknya yaitu (1) fase padat
bahan yang berupa padatan tanah (Soil matrix), (2) fase cair berupa bahan cairan (larutan tanah)
dan (3) fase gas berupa bahan gas (udara tanah). Proporsi ketiga fase tersebut dalam
keseimbangan dinamis dalam arti ketiga fase tersebut berubah-ubah namun masih dalam kondisi
keseimbangan seperti pada gambar berikut :

2
Soil Components (volume basis)

Gambar 1. Komponen Penyusun Tanah


FASE PADAT:
a. BAHAN ANORGANIK (MINERAL)
Bahan ini merupakan kerangka tanah. Bahan ini berasal dari mineral hasil pelapukan bahan
induk (biasa disebut sebagai mineral primer)
b. BAHAN ORGANIK
Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan maupun hewan yang berada di dalam
tanah. Bahan organik ini termasuk dalam fase padat karena berbentuk koloid.
Fase padat terdiri atas PARTIKEL TANAH yang merupakan butir-butir bahan yang menyusun
tanah dalam berbagai ukuran yang disebut FRAKSI.

FRAKSI TANAH adalah Sekelompok partikel-partikel tanah yang mempunyai kisaran ukuran
sama, dibagi menjadi 3 macam : (1). Fraksi pasir, (2) Fraksi debu dan (3). Fraksi lempung
Untuk Ilmu tanah klasifikasi butir tanah yang umum digunakan adalah sistem ISSS.
Fraksi pasir : 0,02 (0,05) mm - 2 mm
Fraksi debu : 0,002 mm - 0,02 (0,05) mm
Fraksi lempung : < 0,002 mm

Sifat-sifat Fraksi pasir :


a. Cenderung berisi mineral primer, mis. : kuarsa (SiO2), aluminium silikat, feldspart primer
dsb
b. Mempunyai luas permukaan jenis (LPJ) yang lebih kecil
c. Bila dipilin terasa kasar
d. Tahan terhadap pelapukan
e. Tidak reaktif

3
Sifat-Sifat fraksi debu :
a. Merupakan hasil pelapukan dari fraksi pasir, mengandung mineral primer feldspar dan
mika.
b. Mempunyai luas permukaan jenis yang lebih besar dari fraksi pasir
c. Bila dipilin terasa licin seperti sabun
Sifat-sifat fraksi lempung :
a. Bersifat sangat reaktif
b. Biasanya mengandung mineral sekunder hasil pelapukan fraksi pasir dan debu. Mineral-
mineral tersebut bersifat kristalin maupun non kristalin.
c. Bila dipilin terasa lengket

BAHAN ORGANIK
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa makhluk hidup yang sebagian
telah mengalami pelapukan. Peranan bahan organik tanah sangat penting, merupakan perekat
butiran lepas, dan sumber utama nitrogen, fosfor, dan belerang. Bahan organik akan
mempengaruhi sifat fisik tanah, misalnya memantapkan agregat tanah dsb. Bahan organik akan
meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menyediakan air bagi tanaman, meningkatkan
KTK tanah, meningkatkan aktivitas mikro organisme tanah. Bahan organik merupakan sumber
energi bagi mikro organisme. Bahan organik merupakan komponen yang sangat penting dalam
menyediakan nutrisi terutama Nitrogen serta merupakan komponen yang memberikan kontribusi
pada peningkatan kandungan koloid organik. Peranan lain dari bahan organik adalah
memperbaiki sifat fisik tanah serta meningkatkan kapasitas penyimpanan dan pelepasan nutrisi.

FASE CAIR
Air dalam tanah menempati ruangan pori-pori tanah, yang umumnya pada pori sedang
dan mikro (kapiler). Air tanah pada pori besar (pori drainse) akan mengalir mengikuti gaya
gravitasi atau dibuang (drainase). Air yang ditahan dalam pori sedang akan diisap oleh tanaman.
Sedangkan air pada pori kapiler yang halus yang menyelimuti partikel tanah, pada batas-batas
tertentu sudah tidak bisa lagi diisap oleh tanaman. Hal ini berkaitan dengan daya tarik antara
partikel tanah dan air yang sangat kuat, dibanding dengan kemampuan tanaman menyerap air.
Jadi tidak semua air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Tanah terdiri dari empat komponen
utama yaitu bahan mineral, bahan organik kedua bahan ini dapat dikatagorikan sebagai bahan
padatan, udara dan air tanah.

FASE GAS
Udara tanah menempati ruangan yang sama dengan air tanah. Pori yang tidak tersisi air,
maka akan ditempati oleh udara. Komposisi antara udara dan air ini yang menentukan tingkat

4
aerasi tanah apakah tergolong baik atau buruk. Jadi kadar udara dalam tanah dipengaruhi oleh
hubungan tanah dan air. Pada tanah tergenang hampir seluruh pori diisi air, dan sebaliknya pada
daerah kering hampir seluruh pori ditempati oleh udara. Susunan udara tanah berbeda dengan
udara di atmosfer. Udara tanah mengandung CO2 lebih tinggi, O2 lebih rendah, dan uap air lebih
tinggi dibanding udara atmosfer. Hal tsb disebabkan karena ruang pori tanah bersifat tidak
kontinyu artinya pori tanah sering tidak berhubungan satu sama lain, dan kegiatan organisme
dalam dekomposisi bahan organik, serta pemafasan akar tanaman yang menyerap O 2 dan
melepaskan CO2.
Hubungan secara kimia ataupun fisik antara fase padat, cair dan gas tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat dari masing-masing fase tetapi juga dipengaruhi oleh temperatur, tekanan

dan cahaya. Fase padat, cair dan gas dalam satu kesatuan biasanya disebut sebagai satu sistem

dispers. Didalam sistem dispers ini fase cair mengelilingi/ menyeli muti fase padat sebagai
lapisan yang tipis berikatan secara elektromagnetik, semakin tebal lapisan air semakin kecil
kekuatan ikat mengikat antara lapisan air dengan partikel tanah yang berfungsi sebagai bahan
pendispers, sedangkan fase padat mendominasi dalam sistem tersebut.Fase padat biasanya
bersifat koloidal hingga bersifat kasar. Butiran-butiran tanah yang paling kecil biasanya disebut
dengan parti-kel tanah, atau butiran tanah atau zarah tanah.

Gambar 2. Tanah yang terdiri atas 3 fase Gambar 3. Sistem dispers tanah
II. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Tanah mineral yang terbentuk dipermukaan bumi secara langsung maupun tidak
langsung, berkembang dari bahan mineral batu-batuan. Tanah terbentuk melalui proses
pelapukan baik secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh kondisi atmosfer. Batuan induk
akan terdisintegrasi dan berdisintegrasi menghasilkan bahan induk lepas selanjutnya dibawah
pengaruh proses-proses pedogenik berkembang menjadi tanah.
Batuan induk Bahan induk Profil tanah

Pelapukan

Genesa Tanah

2.1 Faktor Pembentuk Tanah

5
Proses pembentukan tanah dipengaruhi 5 faktor, yaitu :
1. Bahan (batuan) induk (p),
2. Iklim (cl),
3. Organisme (o),
4. Topografi (r),
5. Waktu (t).
Dalam bentuk hubungan matematik dapat dituliskan : s = f (p, cl, o, r, f).
dimana s = tanah
Kelima faktor ini bekerja secara berinteraksi sesamanya, tidak sendiri-sendiri. Batuan/bahan
induk harus mengalami proses penghancuran (pelapukan) oleh iklim dan organisme (vegetasi)
pada tempat (topografi) dalam waktu tertentu (t), yang selanjutnya menghasilkan tanah. Dengan
demikian terlihat bahwa semakin banyak variasi faktor pembentuk tanah maka makin banyak
jenis tanah yang dijumpai. Dan juga sifat dan ciri tanah akan tergantung dari kualitas faktor
pembentuknya.

 Bahan (Batuan) Induk

Batuan induk merupakan bahan baku dalam proses pembentukan tanah. Secara
pedologis bahan induk dapat dikatagorikan menjadi bahan induk batuan dan bahan
induk organik. Tanah mineral berasal dari bahan induk batuan, sedangkan tanah
gambut berasal dari bahan induk organik. Batuan yag tersusun dari berbagai mineral
primer dengan sifat dan komposisi tertentu dalam proses pelapukan akan
membebaskan berbagai unsur hara. Sifat-sifat batuan induk atau bahan induk organik
akan sangat menentukan sifat dari tanah.

6
Tabel 1 : Jenis-jenis Batuan Utama dan Mineral penyusunnya (Fitzpatrick, 1980)

Jenis Batuan Susunan Mineral


Ultra Basa Peridotit Dominan Olivin
Lainnya Augit, Hornblende, Plagioklas, Biotit,
Magnrtit, Spinel
Serpentin Dominan Antigont, Crysotil
Lainnya Magnetit
Basa Basatl Dominan Plagioklas, Augit
Lainnya Olivin, Magnetit, Apatit
Dolerit / Diabas Dominan Labradorit, Augit
Lainnya Olivin, Hiperstin, Enstatit, Hornblende,
Biotit, Apatit, Kuarsa, Ilmenit, Magnetit

Gabro Dominan Plagioklas, Ensatit, Hiperstin, Augit


Lainnya Olivin, Hornblende, Biotit, Ilmenit,
Magnetit
Intermedier Andesit Dominan Plagioklas, Feldspar

Lainnya Augit, Ensatit, Hornblende, Biotit


Amphibolit Dominan Hornblende, Plagioklas, Garnet
Lainnya Magnetit, Spinel
Diorit Dominan Plagioklas, Hornblende
Biotit, Augit, Olivin, Magnetit, Ilmenit,
Spinel, Apatit
Sierit (dan Trachit) Dominan Alkali, Felspar, Hornblende, Biotit
Lainnya Biotit, Augit, Kuarsa, Spinel, Zirkon,
Apatit, Magnetit, Ilmenit
Masam Konglomerat Dominan Kuarsa, Felspar, Fragmen, Batuan
Granit Dominan Alkali, Felspar, Kuarsa
Lainnya Plagioklas, Biotit, Muskovit, Hornblende,
Turmalin, Epidot, Augit, Apatit, Zirkon,
Magnetit, Spinel

Gneiss Dominan Alkali, Felspar, Kuarsa


Lainnya Biotit, Muskovit, Hornblende
Obsidean Dominan Glass Volkanik (>65% SiO2)
Rhiolit / Liparit Dominan Alkali, Felspar, Kuarsa
Lainnya Biotit, Hornblende, Magnetit, Apatit,
Zirkon
Sandstone Dominan Kuarsa, Felspar
Lainnya Biotit, Muskofit, Hornblende, Spinel,
Ilmenit, Magnetit
Kuarsa - Phorphyry Dominan Kuarsa, Felspar
Lainnya Mika, Augit
Sangat Kuarsit Dominan Kuarsa
Masam Lainnya Muskovit, Turmalin, Magnetit
Schist Dominan Kuarsa, Felspar
Lainnya Biotit, Muskovit, Garnet
Slate Dominan Kuarsa
Lainnya Muskovit, Klorit
Phyllit Dominan Kuarsa
Karbonat Limestone Kalsit dengan dan atau tanpa dolomite
Marble Kalsit
Chalk Sisa-sisa Forminifera
Dolomite CaCO3 dan MgCO3
Organik Batu bara Senyawa Karbon

Keberadaan mineral-mineral di dalam tanah tergantung pada tingkat kestabilannya (Wilding,


Smeck, and Hall, 1983), yang dipengaruhi oleh : (a) perbedaan unsur-unsur penyusunnya, (b)
perbedaan lingkungan hancuran iklim, dan (c) ukuran dan mineral tersebut. Setiap mineral
mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan terhadap tanah-
tanah yang terbentuk. Batuan basa mengandung banyak (mineral) unsur hara yang bersifat basa
sehingga cenderung membentuk tanah basa, begitu sebaliknya dengan batuan masam akan
membentuk tanah-tanah masam yang miskin unsur hara. Pada Tabel di bawah ini disajikan
urut-urutan tingkat kestabilan mineral.

7
Tabel 2: Urutan Stabilitas Mineral (Wilding, Smeck, and Hall, 1983)
Mineral Primer Stabilitas Mineral Mineral Sekunder
Zirkon Anatas
Rutil Paling Stabil Gibsit
Turmalin Hematit (Gutit)
Ilmenit Kaolinit
Garnet Klorit Pedogenik
Kuarsa Smektit
Epidot Vermikulit
Sphene Ilit
Muskovit Halosit
Mikroklin Sepiolit (Paligorskit)
Orthoklas Alofan (Imogolit)
Plagioklas Kalsit
Hornblende Gypsum (Pyrit)
Klorit Halit
Augit
Paling Tidak Stabil
Biotit
Serpentin
Glas Volkanik
Apatit
Olivin

Tabel 3 : Beberapa jenis Bahan Mineral yang Terdapat dalam Tanah dan Kandungan Unsur Hara yang
Dominan (Klein dan Hurlbut, 1985)
Mineral Rumus Kimia Unsur Dominan
SiO2 -
Kuarsa
Kalsit CaCo3 Ca
Dolomite CaMg(CO3) Ca, Mg
Felspar – Orthoklas KalSi3O8 K
Felspar – Plagioklas NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8 Na, Ca
Mika – Muskovit KAl2(AlSi3O10)(OH)2 K
Mika – Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2 K, Mg, Fe
Amfibol (Hornblende) (Ca,Na)2- Ca, Mg, Fe
3(Mg,Fe,Al)5Si6(SiAl)2O22(OH)2
Piroksin (Hiperstin, Augit) (Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(SiAl)2O6 Ca, Mg, Fe
Olivin (Mg,Fe)2SiO4 Mg, Fe
Leucit KAlSi2O6 K
Apatit Ca5(PO4)3(F,D,OH) P

8
Pada Tabel 3. tersebut terlihat bahwa tanah-tanah yang berasal dari batuan Kuarsa maupun
Kuarsit secara dominan mempunyai mineral tanah Kuarsa. Mineral tersebut tidak mempunyai
unsur hara, dengan demikian akan terbentuk tanah yang yang masam dan miskin unsur hara.

 Iklim

Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan
curah hujan merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan
fisika di dalam tanah. Pengaruh iklim terhadap proses pembentukan tanah dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung misalnya dalam proses pelapukan fisik maupun kimia,
pencucian, translokasi dll, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu pengaruhnya terhadap
pertumbuhan vegetasi. Suhu merupakan komponen dari iklim merupakan komponen yang sangat
berpengaruh pada kecepatan reaksi dalam proses pembentukan tanah. Suhu sangat menentukan
jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh di permukaan sehingga menentukan jumlah dan jenis
bahan organik yang terbentuk. Di dalam profil curah hujan sangat berpengaruh pada proses
pelapukan, pelarutan, translokasi unsur hara dan bahan lainnya serta pertumbuhan perakaran
tanaman. Di luar profil tanah curah hujan berpengaruh terhadap erosi serta deposisi material
tanah.

 Organisme

Organisme merupakan faktor penting semenjak permulaan pembentukan profil tanah.


Proses pembentukan profil tanah dimulai sejak tanaman mulai hidup di atas batuan misalnya
jenis Lichenes. Apabila batuan mulai lunak maka tumbuhan yang lebih besar mulai tumbuh dan
akhirnya mati dengan meninggalkan sisa-sisa tanaman (bahan organik) (horison O). Bahan
organik ini akan di rombak oleh mikroorganisme serta dicampur dengan bahan mineral yang ada
di bawahnya sehingga terbentuk horison A yang berwarna gelap Asam organik yang dihasilkan
proses dekomposisi akan meningkatkan proses pelapukan mineral sehingga terbentuk mineral
sekunder dan unsur hara dalam tanah. Adanya air hujan akan terjadi proses translokasi bahan
tersebut dari horison A ke horison di bawahnya, proses ini akan menghasilkan horison B
(horison iluviasi). Beberapa sifat tanah yang dipengaruhi oleh organisme adalah bentuk struktur
tanah dan rongga (void) tanah, konsentrasi bahan organik (Mor, Mull, sward dan orterde) dan
perubahan-perubahan bentuk di permukaan tanah.

 Relief (Topografi)

Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief atau topografi mempengaruhi proses
pembentukan tanah dengan cara :
1. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau di tahan masa tanah.
2. Mempengaruhi dalamnya air tanah.
3. Mempengaruhi besarnya erosi.

9
4. Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah :
1. Tebal solum
2. Tebal dan kandungan bahan organik horison A.
3. Kandungan air tanah (Relative wetness).
4. Warna tanah.
5. Tingkat perkembangan horison.
6. Reaksi tanah (pH).
7. Kandungan garam mudah larut.

Kaitan antara topografi dan jenis tanah adalah umum disebut toposequence dimana
menggambarkan jenis-jenis tanah yang d)jumpai pada setiap posisi lereng (Iereng atas, tengah
dan bawah) serta sifat dan ciri-ciri tanah tsb.. Sifat-sifat tanah menyebar mengikuti pola
topografi suatu daerah. Misalnya tanah Aluvial akan dijumpai pada lereng bawah yang
merupakan daerah endapan, dan sebaliknya pada lereng alas akan dijumpai tanah-tanah dengan
solum dangkal.
Tabel.4. Bentuk Wilayah, lereng dan perbedaan tinggi.

Bentuk Wilayah Lereng Perbedaan Tinggi (m)


Datar (flat) 0-3 <5
Berombak (undulating) 3–8% 5 - 15
Bergelombang (rolling) 8 - 15 15 - 50
Berbukit (hilly) 15 - 30 50 - 200
Bergunung (mountainous) > 30 > 200
Sumber : Hardjowigeno, 2003.

 Waktu

Tanah merupakan benda alam yang selalu dinamis sehingga akibat pelapukan dan
pencucian maka tanah yang semakin tua maka akan semakin miskin. Mineral yang kaya akan
unsur hara akan habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa atau seskuioksida. Mohr dan van Baren telah mengenal ada 5 fase yang terlibat dalam
perkembangan tanah-tanah tropis yaitu :
1. Fase Pemula: Bahan induk belum mengalami pelapukan.
2. Fase Juvenil: Pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya belum dilapuki.
3. Fase viril : Kebanyakan mineral-mineral mulai terlihat, kandungan klei meningkat,
pelapukan masih berjalan lambat.
4. Fase Senil : Dekomposisi atau pelapukan tiba pada fase akhir hanya mineral-mineral yang
tahan lapuk yang masih bertahan.
5. Fase akhir : Perkembangan tanah telah sempurna, bahan sudah mengalami pelapukan.

10
Proses pembentukan tanah yang berjalan terus menerus maka bahan induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah muda (immature soil), tanah dewasa (mature soil), tanah tua (Old
soil atau senil soil). Penjelasan lebih lengkap dapat di lihat pada Gambar 1 dibawah ini.

A A A1 A1
A2
A3
A3

B1 B1
C B Atau
C B2t Box

B3

C C C

(a) (b) (c) (d) (e)

a = bahan induk
b = tanah muda
c = tanah dewasa
d+e = tanah tua (d = Ultisol ; e = Oxisol)

Gambar 1. Tingkat perkembangan relatip tanah (Hardjowigeno, 1993).

2.2. PELAPUKAN DAN PROSES PEMBENTUKAN PROFIL TANAH


Pelapukan adalah penghancuran fisik dan kimia dari batuan karena mineral-mineral
dalam batuan tersebut tidak dalam keseimbangan dengan suhu, tekanan dan kelembaban yang
ada. Pelapukan terjadi baik di bawah maupun di dalam solum, pelapukan geokimia
(Geochemical weathering) adalah pelapukan yang terjadi dibawah solum (Horison C) sedangkan
pelapukan pedokimia (Pedochemical weathering) adalah pelapukan yang terjadi pada horison A
dan B pada solum tanah.
Pelapukan Geokimia terdiri dari beberapa proses yaitu :
 Pelarutan (solution)
Terjadi pada garam-garam sederhana, seperti karbonat, klorida, dll.

CaCO3 + 2H+ H2CO3 + Ca+


Dapat juga berupa pelarutan mineral primer tanpa perubahan kimia
 Hidrasi
Reaksi kimia dimana molekul air terikat oleh senyawa-senyawa tertentu

CaSO4 + 2H2O CaSO4 2H20 (Gypsum)


 Dehidrasi
Reaksi kimia yang mengakibatkan terlepasnya molekul air dari suatu senyawa

11
CaSO4 2H2O CaSO4 + 2H2O
 Hidrolisis
Reaksi kimia yang mengakibatkan pergantian kation-kation dalam struktur kristal oleh
hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur
Merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran yang
sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah lapuk
3KAlSi3O8O + 2H+ KAl3Si3O10(OH)2 + 6SiO2 + 2K+
K-felspar Mica Quartz
2KAl3Si3O10(OH)2 + 2H+ + 3H20 3Al2Si2O5(OH)4 + 2K+
Mica Kaolinite
(Hemley clan Jones, 1964 dalam Krauskopf, 1979)
 Oksidasi
Oksidasi adalah suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan listrik negatip
menjadi berkurang. Proses tersebut akan berlangsung baik jika tersedia oksigen secara
cukup. Mineral-mineral tersebut menjadi mudah hancur sebagai akibat perubahan ukuran
clan muatan dari ferro (Fe++) ke ferri (Fe+++)
Oksidasi besi memberi warDa merah, coklat, atau orange Biasanya terjadi setelah Hidrolisis

Fe++ Fe+++ + elektron


 Reduksi berarti penambahan elektron dimana dengan proses reduksi dapat merubah besi
feri menjadi fero yang sangat mudah bergerak. Pada kondisi ini besi akan mudah tercuci
dan hilang dari tanah. Bila tidak tercuci maka besi ini akan bereaksi dengan sulfur
membentuk Sulfida atau senyawa lain sehingga membentuk warna hijau-kebiruan yang
khas untuk tanah tereduksi.
Fe+++ + elektron Fe++
Pelapukan pedokimia terjadi pada solum tanah , beberapa proses yang dapat
dikatagorikan sebagai proses pelapukan pedokimia adalah :
1. Proses oksidasi-reduksi dari Fe dan Mn dari mineral primer yang akhirnya membentuk
karatan atau kongkresi dalam solum tanah.
2. Pelepasan Al dari kristal klei menjadi hidroksida melalui proses pertukaran kation.
3. Pemindahan K dari mika dimana terjadi pergantian K oleh H pada interlayer mika
sehingga membentuk mineral klei vermiculit dan montmorilonit.
4. Pembentukan lapisan Al pada mineral klei tipe 2:1
Pada pembentukan tanah terdapat beberapa proses yang mengakibatkan penambahan
bahan ke dalam tanah, kehilangan bahan dari tanah, perubahan bentuk, dan pemindahan dalam
solum. Beberapa proses tersebut adalah :

12
Tabel : Beberapa Contoh Proses Pembentukan Tanah (Hardjowigeno, 1995)
Proses Keterangan
1 a Eluviasi 4 Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu Horison ke Horison lainnya

b Iluviasi 4 Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu Horison


2 a Leaching 2 Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
b Enrichment 1 Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain
3 a Dekalsifikasi 4 Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu Horison tanah
b Kalsifikasi 4 Penimbunan CaCO3 dalam suatu Horison tanah
4 a Desalinasi 4 Pemindahan garam-garam mudah larut dari tanah atau suatu Horison
tanah
b Salinasi 4 Penimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu Horison tanah
5 a Dealkalinasi 4 Pencician ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison
(Solodisasi)
b Alkalinisasi 4 Akumulasi ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison tanah
(Solonisasi)
6 a Lessivage 4 Pencucian (pemindahan) klei dari suatu Horison ke Horison lainnya
dalam bentuk suspensi (secara mekanik). Dapat terbentuk tanah Ultisol
(Podsolik) atau Alfisol
b Pedoturbasi 4 Pencampuran secara fisik dan biologik beberapa Horison tanah
sehingga Horison-Horison tanah yang telah terbentuk menjadi hilang.
Terjadi pada tanah Vertisol (Grumusol)
7 a Podsolisasi (3,4) Pemindahan Al serta Fe dan / atau bahan organik dari suatu Horison ke
(Silikasi) Horison lain secara kimia. Si tidak ikut tercuci sehingga pada Horison
yang tercuci meningkat konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah
Spodosol (Podsol).
  b Desilikasi (3,4) Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah sehingga
(Feralisasi, konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif. Terjadi di daerah
Laterisasi, tropika dimana curah hujan dan suhu tinggi sehingga Si mudah larut.
Latosolisasi) Dapat terbentuk Oxisol (Laterit, Latosol).
8 a Melanisasi (1,4) Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah karena pencampuran
bahan organik dengan bahan mineral. Dapat membentuk Mollisol
  b Leusinasasi 4 Pembentukan Horison pucat karena pencucian bahan organik
9 a Braunifikasi, (3,4) Pelepasan besi dari menieral primer dan dispersi partikel besi oksida
Rubifikasi, yang makin meningkat. Berdasarkan besarnya oksidasi dan hidrasi dari
Feruginasi oksida-oksida tersebut maka dapat menjadi berwarna coklat
(Brafikasi), coklat kemerahan (Rubifikasi) atau merah ( Feruginasi)
  b Gleisasi (3,4) Redukasi besi karena keadaan anaerobik (tergenang air) sehingga
ternentuk warna kebi
10 a Littering 1 Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm di permukaan
tanah mineral
  b Humifikasi 3 Perubahan bahan organik kasar menjadi humus
Keterangan :
(1) Penambahan bahan ke tanah (2) Kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan bentuk (transformasi) (4) Pemindahan dalam solum

Sebagai hasil dari proses-proses yang terjadi dalam pembentukan tanah, maka akan
terbentuk lapisan-lapisan di dalam tanah yang disebut sebagai Horison Tanah.. Ringkasan
penamaan horison tanah disampaikan sebagai berikut :
 Horison O
- Horison organik yang selalu jenuh dengan air atau tidak pemah jenuh air. Kandungan
bahan organik > 20 % (Pasir) atau > 30 % (Klei)
- Pada tanah mineral biasanya ditemukan pada tanah-tanah di hutan yang belum terganggu
Oi, Oe (nama lama O1)
Tingkat dekomposisi bahan organik kasar (Fibrik = i) atau sedang (Hemik = e)

13
Oa, Oe (nama lama 02)
Tingkat dekomposisi bahan organik halus (Saprik = a) atau sedang (Hemik = e)
 Horison A
Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan
mineral berwarna lebih gelap dari horison di bawahnya.
 Horison E
Horison dimana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap klei, Fe, Al dan bahan
organik, berwarna pucat.
 Horison B adalah horison bawah yang terbentuk karena berbagai hal :
a) Bt : Penimbunan (iluviasi) klei yang berasal dari horison eluviasi (E); atau
b) Bs : Penimbunan (iluviasi) Fe dan Al oksida (seskuioksida) yang berasal dari
horison eluviasi (E); atau
c) Bh : Penimbunan (iluviasi) humus yang berasal dari horison eluviasi (E); atau
d) Bo : Penimbunan relatip (residual) Fe dan Al oksida (seskuioksida) akibat pencucian
Silika (desilikasi); atau
e) Bw : Alterasi (perubahan) dari bahan induk yang membebaskan oksida besi dan
lainnya sehingga warna lebih merah atau membentuk struktur tanah.
f) Bss : Terdapat bidang kilir akibat gesekan agregat tanah yang mengembang dan
mengerut.
 Honson C
Bahan induk (Regolit), sedikit melapuk sehingga lunak dan dapat ditembus akar.
 Honson R
Batuan induk yang keras belum di lapuk, tidak dapat ditembus akar tanaman.

III. SIFAT FISIK TANAH


Tanah mempunyai beberapa karakteristik yang terbagi dalam tiga kelompok diantaranya
adalah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik tanah antara lain adalah tekstur,
struktur, konsistensi, permeabilitas, infiltrasi, dll. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik tanah
yang berbeda. Usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah tidak hanya terhadap perbaikan sifat
kimia dan biologi tanah tetapi juga perbaikan sifat fisik tanah. Perbaikan keadaan fisik tanah
dapat dilakukan dengan pengolahan tanah, perbaikan struktur tanah dan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah. Selain itu sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar dalam tanah, retensi air,
drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah mencakup : tekstur, struktur, kepadatan
tanah, porositas, konsistensi, warna, air tanah, temperatur, aerasi. Sifat fisik tanah juga
mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah.
Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh sifat fisik sulit dikenali, biasanya baru
diketahui setelah menunjukkan gejala lanjut. Contoh kasus tanah mempunyai lapisan
impermeabel (hardpan) tanaman akan menunjukkan gejala ketidaknormalan. Banyak orang
menduga ketidaknormalan itu disebabkan karena kekurangan unsur hara, padahal permasalahan
utamanya karena akar tidak dapat menembus lapisan tersebut sehingga akar tanaman hanya

14
mampu mengambil unsure hara dari daerah yang sangat terbatas.
Cabang dari ilmu tanah yang mempelajari sifat fisik tanah di kenal dengan Fisika Tanah,
waktu yang dibutuhkan topik ini sangatlah lama. Pada materi ini hanya dikenalkan secara umum
sifat fisik tanah serta hubungannya dengan pertumbuhan tanaman.
3.1. Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatip (dalam persen) fraksi pasir , debu dan klei.
Tekstur tanah penting diketahui karena komposisi ketiga fraksi tersebut akan menentukan sifat
fisik, fisikokimia, dan sifat kimia tanah. Bahan tanah/partikel tanah ukuran > 2 mm disebut
bahan kasar (kerikil sampai batu). Diameter Pasir: 2 mm - 50 ; Debu: 50  - 2 ; Klei: < 2  .
Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah yang merupakan perbandingan banyaknya
pasir, debu, klei. Penggolongan kelas tektur dilakukan dengan menggunakan segitiga tekstur
tanah dengan cara memasukkan data hasil analisa laboratorium. Penetapan tekstur secara
kualitatif di lapangan dilakukan dengan cara memijit tanah basah di antara jari-jari sambil
dirasakan halus kasarnya butiran. Rasa kasar mencirikan pasir, rasa licin mencirikan debu dan
rasa lekat mencirikan klei.
Pengetahuan tekstur tanah sangat penting karena tekstur tanah dapat digunakan
sebagai petunjuk dalam penilaian suatu lahan, misalnya :
1. Mudah tidaknya suatu tanah diolah. Bila tekstur tanahnya pasiran maka tanah tersebut mudah
diolah, tetapi bila tanah tersebut tanah lempungan (Klei an) maka tanah tersebut sukar/berat
bila diolah.
2. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi tanah dan tata air di dalam tanah.
3. Pengetahuan tekstur tanah adalah penting untuk mengkaji tentang morfologi , genesis,
klasifikasi dan pemetaan tanah.
Tanah dengan tekstur pasiran mempunyai luas permukaan kecil, kemampuan mengikat airnya
rendah dan kapasitas menjerap kation juga rendah (KTK rendah). Sedangkan tanah-tanah
bertekstur klei mempunyai luas permukaan yang besar sehingga memiliki daya serap air besar
dan KTK lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tekstur
kasar. Dengan demikian, jelas bahwa tekstur sangat menentukan tingkat kesuburan tanah.
Tekstur tanah yang perlu diperhatikan tidak hanya yang di lapisan permukaan saja tetapi juga di
lapisan yang lebih dalam di dalam profil tanah.
Ciri-ciri dari masing-masing tekstur :
1. Tekstur Pasir :
• Kadar pasir ³ 70%
• Bersifat lepas-lepas
• Tidak liat dan tidak lekat
• Terasa kasar kalau dipilin dan tidak meninggalkan selaput.
• Aerasi dan drainase baik
• Kemampuan menyerap air dan ion ren- dah
• Ringan bila diolah
2. Untuk pasir geluhan mempunyai sifat-sifat sbb :

15
1. Mengandung lempung dan debu sedikit
2. Konsistensi agak liat
3. Bila dipilin diantara 2 jari akan me-ninggalkan sedikit selaput bahan halus pada jari
4. Tekstur geluh/sedang : mengandung ke 3 fraksi secara se-imbang sehingga sifat-sifatnya
terletak diantara 2 tekstur yang ekstrem
5. Tanah ini yang paling disukai oleh tanaman
6. Pori makro dan mikro seimbang
3. Tanah lempung
• Mengandung lempung ³ 35 %
• Berat bila diolah
• Sangat liat dan lekat
• Aerasi dan drainase buruk
• Kemampuan mengikat ion dan menyerap air tinggi

PENENTUAN TEKSTUR TANAH


a. Di Lapangan
Tekstur tanah dapat ditentukan di lapangan secara kualitatif, yang mana dalam hal ini diperlukan
pengalaman yang mendalam untuk menilainya secara tepat.
Caranya adalah :
• Ambil sedikit tanah
• Tetesi dengan sedikit air
• Pilin tanah tersebut diantara ibu jari dan telunjuk
• Rasakan pilinan tanah tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
• Pasir terasa kasar
• Debu bila dipilin terasa licin seperti sabun
• Lempung bilan dipilin lengket diantara jari-jari tersebut.

b. Di laboratorium :
Di laboratorium penentuan tekstur tanah dilakukan dengan analisis secara kuantitatif yaitu
menentukan persentase dari masing-masing fraksi disebut dengan analisis mekanik.
Didalam semua jenis analisis mekanik secara kuantitatif ada dua tahapan yang diperlukan yaitu
1. Pemisahan semua zarah dari zarah satu terhadap yang lain atau penceraiberaian sempurna
menjadi zarah-zarah tunggal.
2. Pengukuran jumlah masing-masing kelompok ukuran didalam contoh tersebut.
Metode analisis yang dapat digunakan utnuk analisis tekstur tanah ini ada 2 macam yaitu :
1. Metode pipet
2. Metode hidometer
Metode Pipet
• Dasar pemikirannya adalah : (Hukum Stokes) yaitu :
- kecepatan jatuh dari partikel-partikel tanah berbanding lurus dengan berat

16
partikel-partikel tersebut.
Rumus :
2 (rp - rc) g r2
V = --- -------------------- cm/det
9 h
• rp = kerapatan partikel
• rc = kerapan cairan
• g = gaya gravitasi (percepatan)
• r = jari-jari butir
• h = kekentalan mutlak (poise)
Dengan asumsi :
1. Partikel-partikel yang jatuh harus bulat, kaku & licin
2. Besar partikel harus >>> F mol cairan
3. rc harus uniform
4. Selama jatuhnya partikel-partikel tidak boleh ada halangan
5. Selama gerakannya tidak boleh terjadi gesekan

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dalam metode pipet :


1. Penghilangan bahan perekat
2. Bahan perekatnya : B.O., Kapur, Al, Fe,MnO2
3. B.O. dihilangkan dengan : H2O2 30%,
4. CaCO3 dihilangkan dg HCl 1 N,
5. MnO2 dihilangkan dg As. asetat.
6. Pendispersian (NaOH)
7. Pemipetan untuk menentukan % masing-masing fraksi (dengan mengambil sampel
larutan dan tentukan suspensi yang ada dalam larutan saat pemipetan)

Metode Hidrometer
Dasar pemikirannya adalah :
• Bila kita memasukkan cairan (larutan) tanah pada suatu suspensi dimana partikel-partikel
tanah itu akan bergerak, hal ini akan menyebabkan perubahan BJ dari suspensi dan BJ
suspensi ini dipengaruhi oleh konsentrasinya.
Langkah-langkahnya :
1. Pendispersian (Na pirofosfat, Calgon)
2. Penggojogan (dengan mixer)
3. Penentuan % fraksi (Menentukan BJ larutan)

SEGITIGA USDA : Untuk Penentuan Tekstur Tanah

17
3.2.Struktur
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer (klei, debu
dan pasir) membentuk aggregat-aggregat dimana satu aggregat dengan aggregat lainnya di batasi
oleh bidang belah alami yang lemah. Aggregat yang terbentuk secara alami disebut ped,
sedangkan istilah clod digunakan untuk bongkahan tanah hasil pengolahan tanah.
Tiga grup bahan koloid tanah dikenal sebagai bahan perekat dalam proses pembentukan
aggregat-aggregat tanah dan bahan amiloran yaitu :
1. Mineral-mineral klei.
2. Oksida-oksida besi dan Mangan yang bersifat koloidal.
3. Bahan organik yang bersifat koloidal, termasuk gum yang dihasilkan oleh aktivitas jasad
renik.
4. Kapur (CaCO3) dan Gypsum (CaCO3.2H2O)

18
Struktur dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban,
porositas, pertumbuhan akar, kegiatan mikroorganisme tanah dan penyediaan nutrisi tanaman.

PENENTUAN STRUKTUR TANAH :


1. Di Lapangan
2. Di laboratorium
DI LAPANGAN
• Dapat dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Cara makroskopis dilakukan
di lapangan dengan jalan mengamati horison demi horison dalam profil tanah. Sedangkan
cara mikroskopis dilakukan dengan jalan contoh tanah dituangi ramuan parafin-naftalin.
Setalah dingin lalu disiapkan kemasan irisan tipis mikroskopis dan difoto. kemudian
diamati dengan mikroskop.
Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan mengamati komponen struktur tanah yaitu :
1. Bentuk dan susunan agregat, disebut TIPE TANAH
2. Ukuran (diameter), disebut KELAS struktur
3. Kemantapan atau kekuatan agregat disebut DERAJAD STRUKTUR.
 
TIPE dan KELAS STRUKTUR
Terdapat 4 bentuk utama struktur tanah yaitu :
1. Tipe lempeng (PLATY),
Bentuk lempeng : struktur dengan dimensi horisontal lebih berkembang dibanding vertikal,
platy bentuk dari lempeng tebal, sedangkan laminar adalah bentuk dari lempeng tipis,
dibedakan men-jadi kelas :
 Sangat tipis dengan tebal < 1 mm
 Tipis 1 - 2 mm
 Sedang 2 - 5 mm
 Tebal /Kasar 5 - 10 mm
 Sangat tebal > 10 mm

2. Tipe Tiang (PRISMATIK)


Bentuk prisma : Sumbu vertikal lebih berkembang dari lainnya, bagian samping agak datar
(flat), menghasilkan bangunan bentuk pilar. Jika puncak ped adalah bulah disebut struktur
columnar, jika datar disebut prisma, dibedakan men-jadi kelas :
 Sangat halus < 10 mm

19
 Halus 10 - 20 mm
 Sedang 20 - 50 mm
 Kasar 50 - 100 mm
 Sangat kasar > 100 mm

3. Tipe Gumpal (BERSUDUT)/Blocky


Betuk gumpal : Perkembangan ketiga dimensi relatip sama, ped-ped yang terbentuk serupa
kubus dengan muka datar atau bulat. Jika mukanya datar dan pinggiranya bersudut tajam
dinamakan gumpal bersudut (angular bloocky), dibedakan men-jadi kelas :
 Sangat halus < 5 mm
 Halus 5 - 10 mm
 Sedang 10 - 20 mm
 Kasar 20 - 50 mm
 Sangat kasar > 50 mm

4. Tipe Steroid/polyder kersai/Remah


Bentuk spheroidal : Bentuk bulat atau spheroidal dan semua sumbu lebih kurang sama
panjangnya dengan muka tidak beraturan (irregular). Biasanya ukuran strukturnya kecil kecil,
aggregat-aggregat dari grup ini dinamakan granular jika relatip kurang porous, jika susunan
granular sangat porous dinamakan remah (crumb). dibedakan men-jadi kelas :
 Sangat halus < 1 mm
 Halus 1 - 2 mm
 Sedang 2 - 5 mm
 Kasar 5 - 10 mm
 Sangat kasar > 10 mm

20
5. Tipe Tak berstruktur, yang dibedakan menjadi butir tunggal
Dikenal dua jenis tanah tidak berstruktur yaitu butir tunggal (single grain) dan massive. Butir
tunggal adalah jika partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas (tidak terikat) satu dengan
lainnya biasanya terjadi pada tanah pasir. Massive digunakan untuk tanah-tanah padat yang
ruang pori-porinya telah terisi oleh klei.

Single grain Masive

DERAJAD STRUKTUR TANAH :


0 : Tak beragregat yaitu pejal dan berbutir tunggal
1 : Lemah, jika tersentuh mudah hancur, yang dapat dibedakan lagi menjadi : sangat lemah dan
agak lemah
2 : Sedang, yaitu agregat sudah terbentuk jelas, tapi masih dapat dipisahkan
3 : Kuat, yaitu agregatnya mantap dan jika dipecahkan terasa berketahanan, yang dibedakan lagi
atas sangat kuat dan cukup kuat.

DI LABORATORIUM
Dengan menentukan Berat Jenis (BJ) dan Berat Volume (BV) dan Porositas tanah (n).
1. Berat Jenis : yaitu perbandingan antara berat butir-butir tanah dengan volume butir-butir
tanah (gram.cm-3) dengan menggunakan piknometer
2. Berat Volume Tanah : yaitu perbandingan antara berat butir-butir tanah dengan volume
bongkah tanah (gr.cm-3). Dengan metode lilin
3. Porositas tanah : adalah persen volume total pori dalam tanah, atau volume total pori
dibagi volume total tanah dikalikan 100%. 

RUMUS POROSITAS
n = (1 - BV/BJ) x 100 %

21
Porositas tanah (n) adalah volume pori pada su-atu bongkah tanah yang dinyatakan dalam %.
Volume pori
n = --------------------------- x 100 %
volume bongkah tnh

Penjabarannya sebagai berikut :

Vol. bongkah – vol. zarah tnh


n= --------------------------------------- x 100%
Vol. bongkah

Vol. bongkah Vol zarah


= (------------------- - --------------) x 100 %
Vol. bongkah Vol bongkah

Vol. zarah
= (1 - ------------------) x 100%
Vol. bongkah

Brt zarah B.zarah


BJ = ------------- g/cm3; vol zarah = ---------
Vol. zarah BJ

B.zarah B.zarah
BV = ---------- g/cm3 ; Vol.bkh = --------
V.bkh BV

   B.zarah/BJ
n = (1 – ------------------------) x 100%
B.zarah/BV

n = (1 – BV/BJ) x 100%
 

3.3. Pori-Pori tanah


Pori-porii tanah adalah bagian tanah yang berisi air dan udara. Pori tanah dibedakan pori kasar
(makro) dan pori halus (mikro). Pori kasar berisi udara dan air grafitasl (air yang bergerak atau
mudah hilang karena gaya grafitasi) , sedang pori halus berisi air kapiler atau udara yang
terutama berguna bagi tanaman. Tanah dengan tekstur kasar memiliki pori makro yang lebih
besar dibanding tanah tekstur halus. Akan tetapi tanah tekstur halus memiliki total pori lebih
tinggi dari tanah tekstur kasar. Porositas tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, tekstur,
dan struktur. Bahan organik tanah akan meningkatkan porositas tanah. Tanah yang struktur masif
(pejal) misalnya karena pemadatan menyebabkan porositas tanah rendah. Pori-pori tanah dapat
ditentukan dengan menghitung nilai Bulk Density dan Partikel density.
Pori-pori tanah (%) = (1 – Bulk density/partikel density) x 100 %

22
3.4. Bulk Density (Kerapatan Lindak) dan Partikel Density
Bulk density tanah adalah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering terhadap
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan
tanah. Semakin tinggi bulk density maka semakin padat tanah tersebut, hal ini akan memberikan
informasi bahwa tanah tersebut sulit melewatkan air (drainasenya jelek) atau sulit ditembus oleh
akar tanaman.Pada umumnya bulk density berkisar antara 1,1 –1.6 g.cm-3. Beberapa tanah
memiliki bulk density kurang dari 0.9 g.cm-3 yaitu Andisol, bahkan pada tanah gambut (Histosol)
kurang dari 0.1 g.cm-3 .
Bulk density sangat penting dilakukan pengukuran terutama dibutuhkan untuk
menghitung kebutuhan pupuk dan kandungan air dalam tanah yang didasarkan pada berat tanah
persatuan luasan tanah. Bulk density berbeda dengan partikel density (kerapatan jenis zarah).
Partikel density adalah berat kering tanah persatuan volume partikel-partikel padat tanah tidak
termasuk volume pori-pori tanah. Tanah mineral mempunyai nilai partikel density 2.65 g.cm-3 .

3.5. Warna Tanah


Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.Warna
tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan
permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali
dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah
(koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat
luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah.
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling nyata dan paling mudah ditentukan.
Warna tanah merupakan pernyataan dari :1) jenis dan kadar bahan organic 2) keadaan
drainase dan aerasi tanah dalam hubungannya dengan hidratasi, oksidasi dan pencucian 3)
Tingkat perkembangan tanah 4) Kadar air termasuk pula posisi permukaan air tanah .5)
Adanya bahan-bahan tertentu.
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna
tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan
organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat
menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan
beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi
merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin
gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna
tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab
hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat
hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah
ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Tanah yang kaya akan bahan organic akan memberikan warna kelam, warna merah

23
menunjukkan biasanya mengindikasikan kondisi tanah yang drainasenya baik, terdapat pada
daerah cembung (convex) berada diatas batuan yang permeable. Warna tanah kelabu dan
keputih-putohan disebabkan karena bahan tanah terutama kuarsa, kaolin, dan mineral-mineral
klei, karbonat Ca dan Mg, senyawa ferro (kondisi tergenang/tereduksi). Tanah-tanah yang
kondisi drainasenya buruk sering ditemui adanya bercak-bercak (mottling) berwarna kelabu,
coklat, merah atau kuning.
Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna tanah. Besi oksida
berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung derajat hidrasinya. Besi
tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih,
kelabu, dan ada kala berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu,
putih, bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya. Selain warna tanah juga
ditemukan adanya warna karatan (mottling) dalam bentuk spot-spot. Karatan merupakan
warna hasil pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah, terutama besi dan mangan,
yang terjadi selama musim hujan, yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) dan
deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami pengeringan. Hal ini terutama dipicu oleh
terjadinya: (a) reduksi besi dan mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang
menyebabkan terjadinya presipitasi.
Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah kadar besi dan
mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbentuk apabila besi dan mangan tersebut
mengalami presipitasi. Karatan-karatan yang terbentuk ini tidak segera berubah meskipun
telah dilakukan perbaikan drainase.
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari
sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah
tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap.
Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah
banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah
berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu
karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik,
yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+)
misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O
(limonit) yang berwarna kuning cokelat.
Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka
selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau
kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi
ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi
lebih terang.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat
menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan
beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi
merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin

24
gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna
tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab
hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat
hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah
ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan: (1)
sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2) indikator kondisi
iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan (3) indicator kesuburan tanah atau
kapasitas produktivitas lahan.
Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi
produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut:
putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam.
Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna
gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna
makin gelap, (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horizon bagian atas ke horison bagian
bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan
menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan (3)
kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna
standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel,
yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma.
Munsell Color Chart (MCC) teridiri atas kartu-kartu yang berbeda warna spectrum
dominannya (warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya). di beri
istilah Hue, dengan symbol angka dan hurup besar yang diterangkan pada sudut kanan atas
tiap-tiap kartu.
Baris vertical disusun menurut interval yang berbeda warna kelam – cerah atau
hubungannya dengan warna putih dan hitam diberi istilah Value , diberi symbol angka di
muka garis miring.
Baris horizontal disusun menurut interval yang berbeda dalam hal kekuatan atau
intensitasnya diberi istilah Chroma, diberi simbul angka dibelakang garis miring.
Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya
Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang
dipantulkan.
Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma
didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya
perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).
Hue dibedakan menjadi 10 warna, yaitu: (1) Y (yellow = kuning), (2) YR (yellow-
red), (3) R (red = merah), (4) RP (red-purple), (5) P (purple = ungu), (6) PB (purple-brown),
(7) B (brown = coklat), (8) BG (grown-gray), (9) G (gray = kelabu), dan (10) GY (gray-
yellow). Selanjutnya setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hue sebagai berikut: (1) hue = 0

25
– 2,5; (2) hue = 2,5 – 5,0; (3) hue = 5,0 – 7,5; (4) hue = 7,5 –10. Nilai hue ini dalam buku
hanya ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10.
Berdasarkan buku Munsell Soil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R;(2)
7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu
mulai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning (5
Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G;
(11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral).
Value dibedakan dari 0 sampai 8, yaitu makin tinggi value menunjukkan warna makin
terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Nilai Value pada lembar buku Munsell Soil
Color Chart terbentang secara vertikal dari bawah ke atas dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7;
dan 8. Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling terang.
Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan
kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma pada
lembar buku Munsell Soil Color Chart dengan rentang horisontal dari kiri ke kanan dengan
urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna spektrum
paling murni.
Pencatatan warna tanah dapat menggunakan buku Munsell Soil Color Chart, sebagai
contoh: (1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai
nilai hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat.
(2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut mempunyai
nilai hue =10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan disebut berwarna merah.
Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus
disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya.
Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam
menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab,
atau kering.

3.6.Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk akibat adanya tekanan dari
luar. Konsistensi ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah.

Makna dari konsistensi tanah adalah :


• Sebagai suatu manifestasi kohesi & adhesi pada berbagai tingkat kelengasan.
• Kemampuan tanah untuk dapat memper-tahankan ketetapannya.
• Suatu kecenderungan dari partikel tanah untuk melekat pada bagian (benda) lain.
• Merupakan suatu sikap suatu tanah yang dicerminkan oleh tanggapannya terhadap
berbagai gaya dari luar.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan secara kualitatip dan kuantitatif (Angka
Atterberg).
Secara kuantitatif (di laboratorium) ditentukan dengan menentukan angka-angka Atterberg

26
yaitu :
• Batas berubah warna (BBW)
• Batas gulung (BG)
• Batas lekat (BL)
• Batas cair (BC)
• Jangka olah = BL – BG
• Surplus = BL – BC
• Indeks Plastisitas = BC – BG
• Persediaan air maksimum = BC – BBW
• Jangka Oleh (JO) : menunjukkan kisaran lengas tanah yang sesuai untuk pengo-lahan
tanah
• Surplus (S) : menunjukkan kemampuan tanah untuk meneruskan air (meloloskan air)
S negatif rendah (> - 5) daya hantar air baik
S negatif tinggi (< - 5) daya hantar air kurang baik
• IP = menunjukkan derajad keteguhan tanah
IP < 18 = keteguhan tanah rendah
• PAT = menunjukkan kemampuan tanah dalam menyediakan air
Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yaitu penetapan
batas cair dan batas plastis suatu tanah yang selanjutnya dapat ditentukan nilai indeks
plastisitasnya.Arti penting konsistensi tanah adalah cara penentuan pengolahan tanah yang
effisien dan menentukan kemampuan penetrasi akar tanaman di dalam tanah.
Prinsip penetapan konsistensi secara kualitatip (di lapangan) adalah penentuan ketahanan
massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tanah pada berbagai kondisi kadar air
tanah. Atau dengan alat yang disebut Pnetrometer.
Konsistensi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kandungan lempung) dan kadar
lengas tanah. Untuk itu penentuan konsis-tensi tanah secara kualitatif (di lapangan) ditentukan
dalam keadaan basah, lembab dan kering

No. Basah Lembab Kering

1. tidak lekat tidak liat lepas-lepas lepas-lepas


2. agak lekat agak liat - sangat gembur -lunak
- Gembur - Agak keras

3. - lekat - liat - Sangat teguh - sangat keras


- sangat - sangat - luar biasa - l. b. keras
lekat liat teguh

 Jangka Oleh (JO) : menunjukkan kisaran lengas tanah yang sesuai untuk pengo-lahan
tanah

27
 Surplus (S) : menunjukkan kemampuan tanah untuk meneruskan air (meloloskan air)
 S negatif rendah (> - 5) daya hantar air baik
 S negatif tinggi (< - 5) daya hantar air kurang baik
 IP = menunjukkan derajad keteguhan tanah
 IP < 18 = keteguhan tanah rendah
 PAT = menunjukkan kemampuan tanah dalam menyediakan air
 
3.7. Air Tanah (lengas tanah)
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap
air, atau karena keadaan drainage yang kurang baik (Hardjowigeno, 1995).
Fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai :
 Unsur hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan
karbohidrat dalam proses fotosintesis.
 Pelarut unsur hara
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan
tersebut.
 Bagian dari sel-sel tanaman
 Air merupakan bagian dari protoplasma
Persediaan air di dalam tanah tergantung dari :
 Banyaknya curah hujan atau air irigasi
 Kemampuan tanah menahan air Air
 Besarnya evapotranspirasi
 Tingginya permukaan air tanah

Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
Air Higroskopik : Air yang diserap dengan sangat kuat oleh tanah sehingga tidak dapat
digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air)
Air Kapiler : Air di dalam tanah, di mana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan
daya adhesi (antara air dengan tanah) lebih kuat dari gaya gravitasi. Air
ini dapat bergerak ke samping atau ke atas karena gaya-gaya kapiler.
Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat
diserap) oleh tanaman.
Air Gravitasi : berada di pori makro tanah, diikat sangat lemah oleh partikel tanah, dengan
cepat turun ke lapisan yang lebih dalam, tidak dapat dimanfaatkan
tanaman
Beberapa istilah yang berhubungan dengan penentuan jumlah air tersedia bagi tanaman , adalah:
Kapasitas Lapang : Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

28
Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terns menerus diserap oleh
akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin
kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air
tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen)
Titik Layu Permanen : Kandungan air tanah di mana akar-akar tanaman mulai tidak mampu
lagi menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman
akan tetap layu baik pada siang atau malam hari.
Air Tersedia : Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman merupakan selisih antara kadar air
pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen .
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
(Moisture Tension) dalam tanah. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang
diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan air diukur dalam Bar, Atmosfir,
Cm Air, atau Logaritma dari Cm Air yang disebut pF. Satuan Bar dan Atmosfir sering dianggap
sarna karena 1 atm = 1.0127 bar. Pada Tabel di bawah ini disajikan hubungan antara kondisi air
di dalam tanah dengan tegangan air.

Tabe1: Klasifikasi Kelembaban Tanah dan Tegangan Air


Klasifikasi kelembaban Tanah Tegangan
Bar (atm) pF
Jenuh Air (air Grafitasi, hilang dari tanah) 0 0
Kapasitas Lapang (Air Kapiler, dapat diserap tanaman) 1/3 2.53
Titik Layu permanen (Air Kapiler, tidak dapat diserap tanaman) 15 4.18
Koefisien hidroskopik, tidak dapat diserap tanaman) 31 4.5

Kering Oven 10,000 7

Setelah mencapai permukaanbumi,airhujan terus bergerak dan berubah bentuknya, yaitu : bagian
yang masuk ke dalam tanah – Infiltration, bagian yang mengalir sepanjang permukaan –Run-
off, bagian yang kembali ke atmosfer sebgai uap air –Evaporation, bagian yang diambil tanaman
dan dikembalikan ke atmosfer –Transpiration.
Bagian air hujan yang ditangkap oleh daun dan batang tanaman disebut Interception.
Bagian air hujan yang terkumpul di permukaan tanah disebut Surface Storage,
Bagian air hujan yang diikat di dalam tanah Soil moisture dan bagian yang di perkolasikan
kebagian bawah tanah yang berhubungan dengan zone jenuh air – Groundwater, sehingga secara
sederhana neraca air dapat ditulis sebagai:
Precipitation = Runoff + Evapo – transpiration + Change storage

KADAR LENGAS TANAH

29
IV. SIFAT KIMIA TANAH

Kemampuan tanah dalam menyediakan unsure-unsur hara bagi tanaman merupakan


persoalan utama dalam produksi tanaman. Secara menyeluruh unsure hara merupakan salah satu
faktor dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor
lingkungan tersebut adalah : 1) Temperatur, 2) Radiasi matahari, 3) Kelebababn, 4)
Reaksi tanah, 5) Udara tanah, 6) Susunan atmosfere, 7) Ketersediaan unsure hara, 8) Faktor
biotis.
Telah diketahui bahwa tanah td : fase padat, cair dan gas. Fase padat adalah bahan
mineral dan humus, Fase cair adalah air dan bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yi. :
bermacam-macam senyawa dan menempati ruang-ruang pori mikro. Fase gas terdiri atas udara
yang terdiri atas bermacam-macam gas yang menempati ruang makro.
Fase padat yang td. atas : partikel-partikel tanah yaitu fraksi pasir, debu dan lempung.
Dari ke 3 fraksi tersebut, yang memiliki aktivitas kimia adalah fraksi lempung dan humus. Fraksi
lempung dan humus biasa disebut dengan koloid lempung dan humus yang mempunyai ukuran
diameter sekitar < 2u (0,5 – 1,0 u). Koloid-koloid ini dapat memiliki muatan (-) maupun (+).
Koloid-koloid tanah yang lain yaitu oksida dan hidroksida besi, aluminium dan kalsium. Koloid-
koloid ini mempunyai muatan yg tergantung pada pH tanah Pada pH rendah hidroksida Fe dan
Al bermuatan positif (+), dan pada pH tinggi bermuatan negatif (-)

MACAM KOLOID TANAH DAN SUMBER MUATAN LISTRIK TANAH

Macam koloid tanah:


Min Lempung pada umumnya mineral sekunder, hanya sedikit yg berupa mineral primer seperti
muscovit dan biotit. Min lempung memiliki susunan berlapis-lapis, yg terdiri dari :
- lap. SiO2 (Silikat) dan
- lap. Al (OH)2
Perbandingan lapisan pada min lempung adalah :
a). 1 : 1 (tipe 2 lapis)

30
b). 2 : 1 (tipe 3 lapis)
Tipe 2 lapis yi 1 : 1 terdiri dari :
a. 1 lap. Silikat yg disebut lap. tetrahedral
b. 1 lap. Al (OH)2 yg disebut lap. Oktahedral
Tipe 3 lapis yi 2 : 1 terdiri dari :
a. 2 lap. Silikat
b. 1 lap Al (OH)2
Mineral lempung biasanya digolongkan ke dalam 3 gol yi:
a. Kaolinit (tipe 1 :1)
b. Montmorilonit (tipe 2 : 1)
c. Illite (tipe 2 :1)

GOLONGAN KAOLINIT
Golongan kaolinit mencakup : Nacrite, dichrite, halloysite, anantite dan alofan. Kaolinit
memiliki tipe kisi 1 : 1 yg tiap kisi alumino silikat berikatan kuat satu dengan yg lain oleh adanya
jembatan oksigen dari silikat & hidroksil dari Al, shg mengakibatkan min ini tdk dpt
mengembang & mengkerut. Mineral ini memiliki muatan neg (-) yg bersumber dari distorsi
ikatan Si-O-Si dan Al-O-Al pada sisi patahan-patahan yg melibatkan ion H, OH dan mol H2O
Kelebihan muatan (-) terjadi pada ujung-ujung patahan kristal baik pada Si tetrahedral
maupun pada Al Oktahedral, maka muatannya dapat ditingkatkan dengan upaya memperbanyak
patahan dengan cara menggerus yg berarti meningkatkan luas permukaan jenis. Kaolinit
memiliki muatan terubahkan, yi muatan yg tergantung dg pH. Pada pH tinggi bermuatan (-)
dan pH rendah bermuatan (+). Min ini terdapat pada jenis tanah LATOSOL, PODSOL,
PODSOLIK.

GOLONGAN MONTMORILONIT
Golongan ini mencakup : Beidellite, Saponite, Nontronit. Mineral ini merupakan mineral
bertipe kisi 2:1, yang terdiri dari 1 lapisan Alunimo (oktahedral) dan diapit oleh 2 lapis silikat
(tetrahedral). Diantara 2 kisi terdapat ruang antar kisi yg dpt mengembang bila basah dan
mengkerut bila kering, krn ikatan ke 2 kisi adalah lemah. Ruang antar kisi ini memiliki muatan
sehingga muatan neg (-) nya lebih banyak daripada min kaolinit.
Sumber muatan negatif montmorilonit adalah :
• Dari sisi-sisi yg patah baik pada Si tetrahedral maupun pd Al Oktahedral
• Disosiasi OH pada gugus = Si-OH
• Substitusi isomorfik (pergantian ion dg ion yg memiliki ukuran sama, valensi dpt berbeda
dapat sama) yg terjadi baik pada tetrahedral (substitusinya adalah pada ion Si) maupun
okta hedral (pada ion Al). Jika ion pd min lemp diganti dg ion yg muatannya (valensinya)
lebih sedikit maka mengakibatkan terjadinya kelebihan muatan negatif pada min lemp.
Substitusi isomorfic pada montmorilonit ini menghasilkan muatan negatif yang cukup
banyak, sehingga jika terjadi perubahan pH Ke arah masam, muatan (+) yang terjadi dapat

31
dinetralisir oleh muatan (-) dari mineral lempung ini, dan masih banyak kelebihan muatan (-) nya
(krn kaya akan muatan (-)) Jadi min ini tetap saja bermuatan (-). Maka mineral lempung
montmorilonit disebut dengan mineral lempung yang bersifat “permanent negative charge”
Contoh min ini terdpt pada : Tanah Grumusol.

Mineral Illite
Merupakan mineral lempung hidrous mika (mika terhidrat), yang memp tipe kisi 2:1
Akan tetapi mineral ini tidak dapat mengembang karena ruang antar kisi diisi oleh ion K yang
mengakibatkan antar kisi yang satu dengan yg lain terikat. Sama halnya dengan kaolinit, sumber
muatannya hanya dari sisi yang patah. Jika illite mengalami pelapukan maka ion K akan keluar
dan min Illite akan berubah menjadi mineral yang mudah mengembang & mengkerut. Mineral
ini terdapat pada tanah : Regosol

4.1.Reaksi Tanah (pH Tanah)


Reaksi tanah menunjukkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah.
Nilai pH adalah berkisar dari 0 - 14. Makin besar angka pH berarti makin bersifat basa, dan
sebaliknya makin rendah berarti makin masam. Angka 7 berarti bahwa reaksinya netral dengan
kata lain konsentrasi H+ dan OH- sama besar. Semakin tinggi H+ makin masam dan sernakin
tinggi OH- semakin basa. Pada umumnya tanah memiliki kisaran pH antara 4-10. pH dari suatu
tanah tertentu misalkan antara 5 atau 8, mempengaruhi sifat lingkungan dan kimia mineral tanah
tersebut, sehingga pH tanah berpengaruh sangat penting terhadap pertumbuhan akar tanaman dan
aktivitas mikrobia. Atas dasar alasan tersebut diatas maka pH tanah merupakan salah satu faktor
yang sangat penting yang mempengaruhi kesuburan tanah. Oleh karena itu pH tanah perlu
dikelola untuk meningkatkan hasil tanaman.

DEFINISI pH
Secara kimia, pH menunjukkan aktivitas H+. pH tanah merupakan logaritme negatif
konsentrasi H larutan tanah.
1
pH = log -------
( H+ )
Dimana ( H+ ) adalah berat atom H+ per liter, atau g/l atau
pH = -log ( H+ )
pH air murni adalah 7 dihitung sebagai berikut :
1
pH = log---------------- = log 10.000.000 = 7,0
0,0000001

pH = -log 10-7 = -(-7) = 7


Tanah dapat bereaksi masam, netral atau alkalis yang dinyatakan dengan pH tanah.

32
Reaksi tanah dikatakan netral jika larutan tanah mengandung H + dan OH– sama banyaknya. Jika
ke dalam tanah diberikan Ca(OH)2 maka didalam larutan tanah ion OH lebih banyak daripada ion
H+, sehingga reaksi tanah berubah menjadi alkalis, sebaliknya jika ke dalam tanah diberikan HCl,
maka ion H+ > ion OH dan reaksi tanah berubah menjadi masam. Jadi pH berarti logaritme
negatif konsentrasi ion H yang dinyatakan dalam g/l larutan, biasa ditulis :
1
pH = log ———
[ H+ ]
pH = log 1 – log [ H+ ]
pH = -log [ H+ ]
Pada kondisi netral konsentrasi ion H = 0,0000001 g/l larutan = 10-7 g/l larutan.
maka pH = -log [ H+ ]
= -log 10-7
= 7 log 10
= 7
Skala pH adalah antara 1 – 14. 1 l aquadest mengandung 0,0000001 g/l , berarti pH = 7
(netral). 1 l HCl 1 N berisi 1 g H/l, berarti pH = 0. Akan tetapi pH tanah berkisar antara 4-10.
Tanah-tanah di daerah humid pada umumnya masam, memilik pH dibawah 7. Tanah yang
berkembang dari endapan kapur, reaksinya alkalis memiliki pH di atas 7,5 dan dengan adanya
CaCO3 dalam kadar yang tinggi pH tanah akan naik sampai 8,5. Jika pH melebihi 8,5 berarti
terdapat kdar Na yang cukup tinggi. Tanah hutan yang berupa humus masam dapat mencapai pH
dibawah 3,5.

33
Klasifikasi pH tanah adalah sebagai berikut :
Kons. H+ 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
(g/l)
pH 3 4 5 6 7 8 9
(CaCl)
Luar Sangat Kuat Sedang Lemah Lemah Kuat Luar
Biasa kuat biasa
Masam Alkali
daerah netral

Netral

Pada umumnya kemasaman tanah menimbulkan permasalahan yang lebih besar daripada
kebasaannya.
Ada dua macam pH tanah yaitu :
pH tanah aktual yang menyatakan konsentrasi ion H dalam larutan tanah.
pH potensial yang dinyatakan dalam me/100 g H dan Al yang dapat dipertukarkan dari
kompleks jerapan. Ion H ini menjadi sumber H+ dalam larutan tanah, sedang ion Al akan
menghasilkan ion H.
Al3+ + 3H2O ----> Al(OH)3 + 3H+ . pH aktual ditentukan dengan H2O, dan pH potensial dengan
CaCl2.
Sebab-sebab terjadinya kemasaman tanah :
Kemasan tanah disebabkan oleh adanya H+ yang diserta dengan terlindinya kation-kation basa
dari kompleks adsorpsi tanah. Pada mulanya : pH tanah ditentukan oleh kadar basa dari bahan
induk. Kemudian basa – basa dibebaskan oleh adanya pelapukan dan proses pertukaran kation.
Kompleks jerapan menjadi jenuh oleh berbagai basa.

dibebaskan --------
karena Ca Ca : --
ca pelapukan Mg ------ K : --
MgK ------------------------------ KK Mg : --
Na pelapukan Na Na : --------

Kation kompleks jerapan


Mineral bebas.
Dalam kondisi seperti ini pH tanah adalah basis. Selanjutnya oleh pengaruh iklim (terutama
curah hujan) juga pengaruh umur tanah dsb., maka kation-kation basa terlindi dan kedudukannya
diganti oleh ion H (H2O === H+ + OH), sehingga faktor iklim dan umur tanah dapat
menurunkan pH tanah.
Pengaruh bahan induk terhadap pH tanah. pH tanah yang berasal dari :
 batuan beku : basalt > diorite > granit
 batuan sedimen : batu kapur > batu lempung > batuan pasir.

Produksi ion H+

Ion H berasal dari berbagai sumber :


1. Dari produksi CO2 hasil respirasi mikroorganisme dan akar tanaman.

34
CO2 + H2O -------- HCO3 + H+
Di dalam udara tanah dapat mengandung CO 2 dengan kadar yang cukup tinggi sehingga
dapat menurunkan pH tanah.
Hubungan antara pH larutan dengan kadar CO2 adalah sebagai berikut :
Sumber CO2 pH
CO2 <Vol %>
Atm 0,03 5,6
0,3 5,2
Udara tanah 1,0 5,0
10,0 4,5

2. Ion H yang dihasilkan langsung oleh akar tanaman.


Hasil metabolisme tanaman adalah senyawa – senyawa asam organik berupa excreet
yang kadar H nya tinggi. Pada proses penyerapan unsur hara, ion H ini digunakan untuk
menukar kedudukan basa sebagai unsur hara dari kompleks jerapan.
3. Dekomposisi bahan organik.
Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam fulfat, asam humat. Asam – asam ini
lebih besar pengaruhnya daripada CO2 dan dapat mengakibatkan pH tanah < 3,0 pada
tanah gambut dan pada tanah pedsol.
4. Oksidasi dari senyawa-senyawa tereduksi (S dan N).
Oksidasi senyawa ini menghasilkan H2SO4 dan HNO3. Oleh karena pelapukan atau proses
oksidasi biologis.
thiobacillus
4 FeS2 + 15 O2 + 10 NOH ---------- 4 FeOOH + 8 H2SO4
teroksidasi
nitrosomonas
2 NH4+ + 3 O2 ---------- 2 NO2- + 4 H+ + 2 H2O + energi
teroksidasi

Mineral pyrit FeS2 pada umumnya terdapat dirawa-rawa pasang surut apabila tersingkap
ke udara akan mengakibatkan pH tanah menurun < 2,5.
Proses nitrifikasi NH4+ terjadi jika pemupukan N di lahan kering yang memiliki aerasi
baik. Misalnya ZA (NH4) 2SO4.
(NH4) 2SO4 ------ 2 NH4+ + SO42
NH4+ -------- NO2- ---------- NO3-
Dapat juga dihasilkan dari oksidasi Fe2+ dan Mn3+.
Fe2+ + 3 H2O == FeIII (OH)3 + 3 H+ + e-
Mn2+ + 3 H2O == MnIII (OH)3 + 3 H+ + e-
5. Polusi (pollution) dari pabrik.
SO2NO2, F yang dipancarkan dari pabrik-pabrik dan lain – lain sumber kemudian terlarut
dalam air hujan. pH rata – rata air hujan dikawasan pabrik-pabrik dapat < 4,0, sedang air
hujan bersih yang hanya mengandung CO2 pH nya 5,6.
6. Pemupukan dengan pupuk masam.
Pupuk masam seperti (NH4)2SO4 (ZA)
(NH4)2SO4 == 2 NH4+ + SO4=

35
Za memiliki equivalent acidity = 110. Artinya pemupukan 1 kw Za akan menurunkan pH
tanah semula sebelum dipupuk, yang pengambilannya kepada pH semula memerlukan
110 kg CaCO3.
7. Kehilangan kation – kation basa
Ion H+ membebaskan kation basa dari kompleks jerapan tetapi penurunan pH hanya kecil
saja apabila pembebasan kation – kation itu dsebabkan oleh :
a. Leaching (pelindian) oleh air perlokasi lewat tubuh tanah kehilangan kation akan lebih
tinggi pada tanah yang permeabilitasnya tinggi didaerah curah hujan yang tinggi pula.
b. Penyerapan unsur-unsur hanya oleh tanaman yang menyerap unsur-unsur hara kation
basa yang dipertukarkan oleh ion H dan excreet akar tanaman.

H
H K
H K
H
H
H K
Dalam keadaan alamiah penurunan pH ini adalah sedikit saja karena kation – kation
dikembalikan lagi kedalam tanah berupa sisa-sisa tanaman. Tetapi kehilangan kation
akan menjadi gawat pada tanah pertanian yang dikelola secara intensif, tetapi unsur hara
yang diserap tanaman tidak dikembalikan lagi sebagai pupuk alam, pupuk buatan dan
pengapuran.

Perubahan pH tanah menurut kedalaman tanah


Pada tanah lapisan atas yang kadar humusnya lebih tinggi dan mudah ditembus oleh
akar, maka ion H banyak dihasilkan sedang kation lebih banyak yang hilang. Akibatnya pH
tanah pada lapisan atas lebih rendah daripada lapisan bawah. Dengan perkataan lain semakin
ke bawah, pH tanah semakin meningkat pada daerah yang curah hujannya tinggi. Akan tetapi
di daerah iklim kering hal ini tidak terjadi karena ada pengangkatan kation – kation oleh
evaporasi yang ditinggalkan di lapisan permukaan. Pada daerah curah hujan tinggi misalnya
pada tanah Latosol Cokelat pH tanah rata – rata 5,6 pada tanah Podsol pH tanah berkisar
antara 3,8 – 4,3.

Makna pH tanah
pH tanah mempengaruhi proses fisik, kimia, biologi didalam tanah.
1. Pada bidang pedologis pH tanah mempengaruhi proses-proses pembentukan dan
perkembangan tanah.

36
2. Dibidang ekologis pH tanah berpengaruh sangat penting terhadap ekonomi unsur hara
atau terhadap ketersediaan unsur hara yang optimum bagi tanaman adalah pada kisaran
pH 5,0 – 7,5, tetapi tiap-tiap tanaman memiliki kisaran pH tertentu.
Jika pH tanah berada di atas atau di bawah kisaran tersebut maka jumlah unsur hara
akan tidak seimbang, ada yang terlalu banyak sehingga meracuni tanaman, tetapi ada yang
terlalu sedikit yang menyebabkan kekahatan (defficiency) unsur hara pada tanaman.

1.Gambar 1.
Hubungan antara pH tanah dengan ketersediaan unsure hara dalam tanah

Hubungan antara pH tanah dengan derajat kejenuhan basa dapat digunakan untuk
merubah pH tanah baik menaikan maupun menurunkan pH. Semakin tinggi pH tanah
semakin tinggi pula % kejenuhan basa.
Akan tetapi untuk tiap-tiap jenis tanah grafik hubungannya tidak sama. Seperti yang
dikemukakan oleh MECHLICH (1942)
pH pot.

8,0
.
7,0

6,0
.
5,0

4,0
.
3,0
.
0. 10. 20. 30. 40. 50. 60. 70. 80. 90. 10
0
% Kejenuhan .
basa
Grafik ini dapat digunakan untuk menaikan atau menurunkan pH tanah.
Suatu tanah Latosol yang didominasi oleh min lempung kaolinit yang memiliki KPK =
20 me/100 g tanah.

37
Pada pH 6,0; Kejenuhan basanya 31%
Pada pH 6,5; Kejenuhan basanya 48%

31% Kejenuhan basa = 31/100 x 20 = 6,2 me


48% Kejenuhan basa = 48/100 x 20 = 9,6 me
------------------
Selisihnya 3,4 me
Untuk mencukupi basa 3,4 me maka harus menetralka ion H sebanyak 3,4 me tiap 100g
tanahnya atau 3,4 me CaCO3 tiap 100g tanahnya. B A Ca = 40, BM CaCO 3 = 100
(40+12+48).
1 me Ca = BA/Val. = 40/20 = 20 mg
3,4 me = 3,4 x 20 mg = 68 mg Ca/100 g tanah.

Kalau akan menaikkan pH tanah 1 Ha pada jeluk 20 cm dengan BV = 1,2 g cm-3


dengan berat tanah = 108 x 20 x 1,2 = 2,4 x 109 g
Maka diperlukan Ca = 2,4 x 109
----------------- x 68 g
100
= 2,4 x 107 x 68 g
= 163,2 x 107 mg
= 1.632 kg = 1,632 ton.
Jika menggunakan CaCO3 :
1 me CaCO3 = 100/2 = 50 mg
3,4 me = 3,4 x 50 mg = 170 mg/100 g tanah.
Untuk tanah 1 Ha :
2,4 x 109
= ------------------------ x 170 mg
100
= 2,4 x 107 x 170 mg
= 4280 kg = 4,28 ton

Pengasaman tanah.
Pengasaman tanah berarti menurunkan pH tanah. Bahan yang digunakan adalah sulfur,
FeSO4, Al2 (SO4)3.

Contoh :
Suatu tanah Grumusol yang dirajai oleh montmorillionite memiliki pH 6,5. pada pH tersebut
memiliki % kejenuhan basa 89% . KPK tanahnya = 30 me/100 g tanah. pH tanah akan
diturunkan menjadi 5,0. Pada pH 5,0 menurut grafik MECHLICH, % kejenuhan basanya
68%

pH 6,5 % kejenuhan basa = 89 %


pH 5 % kejenuhan basa = 68 %
---------------
Selisih = 21 %
21 % x 30 me = 6,3 me/100 g tanah.
Ba S = 32 valensi = 2, 1 me S = 32/2 = 16 mg.
1 me S = 16 mg.
Untuk 6,3 me = 6,3 x 16 = 100,8 mg.
Untuk tanah 1 Ha, 20 cm, BV = 1,2 g cm-3
1,2 x 20 x 108
= ------------------------ x 1008
100
= 2,4 x 107 x 100,8
= 241,92 x 107 mg
= 2419,2 kg. S

PENENTUAN pH TANAH
pH tanah ditentukan dengan mencampur tanah dengan air dengan perbandingan berat 1 :

38
1; 1 : 2,5 atau 1 : 5. Lima belas gram tanah kering udara lolos mata ayakan diameter 2 mm
dimasukkan kedalam bekergelas yang volumenya 100 ml, dan ditambah 50 ml aquadest.
Campuran tanah dan aquadest diaduk selama 1 jam.
Penentuan pH dilapangan dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan pH stick
( kertas pH ) : acilit, netralit.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhih penentuan pH tanah :
1. Konsentrasi ion H yang dekat dengan permukaan koloid dapat mencapai 100 sampai 1000
kali lebih besar dari pada dalam larutan tanah. Jika suspensi tanah kemudian dibiarkan
sampai tanahnya mengendap, maka nilai pH pada cairan diatas endapan akan lebih tinggi
dari pada pH pada endapan tanah.
2. Perbandingan antara air dan tanah, semakin banyak air yang diberikan pada suatu jumlah
tanah tetentu, pH tanah semakin menningkat.
3. Kadar garam yang larut didalam tanah mempengaruhi nilai pH tanah. Dan hal ini akan
timbul apa bila menggunakan larutan CaCl2 atau KCl sebagai pengganti air murni.
Jika konsentrasi larutan garam yang digunakan berkisaran antara 0,07 sampai 1M, nilai
pH tanah menjadi lebih rendah 0,5 – 1,5 unit daripada pH tanah dengan menggunakan air suling.
Kation dari larutan garam sangat efektif untuk menghasilkan XA13+ ( dan barang kali beberapa
XH+ ) didalam larutan yang berasal dari Al hidroksida tergantung pada tingkat kemasaman
tanah. Akibatnya hidrolisis dari Al tertukar dan Al hidroksida akan meningkatkan konsentrasi
ion H dalam larutan. Reaksinya sebagai berikut :

Al3+ + H20 < ==== > Al ( OH )2+ + H+


Al ( OH)2+) +H2O < ==== > Al ( OH )2+ + H+
Tetapi tanah yang bermuatan positif akan memiliki nilai pH tinggi jika penentuan pH nya
menggunakan larutan KCl, karena ion – ion hidroksil akan digantikan oleh ion Cl.

Fe (OH)2+ + KC1 < ======== > FeC12 + 2KOH

KOH < ====== > K+ + OH-


Jika membandingkan nilai pH berbagai macam tanah, maka penting metode
penentuannya harus sama.
Metode penentuan pHdengan KCl terkenal digunakan didaerah tropis; di daeerah tropis
nilai pH digunakan untuk menentukan kebutuhan kapur.
Penentuan pH dengan H2O adalah terkenal dilakukan di USA. Tetepi dari kenyataan
bahwa pH contoh tanah kering angin dilaboratorium akan berbeda nilainya dengan pH tanah
yang langsung ditentukan dilapangan yang ditanami. Hal ini karena adanya perbedaan kadar air,
kadar garam, dan produksi CO2 dari pernapasan akar dan kegiatan mikroorganisme.

Beberapa reaksi kimia dan reaksi biokimia dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah antara lain
 Pelapukan batuan dari mineral primer akan terjadi lebih cepat apabila dalam suasana
lingkungan masam. Kondisi ini dapat dilihat pada tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah)

39
cadangan mineral mudah lapuk sangat rendah. Pada tanah-tanah muda dimana pH tanah
masih netral atau sedikit alkalis ditemukan banyak bahan-bahan mineral mudah lapuk.
 Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur
hara mudah diserap tanaman atau dalam bentuk tersedia adalah pada pH sekitar netral. Unsur
mikro umumnya ketersediannya meningkat pada pH masam. Sedangkan unsur makro,
ketersediaan meningkat pada pH netral. Misalnya, unsur P tidak tersedia bagi tanaman pada
suasana masam karena terikat (terfiksasi) oleh Al dan Fe. Sebaliknya pada pH alkalis., P juga
tidak tersedia karena diikat (difikssasi) oleh Ca.
 Kemasaman tanah menentukan spesies Al yang dominan dalam tanah. Tanah dengan pH
< 5 spesies Al yang dominan adalah heksamonomerik trivalent Al yang dapat mencapai
kejenuhan yang tinggi sehingga meracuni tanaman. Pada pH > 5 tidak akan terjadi keracunan
Al karena heksamonomerik trivalent Al di konversi menjadi Al polimerik Al
((Al(OH)n(OH2)6-n)3-n.
 pH tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan (solubilitas) senyawa-senyawa
sukar larut dalam air, diantaranya fosfat alam, kapur (kalsit dan dolomit).
 pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsure hara mikro terutama Fe dan
Cu.
 pH tanah akan berpengaruh pada muatan listrik bersih pada permukaan tapak jerapan,
terutama tanah-tanah yang memiliki muatan variable.
 Mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Bakteri berkembang dengan baik pada
pH 5.5 atau lebih, seperti bakteri pengikat nitrogen. Semakin tinggi pH umumnya aktivitas
organisme 1anah akan lebih baik.

Buffer capacity (daya sangga) tanah

Daya sangga tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan perubahan pH. Faktor –
faktor yang mempengaruhi daya sehingga tanah adalah :
1. Jumlah dan macam lempung dalam tanah.
2. Jumlah bahan organik dalam tanah.

Dengan kata lain daya sangga dipengaruhi oleh KPK dan V. Tanah yang kadar
lempungnya tinggi dan kadar bahan organik tinggi memiliki daya sangga yang tinggi pula.
Mineral lempung yang kisi-kisinya dapat mengembung (montnorillonite) memiliki daya sangga
yang lebih besar daripada min lempung kaolinit.
Daya sangga tanah adalah penting karena pH tanah tidak berubah secara mendadak dari
netral ke sangat masam atau ke sangat basis. Jika pH berubah secara mendadak akan sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara. Tanaman sangat peka terhadap perubahan
ketersediaan unsur hara. Selain itu pH tanah berpengaruh langsung terhadap kehidupan tanaman.

40
4.2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah
menjerap dan mempertukarkan kation. KTK diwujudkan sebagai banyaknya kation yang dapat
dijerap oleh tanah per satuan berat tanah, yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gr tanah
(me/100 gr). KTK menunjukkan jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah. KTK tiap
koloid tanah berbeda-beda, dimana humus (bahan organik) memiliki KTK yang paling tinggi,
yaitu 100 -300 me/100 gr, Montmorilonnit 80 -150 me/100 gr, Kaolinit 3 -15 me/100 gr; dan
seskuioksida 0 - 3 me/100 gr. Tipe mineral klei 2:1 (montmorillonit, vermikulit, illit) memiliki
KTK lebih besar dari tipe 1:1 ( kaolinit, haloisit). Pengetahuan tentang KTK merupakan syarat
mutlak untuk mempelajan kesuburan dan kemasaman tanah, karena KTK memiliki hubungan
yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah. Nilai KTK juga dipengaruhi oleh tingkat
kemasaman, dimana pH naik maka KTK akan meningkat. Tanah dengan KTK tinggi mempunyai
kemampuan menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari yang KTK rendah. Selain itu,
unsur hara pada tanah KTK tinggi tidak mudah tercuci. Tanah bertekstur halus, memiliki KTK
lebih besar, Jadi nilai KTK tanah dipengaruhi oleh: Kadar bahan organik, tekstur, jenis mineral
klei, tingkat kemasaman.
Besarnya KTK biasanya dinyatakan dalam milliequivalents per 100 g tanah.
1 equivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1 g Hidrogen, 1 me
= 1 mg Hidrogen
KTK 1 me/l00 g tanah, artinya tanah tersebut dapat menjerap 1 mg H setiap 100 g tanah.
Satuan milliequivalent (me) dapat dirubah menjadi satuan berat (misal fig) :

Bobot Equivalen (BE) = Bobot Atom (BA) : Valensi

1 me H = 1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)


1 me K = 39 mg (berat atom K = 39, valensi 1)
1 me Na = 23 mg(beratatomNa=23,valensi 1)
1 me Ca = 40/2 mg (berat atom Ca = 40, valensi 2)
1 me Mg = 24/2 mg (berat atom Mg = 24, valensi 2)
Contoh arti perhitungan di atas :
Untuk menggantikan 1 me H diperlukan 20 mg Ca atau 39 mg K dll.
, demikian juga satuan me/l00 g dapat dirubah menjadi ppm :

contoh :
K = 7 me/l00 g = 7 x BE_ K x (1,000,000: 100,000) ppm
= 7 x 39 x 10 ppm

41
= 2,730 ppm
Kapasitas tukar kation tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :
 Jenis mineral klei atau koloid tanah
Seskuioksida 0 - 3 me/l00g
Kaolinit 3 - 15 me/l00g
Haloisit 2H2O 5 - 10 me/l00g
Illit 10 - 40 me/l00g
Chlorit 10 - 40 me/l00g
Haloisit 4H20 40 - 50 me/l00g
Montmorilonit 80 - 150 me/l00g
Humus 100 - 300 me/l00
Adanya muatan tergantung pH pada tanah, maka dalam penetapan KTK di laboratorium harus
didasarkan pada pH larutan yang telah ditentukan dengan :
1. Ekstrak KCl
Bila tanah dicuci (diekstrak) dengan 1 N KCI (garam netral) pada pH tanah yang
sebenarnya maka air cuciannya (Leachate) akan mengandung H+ dan A13+ yang disebut H+
dan Al3+ yang dapat ditukar (Exchangable). Disamping itu di dalam air cucian tersebut juga
mengandung kation-kation lain seperti Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+ dan lain-lain. Jumlah semua
kation H+ + Al3++ Ca2+ + Mg2+ + K+ + Na+ + kation-kation lain yang terdapat dalam air cucian
dengan 1 N KCI tersebut (dalam me/100g) disebut KTK Efektif.
Muatan yang menimbulkan efektif ini diperkirakan berasal daari muatan permanen
dalam mineral klei sehingga sering disebut pula sebagai KTK tetap (Permanent CEC).
Walaupun demikian karena mineral dalam tanah sering diselaputi oleh oksida-oksida Fe atau
Al (terutama tanah-tanah didaerah tropika) sehingga besarnya muatan permanen yang
sesungguhnya sudah tidak jelas lagi maka penggunaan istilah KTK efektif = KTK tetap
tidakiah begitu tepat (Sanchez, 1976). Pada Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1987),
karena W dalam muatan tetap jumlahnya sangat sedikit dibanding dengan AI, maka KTK
efektif dihitung sebagai berikut :
KTK efektif = Al dapat ditukar (ekstraksi dengan 1 N KCI) + jumlah basa dapat ditukar
NH4OAc pH 7)
 Menggunakan ekstraksi Barium Chlorida + Triethanolamine (BaCl 2 - TEA) yang disangga
pada pH 8.2.
- Bila tanah yang telah diekstrak dengan 1 N KCI tersebut kemudian diekstrak lagi dengan
BaCl2 - TEA pada pH 8.2 maka H+ yang berasal dari bukan muatan tetap akan terekstrak
(disebut Extractable Acidity = EA). Hidrogen ini berasal dari gugusan OH dari ujung-
ujung (patahan) kristal klei atau gugusan karboksil dari bahan organik yang akan
berdisosiasi hila pH naik (Tisdale, Nelson, and Beaton, 1975). Banyaknya H + yang
terekstrak dengan BaCl2 - TEA pH 8,2 (dalam me/l00g) merupakan muatan atau KTK
Tergantung pH dari tanah.
KTK Total Tanah = KTK Efektif + KTK tergantung pH.
Besarnya nilai KTK ekstraksi dengan NH4Oac pH7 terletak antara KTK efektif (1 N KCI)
dan KTK total BaCl2 - TEA).

42
KTK Jumlah Kation (Soil Survey Staff, 1975) = jumlah basa dapat ditukar NH4OAc pH 7) +
EA (BaCI2 - TEA pH 8,2).
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara
lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah, karena unsur-unsur hara terdapat dalam
kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.

4.3. Pertukaran Anion


Kapasitas Tukar Anion (KTA) banyak ditemukan pada mineral klei amorf, dan klei Al
serta Fe-oksida. KT A ditemukan pula pada kaolinit dalam jumlah yang lebih sedikit. KT A
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Muatan positif
pada mineral klei silikat disebabkan oleh adanya patahan-patahan kristal atau akibat penggantian
gugusan OH oleh anion-anion lain (Sanchez, 1976). Pada oksida-oksida Fe dan AI timbulnya
muatan positif terutama akibat penggantian gugusan OH- oleh anion-anion lain. Mengingat
koloid-koloid ini bermuatan positif maka terjadilah pertukaran anion. Secara umum, bila tanah
banyak mengandung muatan positip maka :
 Terjadi penjerapan anion seperti Nitrat (NO3-), Chlor (CI-) dan lain-lain.
 Kation-kation seperti Ca, Mg dan K tidak dijerap tanah tetapi tetap dalam larutan tanah
sehingga mudah tercuci dari tanah.
 Fosfat dan sulfat dapat difiksasi oleh tanah, yang mengakibatkan ketersediaan P sangat
rendah.

Kejenuhan Basa
Kejenuhan menunjukan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan semua kation
(kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Termasuk kation-
kation basa adalah Ca++, Mg++, K+ dan Na+, sedangkan yang termasuk kation-kation asam adalah
H+ dan AI+++. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai
kapasitas tukar kation tanah tersebut.
Jumlah kation-kation basa

Kejenuhan Basa (KB) = x 100%


KTK

Jumlah kation-kation basa


KB (NH4OAc) = x 100%
KTK (NH4Oac)
Jumlah kation-kation basa

KB (Jumlah Kation) = x 100%


KTK (jumlah kation)

Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman, dan umumnya
mudah tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa yang tinggi menunjukan bahwa tanah
tersebut belum banyak mengalami pencucian serta merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa
berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH tinggi umumnya mempunyai

43
kejenuhan basa tinggi, sedangkan tanah-tanah dengan pH yang rendah mempunyai kejenuhan
basa yang rendah. Komplek jerapan pada tanah yang mempunyai pH rendah (tanah masam)
lebih banyak terisi oleh kation-kation asam, yaitu AI +++ dan H+. Jumlah kation asam terlalu
banyak, terutama Al+++, dapat meracuni tanaman. Kejenuhan Basa menunjukkan tingkat
kemudahan basa-basa tersedia bagi tanaman. Tanah dengan nilai KB 50% akan lebih mudah
menyediakan kation dibanding dengan KB 30%. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh sifat koloid
tanah, yaitu tanah yang kaya bahan organik atau mineral klei 1:1 dapat menyediakan kation basa-
basa kepada tanaman pada persen kejenuhan basa yang lebih kecil dari pada tanah-tanah yang
kaya akan mineral klei 2:1.
Penilaian Data Analisa Sifat Kimia Tanah PPT, 1983)
Sifat Tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
C (%) <1 1-2 2.01 - 3.01 – > 5.00
3.00 5.00
N (%) < 0.1 0.1 - 0.2 0.21 - 0.51 – > 0.75
0.50 0.75
C/N <5 5 - 10 11 . 15 16 – 25 > 25
P2O5 HCl % (mg / 100 g) < 10 10 – 2 0 21 - 40 41 – 60 > 60
P2O5 Bray I (ppm) < 10 10 - 15 16 - 25 26 – 35 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 46 – 60 > 60
K2O HCl 25 % (mg / 100 < 10 10 - 20 21 - 40 41 – 60 > 60
g)
KTK (me/100 g) <5 5 - 16 17 - 24 25 – 40 > 40
Komposisi Kation
- K (me / 100 g) < 0.1 0.1 - 0.2 0.3 - 0.5 0.6 – 1.0 > 1.0
- Na (me / 100 g) < 0.1 0.1 - 0.3 0.4 - 0.7 0.8 – 1.0 > 1.0
- Mg (me / 100 g) < 0.4 0.4 - 1.0 1.1 - 2.0 2.1 – 8.0 > 8.0
- Ca (me / 100 g) <2 2–5 6 - 10 11 - 20 > 20
Kejenuhan Basa ( %) < 20 20 – 35 36 – 50 51 – 70 > 70
Kejenuhan Aluminium < 10 10 – 20 21 – 30 31 – 60 > 60
(%)
Cadangan Mineral <5 5 – 10 11 – 20 21 – 40 > 40
Daya Hantar Listrik ECx <1 1–2 2–3 3–4 >4
103 (mmhos/cm)
Reaksi Tanah Sangat Masam Agam Netral Agak Basa
masam Masam Basa
PH H2O (1:1) < 4.5 4.5 – 5.5 5.6 – 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 8.5 > 8.5

44
V. KLASIFlKASI T ANAH

Tanah memiliki sifat dan ciri yang berbeda-beda perbedaan ini dapat dilihat dari warna,
kelas tekstur serta faktor lainnya. Tindakan yang ditujukan mengelompokan tanah dengan
memperhatikan perbedaan sifat dan ciri merupakan suatu tindakan klasifikasi. Klasifikasi tanah
merupakan upaya untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat dan ciri yang
dimilikinya. Tindakan ini sangat penting karena tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan
perlakuan yang berbeda, sehingga peluang terjadinya salah pengelolaan dapat di kurangi sekecil
mungkin.
Berdasarkan kegunaannya, klasifikasi tanah dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
 Klasifikasi Alami
 Klasifikasi Teknis.
Klasifikasi Alami merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya
tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan
gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia, mineralogi tanah.
Klasifikasi Teknis merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan tanah untuk kegunaan tertentu, contoh : Klasifikasi Kesesuaian
Lahan untuk Tanaman Perkebunan / Sawah, dll.

KLASIFIKASI TANAH YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA


Sistem klasifikasi tanah (sistem klasifikasi alami) yang ada di dunia sangat beragam,
karena banyak negara mengembangkan sendiri sistem klasifikasi yang digunakan untuk negara
itu sendiri. Di Indonesia sampai sekarang ini memiliki paling sedikit 3 sistem klasifikasi tanah
yaitu :
 Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (Dudal & Soepraptohardjo, 1957/1961; PPT,
1981/1983)
 Klasifikasi FAO/UNESCO (1970)
 Klasifikasi USDA (Soil Survey Staff, 1975)

5.1. Klasifikasi tanah sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT).


Sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor telah banyak dikenal dengan nama
sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini mengemukakan bahwa untuk keperluan survei
tanah Indonesia telah dikembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan konsep Baldwin (1938)

45
serta konsep-konsep lain yang dikemukakan dalam “Soil Survey Manual” (USDA, 1951). Dasar-
dasar klasifikasi tanah dari sitem ini adalah :
- Dasar kriteria untuk klasifikasi adalah sifat morfologis
- Klasifikasi dilakukan pada tingkat katagori yang berbeda-beda
- Satuan peta tanah dapat terdiri dari beberapa satuan tanah untuk peta
berskala kecil.
- Klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan kegunaannya untuk survey
tanah.
- Korelasi yang sistematik dan terus menerus merupakan kegiatan
terpadu antara klasifikasi tanah dan survey tanah.
Sistim pusat penelitian tanah menggunakan 6 katagori yaitu :
- Golongan (ordo)
- Kumpulan (Subordo)
- Jenis (Great group)
- Macam (Subgroup)
- Rupa (Family)
- Seri
Pada katagori Ordo sistem Dudal-Soepraptohardjo membagi tanah atas dasar
perkembangan profil yaitu : katagori “dengan perkembangan profil” dan “tanpa perkembangan
profil”. Pada Subordo didasarkan atas susunan horison utama.

5.2. Sistim Klasifikasi FAO/UNESCO


Sistim ini dibuat oleh FAO/UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia. Sistim ini
hanya mengembangkan dua kategori, yaitu tingkat great group dan subgroup. Pada tingkat yang
leb1h tinggi atau rendah, tidak dikembangkan. Untuk pengklasifikasian digunakan horizon-
horison penciri yang sebagian diambil dari Taksonomi Tanah USDA.. Contoh penamaan tanah
sbb:
Great Group : Cambisol
Subgroup : Humic Cambisol
(Cambisol yang banyak mengandung humus)

5.3. SISTIM KLASIFIKASI TAKSONOMI TANAH USDA


Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah USDA merupakan sistim yang banyak dikenal di
selumh dunia. Sistim ini bersumber pada Sistim 1938 yang mendasarkan pengelompokan seri
tanah pada kategori yang lebih tinggi (Soil Survey Staff, 1975). Sistim 1938 telah dilakukan
berbagai pembahan oleh Thorp dan Smith (1949) serta Riecken dan Smith (1949) pada Great
group dan beberapa definisi yang telah ada, Berkembangnya pengetahuan tentang tanah
mengakibatkan munculnya sifat-sifat tanah yang sebelumnya tidak diketahui, dan ketika seri

46
tanah mengalami peningkatan dalam jumlah yang banyak maka Sistim 1938 mulai
menunjukkan kelemahannya (Soil Survey Staff, 1975). Hal ini disebabkan oleh makin sulitnya
memasukkan seri tanah ke dalam kategori yang lebih tinggi karena definisi dari famili tanah
yang tidak jelas, sehingga ada seri tanah yang secara bersamaan dapat dimasukkan ke dalam
kategori yang lebih tinggi (Birkeland, 1974), Kenyataan ini mendorong untuk dilakukan
pengembangan suatu sistim klasifikasi tanah yang bersifat komprehensif yang dapat
menampung segala pembahan karena adanya penemuan seri tanah yang barn. Pengembangan
tersebut dipelopori oleh Guy D. Smith sejak tahun 1951 sampai terwujudnya konsep
Taksonomi Tanah Tahun 1972 setelah melalui tujuh pendekatan serta suplemen-suplemennya,
yang kemudian dibakukan sebagai Handbook No, 436 Tahun 1975 (Soil Survey Staff, 1975).
Di daerah tropika, Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah dilakukan beberapa pengujian lebih
lanjut. Perubahan dan penyempurnaan dari beberapa definisi taksa dilakukan. Selanjutnya
seiring dengan penemuan bukti-bukti yang barn, dilakukan pengembangan penelitian terhadap
Suborder Andept untuk dinaikkan kategorinya menjadi Order, yang pada akhirnya dapat
ditetapkan mulai Tahun 1990. Sejak tahun tersebut pada Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah
terdapat 11 Order. Pengklasifikasian tanah menurut sitim taksonomi tanah secara detil dapat
dilihat pada Keys to Soil Taxonomy dari Soil Survey Staff (1994), yang merupakan
pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa kunci dari pengklasifikasian tanah,
antara lain adalah deskripsi dari horison dan batasan dari masing-masing order serta kelas di
bawahnya. Berikut disampaikan ringkasan dari horison-horison penciri dan klasifikasi
tanahnya:

RINGKASAN HORISON PENCIRI UNTUK TANAH MINERAL DAN TANAH


ORGANIK
Untuk keperluan klasifikasi tanah, selain penggolongan horison tanah ke dalam horizon
A, B, C daD sebagainya, perlu diidentifikasi horizon penciri baik berupa epipedon, horizon
bawah (Subsurface), maupun sifat-sifat penciri lain.

B. EPIPEDON
Epipedon adalah horizon permukaan tetapi tidak sinonim dengan horizon A, mungkin lebih tipis
dari horizon A, tetapi mungkin pula meliputi horizon B. Berikut ringkasan dari masing-masing
epipedon :
Epipedon Histic : Horison permukaan yang mengandung bahan organik tinggi ( > 20%).
Epipedon Mollic :Mengandung bahan organik > 1 %, warDa lembab dengan value
kurang dari 3.5, ketebalan 18 cm, kejenuhan basa ~ 50 %

47
Epipedon Umbric : Seperti Epipedon Mollic, tetapi kejenuhan basanya < 50 %
Epipedon Anthropic : Seperti Epipedon Mollic, tetapi mengandung > 250 ppm P205
larut dalam asam sitrat.
Epipedon Ochric : Horizon berwarna terang (Value lembab lebih dari 3.5), bahan
organik kurang dari 1 % atau keras - sangat keras dan masif.
Epipedon Plaggen : Tebal  50 cm, hitam, terbentuk karena permukaan organik (pupuk
kandang) yang terns menerus.
Horison lain yang ditemukan di permukaan sebagai penciri klasifikasi tanah adalah :
Horizon Arenic
- Horison yang mengandung pasir deng(Jn ketebalar60 cm dan terletak di alas horison Argillic.
Horizon Glossarenic
- Seperti Horison Arenic, tetapi tebalnya lebih dari 100 cm

HORISON BAWAH PENCIRI:


Horizon Agric : Horison di bawah lapisan olah, terdspst akumulasi debu, klei,dan humus

Horizon Albic : Horison berwama pucat (horizon A2), wama dengan value lembab > 5
Horizon Argillic : Horison penimbunan klei, merupakan horison B yang minimum
mengandung klei 1.2 kali di horison lebih banyak dari pada klei atasnya.
Terdapat selapur klei, ketebalan maksimum 30 cm.
Horizon Calsic : Ketebalan ~ 15 cm atau lebih, mengandung karbonat (CaCO3 atau MgCO3)
sekunder yang tinggi.
Horizon Cambic: lndikasi lemah adanya Argillic atau Spodic, tetapi tidak memenuhi
syarat untuk kedua horison tersebut.
Horizon Gypsic
- Horison yang banyak mengandung gipsum (CaSO4) sekunder.
Horizon Kandic
- Seperti Argillic tetapi, ketebalan maksimum 30 cm. KTK (Na4OAc) < 16 me/100g klei, daD
KTK efektif (jumlah basa-basa + Aldd) < 12 me/100g klei.
Horizon Natric
- Horison Argillic yang banyak mengandung Na.
Horizon Oxic
- Ketebalan  30 cm, KTK (Na4OAc) < 16 me/100g klei, dan KTK efektif (jumlah basa-basa +
AIdd) < 12 me/100g klei.
Horizon Petrocalsic
- Horison Calsic yang mengeras.
Horizon Petrogypsic
- Horison Gypsic yang mengeras

48
Horison Salic
- Ketebalan  15 cm atau lebih, banyak mengandung garam-garam sekunder yang mudah
larut.
Horizon Sombric
- Horison berwarna gelap, sifat-sifat seperti Epipedon Umbric, terjadi iluviasi humus tanpa Al
dan tidak terletak di bawah Horizon Albic.
Horizon Spodic
- Horison iluviasi (timbunan) seskuioksida bebas dan bahan organik.
Horizon Sulfuric
- Horison yang banyak mengandung sulfat masam (Cat Day), pH < 3,5.
- Terdapat karatan terdiri dari jarosit.

HORISON PENCIRI UNTUK TANAH ORGANIK


Bahan Fibric
- Kandungan bahan organik kasar (fibrik) lebih dari 2/3.
Bahan Hemic
- Kandungan bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 - 2/3.
Bahan Sapric
- Kandungan bahan organik kasar kurang dari 1/3.
Bahan Humlluvic
- Iluviasi humus setelah lama untuk bercocok tanam (pada tanah organik).
Bahan Limnic
- Endapan organik atau anorganik dari mahluk hidup di air.

PENCIRI KHUSUS
Konkresi
- Senyawa tertentu yang mengeras, berlapis konsentris (memusat). Bahan yang disementasikan
misalnya : kapur, besi, mangan, dan silikat.
Padas (Pan)
- Horison atau lapisan yang sangat memadat. Pemadatan oleh besi, kapur, klei, debu (bentukan
genetis atau karena tekanan/berat)
Orterde
- Penimbunan besi dan bahan organik tanpa sementasi.
Ortstein
- Penimbunan besi dan bahan organik dengan sementasi.
Fragipan
- Lapisan tanah yang teguh, mudah pecah, kepadatan tinggi. Tampak memadas hila kering,
tetapi mudah pecah hila lembab.

49
Duripan
- Lapisan tanah yang teguh, tidak tembus air dan akar.
Padas Klei (Clay Pan)
- Lapisan atau horison yang padat, kaya klei, batas dengan horison di atasnya jelas.
Krotovinas
- Corak yang berbentuk pipa tak teratur dalam suatu horison, terbentuk dari bahan yang berasal
horison yang lain.
Plinthite
- Bahan klei lapuk, kaya seskuioksida, miskin humus, biasanya sebagai karatan-karatan merah
diatas dasar kelabu atau dasar merah dengan karat an kelabu atau putih, berbentuk
"poligonal" atau beralih "irreversible" ke konkresi dalam keadaan basah dan kering berulang-
ulang ; batas-batas ke atas dan ke bawah baur atau berangsur- angsur.
Slickenside
- Permukaan-permukaan licin dan mengkilap disebabkan oleh massa tanah satu dan lainnya
saling menggesek/menggeser.
Selaput Klei (Clay Skin)
- Selaput klei aluminium silikat, biasanya terdapat di bidang-bidang belahan struktur atau
dalam pori-pori dan terletak sejajar dengan bidang-bidang belahan struktur. Selaput klei ini
mengandung atau tidak mengandung bahan organik dalam jumlah nyata mengeras hila
kering. Bagian lapisan yang mengeras berwarna merah, biasanya mengandung karatan
kilning, abu-abu atau putih.
Kontak Lithic
- Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang keras dan padu.
Kontak Paralitik
- Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang lunak dan padu.

REGIM TEMPERATUR (Untuk Kedalaman Tanah  50 cm)


Pargilic
- Suhu tanah rata-rata tahunan kurang dari 0°C (Permafrost)
Cryic
- Suhu tanah rata-rata tahunan antara 0° C – 8o C, suhu musim panas rata-rata kurang dari
15°C.
Frigid
- Suhu tanah rata-rata tahunan O°C - SaC, pada musim panas suhu rata-rata lebih panas , dari
Cryic (lebih dari 15°C).
Mesic
- Suhu tanah rata-rata tahunan 8°C - 15°C.

50
Thermic
- Suhu tanah rata-rata tahunan 15°C - 22°C.
Hyperthermic
- Suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 22°C.
Iso (Frigid, Mesic, Thermic, Hypertermic)
- Perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C. Suhu tanah
rata-rata tahunan = Frigid, Mesic, Thermic, Hyperthermic.
Tropic
- Mempunyai sifat Iso dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 8°C (Isomesic atau lebih
panas)

REGIM KELEMBABAN (Untuk Kedalaman antara 10 - 90 cm)


Aquic
- Tanah sering jenuh air, sehingga terjadi reduksi. Ditunjukkan oleh adanya karat an dengan
warna khroma rendah.
Aridic atau Torric
- Kering lebih dari 6 bulan (bila tanah tidak pemah beku). Tidak pernah lembab 90 hari
berturut-turut atau lebih setiap tahun.
Perudic : Curah hujan setiap bulan selalu melebihi evapotranspirasi.
Udic :Tanah tidak pernah kering 90 hari (kumulatif) setiap tahun.
Ustic :Tanah setiap tahun kering lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
Xeric :Hanya terdapat di daerah beriklim Mediteran (Non Iso). Setiap tahun kering lebih dari 45
hari berturut-turut di musim panas, lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di musim dingin.

TATA NAMA

Salah satu hal yang barn dalam sistem Taksonomi Tanah adalah penggunaan tata nama. Nama-
nama tanah selalu mempunyai arti, yang umumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut :

 Pada Kategori Order nama tanah selalu diberi akhiran Sol (Solum = tanah), sedang suku kata
sebelumnya menunjukan, sifat utama tanah dari tanah tersebut. Pada kategori yang lebih
rendah dart order akhiran Sol tidak digunakan lagi, sebagai gantinya untuk menunjukan
hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke kategori rendah digunakan akhiran yang
merupakan singkatan dari nama masing-masing order tersebut.

 Nama-nama pada kategori Suborder terdiri dari dua suku kata sedangkan Greatgroup terdiri
dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat-sifat utama dari tanah tersebut.
Suku kata terakhir menunjukan nama dari Order tanah.

 Nama Subgroup digunakan dua patah kata di mana kata ke dua merupakan nama Great group
sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari Subgroup tersebut.

51
 Pada tingkat Family, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan
susunan besar butir, susunan mineralklei, regim suhu tanah, atau sifat- sifat lain yang spesifik
dan mempengarnhi pertumbuhan tanaman.

 Pada tingkat Seri, tanah diberi nama menurnt nama tempat dimana tanah tersebut pertama
kali ditemukan.
Contoh :
Order : Ultisol (ultus = akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir)
Suborder : Udult (udus = humida, lembab, tidak pemah kering)
Great group : Tropudult (tropikos = daerah tropis, terus menerus panas dengan sifat iso)
Subgroup : Aquic Tropudult (Aquic = air, kadang-kadang berair)
Famili : Aquic Tropudult, berklei halus, kaolinitik, isohipertermik
Kaolinitik = mineralklei yang dominan adalah kaolinit
Isohipertermik = suhu tanah lebih dari 22°C, perbedaan suhu musim panas dan
musim dingin kurang dari 5°C).
Seri : Granada (pertama kali ditemukan di daerah Granada)

Tabel : Arti Nama-nama Tanah dalam Tingkat Order dan Akhiran untuk Kategori yang Lebih
Rendah
Nama Order Akhir Untuk Arti Asal Kata
Kategori Lain
ALFISOL ALF Dari Al – Fe
ANDISOL AND Ando, tanah hitam
ARIDISOL ID Aridus, sangat kering
ENTISOL ENT Dari Recent
GELISOL EL Gelare, membeku
HISTOSOL IST Histos, Jaringan
INCEPTISOL EPT Inceptum, Permulaan
MOLLISOL OLL Mollis, lunak
OXISOL OX Oxide, oksida
SPODOSOL OD Spodos, abu
ULTISOL ULT Ultimus, akhir
VERTISOL ERT Verto, berubah

SIFAT - SIFAT TANAH DALAM TINGKAT ORDER TAKSONOMI TANAH


Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah mengelompokan tanah ke dalam 11 order.
Ringkasan dan penjelasan dari masing-masing order disampaikan sebagai berikut :

Tabel : Order Tanah dan Penciri Utama menurut Sistim Taksonomi Tanah.
Order Penciri Utama
Horison Penciri Sifat-Sifat Penciri Lain
Alfisol Horison Argilik Kejenuhan basa tinggi ( 35%)
Andisol - Mempunyai sifat Andik pada seluruh lapisan
Aridisol - Tanah di daerah iklim arid (sangat kering)

52
Entisol Hanya ada epipedon -
Ocric, Albic atau
Histic
Gelisol - Mempunyai sifat Gelik (membeku setiap
tahun.
Histosol Epipedon Histik -
tebalnya  40 cm
Inceptisol Horison Kambik -
Mollisol Epipedon Molik Kejenuhan basa seluruh solum > 50 %
Oxisol Horison Oksik -
Spodosol Horison Spodik -
Ultisol Horison Argilik Kejenuhan basa rendah ( < 35 %)
Vertisol - Sifat vertik *), lebih dari 30 % klei
Keterangan : *) Musim kering mengkerut, tanpa pecah-pecah, musim hujan mengembang tanah
sangat lekat.

Keterangan lebih lanjut dari masing-masing order tanah tersebut adalah sebagai berikur :
Alfisol
- Tanah-tanah yang terdapat penimbunan klei di horison bawah ( Horison Argilik ) dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi  35 %) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
- Klei yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke
bawah bersama dengan gerakan air.
- Tanah ini dulu dikelompokan pada Tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-
kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Andisol
- Tanah yang mempunyai sifat-sifat Andik dalam suatu/ seluruh subhorison, baik itu berupa
timbunan (Burried) maupun bukan timbunan, yang berketebalan 35 cm di dalam 60 cm dari
permukaan tanah atau dari batas lapisan organik yang bertemu dengan lapisan yang
mempunyai sifat-sifat andik.
- Tanah ini dulu disebut Andosol atau Suborder Andept.
Aridisol
- Tanah-tanah yang mempunyai kelembaban tanah Arid (sangat kering). Mempunyai Epipedon
Okrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain.
- Dulu disebut Desert Soils.
Gelisol
- Tanah yang selalu membeku karena suhu sangat dingin.
Entisol
- Tanah yang masih sangat muda, yaitu barn tingkat permulaan dalam perkembangan.
- Tidak ada horizon penciri lain kecuali Epipedon Okrik, Albik, atau Histik (ENT - Recent =
baru).
- Tanah-tanah yang dulu termasuk kelompok ini adalah Tanah Aluvial, Regosol.
Histosol
- Tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 % (tekstur pasir), atau lebih dari 30 %
(tekstur klei).
- Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya: 40 cm. (Histos =
Jaringan).

53
- Tanah ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah Organik, atau Organosol.
Inceptisol
- Merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol (Inceptum = Permulaan).
- Umumnya mempunyai Horison Kambik.
- Umumnya tanah ini cukup subur, karena belum berkembang lanjut.
- Tanah ini dulu termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Latosol, Gleihumus, dan lain-lain.
Mollisol
- Tanah yang mempunyai Epipedon Molik dengan tebal lebih dari 18 cm yang berwarna hitam
(gelap)
- Kandungan bahan organik .> 1 %, kejenuhan basa > 50 %. Agregasi tanah baik sehingga
tanah tidak keras bila kering (Mollisol = lunak).
- Tanah ini dulu disebut Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.
Oksisol
- Tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan klei tinggi tetapi tidak
aktif sehigga kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 me/100 g klei).
- Kandungan oksida besi atau oksida Al tinggi.
- Di lapang tanah ini menunjukan batas-batas horison yang tidak jelas.
- Tanah ini dulu disebut tanah Latosol (umumnya Latosol merah atau merah kekuningan),
Lateritik, atau juga Podzolik Merah Kuning.
Spodosol
- Tanah yang di lapisan bawah mempunyai penimbunan Fe dan Al serta humus (Horizon
Spodik), sedangkan di lapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat
(Albik).
- Tanah ini dulu disebut tanah Podzol.
Ultisol
- Tanah-tanah dimana terjadi penimbunan klei dihorison bawah (Horison Argilik), bersifat
masam, kejenuhan basa < 35 %.
- Tanah ini dulu disebut tanah Podsolik Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia,
kadang-kadang Latosol dan Hidromorf Kelabu masuk dalam kelompok tanah ini
Vertisol
- Tanah dengan kandungan klei tinggi (> 30 %) di seluruh horison dan mempunyai sifat
mengembang serta mengkerut. Pada saat kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-
pecah dan keras, sedangkan pada saat basah mengembang dan lengket.
- Tanah ini dulu disebut Grumusol atau Margalit.

5.4. PADANAN NAMA TANAH PADA BEBERAPA SISTIM KLASIFIKASI


Mempertimbangkan sampai saat ini masih banyak penggunaan nama tanah pada beberapa sistim
klasifikasi, maka bersama ini disampaikan padanan nama-nama tanah pada beberapa sistim
klasifikasi :

Tabe1 : Penyederhanaan Padanan Nama Tanah pada Beberapa Sistim Klasifikasi

54
(Hardjowigeno, 1995)
Dudal – Soeprapto Modifikasi PPT FAO – UNESCO USDA Soil
Harjo (1978 / 1981) (1970) Taxonomi (1975)
(1957 ,1961)
1. Organosol Organosol Histosol Histosol
2. Litosol - Litosol - Litosol - Entisol
- Ranker - Ranker - Litic Sub group
3. Tanah Aluvial Tanah Aluvial Fluvisol - Entisol
- Inceptisol
4. Regosol Regosol Regosol Entisol
5. Renzina Renzina Renzina Rendoll
6. Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol
7. Andosol Andosol Andosol Inceptisol
8. Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Cambisol
9. Podsolik Coklat Podsolik Acrisol Ultisol
Kekelabuan
10. Brown Forest Kambisol Cambisol Inceptisol
Soil
11. Latosol - Kambisol - Canbisol - Inceptisol
- Latosol - Nitosol - Ultisol
- Lateritik - Ferralosol - Oxisol
12. Podsolik Merah - Podsolik - Acrisol - Ultisol
Kuning

13. Mediteran Mediteran Luvisol - Alfisol


- Inceptisol
14. Podsol Podsol Podsol Spodosol
15. Glei Humus Gleisol Humik Gleisol Aquept
16. Glei Humus Gleisol Gleisol Aquept
Rendah
17. Hidromorf Podsolik Gleiik Acrisol Gleic
Kelabu
18. Aluvial Gleisol Hidrik Flufisol Hidraquent
Hidromorf
19. Planosol Planosol Planosol Aqualf

VI. HUBUNGAN TANAH DAN TANAMAN


Tanaman dan tanah memiliki hubungan yang sangat dekat, karena segal a kebutuhan
tanaman sebagian besar diambil dari tanah. Meskipun juga diketahul bahwa pada saat ini ada
teknologi hidroponik dimana kebutuhan hara tanaman diambil dari media cairan tanpa tanah,
serta juga adanya pemupukan melalui daun yang artinya langsung diserap tanaman tanpa melalui
tanah'. Akan tetapi dalam usaha tani skala luas, faktor tanah adalah masih merupakan faktor
mutlak yang harus disediakan karena merupakan media tumbuh dan berkembang tanaman.
Tanah adalah merupakan gudang hara bagi tanaman. Dalam hal ini, segala aktivitas yang te~adi
dalam tanah akan secara langsung mempengaruhi tanaman yang tumbuh di atasnya, Karenanya
pengetahuan tentang hubungan tanah dan tanaman adalah sangat penting sehingga bisa
memahami bagaimana proses penyediaan unsur hara oleh tanah dan penyerapan hara oleh
tanaman dsb.
6.1. Unsur Hara Essensial
Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya
dibagi menjadi unsur makro dan mikro.

55
Unsur makro : C, H, 0, N, P, K, Ca,Mg, S
Unsur Mikro : Fe, Mn, B, In, Cu, Mo, CI, Co
Tidak semua unsur ini dibutuhkan oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya. Unsur makro
berarti dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah
sangat sedikit. Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung jenis
tanaman. Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2 melalui proses fotosintesis
sedangkan H diambil dari air tanah (H2O). Unsur lainnya diserap melalui tanah. Bentuk
unsur yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah ini.
Unsur Hara Bentuk Diserap Tanaman
Nitrogen NH4 +, NO2-, NO3-
Fosfor H4PO4- , HPO4 -2
Kalium K+
Magnesium Mg 2+
Kalsium Ca 2+
Boron BO3 3-
Tembaga Cu+ , Cu +2
Seng Zn +2
Besi Fe +2 , Fe +3
Belerang SO3-2 , SO4 -2
Klor Cl-
Mangan Mn+2 , Mn +4
Molibdenum MoO4-2
6.2. Pergerakan Unsur hara
Suatu unsur hara dapat diserap {absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus
terdapat pada permukaan akar. Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi akar,
(2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.
 Intersepsi Akar
Akar tanaman tumbuh memasuki ruangan-ruangan pori tanah yang ditempati unsur hara,
sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang sangat dekat (kontak langsung), yang
selanjutnya terjadi proses pertukaran ion. Ion-ion yang terdapat pad a permukaan akar bertukaran
dengan ion-ion pad a permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi unsur hara (ion) langsung
dari permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur hara yang dapat diserap melalui cara
intersepsi akar dipengaruhi oleh sistim perakaran dan konsentrasi unsur hara dalam daerah
perakaran. Hampir semua unsur hara dapat diserap melalui intersepsi akar, terutama Ca, Mg, Mn,
dan Zn.
 Aliran Masa
Air mengalirke arah akar atau melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi mengalir dari daerah
sekitarnya akibat transpirasi maupun perbedaan potensial air dalam tanah. Gerakan air ini
dapat secara horinsontal maupun vertical. Air tanah yang mengalir ini mengandung ion
unsur hara. Jadi unsur hara mendekati permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan
air tsb atau disebut aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman. Penyerapan melalui
aliran masaa dipengaruhi oleh: (1) konsentrasi unsur hara dalam larutan tanah, (2) jumlah air
yang ditanspirasikan (3) volume air efektif yang mengalir karena perbedaan potensial dan
berkontak dengan akar. Aliran masa dapat menjadi kontribusi utama untuk unsur Ca, Mg, In,
Cu, B, Fe. Unsur K juga dapat diserap melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar.

56
 Difusi
Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman dan tanah
karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang mempengaruhi difusi adalah
konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu,
kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung
lebih cepat daripada tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di
permukaan akar rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat.
Unsur P dan K diserap tanaman terutama melalui difusi.

VII. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN


KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN FAO 1976

1. Pengertian Keseuaian Lahan:


Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu.
2. Pengertian Klasifikasi Kesesuaian Lahan:
Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan
persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan.
3. Struktur Klasifikasi Keseuaian Lahan:
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes (2007)
adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut:
(1) Ordo (Order): menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum.
(2) Klas (Class) : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
(3) Sub-Klas : menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis
pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
(4) Satuan (Unit): menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-
perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Ordo:


Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976)
dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
(1) Ordo S : Sesuai (Suitable)
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan tertentu
secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya.
Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan lebih besar daripada masukan yang
diberikan.
(2) Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable)
(2) Ordo N atau tidak sesuai (not suitable)
adalah lahan yang mempunyai pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan
secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan.

57
Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal
ini dapat terjadi karena penggunaan lahan yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curamyang berbatu, atau
karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang parah, seperti penanaman pada lereng
yang curam. Selain itu, sering pula didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai
keuntungan yang diharapkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas
1. Pengertian Kelas Kesesuaian Lahan:
Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan
tingkat kesesuaian dari suatu Ordo.
Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang ditulis dibelakang simbol
Ordo. Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang makin menurun dalam suatu
Ordo.
Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam
a. Ordo S, yaitu: S1, S2, S3 dan
b. 2 (dua) kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2.

2. Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam pembagian kelas disajikan dalam uraian
berikut:
Kelas S1:
Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak mempunyai
pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas tidak
berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi serta tidak menyebabkan kenaikan
masukan yang diberikan pada umumnya.
Kelas S2:
Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan yang mempunyai
pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.
Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang
diperlukan.
Kelas S3:
Kelas S3 atau Sesuai Marginal (Marginal Suitable) merupakan lahan yang mempunyai
pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus
dilakukan.Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu ditingkatkan
masukan yang diperlukan.
Kelas N1:
Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat
diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor
pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang lestari
dalam jangka panjang.

58
Kelas N2:
Kelas N2 atau Tidak Sesuai Selamanya (Permanently Not Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu
penggunaan yang lestari.

3. Sub-kelas kesesuaian lahan (Sub-Class) :


• Mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu
kelas.
• Tiap kelas kecuali S1 dapat dibagi menjadi satu atau lebih sub-kelas tergantung dari jenis
pembatas yang ada.
• Jenis pembatas ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol
Kelas.
Sebagai contoh simbol :
• s = Pembatas sifat fisik tanah pada daerah perakaran (kedalaman efektif, kelas besar
butir, permeabilitas dan batu)
• n = Kesuburan tanah
• f = Bahaya banjir atau genangan. lama dan tinggi genangan serta pengaruh pada tingkat
kerusakannya harus diperhatikan.
• t = Pembatas topografi yang disebabkan oleh tingginya persentase lereng serta adanya
mikro relief yang nyata membatasi terhadap pertumbuhan tanaman
• x = Salinitas yang disebabkan oleh adanya kadar garam yang tinggi.
• a = Reaksi tanah, dimana lahan mempunyai keasaman tanah yang tinggi atau rendah yang
sukar diatasi

4. Satuan kesesuaian lahan (Unit) :


Menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub kelas.
• Kesesuaian lahan pada tingkat ini merupakan pembagian lebih lanjut dari Sub-Kelas.
Satuan-satuan berbeda satu dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek-aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembeda detail dari
pembatas-pembatasnya.
• Simbol kesesuaian lahan pada tingkat satuan dibedakan oleh angka-angka Arab yang
ditempatkan setelah simbol Sub-Kelas, misalnya : S3t-2

Penilaian didasarkan atas sifat-sifat kimia, fisika dan keadaan lingkungan tiap-tiap Sub-
Agroekosistem. Hasil penilaian disajikan dalam peta kesesuaian lahan dan dalam bentuk tabel.
Untuk pengelompokan ke dalam KELAS kesesuaian lahan, baik untuk tanaman pangan maupun
tanaman tahunan ada 13 (tiga belas) faktor yang dipertimbangkan untuk tanah mineral yaitu :
13 (tiga belas) faktor yang dipertimbangkan untuk tanah mineral yaitu
1. Kedalaman efektif,
2. Kelas besar butir (tekstur pada kedalaman 0 – 30 cm),

59
3. Pori ketersediaan air,
4. Batu-batu di permukaan,
5. Kesuburan tanah,
6. Reaksi tanah (pH),
7. Keracunan tanah : a. Kejenuhan Al & kedalaman pirit ,
8. Lereng,
9. Erodibilitas tanah,
10. Zona Agroklimat (Oldeman),
11. Kelas Drainase,
12. Banjir dan
13. Salinitas

Keterangan
1. Kedalaman efektif: merupakan kedalaman tanah dari permukaan sampai lapisan keras
atau lapisan glei pada penampang tanah yang dapat mengganggu atau membatasi
perakaran baik tanaman pangan ataupun tanaman tahunan.
2. Kelas besar butir (Tekstur tanah) : diamati tekstur tanah dengan metode perabaan pada
setiap lapisan
3. Pori ketersediaan air : berkaitan dengan kelas besar butir, bila teksturnya pasiran maka
pori ketersediaan air rendah dan sebaliknya
4. Batu-batu di permukaan : diamati sebaran batu di permukaan sebatas mata memandang
5. Kesuburan tanah : diamati dengan mendeteksi kandungan B.O
6. Reaksi tanah (pH tanah) diamati pH H2O nya
7. Keracunan tanah : diamati kandungan Al tertukar atau kedalaman pirit
8. Lereng : diamati kemiringan tanahnya dengan Clinometer
9. Erodibilitas tanah : diamati struktur tanahnya dan kekuatan ikat mengikat antar butirnya
10. Zone Agroklimat : diamati tipe iklimnya dengan Klasifikasi Oldeman atau Schmidth dan
Ferguson
11. Klas drainase dicandra berdasarkan teksturnya
12. Banjir : dengan melihat tanda-tanda alam
13. Salinitas : adalah kadar garam diukur dengan EC meter
Selanjutnya penentuan kelas kesesuaiannya berdasarkan sistem kunci

Tahap pertama :
mengevaluasi sifat-sifat tanah dan lingkungan dari setiap Sub Agroekosistem pada tingkat
KELAS, diuji apakah memenuhi semua kriteria untuk masuk ke dalam kelas S1 atau tidak.
Apabila sudah memenuhi kriteria pada S1 maka satuan Sub-Agroekosistem tersebut dimasukkan
ke dalam kelas kesesuaian S1. Apabila tidak , diuji dengan kriteria pada kelas S2 dan seterusnya.
Tahap kedua:
dilanjutkan dengan mengevaluasi hingga SUB KELAS, untuk menentukan faktor pembatas
dan tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan.

60
Tahap ketiga, tabulasi data hasil evaluasi

Tahap keempat, pemetaan hasil evaluasi

4 (Empat) Macam Klasifikasi Kesesuaian Lahan


Berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dikenal empat macam klasifikasi
kesesuaian lahan, yaitu:
(1) Kesesuaian lahan yang bersifat kualitatif.
(2) Kesesuaian lahan yang bersifat kuantitatif.
(3) Kesesuaian lahan aktual.
(4) Kesesuaian lahan potensial.

Daftar Pustaka:
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233
halaman.

Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta.
Yogyakarta. 298 halaman.

61
BAHAN KULIAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH


KLASIFIKASI TANAH
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

62
OLEH
Ir. ENNY RAHAYU, MP

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012

63

Anda mungkin juga menyukai