Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana cara agar birokrasi/Aparatur Sipil Negara terhindar dari praktik

korupsi?

Berbicara tentang korupsi, tentunya hal itu sudah menjadi hal umum yang
sering didengar oleh masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, berdasarkan data
dari KPK terkait perkara “tindak pidana korupsi berdasarkan modus” pada tahun
2017 terdapat 121 kasus, pada tahun 2018 terdapat 199 kasus, dan pada tahun
2019 sebanyak 145 kasus, dan berdasarkan data dari Global Corruption
Barometer Asia, Negara Indonesia menempati peringkat 3 sebagai negara
terkorup. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah prestasi buruk bagi negara
Indonesia. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa angka atau kasus terjadinya
korupsi di Indonesia masih tergolong besar, dan tentu hal tersebut mencerminkan
bagaimana sistem birokrasi yang bekerja di Indonesia, sehingga sudah tidak aneh
jika masyarakat umum di Indonesia sering mengeluhkan, dan mengkritik sistem
birokrasi yang ada di Indonesia. Selain hal tersebut, berdasarkan data serta
pemaparan materi yang dijelaskan dalam online learning dari
Akademiantikorupsi.org bahwasannya salah satu kasus korupsi yang paling
sering terjadi ialah melibatkan para birokrat, yang mana berdasarkan data pada
tahun 2018 dari lembaga akademiantikorupsi.org bahwa dari 1087 kasus korupsi
yang terjadi, 375 diantaranya melibatkan ASN/PNS, dengan adanya hal tersebut
tentunya trust antara pemerintah dan masyarakat bisa terganggu.

Sehingga, berdasarkan hal tersebut tentunya diperlukan tindakan-tindakan


preventif atau pencegahan agar birokrasi/Aparatur sipil negara terhindar dari
praktek korupsi. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat terlebih dahulu terkait
pengertian tentang “Korupsi”, yang mana menurut hukum positif (UU No 31 Tahun
1999 jo UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
adalah “perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang
melanggar hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara”. Dari pengertian tersebut
terdapat beberapa kunci yang bisa digunakan sebagai bentuk pencegahan agar
ASN bisa terhindar dari korupsi, adapun kata kunci tersebut ialah “Memperkaya
diri sendiri atau orang lain” dan “merugikan keuangan negara”. Istilah korupsi itu
sendiri tentunya sangatlah luas, sehingga terdapat beberapa delik dalam kasus
korupsi ini, yang mana salah satunya ialah penyuapan, yang mana berdasarkan
UU Tipikor dalam pasal 5 UU 20/2001 penyuapan merupakan kegiatan atau
perilaku “memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau memberi sesuatu
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan
dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya”. Dengan kata lain, penyuapan merupakan
pemberian atau janji pemberian sesuatu kepada pejabat Negara /Pemerintah
dengan imbalan agar Pejabat Negara/Pemerintah melakukan sesuatu yang
seharusnya tidak dilakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan. Berdasarkan data penyuapan merupakan perkara tindak
pidana korupsi berdasarkan modus yang kasusnya paling besar. Pada tahun 2017
terdapat 93 kasus, pada tahun 2018 sebanyak 168 kasus dan pada tahun 2019
terdapat 119 kasus.
Untuk menghilangkan Korupsi dari sistem birokrasi yang ada Indonesia,
merupakan hal yang sangat sulit dilakukan dan diwujudkan di negara kita. Dimana
kita tahu sendiri jejak historis Korupsi yang terjadi di dalam sistem birokrasi
Indonesia merupakan potret perjalanan kelam Orde Lama. Di Indonesia, hampir
setiap pemilihan kepala negara tak luput dari kesungguhan meneropong apa
komitmen yang diberikan oleh calon kepala negara untuk memberantas korupsi.
Menurut Kelompok kami cara yang paling ampuh agar birokrasi/Aparatur Sipil
Negara terhindar dari praktik korupsi?
- Mempertegas aturan, hukum atau regulasi terkait tindak pidana korupsi
(TIPIKOR), seperti diantaranya melampirkan hukum fisik yang tersurat dalam
UU seperti: Pelaku korupsi dengan delik penyuapan, akan dihukum fisik
berupa eksekusi pemotongan anggota badan (Tangan) - hukuman mati
tergantung pengaruh dari tindakan dari pelaku tersebut. Sehingga dengan
adanya hal ini orang-orang yang memiliki niat korupsi tentunya akan merasa
terancam dengan adanya aturan seperti ini.
- Kemudian dengan perkembangan teknologi sekarang, dikenal dengan istilah
yang disebut dengan “AI” atau Artificial Intellegence. AI merupakan
kecerdasan buatan adalah sistem komputer yang mampu melakukan tugas-
tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Kenapa AI menjadi
solusi? tentunya manusia merupakan makhluk yang diberikan kelebihan oleh
Tuhan yang maha kuasa dimana manusia diberikan emosi serta hati yang
senantiasa memandu mereka dalam kehidupannya, dengan adanya hal
tersebut manusia tidak bisa ditentukan baik buruknya dengan mudah,
sebagaimana contohnya “Uang, harta, dan tahta” merupakan keinginan
manusia secara umum, sehingga seringkali untuk memenuhi hal diatas
manusia sering melupakan perilaku etis yang telah ditetapkan sebelumnya.
Oleh karena itu, dengan adanya AI ini atau kecerdasan buatan bisa
memprogram sesuatu agar sesuai dengan aturan yang berlaku mulai dari
laporan keuangan, pengaduan masyarakat, serta hal-hal lainya yang rentan
terkait korupsi.

Lampiran data :

Daftar Pustaka :
https://www.kpk.go.id/images/pdf/lampiran_laptah_2019/14.-
PENINDAKAN.pdf
https://editornews.pikiran-rakyat.com/berita/pr-1311040417/indonesia-raih-
tiga-besar-di-global-corruption-barometer-asia-2020
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6247a037c3a/bentuk-
bentuk-tindak-pidana-korupsi/
https://www.kompasiana.com/baniaziz/54f852e3a333112b5e8b4b02/kpk-
diantara-korupsi-suap-dan-gratifikasi-kolusi-ada-dimana#:~:text=Suap%20adalah
%20pemberian%20atau%20janji,melakukan%20sesuatu%20yang%20seharusnya
%20dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai