Anda di halaman 1dari 8

Dasar Teori

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang


menyediakan 4 kalori (kilojoule) energy pangan per gram. Karbohidrat juga
mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan,
misalnya rasa, warna, tekstur, dan lainlain. Sedangkan dalam tubuh, karohidrat
berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan tubuh protein yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak
dan protein. Karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida, yang
memiliki senyawa berbeda-beda. [ CITATION Fit201 \l 1033 ]

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya
adalah polisakarida aldehid dan keton atau turunan mereka (Poedjiadi, 2006).

Poedjiadi. (2006). Dasar-Dasar Biokimia. UI Press.

Pada senyawa yang termasuk karbohidat terdapat gugus fungsi yaitu gugus –OH,
gugus aldehid, atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain mempunyai hubungan
daerah sifat kimia yang ditentukan dengan sifat fisika, dalam hal ini juga aktivitas
optic. Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahlii kimia berpendapat
bahwa pada molekul glukosa, kelima atom karbon yang pertama dengan atom
oksigen, dapat membentuk cincin segi enam 9Gambar 1). Oleh karena itu,
diusulkanlah penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan atau
piran.

Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan mnosakarida
yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke
suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah suatu ubungan glikosida α
atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari satuan kedua. Hubungan ini
disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung pada stereokimia pada karbon
glikosida. Seperti halnya monosakarida, senyawa ni larut dalam air, sedikit larut
dalam alcohol, dan praktis tidak larut dalam eter dan pelarut oerganik non-olar.
Contoh dari disakarida adalah maltose, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo &
Hardjono, 2005).

Sastroamidjojo, & Hardjono. (2005). Kima Organik Stereokimia, Karbohidrat,


Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press.

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada
mono dan oligosakarida. Molekul mnosakrida terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Polisakarida yang terdiri dari satu macam monoksakarida disebut
homoolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida (Fessenden, 1982).

Fessenden, R. J. (1982). Kimia Organik (3rd ed.). Wardsworth.

Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang saling berhubungan


melalui ikatan glikosida. Unit gula dapat saling berhubungan membentuk
polisakarida lurus, bercabang, atau melingkar. Ikatan 1→4 dan 1→6 adalah yang
paling banyak ditemui pada polisakarida alam yang terdiri dari heksosa (Antony,
1984). Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk
Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekul
polisakarida yang larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa
polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan
selulosa (McGilvery, 1996).

McGilvery. (1996). Biokimia: Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga University


Press.

Pada pemeriksaan karbohidrat dengan metode benedict menghasilkan hasil positif


karena apabila gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas dapat
mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap
menjadi Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat membuat
pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk bisa berwarna hijau,
kuning atau merah bata. Seperti persamaan reaksi sebagai berikut :

[ CITATION Les17 \l 1033 ]


Dari hasil uji molisch untuk mengetahui adanya karbohidrat ini menunjukkan hasil
positif karena terbentuk cincin ungu. Warna cincin ungu disebabkan -naftol.oleh
adanya furfural dengan -naftol.. uji benedict untuk mengetahui adanya gula
pereduksi menunjukkan hasil positif karena terbentuk endapan merah bata yang
menunjukkan bahwa larutan fruktosa merupakan gula pereduksi. [ CITATION Yul17 \l
1033 ]

Analisis data

Pada praktikum ini menggunakan 5 percobaan/pengujian diantaranya percobaan


molisch, Uji antron, uji antron, Uji pikrat, uji benedict dan uji tollens . Adapun
karbohidrat yang digunakan adalah monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa),
disakarida (laktosa, sukrosa), dan polisakarida (amilum).

Hasil percobaan menunjukkan uji ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai
berikut:

A. Reaksi pengenalan terhadap karbohidrat


1. Uji molisch
Tujuan dari uji molish adalah untuk mengidentifikasi adanya kandungan
karbohidrat pada suatu sampel. Apabila sampel yang diuji dengan pereaksi
molish membentuk cincin warna ungu, berarti sampel tersebut
mengandung karbohidrat. Sampel yang dipakai yaitu glukosa, fruktosa,
maltosa, madu 50% dan potongan kertas saring.
Pada percobaan disiapkan 7 tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi
sampel kemudian  ditambah ditambah 3 ml H2SO4 dan 2 tetes alfa naftol.
Penambahan H2SO4 ditujukan untuk mendehidrasi karbohidrat agar
menjadi hidroksimetilfurfural, dan penambahan alfa naftol agar terbentuk
senyawa khusus untuk polisakarida dan disakarida. Pada tabung-tabung
tersebut terbentuk tiga lapisan. Lapisan atas berwarna bening, lapisan
tengah terbentuk cincin warna ungu dan lapisan bawah berwarna hijau.
Pengecualian pada tabung reaksi yang berisi madu 50% yang terbentuk
dua lapisan. Lapisan atas berwarna ungu muda dan lapisan bawah
berwarna ungu pekat. Semua sampel menunjukkan hasil yang positif, hal
ini disebabkan karena karbohidrat mengalami hidrolisis oleh Asam Sulfat
menjadi Hidroksil metil Furtenol yang kemudian terkondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Adanya penambahan
H2SO4 pada uji ini bertujuan untuk memprercepat reaksi (sebagai
katalisator).
Contoh reaksi uji molish pada heksosa :

(Sumardjo, 2009)

reagen molisch. Uji ini dapat mendeteksi larutan sampel termasuk ke dalam golongan
karbohidrat. Glukosa dan galaktosa menunjukkan hasil positif dengan membentuk
cincin ungu di tengah larutan. Hal ini terjadi karena H2SO4 pekat mengkatalis
terdehidrasinya gula untuk membentuk senyawa furfural (pada pentosa) atau
hidroksimetil furfural (pasa heksosa). Furfural ini terkondensasi dengan alpha-naphtol
yang tersulfonasi dan menghasilkan warna ungu. Polisakarida dan disakarida juga
menunjukkan hasil yang positif dengan peran asam menghidrolisnya menjadi
komponen-komponen monosakarida, lalu mengalami proses dehidrasi.

2. Uji antron

3. Uji pikrat
Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada
karbohidrat. Pada uji ini dibutuhkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi
dengan larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian sama
sama ditambahkan  larutan  Asam pikrat dan larutan HNO3 dan
dipanaskan. Oksidasi karbohidrat menjadi asam onat dan reduksi asam
pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang berwarna
merah.
Hanya pada tabung yang berisi fruktosa yang mengalami perubahan warna
dari larutan yang berwarna kuning menjadi berwarna agak kemerahan,
sedangkan pada tabung yang lain tidak mengalami perubahan (hasil
negatif). Perubahan warna yang terjdi disebabkan adanya asam pikrat
mengalami reduksi menjadi asam pikramat.
Pada uji ini terjadi hasil negatif kecuali pada tabung berisi fruktosa,ini
mungkin dikarenakan reagen yang rusak atau dikarenakan praktikan yang
melakukan kesalahan dalam melakukan percobaan,sehingga didapatkan
hasil yang negatif.
Contoh reaksi antara glukosa dan asam pikrat :

(Soemardjo, 2009)

B. Reaksi monosakarida berdasarkan reaksi reduksi


1. Uji tollens
Uji tollens dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya gugus
aldehid dalam karbohidrat. Sebagai sampel dari percobaan ini adalah
glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. Percobaan dilakukan dengan
penambahan pereaksi tollens pada sampel dengan perbandingan 1 : 1.
Penambahan pereaksi tollens adalah sebagai oksidator yang akan
direduksi  Setelah itu larutan dipanaskan disertai penggoyangan yang
bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dilakukan pemanasan larutan
diamati terbentuknya endapan perak. Hasil yang diperoleh dari percobaan
ini adalah hasil yang positif yaitu terbentuk endapan perak, kecuali
maltosa.
Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi tollens :
(Soemardjo, 2009)

2. Uji benedict
Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada
karbohidrat. Pada uji ini disiapkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi
dengan larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian
ditambahkan 1ml larutan pereaksi benedict, kemudian digojog lalu
dipanaskan. Pereaksi benedict terdiri dari cuprisulfat, natrium karbonat,
dan natrium sitrat. Glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya
natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna merah bata.
Perlakuan penggojogan bertujuan agar larutan menjadi homogen,
sedangkan adanya pemanasan supaya mempercepat reaksi. Hasil yang
diperoleh dari semua tabung tersebut mengalami perubahan warna yang
sama, yang awal warna larutan berwarna bening kebiruan menjadi larutan
yang mempunyai endapan warna merah bata, hasil ini menunjukkan nilai
uji positif. Terbentuknya  endapan merah bata disebabkan oksidasi
karbohidrat (gula pereduksi) menjadi Asam onat, sedangkan pereaksi
benedict tereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O (merah bata).
Contoh reaksi antara glokosa dan pereaksi benedict :
(Sumardjo, 2009)

 reagen benedict. Uji dilakukan dengan menambahkan reagent Benedict ke dalam


larutan karbohidrat dan dilakukan pemanasan. Pemanasan bertujuan untuk
mempercepat reaksi pada monosakarida, dan mengkatalis proses hidrolis pada
disakarida. Setelah dilakukan pemanasan terjadi perubahan pada beberapa larutan
yaitu Glukosa dan fruktosa. Perubahan ini berupa terbentuknya endapan merah bata
pada larutan tersebut. Proses pendinginan ketiga larutan ini tidak mempengaruhi
perubahan pada endapan. Sedangkan larutan yang lain berwarna biru yang merupakan
warna asli dari reagen. Galaktosa sendiri mengalami sedikit perubahan setelah
dipanaskan yaitu terdapat warna merah pada bagian permukaan larutan dan setelah
didinginkan warna ini menghilang. Galaktosa merupakan salah satu karbohidrat yang
mengandung gugus aldehid dalam pengujian terdapat galaktosa tidak terjadi
perubahan yang diharapkan seperti glukosa dan fruktosa. Hal ini mungkin tabung
telah terkontamijnasi oleh senyawa lain sehingga tidak menghasilkan endapan seperti
halnya karbohidrat lain yang mengandung gugus keton dan aldehid bebas. Endapan
merah bata ini muncul akibat Cu2+ mengalami reduksi menjadi Cu2O dalam larutan.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas bahwa, dari berbagai macam jenis larutan
karbohidrat setelah direaksikan dengan larutan Benedict ternyata reaksinya tidak
terjadi secara bersamaan. Hal ini disebabkan tergantung atas konsentrasi karbohidrat
yang diperiksa baik disakarida atau monosakarida. Pada dasarnya dari berbagai
macam jenis larutan karbohidrat yang diuji ternyata yang bereaksi positif dengan
Benedict hanya golongan disakarida dan monosakarida, sedangkan larutan
polisakarida seperti amilum tidak dapat bereaksi dengan Benedict. Tidak ada endapan
yang dihasilkan pada percobaan ini. Benedict juga bersifat basa lemah karena adanya
natrium karbonat dan natrium sitrat. Sedangkan polisakarida hanya bisa bereaksi
dengan pereaksi yang bersifat asam.

3. Uji barfoed
Uji Barfoed digunakan untuk membedakan antara monosakarida pereduksi
dan disakarida pereduksi. Hasil percobaan menunjukkan hanya glukosa yang
menunjukkan hasil positif berupa endapan merah bata. Seharusnya menurut
literatur positif pula terhadap galaktosa, karena gula pereduksi adalah gula
yang mengandung gugus aldehid bebas maupun monoketo bebas, dan
keduanya merupakan gula pereduksi. Selain itu pada disakarida seharusnya
menunjukkan juga hasil yang positif (walau butuh waktu lebih lama untuk
melihat warna hasil pengendapan akibat terhidrolisis dulu menjadi komponen-
komponen monosakarida). Adapun prinsip reaksinya sama dengan reagen
benedict yaitu endapan merah bata dihasilkan akibat reduksi Cu2+ menjadi
Cu+ dalam Cu2O.

Dapus

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia – Buku Panduan Kuliah


Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai