Anda di halaman 1dari 3

DPR

FUNGSI DPR

Menurut Pasal 20A Ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945, yang memuat fungsi-fungsi DPR.
Fungsi-fungsi DPR memiliki 3 fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.

1. Fungsi Legislasi
Fungsi yang pertama yaitu fungsi legislasi, dimana DPR memegang kekuasaan dalam
membentuk undang-undang bersama Presiden.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
- Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
- Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA
dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
- Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
- Menetapkan UU bersama dengan Presiden
- Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU.
2. Fungsi Anggaran
Fungsi yang kedua yaitu fungsi anggaran, dimana DPR membahas dan memberikan
sebuah persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap sebuah rancangan
undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh presiden.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
- Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama
- Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK
- Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap
perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi ketiga yaitu fungsi pengawasan, DPR melaksanakan sebuah pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang dan ABN.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah
- Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama)

1
HAK DPR

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan fungsi pengawasan,
DPR dibekali 3 (tiga) hak, yakni:

1. Hak Interpelasi
Hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan pemerintah
yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Hak Angket
Hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-
undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak Menyatakan Pendapat
Hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
- Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau
di dunia internasional;
- Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau dugaan bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum.

PRESIDEN
HAK PRESIDEN

1. GRASI

Grasi diatur di dalam Pasal 14 Ayat (1) UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2002 (UU Grasi). Grasi diberikan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan dari
MA. Jika seseorang memohon grasi kepada Presiden dan dikabulkan, maka Presiden
mengampuni perbuatan yang bersangkutan. Kesalahan orang yang bersangkutan tetap
ada, namun hukuman pidananya saja yang dihilangkan.

2. AMNESTI

Berikutnya amnesti yang dapat diartikan sebagai pengampunan atau penghapusan


hukuman yang diberikan kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang
telah melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti yang diberikan untuk banyak orang
dapat disebut sebagai amnesti umum. Amnesti diatur di dalam Pasal 14 Ayat (1) UUD
1945. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 menyatakan bahwa akibat dari
pemberian amnesti adalah semua akibat hukum pidana terhadap orang yang diberikan
amnesti dihapuskan. Dengan kata lain, sifat kesalahan dari orang yang diberikan amnesti

2
juga hilang. Amnesti diberikan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan dari MA
serta DPR dan dapat diberikan tanpa pengajuan permohonan terlebih dahulu.

3. ABOLISI

Kemudian abolisi dapat diartikan sebagai penghapusan proses hukum seseorang yang
sedang berjalan. Abolisi diberikan kepada terpidana perorangan dan diberikan ketika
proses pengadilan sedang atau baru akan berlangsung. Presiden harus memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pemberian abolisi. Abolisi diatur
di dalam Pasal 14 Ayat (2) UUD 1945. Lalu yang terakhir adalah rehabilitasi yang dapat
diartikan sebagai tindakan pemenuhan hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya
dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat
penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya
atau hukum yang diterapkan.

4. REHABILITASI

Rehabilitasi diberikan kepada terpidana yang telah mendapatkan kepastian hukuman dan
menjalani masa pidana, tetapi ternyata kemudian dinyatakan tidak bersalah. Rehabilitasi
diatur di dalam Pasal 14 Ayat (2) UUD 1945. Presiden harus memperhatikan
pertimbangan DPR dalam pemberian rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai