Anda di halaman 1dari 21

1

MAKALAH
“HUBUNGAN TROFIK DALAM EKOSISTEM DAN SIKLUS
BIOGEOKIMIA”

Disusun oleh:
Nursamsiyah : F1071171040
Talina Arytha Jhandri : F1071171062

Dosen Pengampu:
Andi Besse Tenriawaru, S.Pd, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, hidayah, serta karuniaNya, kami bisa menyesaikan makalah yang berjudul
“Hubungan Trofik dalam Ekosistem dan Siklus Biogeokimia”.

Makalah “Hubungan Trofik dalam Ekosistem dan Siklus Biogeokimia”


merupakan makalah yang dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Andri Besse Tenriawaru, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Andi Besse Tenriawaru , S.Pd,
M.Pd karena dengan adanya tugas ini, wawasan serta pemahaman kami mengenai
mata kuliah Pengetahuan Lingkungan semakin bertambah

Kami selaku penyusun menyadari betul bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
peningkatan kualitas pada pembuatan makalah kedepannya.

Pontianak, 30 Maret 2021

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Belakang...............................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Hubungan Tingkatan Trofik dalam Suatu Ekosistem..................................3


B. Proses Daur Biogeokimia Berpengaruh dalam Ekosistem..........................6
C. Hubungan Antara Tingkatan Trofik pada Makhluk Hidup
dan Daur Biogeokimia dalam Suatu Ekosistem...........................................14

BAB III PENUTUP.........................................................................................16

A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Saran.............................................................................................................16

DAFTAR PUSAKA........................................................................................17
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tingkatan Trofik.............................................................................5


Gambar 2. Daur Air..........................................................................................8
Gambar 3. Daur Karbon dan Oksigen..............................................................9
Gambar 4. Daur Nitrogen.................................................................................11
Gambar 5. Daur Fosfor.....................................................................................12
Gambar 6. Daun Sulfur.....................................................................................13
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungan. Dalam ekosistem terdapat faktor biotik dan faktor abiotik
(Susilowati, Rahayuningsih, & Ridlo, 2016). Konsep ekosistem merupakan
konsep yang luas, fungsi utamanya di dalam pemikiran atau pandangan
ekologi merupakan penekanan hubungan wajib, ketergantungan, dan
hubungan sebab akibat, yaitu perangkaian komponen-komponen untuk
membentuk satuan-satuan fungsional. Ekosistem merupakan tingkat
organisasi biologi yang paling baik untuk teknik-teknik analisis sistem (Odum,
1996).
Hubungan timbal balik dalam suatu tak terlepas dari dua hal dasar dari
penyusun kehidupan, yakni adanya materi dan energi. Untuk mencapai
keseimbangan suatu ekosistem, kedua hal dasar ini harus dalam keadaan yang
seimbang pula. Materi atau unsur penyusun kehidupan mengalami proses
pendauran yang kita kenal dengan istilah daur biogeokimia. Biogeokimia
merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen
biosfer yang hidup dengan tak hidup. Sementara itu, energi yang mengalir
dalam suatu ekosistem dapat kita amati pada tingkat trofik makhluk hidup. Hal
ini karena, tingkatan trofik dalam ekosistem sangat dipengaruhi tingkatan
makhluk hidup, sumber energi, serta materi penyusun tubuh yang dimakan.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa tingkatan makhluk hidup sangat
menentukan sumber energi yang dimakan atau yang dihasilkan. Lalu,
bagaimana hubungan antara daur biogeokimia dan tingkatan trofik pada suatu
ekosistem?
Pemahaman terkait daur biogeokimia maupun tingkatan trofik dalam
suatu ekosistem penting untuk dipelajari mengingat manusia itu sendiri selaku
bagian dari suatu ekosistem. Peranan manusia selaku komponen biotik dengan
jumlah populasi yang besar akan memberi pengaruh yang signifikan bagi
kehidupan yang ada di bumi ini. Hal ini ditunjukan dengan kemampuan
manusia mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya
2

daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan


dengan melakukan penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat
menyebarkan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu
manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan
melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menjadi bukti
bahwa faktor manusia berpengaruh signifikan terhadap kehidupan flora dan
fauna di dunia ini.
Untuk itu, penulis akan membuat pembahasan mengenai “hubungan
antara tingkatan trofik dengan daur biogeokimia dalam ekosistem”.
Diharapkan agar para pembaca mendapatkan wawasan serta mampu
mengaplikasikan wawasan ini sebagai bentuk kesadaran manusia atas
peranannya dalam lingkungan (ekosistem).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan tingkatan trofik dalam suatu ekosistem?
2. Bagaimana proses daur biogeokimia berpengaruh dalam ekosistem?
3. Bagaimana hubungan antara tingkatan trofik pada makhluk hidup dan daur
biogeokimia dalam suatu ekosistem.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjawab
permasalahan berdasarkan topik yang diberikan yakni mengenai hubungan
antara tingkatan trofik pada makhluk hidup dan daur biogeokimia dalam suatu
ekosistem.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. HUBUNGAN TINGKATAN TROFIK DALAM SUATU EKOSISTEM
1. Energi
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.
Energi diperoleh organisme dari makanan yang dikonsumsinya dan
dipergunakan untuk aktivitas hidupnya. Hukum alam ini bagaikan proses
kehidupan yang abadi dan selalu dalam keadaan seimbang. Sebaliknya, bila
terjadi hukum terbalik maka keseimbangan alam akan terganggu, sehingga
sangat dimungkinkan akan terjadi kompetisi negatif. Bila kondisi ini
berlangsung lama dan sangat ekstrim, maka ada salah satu atau lebih
komunitas terganggu bahkan mati.
2. Aliran Energi
Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk kelangsungan
hidupnya. Misalnya, untuk tumbuh, bereproduksi, dan bergerak. Dalam
pemenuhan kebutuhan energi tersebut terjadi hubungan saling
ketergantungan energi di antara makhluk hidup yang berbeda. Dalam hal ini,
ada makhluk hidup yang berperan sebagai produser, konsumer, atau
dekomposer.
a. Produser
Produser merupakan makhluk hidup yang mampu menangkap
energi cahaya matahari untuk kegiatan fotosintesis sehingga dapat
menghasilkan materi organik yang berasal dari materi anorganik. Contoh
produser adalah tumbuhan hijau dan makhluk hidup fotosintesis lainnya.
Melalui produser tersebut energi yang berasal dari matahari mengalir ke
makhluk
hidup lainnya. Banyaknya energi cahaya yang dapat diubah menjadi
energi kimia oleh produser disebut produktivitas primer. Jumlah total
produktivitas ini dikenal sebagai produktivitas primer kotor (PPK).
Sebagian produk materi organik tersebut digunakan sebagai bahan bakar
bagi respirasi selularnya, sedangkan sebagian lagi disimpan di dalam
tubuh tumbuhan. Bagian materi organik yang disimpan itulah yang
dikenal sebagai produktivitas primer bersih (PPB). PPB merupakan
4

keseimbangan terhadap produktivitas primer kotor dikurangi energi


yang digunakan oleh produser untuk respirasi (Rs).

Selanjutnya, PBB dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh


konsumer atau makhluk hidup heterotrof (manusia dan hewan). Pada
umumnya, konsumer akan mensintesis kembali materi organik yang
diperoleh dan menyimpannya di dalm jaringan tubuh dalam bentuk
energi kimia. Produk itulah yang disebut dengan produktivitas
sekunder.
b. Konsumer
Konsumer merupakan makhluk hidup yang memperoleh energi
dalam bentuk materi organik. Misalnya, dengan cara memakan makhluk
hidup lainnya. Seluruh hewan tergolong konsumer. Berdasarkan
tingkatnya, konsumer dapat dibedakan atas konsumen primer, konsumen
sekunder, dan konsumen tersier. Konsumer primer atau herbivora adalah
konsumer yang secara langsung memakan tumbuhan. Konsumer
sekunder atau karnivora adalah konsumer yang memakan konsumer
primer. Konsumer tersier atau karnivora puncak adalah konsumer yang
memakan konsumen sekunder.
Beberapa hewan ada yang berperan sebagai karnivora pada suatu
waktu dan herbivora pada saat yang lain. Hewan demikian disebut
omnivora. Mereka dapat ditempatkan ke dalam tingkat trofik berbeda
bergantung pada materi yang dimakan pada saat itu. Produser dan
berbagai karnivora di dalam ekosistem dalam pemenuhan kebutuhan
makanan dikenal dengan istilah tingkat trofik.
c. Dekomposer
Dekomposer (pengurai) merupakan makhluk hidup yang
memperoleh makanannya dengan cara menguraikan senyawa-senyawa
organik yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati (bangkai).
Dalam hal ini, dekomposer berperan mengembalikan materi ke
5

lingkungan abiotik dan digunakan kembali oleh tumbuhan hijau. Contoh


dekomposer adalah jamur dan bakteri.
3. Tingkatan trofik
Salah satu bentuk aliran energi yaitu melalui peristiwa memakan dan
dimakan yang terjadi antara makhluk hidup yang membentuk suatu rantai
makanan atau bahkan jaring – jaring makanan. Bersamaan dengan bahan
organik, energi tersebut berpindah dalam suatu rantai makanan. secara
keseluruhan. Tingkatan trofik menggambarkan tahapan transfer material
atau energi dari setiap kelompok dalam suatu tingkat ke tingkat berikutnya,
yang dimulai dengan produsen primer, konsumen primer (herbivora),
sekunder, tersier, dan predator puncak. Pada dasarnya tingkat trofik (trophic
level) merupakan urutan tingkat pemanfaatan pakan atau material dan energi
seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan (food chain).

Gambar 1. Tingkatan Trofik


Siklus dalam rantai makanan dapat berjalan seimbang apabila semua
komponen tersedia. Apabila salah satu komponen, misalnya konsumen I
tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan
dalam rantai makanan tersebut. Agar rantai makanan dapat berjalan terus
menerus maka jumlah produsen harus lebih banyak dari pada konsumen I.
Jumlah konsumen I harus lebih banyak dari pada jumlah konsumen II dan
6

seterusnya. Kumpulan dari beberapa rantai makanan akan membentuk


jaring-jaring makanan (food webs).

B. PROSES DAUR BIOGEOKIMIA BERPENGARUH DALAM


EKOSISTEM
Daur atau siklus biogeokimia terjadi sebagai akibat dari peranan ketiga
tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Daur biogeokimia adalah siklus
unsur/senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan
kembali lagi ke komponen abiotik. Jadi di dalam ekosistem unsur-unsur dari
lingkungan mengalami perpindahan dan perubahan melalui organisme dari satu
tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya, kemudian kembali lagi ke
lingkungan abiotiknya.
Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui makhluk hidup saja,
tetapi melibatkan juga reaksi-reaksi kimia di dalam lingkungan abiotiknya.
Siklus ini terus-menerus berlangsung dalam suatu ekosistem, sepanjang
ekosistem tersebut bertahan dalam keserasian dan keseimbangan.
Makluk hidup maupun benda mati yang ada dibumi tersusun oleh materi.
Materi ini tersusun oleh antara lain: karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N),
Hidrogen (H), Belerang atau sulfur (S) dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia
tersebut dimanfaatkan oleh produsen untuk membentuk bahan organik dengan
bantuan energi matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan
organik yang dihasilkan adalah sumber bagi organisme. Proses makan atau
dimakan pada rantai makanan mengakibatkan aliran materi dari mata rantai
yang lain. Walaupun makluk dalam satu rantai makanan mati, aliran materi
masih tetap berlangsung terus. Karena mahluk hidup yang mati tadi diuraikan
oleh dekomposer yang akhirnya akan masuk lagi ke rantai makanan
berikutnya. Begitu selanjutnya terus-menerus sehingga membentuk suatu aliran
energi dan daur materi.
Biogeokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus,
antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem,
materi pada setiap tingkatan trofik tak hilang. Materi berupa unsur-unsur
penyusun bahan organik di daur ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam
7

komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut
melibatkan mahluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut daur
biogeokimia. Fungsi daur biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang
melibatkan semua unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di
bumi baik komponen biotik maupun abiotik, sehingga kelangsungan hidup di
bumi tetap terjaga.
Pendaurulangan unsur-unsur organik tersebut sangat penting bagi
kelangsungan hidup semua organisme. Hal itu disebabkan sumber unsur-unsur
sangat terbatas sehingga unsurunsur anorganik menjadi habis terpakai jika
digunakan secara terus-menerus. Unsur-unsur anorganik yang mengalami daur
biogeokimia tersebut, ada yang mengikuti daur edafik (yang dalam daurnya,
tidak pernah membentuk gas di udara) dan ada yang mengikuti daur atmosferik
(yang dalam daurnya mengalami fase berbentuk gas di udara). Berikut ini akan
diuraikan proses daur biogeokimia beberapa unsur-unsur anorganik penting,
antara lain:
1. Daur Air.
Semua organisme hidup memerlukan air untuk melakukan aktivitas
hidupnya. Oleh karena itu, ketersediaan air di lingkungan sangat mutlak
bagi organisme hidup. Hewan mengambil air, langsung dari air permukaan,
tumbuhan dan hewan yang dimakan, sedangkan tumbuhan mengambil air
dari air tanah dengan menggunakan akarnya. Manusia menggunakan
sekitar seperempat air tanah yang ada di daratan. Air keluar dari hewan dan
manusia berupa urin dan keringat, sedangkan pada tumbuhan melalui
proses transpirasi. Air sangat penting karena fungsinya sebagai pelarut
kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan osmotik sel, dan
bahan baku fotosintetis. Di alam daur air secara garis besar disajikan
sebagaimana terlihat dalam gambar ...
8

Gambar 2. Daur air (H2O)


Berdasarkan gambar 2, dapat dijelaskan bahwa semua tempat yang
terkena energi matahari (air laut, air danau, dan lain-lain.) akan menguap
termasuk pada tumbuhan dan hewan. Akibat tiupan angin, awan menuju
permukaan daratan. Pengaruh suhu yang rendah mengakibatkan terjadinya
kondensasi uap air menjadi titik-titik air hujan. Hujan turun di permukaan
bumi sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian dimanfaatkan oleh hewan
dan tumbuhan (yang tidak diserap akan menjadi mata air) sebagian lagi
mengalir ke sungai-sungai sampai laut. Setelah dimanfaatkan manusia,
hewan, dan tumbuhan dikeluarkan lagi dan menguap. Sedangkan air yang
ada di dalam tanah mengalir sampai laut semuanya berlanjut terus. Jika
terjadi ganguan daur air, misalnya illegal logging maka terjadi banjir dan
kegiatan distribusi tak lancar dan pada akhirnya bisa terjadi kekeringan
seperti di Indonesia.
2. Daur karbon dan oksigen.
Karbon dan oksigen juga penting bagi kehidupan seperti penyusun
materi dalam tubuh dan digunakan sebagai fotosintetis. Di alam daur ini
sebagai berikut: awalnya karbon dioksida diserap oleh tumbuhan melalui
fotosintetis dijadikan glukosa. Lalu, disusun menjadi amilum, kemudian
diubah menjadi senyawa gula yang lain, lemak, protein, dan vitamin. Pada
proses pernafasan tumbuhan, dihasilkan lagi karbondioksida dan oksigen.
9

Daur oksigen juga sama. Hewan makan tumbuhan dapat karbon lalu setelah
berjalannya waktu tubuh hewan dan tumbuhan mati dan diuraikan menjadi
karbon dioksida, air, dan mineral. Karbon tadi dilepaskan ke udara dan
seterusnya. Dari kedua unsur tadi yang paling panjang daurnya adalah
karbon.
Unsur karbon di atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO 2),
sedangkan unsur oksigen dalam bentuk gas oksigen (O 2). Konsentrasi
(CO2) di atmosfer diperkirakan 0,03 %. Karbon dioksida masuk ke dalam
komponen biotik melalui organisme fotoautotrof (tumbuhan hijau) dan
kemoautotrof (bakteri kemoautotrof) dalam proses fotosintesis dan
kemosintesis. Karbon kemudian tersimpan sebagai zat organik dan
berpindah melalui rantai makanan, respirasi dan ekskresi ke lingkungan.
Sedangkan, oksigen (O2) masuk ke komponen biotik melalui proses
respirasi untuk membakar bahan makanan, lalu dihasilkan karbon dioksida
(CO2). Daur karbon berkaitan erat dengan daur oksigen di alam ini secara
garis besar disajikan dalam Gambar 11.

Gambar 3. Daur Karbon


Berdasarkan gambar 3, dibuktikan bahwa daur karbon di alam
semesta berlangsung dan terjadi sesuai hukum alam dengan syarat seluruh
faktor pembentuk berlangsung optimal dan seimbang.
3. Daur Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur penyusun udara atau atmosfer yang
terbesar, yaitu sekitar 80%. Unsur ini merupakan penyusun senyawa
10

organik, khususnya protein. Meskipun ketersediaan nitrogen di udara


sangat melimpah, hewan dan tumbuhan tidak dapat mengambil langsung
dari udara. Hal itu disebabkan nitrogen bebas di udara terdiri atas molekul-
molekul dinitrogen (N2) yang stabil dan jumlah energi yang diperlukan
untuk memecah ikatan dinitrogen tersebut relatif besar. Nitrogen tersedia
bagi tumbuhan hanya dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3–).
Beberapa jenis tumbuhan (misalnya, tumbuhan polong-polongan atau
Leguminosae) dapat menggunakan nitrogen bebas dari udara karena
mereka hidup bersimbiosis dengan mikroorganisme prokariota, yaitu
bakteri dan Cyanobacteria, yang dapat mengikat (memfiksasi) nitrogen
bebas serta memecahnya menjadi senyawa nitrat (NO3–). Bakteri tersebut,
contohnya Rhizobium, terdapat di dalam bintil-bintil akar tumbuhan
Leguminosae.
Jika tumbuhan atau hewan mati, jaringan tubuhnya mengalami
pembusukan yang merupakan hasil kerja dekomposer (bakteri dan jamur
saprotrof). Salah satu hasil penting pembusukan adalah ammonia (NH3),
yaitu suatu senyawa nitrogen yang akan diendapkan ke tanah. Hasil
ekskresi hewan juga mengandung bahan-bahan buangan bernitrogen,
seperti ammonia, urea, dan asam urat yang juga didekomposisi oleh bakteri
tanah. Ammonia bereaksi dengan air (H2O) tanah membentuk garam-garam
ammonium (NH4+) yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrit (NO 3–) lalu
menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi kemosintesis, seperti Nitrosomonas
dan Nitrobacter. Dalam kondisi anaerob, nitrat dengan garam-garam
ammonium tersebut direduksi menjadi gas dinitrogen (N2) oleh bakteri
kemosintesis denitrifikasi. Bakteri denitrifikasi itu terdapat di tanah,
limbah, dan timbunan kompos. Nitrat diserap dan digunakan tumbuhan
untuk membentuk asam-asam amino yang diperlukan dalam sintesis protein
untuk pertumbuhan tumbuhan. Senyawa nitrogen yang terdapat pada
tumbuhan dapat berpindah ke hewan ataupun manusia melalui rantai
makanan.
Proses pengikatan nitrogen secara alami lainnya adalah melalui kerja
sinar ultraviolet di permukaan atmosfer dan dari kilat/ petir dalam kondisi
11

tekanan dan suhu yang tinggi serta adanya oksigen. Hasilnya adalah
senyawa nitrogen oksida, yaitu nitrat. Gambar di bawah akan menunjukkan
kepada Anda skema daur nitrogen di alam. Secara garis besar disajikan
dalam gambar ....

Gambar 4. Daur Nitrogen.


Berdasarkan gambar 4, ditunjukkan bahwa daur nitrogen akan
berlangsung secara alami di alam semesta ini. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi daur nitrogen di alam dapat direkayasa manusia
secara buatan. Secara buatan, manusia mengembangkan proses Haber-
Bosch untuk memfiksasi nitrogen. Dalam proses tersebut, gas dinitrogen
secara katalis direduksi menjadi ammonia dengan menggunakan gas
hidrogen dalam kondisi tekanan dan suhu tinggi. Ammonia merupakan
bahan dasar untuk pembuatan pupuk bernitrogen, sekitar 15% senyawa
nitrogen dalam pertanian dihasilkan dengan cara ini.
4. Daur Belerang.
Seperti halnya nitrogen, sulfur atau belerang merupakan salah satu
penyusun protein. Di alam, belerang terkandung di dalam tanah dalam
bentuk mineral tanah atau terdapat di udara dalam bentuk gas sulfur
dioksida (SO2). Gas sulfur dioksida terutama berasal dari gas gunung
berapi, pembakaran bahan bakar fosil berkadar belerang tinggi, peleburan
bijih yang mengandung senyawa belerang, dan dari pemrosesan bubur kayu
12

(pulp). Di udara, sulfur dioksida bereaksi dengan oksigen dan air


membentuk asam sulfat yang jatuh ke tanah, sungai, serta lautan dalam
bentuk ion-ion sulfat (SO42-) bersama air hujan. Selanjutnya, ion-ion sulfat
yang ada di dalam tanah diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk
mensintesis protein. Unsur belerang dalam tubuh tumbuhan akan berpindah
ke tubuh hewan dan manusia melalui rantai makanan. Ketika hewan dan
tumbuhan mati, bakteri-bakteri anaerob tanah mereduksi ion-ion sulfat dan
melepaskan gas hidrogen sulfida (H2S) yang berbau seperti telur busuk
serta sama beracunnya dengan sianida. Gas hidrogen sulfida yang lepas ke
udara bereaksi dengan oksigen membentuk gas sulfur dioksida, sedangkan
di dalam tanah hidrogen sulfida dioksidasi oleh bakteri tanah menjadi ion
sulfat dan senyawa sulfur oksida (SO). Untuk lebih jelasnya, coba Anda
lihat Gambar di bawah. Lebih jelas disajikan dalam gambar ...
Gambar 5. Daur Sulfur.

Berdasar gambar 5, dapat dijelaskan bahwa siklus sulfur akan


berlangsung terus di alam sepanjang seluruh komponen komunitas
pembentuknya tersedia dan berperan optimnal serta dalam kondisi
seimbang.
5. Daur Fosfor.
Fosfor merupakan unsur kimia yang jarang terdapat di alam dan
merupakan faktor pembatas produktivitas ekosistem, serta merupakan
unsur yang penting untuk pembentukan asam nukleat, protein, ATP dan
senyawa organik vital lainnya. Fosfor satu-satunya daur zat yang tidak
berupa gas, sehingga daurnya tidak melalui udara. Sebagian besar fosfor
mengalir ke laut dan terikat pada endapan di perairan atau dasar laut.
13

Begitu sampai di laut hanya ada dua mekanisme untuk daur ulangnya ke
ekosistem darat, salah satunya melalui burung-burung laut yang mengambil
fosfor melalui rantai makanan laut dan mengembalikan ke darat melalui
kotorannya kemudian masuk ke rantai makanan.
Fosfor merupakan bahan pembentuk tulang pada hewan. Semua
mahluk memerlukan sebagai pembentuk DNA, RNA, protein, energi
(ATP), dan senyawa organik lainnya. Daur fosfor lebih sederana dari pada
daur lainnya karena tidak melibatkan atmosfer. Lebih jelas di alam, daur
fosfor diilustrasikan dalam gambar ....

Gambar 6. Daur Fosfor.


Berdasarkan gambar 6, dapat dijelaskan bahwa daur fosfor di alam
terjadi secara alami sepanjang tidak ada campur manusia. Di dalam tanah
mengandung fosfat anorganik yang dapat diserap oleh tumbuhan.
Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumer sehingga fosfor berpindah ke
hewan. Tumbuhan dan hewan mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi
fosfat organik. Oleh bakteri fosfat tersebut diubah menjadi fosfat arorganik
yang dapat diserap tumbuhan dan seperti biasa akan terulang.
Berdasarkan penjabaran mengenai materi kimia yang berupa unsur -
unsur penyusun bahan organik dalam ekosistem, berpindah dari tingkatan
trofik yang satu dan yang lain dalam rantai makanan tanpa mengalami
pengurangan, melainkan kembali ke tempat semula. Unsur-unsur tersebut
masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah atau air. Perpindahan
unsur kimia dalam ekosistem melalui daur ulang yang melibatkan komponen
14

biotik dan abiotik ini dikenal dengan sebutan daur biogeokimia. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan antara komponen biotik dengan abiotik dalam
suatu ekosistem.
C. HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN TROFIK PADA MAKHLUK
HIDUP DAN DAUR BIOGEOKIMIA DALAM SUATU EKOSISTEM

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, makhluk hidup yang


terlibat dalam suatu proses rantai makanan memiliki tingkat trofik yang
berbeda-beda. Ada organisme yang berperan sebagai produser, konsumer
tingkat 1, konsumer tingkat 2, dan seterusnya sampai konsumer pada tingkatan
trofik paling tinggi. Ketika organisme pada tingkatan trofik yang tinggi mati,
maka jasadnya akan diuraikan menjadi unsur – unsur yang kemudian terlibat
dalam siklus biogeokimia.

Tubuh organisme tersusun atas materi dan energi. Materi membentuk


tubuh organisme, sedangkan energi memungkinkan organisme untuk
melakukan kerja selama makhluk hidup tersebut masih hidup. Materi ini akan
terlibat proses daur biogeokimia. Misalnya, ketika manusia mengeluarkan zat
sisa berupa CO2 dan uap air (H2O) dari hasil respirasi. Ketika zat sisa ini
dilepaskan, CO2 akan terlibat pada siklus karbon dan oksigen, sementara H 2O
akan terlibat dalam siklus air. Contoh lain, ketika tubuh manusia telah terurai,
maka setiap unsur – unsur penyusun tubuh manusia ini akan memasuki proses
siklus biogeokimia seperti daur nitrogen, daur sulfur, dan daur posfor. Materi
yang terlibat daur biogeokimia ini kemudian akan menyusun kembali tubuh
organisme, terutama organisme yang berkedudukan sebagai produser. Adanya
organisme produser yang tentunya membawa energi yang diserap serta tubuh
yang tersusun dari berbagai material, maka tubuh dan energi ini akan menjadi
penyusun organisme lain pada tingkatan trofik yang lebih tinggi, yakni
konsumer, melalui proses memakan dan dimakan. Proses memakan dan
dimakan ini tentu membentuk suatu proses yang kita kenal dengan istilah rantai
makanan maupun jaring – jaring makanan.

Apabila dalam proses daur biogeokimia maupun proses memakan dan


dimakan ini mengalami suatu ketimpangan dalam suatu ekosistem, maka akan
15

mengganggu kesetimbangan dari ekosistem dan berujung pada kerusakan


lingkungan. Contoh, ketika manusia melakukan perburuan besar – besaran
terhadap burung elang yang menjadi predator alami bagi ular, maka populasi
ular di ekosistem tersebut akan meningkat dan berujung pada invasi ular ke
pemukiman manusia sebagai mana yang terjadi di Bojong Gede, Bogor.
Contoh lain, ketika tumbuhan yang menjadi sumber mencari makan maupun
bernaung satwa liar dieksploitasi oleh manusia (baik itu dijual maupun
dikonsumsi), maka satwa pada tingkatan trofik yang lebih tinggi akan terancam
kepunahan. Karena selain eksploitasi berlebihan secara langsung pada suatu
spesies hewan selaku konsumer, kepunahan juga disebabkan eksploitasi besar-
besaran pada organisme yang berperan sebagai produsen (menempati tingkatan
trofik yang paling bawah). Mengingat, peran serta organisme lain dalam
kelancaran daur biogeokimia begitu penting agar lingkungan terjaga.

BAB III
PENUTUP
16

A. Kesimpulan
1. Terdapat dua unsur dasar penyusun tubuh, yaitu materi dan energi.
2. Materi dan energi yang terdapat dalam suatu ekosistem terlibat dalam proses
daur biogeokimia dan rantai makanan dari organisme pada tingkat trofik
yang berbeda.
3. Organisme pada tingkat trofik yang rendah (tumbuhan), mampu menyerap
energi serta membuat makanan sendiri dengan menyerap unsur dari dalam
tanah. Tubuh dari organisme produsen ini kemudian dikonsumsi oleh
organisme – organisme pada tingkatan trofik yang lebih tinggi sebagai
sumber materi dan energi bagi tubuh mereka melalui proses yang disebut
rantai makanan.
4. Dalam suatu ekosistem, organisme berperan penting dalam daur
biogeokimia. Misalnya, ketika tubuh manusia telah terurai, maka setiap
unsur – unsur penyusun tubuh manusia ini akan memasuki proses siklus
biogeokimia seperti daur nitrogen, daur sulfur, dan daur posfor. Materi yang
terlibat daur biogeokimia ini kemudian akan menyusun kembali tubuh
organisme, terutama organisme yang berkedudukan sebagai produser.
5. Apabila dalam proses daur biogeokimia maupun proses memakan dan
dimakan ini mengalami suatu ketimpangan dalam suatu ekosistem, maka
akan mengganggu kesetimbangan dari ekosistem dan berujung pada
kerusakan lingkungan.
B. Saran
Untuk selanjutnya, semoga mahasiswa Pendidikan Biologi dapat terlibat
langsung dalam pembinaan kegiatan konservasi agar didapat pengalaman
langsung mengenai dampak ketidakseimbangan lingkungan.

DAFTAR PUSAKA
17

Audesirk, T., Audesirk, G., & Byers. (2017). Biology : Life on Earth with
physiology. New Jersey : Pearson.

Campbell, et al. (2014). Biology 10th Edition. Boston:Pearson.

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/53025/mod_resource/content/1/
Materi%20energi%20dan%20daur%20biogeokimia.pdf
Odum, E.P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Susilowati, E. Rahayuningsih, M. & Ridlo, S. (2016). Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Ekologi SMA dengan Strategi Outdoor Learning. Unnes
Science Education Journal . 5 (1): 1091 – 1097.

Anda mungkin juga menyukai