Arifin Zain
Prodi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
< z ain.ifinz ain@gmail. com>
Abstract: Khilafah is one form of government that has existed in the history and
civilization of Muslims in the world. Allah and His apostles did not directly
mention the model of government that Muslims must form. Even after the death of
the Messenger of Islam the Muslims in Medina at that time only committed
themselves in determining who would replace the position of the prophet
Muhammad as the head of the state of Medina, including the non-apostolic
spiritual office he was in. However, in al-Qur'an and al-hadith found a number of
designations for leaders such as the Khalifah, Malik, Wali, Shulthan, Ulil Amri,
Imam, Rain and Amin In al-hadith itself, the apostle clearly states the limits of
obedience to the leader, the responsibilities and functions of the leader and the
people's obligations towards the leader. This paper examines these matters
through content analysis especially on texts about leadership found in the Qur'an
and al-Hadith.
DOI: http://dx.doi.org/10.22373/al-idarah.v3i1.4802 II 41
An fin Zain: Khi4fah dalam Islam
PENDAHULUAN
K hi I afah adalah I embaga pemeri ntahan dal am Islam yang di pi mpi n
oleh penguasa Islam (khalifah, sulthan atau syah). Secara bahasa berarli
perwddlan, pengganti atau jabatan khalifah. Isti I ah ini berasal dari kata khalf yang
berarli wakil, pengganli atau penguasa. Istilah khilafah yang bersinonim dengan
imamah (pemerintahan), muncul dalam sejarah peradaban Islam sebagai institusi
politik. Seseorang yang melaksanakan fungsi khilafah disebut khalifah. Bentuk
jamaknya khulafa atau khalaif. K halifah berarli orang yang mengganlikan
kedudukan orang lain dan seseorang yang mengambil alih tempat orang lain
sesudahnya dalam berbagai persodan. Khalifah bisa pula berarli as-Sulthan al-A'zham
(kekuasaan paling besar atau paling ti nggi ).'
Sejak awal penciptaan, Allah telah memberikan mandat kepada manusia
sebagai khalifah di muka bumi, hal i ni sebagai mana pernyatoan Allah kepada para
malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah di muka bumi. Pemberian
kekuasaan kepada Adam -manusia pertama- sebagai khalifah mendapat reaksi
penghuni surga waktu itu. Para malaikat akhirnya mengakui bahwa mereka hanya
memiliki sedikit saja pengetohuan tentang alam ini, sementara iblis dengan
keangkuhannya tetop merasa bahwa dirinyalah yang lebih baik, dan tidak mau
memberikan penghormaton kepada Adam sehi ngga Allah mengusirnya dari
syurga. Kata khalifah merupakan istilah yang tidak hanya ditemukan dalam al-
Qur'an namun juga dal am sejumlah hadis Rasul ul I ah.
Saat membahas tentang puasa, Quraish Shihab mengaitkannya dengan
fungsi kekhalifahan dengan penjelasan, Pertama, manusia diciptakan oleh Tuhan
dari tanah, kemudian dihembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya, dan di berikan
potensi untuk mengembangkan di ri nya hi ngga mencapai satu ti ngkat yang
menjadikannya wajar untuk menjadi khalifah (pengganli) Tuhan dalam
memakmurkan bumi i ni . Dal am K tab Perjanj i an Lama, demi ki an pula dal am
kitab-kitab hadith, ditemukan bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut
petonya, dalam arti diberi potensi untuk memiliki sifat-sifat Tuhan sesuai dengan
kemampuannya sebagai mahkluk. Kedua, dalam perjalanan manusia menuju ke
bumi, is (Adam) melewali (transit) di surga, agar pengalaman yang diperolehnya
disana dapat dijadikan bekal dalam menyukseskan tugas pokoknya di bumi.
Pengalaman tersebut antara lain adalah persentuhannya dengan keadaan di surga
itu sendiri. Disana telah tersedia segala macam kebutuhan manusia, antara lain
sandang, pangan serta ketenteraman lahir dan babn. Hal ini mendorongnya untuk
menci ptakan bayangan surga di bumi, sebagai mana pengal amannya dengan setan
mendorongnya untuk berhdi-hab agar tidak terpedaya lagi sehingga mengalami
kepahitan yang di rasakan keb ka terusir dari surga.2
Dalam al-Qur'an dan al-hadits ditemukan sejumlah keterangan tentang
kepemimpinan, baik terkait dengan tugas utama manusia sebagai khal ifah,
tugas dan tanggung jawab pemimpin, kewaji ban pemimpin, kewajiban
masyarakat terhadap pemimpin, bahkan larangan memint3 jabatan bagi
seorang muslim. H al-hal tersebut diungkapkan Allah dan rasul-Nya dalam
beberapa bentuk kata yang beragam seperb kata : Khalifah, Malik, Weili, Shulthein, Ulil
Amri, Imam, Rain dan A mir.
Sumber data utama tulisan ini adalah kitab suci al-Qur'an dan al-hadits
khususnya yang terkait dengan pemimpin, tugasnya dan tanggung jawabnya
maupun kewaji ban-kewaji ban masyarakat terhadap mereka. Ayat-ayat dan
hadits-hadits tersebut dikaji untuk memunculkan pemahaman yang utuh
tentang kepemimpinan dalam perspektif al-Qur'an dan al-hadits.
METODE PENELITIAN
Secara metodologi, kajian ini bersifat kualitatif dengan teknik
pengumpulan datanya melalui studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data ini
penulis lakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah literatur bahan bacaan
teerkait konsep dan dasar penggunaan khilafah dalam Islam, terutama yang di
ditemukan dalam kitab suci al-Qur'an dan kitab hadits, maupun dalam berbagai
literatur lainnya, seperb buku dan jurnal. Data ayat-ayat dan hadits-hadits yang
telah terkumpul tersebut di analisis dengan metode content analisis guna
memunculkan pemahaman yang utuh tenting kepemimpinan dalam perspektif
al-Qur'an dan al-hadits.
M . Quraish Shi hab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam
2
a. K halifah
Kata khalifah merupakan kata pertama yang disebutkan Allah dalam al-
Qur'an terkait dengan tugas yang akan diemban manusia di bumi. Firman Allah
dalam al-Qur'an surat al-Baqarah: 30:
0. Malik
Kata malik di gunakan Allah di antaranya dal am surat al-Kahfi: 79:
fi
Lt; Isac. Li4f L_-)t; J3-11 3.;zy:
.11,0 fi
446,01 Li t.; c:4).
C)=It-tP: 4,11 Li
A rlinya : Nabi mereka mengaakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thaut menjadi rajamu". M ereka menjawab: "Bagaimana
Thal ut memeri nth kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya, sedang di spun tidak di beri kekayaan yang
cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilih rajamu dan menganugerahi nya i I mu yang I uas dan tubuh
yang perkasa". Allah memberikan pemeri ntahan kepada siapa yang di
kehendaki -N ya. Dan A I I ah M aha L uas pemberian-N ya I agi M aha
M engetahui Qs. al-Baqarah: 247).
c. Wall
Penggunaan kata WSl i yang bermakna pemi mpi n di sebutkan A I I ah dal am
surat al -K hafi ayat 17 dengan fi rman-Nya:
c•-.)11 6..,:.,11
ft4jifi4-1
rtinya: Dan kamu akan meli hat matahari kelika terbit, condong dari gua mereka
ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke
sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua
itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa
yang di beri petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk;
dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan
d. Shulthan
Firman Allah dal am surat al-Isra ayat 80 di sebutkan:
Imo; •
C 7"
' • E Le7 -!'",
Artinya: Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang
benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan
berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (Qs.
A l-Isra: 80).
e. Ulil Amri
Kata ulil amri digunakan Allah diantaranya dalam surat an-Nisa' ayat 59:
"5
,c• ;5 5
. ;111 LA I;
Li eLPJL L,
,c• ; 5 3 3-- .941.9 Y-4 A
t 9 -• Lot, 5 • ji
P- -e U, .9-0'
A rti nya: Hai orang-orang yang beri man, tab I ah A I I ah dan taati I ah Rasul (N ya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah is kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beri man kepada Allah dan
hari kemudi an. Yang demi kian itu lebih utama (bagi mu) dan lebih baik
aki batnya (Qs. A n-Nisa': 59).
0. Imam
Firman Allah dal am surat al-Baqarah: 124:
A rti nya : Dan (i ngatlah), keti ka Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kal i
mat (peri ntah dan I arangan), I al u Ibrahim menunai kannya. A I I ah
berfi rman: "Sesungguhnya A ku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia". Ibrahim betala (Dan saga mohon juga) dari
keturunanku. Allah berfi rman: "Janji -K u (i ni) tidak mengenai orang
yang zal i m". (Qs. A l - Baqarah: 124).
masalah pemerintahan ini tidak akan jatuh hi ngga di lal ui oleh dua Pleas
khalifah. Kemudian betata dengan suara yang pelan. Saya betanya kepada
ayahku: Apa yang dikatakan rasulullah? Ayah menjawab: Semua pemimpin
tersebut bersal dari suku Quraisy.3
Hadits lain dari Umar, dari Abdullah ibn Umar betata: Ada yang
mengatakan kepada Umar mengapa kamu tidak menunjuk pengganli?
Kemudian U mar menjawab, kal au saya menunjuk pengganli, maka sungguh
orang yang lebi h baik dari aku telah menunjuknya yaitu Abu Bakar, kemudian,
jika aku tidak menunjuk siapapun, maka sungguh orang yang Iebih baik dari
pada akupun yaitu rasulullah, tidak menunjuk siapapun. Kemudian Abdullah bin
Umar betata: M aka aku tahu bahwa saat U mar menyebut bahwa rasulullah
lidak menunjuk pengganti.4
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya: Dari A
hmad bin Y unus, dari Ashim bin M uhammad mengatakan: Aku mendengar
ayahku betata, Ibnu Umar betata, rasulullah saw bersabada: M asdah
kepemimpinan ini akan tethp jaya dalam kepemimpinan suku Qurais, dalam peri
ode dua belas orang khalifah.5 Imam M uslim meriwayatkan iIkutilah suku Quraisy
dalam hal ini, kalau dia baik maka akan memperoleh kebaikan, kalau dia ingkar,
maka dia menanggung kekafirannya. 6
Sementara riwayat At-Tirmidzi
menyebutkan rasulullah bersabda: Orang Quraisy akan memimpin manusia dalam
kebaikan dan keburukan sampai hari kiamat7
Teks hadits dapat di baca pada : Imam a -B ukhal, Shahih Bukhari, Juz. VII, (Beirut: Da-
5
fil4darah,VoL3,NbAjmulari-juni2019 II 47
An fin Zain: Khi4fah dalam Islam
8
Teks hadits dapat di baca pada: Imam al -Bukha-i, Shahih Bukhari, Juz. VII, hal . 446.
9
Teks hadits dapat di baca pada : Imam M usl i m, Shahih Muslim, Juz. II, hal . 123.
*
Teks hadits dapat di baca pada : Imam al -Bukhal, Shahih Bukhari, Juz. VII, hal. 445.
n
Teks hadits dapat di baca pada : Imam al -Bukhal, Shahih Bukhari, Juz. VII, hal. 446.
12
M uhammad N ashi ruddi n Al -Bani , Shahih Sunan An-Nasai, Juz. II, terj. Karol uddi n
Sa'diyatul Ha-aman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), ha. 213.
13
Tim Redaksi Departemen Pendi di kan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, edisi III,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ha. 563.
14
M . Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur'an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep
Kunci, (Jakarta: Paranadi na, 2002), ha. 346.
1
Ibrahim al-Qurabi, Tarikh Khulafa, baj. Faris Khairul Anam, (Jakarta: Qisthi Press,
2012), hl m. 17.
ortodoks (yang berpegang kuat pada ajaran dan keyakinan). Gelar Khulara ar-
Rasyidin berkaitan dengan kapasitas mereka sebagai kepala negara dan pemimpin
agama Lslam dalam berbagai aspek kehidupan sebagaimana telah dicontohkan
rasul dalam meujudkan kemaslahatan umat. M ereka adalah contoh ideal dalam
penghayatan dan pengamal an agama seta pel aksanaan pri nsi p pemerintahan
dalam Islam dan dalam membimbing umat dengan alasan itupula mereka
mempunyai derajat yang spesifik dal am pandangan umat Islam.16
Kekhalifahan khulafa ar-rasyidin ini berlangsung selama lebih kurang 30
tahun terhitung selak wafatnya nabi M uhammad pada tahun 10 H sampai
wafatnya 'Ali bin A bi Thal i b. Setelah Nabi M uhammad waft, Abu Bakar di baiat
menjadi khalifah untuk menjalankan roda pemerintahan. M asa pemerintahannya
berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 8 hari, selanjutnya di pegang of eh U mar bin
Khaththab, dengan masa pemerintahannya 10 tahun 6 bulan 15 hari, sebagai
khalifah ketiga, 'Uthman bin `Affan melanjutkan kepemimpinan tersebut dengan masa
pemerintahan selama 12 tahun, sedangkan 'Ali sebagai khalifah keempat
memegang kepemimpinan selama lebih kurang 5 tahun.'7
Abu Bakar merupakan khalifah pertama yang di pi I i h kaum muslimin
sebagai pemimpin mereka. Setelah nabi M uhammad wafat, Abu Bakar
mengganti kan kedudukannya, namun yang di ganti kan adalah kedudukan
sebagai pemimpin masyarakat, sedangkan status sebagai rasul tidak dapat di
ganti kan karena setelah nabi M uhammad wafat, tidak ada lagi rasul yang diutus
Allah. Terpi I ihnya Abu Bakar diawali dengan adanya debat yang panjang antara
kaum M uhaj i ri n dan A nshar di Ts aqifah bani Sa 'idah . M asi ng-masi ng pi hak
berkeinginan agar kelompok merekalah yang akan mengganlikan posisi
kepemimpinan nabi Muhammad, namun akhirnya sepakat memilih Abu Bakar.
Terpilihnya Abu Bakar karena nabi Muhammad tidak menunjuk seorangpun di
antara sahabat sebagai pengganlinya, dengan demi kian masalah kepemimpinan
diserahkan kepada kesepakatan kaum muslimin. Demi kian menurut A hli
Sunnah wal jama'ah. Sedangkan kaum Syiah berpendapat nabi Muhammad pernah
mewasiatkan agar yang akan menggantikannya kelak adalah 'Ali bin A bi Thal i
b.18 Sementara, Umar bin Khaththab diangkat berdasarkan penunjukan, wasiat,
atau
17
M uhammad al-Fati h al-B ayanOni, Al-MadkWil ila 'Ilm al-Dakwah, (Beirut: M uassascti al-
Ri sal ah, 1999), hal. 89.
18
A I-Jayusi, TarIkh, hal. 159.
50 II Al-Idarah, Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2019
Ar!fin Zain: KhilOh dalam /slam
atas usul dari Abu bakar, setelah Abu Bakar meminta pandangan beberapa orang
sahabat.19
Uthman merupakan khalifah ketiga, mengganlikan Umar bin Khaththab,
yang pengangkatan didasarkan pada keputusan bersama yang di buat oleh
pemuka-pemuka Islam M adinah. Sabel um khalifah U mar bin Khaththab wafat,
dia membentuk tim formatur yang terdiri dari enam orang sahabat, yaitu : Uthman
bin Affan, Ali bin A bi Thal i b, Zubair bin Awwam, Thal hah, Sa'ad bin A bi Waqash, A
bdur Rahman bin 'A of dan anaknya sendi ri 'A bdullah bin U mar. Sesuai pecan U
mar, anaknya tidak bi sa di pi I i h, namun hanya bol eh memi I i h. Setelah U mar
wafat, tim formatur ini bersidang, akhirnya dengan berbagai perlimbangan
terpilihlah Uthman bin sAffan. Semasa hidup rasulullah, Uthman termasuk salah
seorang sekretaris nabi, apabila berkumpul dengan rasul; maka Abu Bakar
senanliasa duduk di sebelah kanan, U mar sebelah kiri dan Uthman di depan rasul,
untuk menulis wahyu.2° Sedangkan Ali bin Abi Thalib di pilih setelah tewasnya
Uthman bin A ffan dan pertama sekali di baiat oleh Thal hah dan Zubair bin
Awwam.
Real it3s sejarah ini menunjukkan bahwa Allah dan rasul-Nnya, tidak
menentukan bagai mans sisti m pemi I i han jabatan pemi mpi n. K i ranya masalah
ini diserahkan kepada umat Islam, agar mereka sendiri yang menentukan bagai
mana bentuk pemilihan yang disetujui dan tentu saja bentuk negara yang
diinginkan. Hal ini sangat tergantung kepada situasi dan kondisi umat Islam. Bukti
sejarah menunjukkan bahwa dari empat orang khulafa ar-rasyidin, semuanya
memiliki proses pemilihan yang berbeda. Dengan demikian tidak ada bentuk baku
yang dapat dijadikan contoh, melainkan semuanya di serahkan kepada umat Islam.
Gelar khalifah pertama sekali digunakan oleh Abu Bakar kelika ada
sahabat yang menyebutnya khalifatullah (Khalifah Allah), tapi Abu Bakar
menolaknya dan mengatakan saya bukan khalifatullah, tetapi khalifah
rasulullah. Selanjutnya U mar bin K hathab digelar dengan khalifah rasul Allah,
namun U mar juga tidak menyukainya dan menyebut dirinya dengan Amfrul
Mukminfn (pemimpin orang beriman). Sementara Utsman dan Ali juga digelar
dengan khalifah rasulullah. Dengan gelar ini maka wewenang dan kekuasaan
yang diatributkan kepada mereka adalah sebagai pengganli Muhammad dalam
kedudukannya sebagai kepala negara yang biasa dijalankan dalam memimpin
19
U ntuk proses perigangkatan U mar ini, dapat di bandi ngkan beberapa buku : Imam
As-Suyuli, Tarikh Khulafci, baj. Samson Rahman, (Jakarta : Pustaka A l-Kautsa, 2003), hal. 150,
Prof. Dr. H amka, Sejarah Umat Islam, (Si ngapura : Pustaka N asi oral, 2005), hal. 210, dal
Philip K. Hitli, History of The Arabs, baj. R. Cecep Lukmal yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta :
Sffambi II mu Semesta, 2008), hal. 222.
20
H amka, Sejarah Umat Islam, hal. 226, Philip K. Hitti, History, hal. 223.
52
Al-Idarah, Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2019
Ar!fin Zain: Khilqfuh dalam Islam
para sahabat waktu itu menyatakan bahwa gelar tersebut tidak pralds karena
panjangnya. Disamping itu dengan berlambahnya jumlah khalifah, maka gelar
tersebut akan terus bertambah panjang hi ngga akan sul it di ucapkan.22
Perlu dicatat, bahwa kata Khalifah pada mulanya berarti yang
menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas
dasar ini, ada yang memahami kata Khalifah di sini dalam arti yang
menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya, tetapi bukan karena
Allah tidak mampu atau meijadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan,
namun Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada
lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam
menghuni bumi ini. Betapapun, ayat ini menunjukkan bahwa kekhalifaan terdiri
dari wewenang yang dianugerahkan Allah, makhluk yang diserahi tugas, yakni
Adam dan anak cucunya, seta wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang
terhampar ini. Jika demi kian, kekhalifaan mengharuskan makhluk yang diserahi
tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang
memberinya tugas dan wewenang. Kebijaknanaan yang tidak sesuai dengan
kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifaan.23
M enurut A l-M awardi, seorang imam (Khalifah) di proyeksi kan untuk
mengambil alih peran kenabian dalam menjaga dan mengatur dunia. Pemberian
jabatan imamah (keK hilafahan) kepada orang yang mampu menjalankan tugas
tersebut pada ummat adalah wajib berdasarkan ijma'. Namun demikian hukum wajib tersebut
berdasarkan sumber yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa pengangkatan
Khalifah hukumnya wajib berdasarkan akal, sebab watak orang-orang berakal
mempunyai kecenderungan untuk tunduk kepada imam (Khalifah) yang
melindungi mereka dari segala bentuk keliclakadilan, memutuskan konflik dan
permusuhan yang terjadi di antara mereka. Tanpa imam (Khalifah), manusia
berada dalam keadaan chaos, dan menjadi manusia-manusia yang tidak
diperhitungkan bangsa lain. Pendapat lain mengatakan bahwa pengangkatan
Khalifah hukumnya wajib berdasarkan syaria, dan bukan berdasarkan akal.
Bagaimanapun Khalifah bertugas mengurusi urusan-urusan agama, dan bisa jadi
akal tidak mengkatagori kan imamah (kepemi mpi nan) sebagai i badah, kemudi an
tidak mewajibkan imamah (kepemimpinan) tersebut. Aka! hanya menghendaki
22
Ibn K hal dun, Mukaddimah Ibn Khaldun, terj. A hmadi e Thoha, (Jakarta: Pustaka Fi rdaus,
2008), hal. 276.
23
M .Qurash Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Juz. I, (Jakarta: Lentara Hati, 2005), hal.143
hendaknya seliap orang dari orang-orang berakal melindungi dirinya dari segala
bemtuk keliclakadi Ian, dan pemutusan hubungan.24
Jabatan khi I afah memi I i ki watak rel igi us sehi ngga fungsi khi I &fah
hanya ada untuk khalifah-khalifah yang muslim. Diantara fungsi rel igi us seperli
shalat, jabatan mufti, jabatan hakim, jihad, dan pengawasan (hisab). Deegan demi
kian maka dalam pejalanan sejarah khilafah, akan ditemukan bahwa khalifah-
khalifah awal tidak pernah menyerahkan tugas imam shalat kepada orang lain.
Berdasarkan doktrin bahwa M uhammad adalah penutup para nabi dan rasul, maka
para Khulara ar-Rasyidin tersebut tidak berlindak sebagai nabi dan rasul, tetapi
mereka mewarisi risalah Islam, dalam anti melaksanakannya dan bukan
melanjutkannya, karena mereka tidak meneri ma wahyu. M ereka be ndak sebagai
kepala negara, hanya saja tugas kepala negara mencakup urusan dunia dan agama,
walau yang lebih berkembang adalah urusan-urusan dunia.
KESIMPULAN
Khalifah berarti wakil atau pengganli nabi Muhammad setelah rasulullah
wafat, pengganti an i ni dalam urusan negara dan agama. Khalifah juga berarli
gelar kepala agama dan raja. Khalifah juga bermakna sebagai wakil Tuhan di
muka bumi yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau kepala negara.
Selanjutnya fungsi manusia di muka bumi sebagai khalifah. Istilah khalifah
perlama sekali di gunakan A I I ah saat penci ptaan nabi Adam dal am di al og-N
ya dengan M alai kat, sementara nabi M uhammad sendiri menggunakan istilah
ini dalam konteks pengganti an kepemi mpi nan setel ah bel i au tiada. Sejarah I
ahi rnya isti I ah khalifah dan i nslitusi khi I afah berawal saat terpi I i hnya Abu B
akar sebagai pemi mpi n mengganti kan nabi M uhammad sehari setelah rasul ul I
ah wafat. Sebagai perwakilan Tuhan di bumi dan sebagai pengganli tugas-tugas
keagamaan dan kenegaraan, maka ketaatan terhadap pemimpin terbat3s. Allah
memerint3hkan orang-orang beri man agar menthati Allah dan rasul-Nya dan
para pemimpin mereka, namun ketaatan tersebut selama tidak maksiat kepada
Allah dan rasul-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Dawam Rahardjo, M . Ensiklopedi al-Qur'an, Tafsir Sosial Berdasarkan
Konsep-Konsep Kunci. Jakarta: Paramadi na, 2002.
24
Imam A I-M awardi, Al-Ahkcim as-Sulthciniyyah, terj. Fadli Bahri, ( Jakarta : Darul
Falah, 2006), hal. 1.
54
Al-Idarah, Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2019
Ar!fin Zain: KhilOh dalam /slam
Ibn Khaldun.
Mukaddimah Ibn
Khaldun. Terj. A
hmadie Thoha.
Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2008.
Ibrahim al -Qurai bi .
Tarikh Khulafa.
terj. Faris
Khairul A nam.
Jakarta: Qisthi
Press, 2012.
Imam al-Bukhari.
Shahih Bukhari. Juz. VII.
Beirut: Dar al-Kutub al-
sIlmiyyah, tt.
Imam As-Suyuti.
Tarikh Khulafd.
terj. Samson
Rahman.
Jakarta: Pustaka
A I-Kautsar,
2003.
M uhammad al-Fatih
al-Bayanini. Al-
Madkhal ila 'Ilm
al-Dakwah.
Beirut: M
uassasah al-
Risalah, 1999.
Muhammad
Nashiruddin A I
-Bani . Shahih
Sunan An-Nasai.
Juz. II. terj.
Kama! uddin
Sa'diyatul
Haramain.
Jakarta: Pustaka
A zzam, 2009.
Muhammad
Nashiruddin A I
-B ani . Shahih
Sunan At-Tirmidzi.
Juz. II. tell
Fachrurrazi.
Jakarta: Pustaka
A zzam, 2006.
Quraish Shihab, M .
Membumikan al-
Qur'an: Fungsi
dan Peranan
Wahyu dalam
Kehidupan
Masyarakat.
Bandung: M
izan, 2006.
Quraish Shihab, M .
Tafsir Al-Mishbah. Juz. I.
Jakarta: Lentara Hali,
2005.
Tim Penyusun.
Ensiklopedi Islam.
Nina M .
Armando (et.al
I). Jakarta:
Ichliar Baru Van
Howe, 2005.
Tim Redaksi
Departemen
Pendidikan
Nasional. Kamus
BesarBahasa
Indonesia. Edisi
III, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005.
Al-Idarah, Vol. 3, No. 1,
Januari - Juni 2019 II 55