Anda di halaman 1dari 7

Membran Sel dan Faktor Yang Mempengaruhi

Muhammad Iqbal Fathurrohman

A24190043

Kelompok 2/ P7

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2021
PENDAHULUAN

Sel tumbuhan merupakan salah satu sel eukariotik. Sel tumbuhan memiliki
kemiripan bagian organel sel dengan sel hewan. Tetap saja ada yang membedakan
dari keduanya, pada sel tumbuhan terdapat plastida yang memiliki peran penting
dalam proses fotosintesis. Salah satu contoh jenis plastida adalah kloroplas. Selain
itu, terdapat organel penting seperti vakuola dan dinding sel (Rahmadi dan Febriani
2017). Dinding sel merupakan sel tumbuhan berfungsi mempertahankan bentuk sel
sehingga tetap pada bentuknya hanya mengalami turgid jika direndam sel
hipotonik(Campbell 2008) didalam (Rafika 2015). Dinding sel terbentuk dari selulosa
dan juga memiliki fungsi lain melindungi sitoplasma dan membran plasma dari
kerusakan mekanis.

Membran plasma atau membran sel merupakan lapisan luar yang membatasi
suatu ruangan; memelihara dan mempertahankan isi ruangan dalam; menyeleksi
keluar – masuk; sarana transport; mengatu perbedaan ion di dalam dan di luar
ruangan. Pada umumnya membran sel berfungsi untuk mengangkut
molekul masuk dan ke luar sel, transduksi sinyal, memertahankan bentuk sel
(integritas sel), dan interaksi sel dengan sel. Membrane bersifat permeable
terhadap sukrosa, karbon dioksida, sorbitol, asam asetat, dll. Membran sel memiliki
ciri ciri yaitu tipis, dan bersifat semipermeable.

Fungsi membrane sel adalah sebagai media tranpor bagi sel. Traspor
membrane sel itu sendiri merupalan pengangkutan molekul dari daerah konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi menggunakan atp atau sebaliknya. Proses ini dilakukan
untuk menajaga kesetimbangan molekul didalam sel. Terdapat 2 macam transpor
yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Tranpor aktif bergerak melawan gradien
konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk atp. Transpor pasif bergerak
tidak melalui membrane semipermeable dan tidan membutuhkan energi. Transpor
membrane sel sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang
dapat melewati membrane sel antara lain molekul hidrofobik seperti CO2 dan
molekul polar kecil (air, etanol) karena bersifat semipermeable. Molekul lain yang
bisa masuk adalah molekul polar yang berukuran besar seperti glukosa, ion, dan
substansi hidrofilik (Suharsono 2017).

15

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan
kimia terhadap permeabilitas membran.
Hasil Analisis dan Interpretasi Data

Praktikum komposisi kimia membrane sel dan faktor – faktor yang


mempengaruhi permeabilitas dilakukan dengan 10 perlakuan pengamatan nilai
ansorbansi dari cairan rendaman umbi bit gula yang telah diberi perlakuan pana, suhu
beku dan perlakuan perendaman senyawa kimia.

Tabel 1. Nilai absorbansi hasil perendaman umbi bit gula setelah mendapat
perlakuan

Varietas Nevada Varietas Sukamandi


No Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
Suhu
1 Kontrol 0.0021 0.0007 0.0017 0.0009
2 65oC 0.8895 0.7461 0.9110 0.8987

3 60oC 0.7120 0.6984 0.3622 0.2265

4 55oC 0.5781 0.6015 0.0687 0.0891

5 50oC 0.4271 0.4330 0.0316 0.0281

6 45oC 0.3321 0.2814 0.0059 0.0080

7 Beku 1.1044 1.0890 1.7131 1.6290


8 Metanol 1.5665 1.7677 1.8767 1.5622
9 Azeton 1.7171 1.6786 1.6567 1.8765
10 Benzen 1.1881 1.1002 1.1976 1.2421

1. Perlakuan suhu panas

Dari table dapat dilihat bahwa nilai absorban tertinggi pada perlakuan suhu
adalah suhu 65 derajat. Perlakuan tersebut pada varietas Nevada ulangan 1
menghasilkan nilai sebesar 0.8895 dan ulangan 2 sebesar 0.7461. Sedangkan pada
varietas sukamandi ulangan 1 menghasilkan nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar
0.9110 dan ulangan 2 sebesar 0.8987. Nilai absorban terendah berasal dari perlakuan
suhu 45 derajat. Perlakuan tersebut pada varietas Nevada ulangan 1 menghasilkan
nilai sebesar 0.3321 dan ulangan 2 sebesar 0.2814. Sedangkan pada varietas
sukamandi yang lebih rendah yaitu ulangan 1 sebesar 0.0059 dan ulangan 2 sebesar
0.0080.

Berdasarkan analisis hasil praktikum diperoleh bahwa semakin tinggi suhu


yang diberikan maka nilai absorban akan semakin besar. Nilai absorban berbanding
lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam suatu sampel, artinya semakin
banyak kadar zat yang terkandung didalamnya maka semakin banyak molekul yang
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu (Neldawati et.al 2013).
Suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan membran semakin rusak. Hal ini dikarenakan
semakin banyak isi dalam sel yang keluar karena protein penyusun membrane rusak.

2. Perlakuan beku

Perlakuan ini menghasilkan nilai absorban yang lebih tinggi dibandingkan suhu
panas. Nilai yang diperoleh dari varietas Nevada pada ulangan 1 sebesar 1.1044 dam
ulangan 2 sebesar 1.0890. sedangkan nilai yang diperoleh dari varietas sukamandi
pada ulangan 1 sebesar 1.7131 dan ulangan 2 sebesar 1.6290. Kemungkinan
membrane mengalami kerusakan yang lebih parah karena membran tidak tahan
terhadap suhu rendah.

3. Perlakuan Metanol, Azeton, Benzen

Nilai absorban ketiganya tertinggi diantara perlakuan yang lain. Metanol


mampu melarutkan membrane sel sehingga terjadi turgiditas dan isi sel keluar. Sama
seperti methanol, aseton juga merupakan pelarut yang baik sehingga dapat
memberikan kerusakan terhadap membrane sel. Perlakuan aseton mendapatkan
absorban yang cukup besar karena sel mengalami difusi ke luar sel. Berbeda dengan
nilai absorban benzene yang termasuk rendah. Hal ini dikarenakan benzene
merupakan pelarut yang tidak baik.

4. Perlakuan kontrol

Nilai absorban terendah dibanding semua perlakuan yang dilakukan. Air yang
termasuk molekul polar berukuran kecil dapat melewati membran sel. Hal ini
dikarenakan membrane sel bersifat semipermeable.

PERTANYAAN

1. Berdasarkan data yang ada, Perlakuan apa yang paling besar pengaruhnya
terhadap kerusakan membran? Perlakuan Metanol dan Aseton
2. Apa yang yang membedakan perlakuan fisika dan perlakuan kimia dalam
menyebabkan terjadinya kerusakan membaran sel? Perlakuan fisik seperti
perlakuan panas dan beku dapat menghasilkan kerusakan pada membrane sel
dengan suhu ekstrem(suhu yang tinggi dan suhu rendah)sedangkan perlakuan
kimia(aseton, benzene, methanol) dilihat dari sifat senyama tersebut sebagai
pelarut. Apakah termasuk senyawa dengan pelarut baik atau tidak.
3. Pada percobaan dengan suhu tinggi, pada suhu berapa kerusakan membrane
secara massif terjadi? Suhu 65° C
4. Apa yang menyebabkan perbedaan perlakuan suhu tinggi dengan perlakuan
suhu beku dalam percobaan ini? Semakin tinggi suhu yang diberikan maka nilai
absorbannya semakin tinggi pula, sehingga akan mengalami kerusakan
membrane sel dan isi sel akan keluar sebaliknya semakin rendah suhu yang
diberikan maka permeabilitas sel akan semakin tinggi dan absorber tinggi
mengakibatkan kerusakan membrane sel dan isi sel keluar.
5. Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan antara perlakuan suhu panas
(sebagai sumbu x) dengan kerusakan membran (sebagai sumbu Y)! Bagaimana
hubungan yang terjadi?
Hubungan keduanya berbanding lurus, semakin tinggi suhunya maka semakin
tinggi kerusakan membran

Varietas Nevada
1

0.8895
0.9

0.8
0.7461
0.712
0.6984
0.7

0.6015
0.5781
0.6

0.5
0.433
0.4271

0.4
0.3321
0.2814
0.3

0.2

0.1

0
45° C 50° C 55° C 60° C 65° C

Ulangan 1 Ulangan 2
Varietas Sukamandi
1
0.911
0.8987
0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4 0.3622

0.3
0.2265

0.2

0.0891
0.1 0.0687
0.0316
0.0281
0.008
0.0059
0
45° C 50° C 55° C 60° C 65° C

Ulangan 1 Ulangan 2

KESIMPULAN

Membran sel merupakan sarana transpot molekul dan ion yang bersifat
semipermeable. Perlakuan fisik dan kimia yang diberikan dapat memberikan
kerusakan pada membrane sel. Perlakuan fisik dapat berupa perlakuan suhu panas
dan dingin yang ekstrem. Semakin tinggi dan rendah suhu yang diberikan maka
semakin tinggi pula nilai absorban sehingga akan merusak membrane sel dan isi sel
keluar. Perlakuan kimia membuat membrane sel rusak karena sifat senyawa yang
diberikan sebagai pelarut yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anfa AAP. 2015. Komponen kimia membran sel dan faktor yang mempengaruhi
permeabilitas. Padang(ID).Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. 2013. Analisis nilai absorbansi dalam penentuan


kadar flavonoid untuk berbagai jenis daun tanaman obat. Jurnal Universitas
Negeri Padang. 2(1): 76 – 83.

Rafika A. 2015. Identifikasi miskonsepsi siswa pada subtopik struktur dan fungsi
organel sel menggunakan instrumen cri dan wawancara diagnostic. Jurnal
Unesa. 4(2): 908-912.

Rahmadi, Febriani H. 2017. Biologi Sel: Unit Terkecil Penyusun Tubuh Makhluk Hidup.
Medan(ID): CV. Selembar Papyrus.

Suharsono H. 2017. Transportasi Transmembran. Makalah Fakultas Kedokteran


Hewan. Universita Udayana, Fakultas Kedokteran Hewan.

Anda mungkin juga menyukai