Anda di halaman 1dari 59

ASUHANKEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE DI

RUANG PERAWATAN I RSU BHAYANGKARA PALU


TAHUN 2021

Proposal penelitian
Oleh:
SITI RAHAYU BIDARNINGSIH DG TIJA
NIM.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POlITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN
KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATANPALU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk diuji oleh Tim Penguji Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III
Keperawatan Palu.

Nama :
Nim :

Palu,
Pembimbing I

LindanurSipatu, S.Kep., Ns., MM


Nip.

Palu,
Pembimbing II

Ismunandar, S.Kep., Ns., M.KesNip

Mengetahui,Ketua Prodi D-III


Keperawatan

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposalinitelahdiperiksadandisetujuioleh Tim
pengujiPoltekkesKemenkesPalujurusanKeperawatan Prodi D-III
KeperawatanPalupadatanggal ….. 2021.
Nama :
Nim :

Palu,Penguji I

………………………..
…………………………

Palu,
Penguji II

……………………………
……………………………….
Palu,
Penguji III

……………………………
……………………………….
Mengetahui,
Ketua Prodi D-III Keperawatan

…………………………………………
………………………………………..

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ...........................................................1
B. RumusanMasalah ......................................................3
C. Tujuan Penelitian ........................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepDiare…………………………………………. .5
1. Definisi……………………………………………. 5
2. Etiologi……………………………………………. 7
3. ManifestasiKlinis…………………………………. 9
4. PatofisiologidanPenyimpangan KDM……………. 10
5. Komplikasi…………………………………………. 13
6. Penatalaksanaan……………………………………. 14
B. KonsepDasarAsuhanKeperawatanDiare …………......... 23
1. PengkajianKeperawatan…………………………... 23
2. DiagnosaKeperawatan…………………………….. 32
3. IntervensiKeperawatan…………............................ 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................ 40
B. LokasidanWaktuStudiKasus …………………….. 40
C. SubjekStudiKasus ..................................................40
D. Definisi Operasional........................................................ 41
E. InstrumenStudiKasus………………………………....... 43
F. MetodePengumpulan Data............................................... 44
G. Analisis DatadanPenyajian Data...................................... 46
H. Etika Penelitian ........................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar3.1 Pe nyimpangan KDM …………………………………….. 12

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlahkebutuhancairanrehidrasioral selama 4 jam pertamamenurut


usia .................................................................. 7
1.2

Penanganandehidrasiringan/sedangdenganoralitsesuaiusia…………
…………………………...................................................... 18

vi
DAFTAR LAMPRAN

Lampiran 1 : SuratPengusulanJudul Proposal

Lampiran 2 : SuratPengambilan Data Awal

Lampiran 3 : LembarPersetujuanMenjadiResponden

Lampiran 4 : LembarKonsul

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair, dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih

dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat berisi

atau tanpa desertai lendir dan darah.Diare bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari

(Kemenkes RI 2017).

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan

dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini

sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).

Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit

ini (World Health Organization (WHO), 2017).

Tahun 2018 di Indonesia jumlah penderita diare Balita yang dilayani di

sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 atau 40,90% dari perkiraan diare di

sarana kesehatan. Target cakupan pelayanan penderita Diare semua umur (SU)

yang datang ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita

Diare SU (Insidens Diare SU dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja

dalam waktu satu tahun). Insiden diare semua umur secara nasional adalah

270/1.000 penduduk (Rapid Survey Diare tahun 2015). Terjadi 10 kali kejadian

luar biasa (KLB) Diare pada tahun 2018 yang tersebar di 8 provinsi, 8

kabupaten/kota. Jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orangcase

1
fatality rate (CFR 4,76%). Angka kematiancase fatality rate (CFR) saat KLB

Diare diharapkan <1%. Tahun 2018 angkacase fatality rate(CFR) saat KLB

masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 case fatality rate(CFR)

pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan tahun 2018case fatality rate(CFR)

diare saat KLB mengalami peningkatan di banding tahun 2017 yaitu menjadi

4,76% (Kemenkes RI,2019).

Berdasarkan pedoman pengendalian penyakit Diare, penanggulangan

penyakit Diare dibagi atas 2 (dua) kategori yaitu pada balita dan semua

umur.Cakupan pelayanan penderita diare semua umur selama 5 tahun berturut-

turut sejak tahun 2015 - 2019 cenderung menurun dan belum mencapai target.

Capaian cakupan kasus diare dilayani tahun 2018 untuk semua umur dilayani

sebesar 73,48 % menurun menjadi 64,16% pada tahun 2019. Cakupan

pelayanan untuk semua umur yang tertinggi dicapai oleh Kabupaten Buol

(87,5%), sedangkan capaian terendah dicapai oleh Kabupaten Banggai Laut

(34,9%). Demikian pula cakupan pelayanan diare pada balita yang diharapkan

100% ternyata cakupan tertinggi dicapai oleh Kabupaten Buol sebesar 67,5%

dan cakupan terendah oleh Kabupaten Morowali Utara sebesar 29,7 %.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan dengan melakukan

observasi di RSU Bhayangkara Palu di dapatkan data rekam medik jumlah

pasien yang menderita Diare di ruang perawatan 1 pada bulan oktober sampai

desember 2020 yaitu 47 pasien, bulan Oktober 15 pasien,November 20

pasien,dan Desember12 pasien.

2
Berdasarkan latar belakang diatas dan melihat banyaknya pasien yang

menderita Diare maka penulis tertarik untuk mengambil judul, “Asuhan

Keperawatan Pada Anak denganDiare Di Ruang Perawatan I Rumah Sakit

Umum Bhayangkara Palu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut didapat rumusan masalah dari kasus

tersebut adalah “Bagaimanakah AsuhanKeperawatanpada Anak dengan Diare

di Ruang Perawatan I Rumah Sakit UmumBhayangkara Palu?”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan Diare di Ruang

PerawatanI di RSU Bhayangkara Palu.

2. Tujuan khusus

a. Untukmelakukanpengkajian keperawatan pada anakdengan diare secara

komprehensif.

b. Untukmerumuskan diagnosis keperawatan pada anak dengan diare.

c. Untukmelakukan rencana keperawatan pada anak dengan diare.

d. Untuk melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan prioritas

masalah pada anak dengan diare.

e. Untukmelakukanevaluasi keperawatan yang telah di lakukan pada anak

dengan diare.

3
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Poltekes Kemenkes Palu

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hasil

peneitian yang di lakukan dan sebagai tambahan referensi pada pepustakaan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan

Prodi Keperawatan Palu.

2. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan mayarakat dalam meningkatkan kualitas

hidup dan pencegahan terhadap Diare.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di aplikasikan bagi semua

perawat atau tenaga kesehatan dalam upaya penerapanAsuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Diare khususnya di RSU Bhayangkara Palu.

4. Bagi Peneliti

Memperolehpengalaman dalam mengimplementasikanAsuhan

Keperawatan pada Anak dengan Diare.

5. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan sebagai pedoman dan acuan atau tolak ukur

keberhasilan yang dicapai untuk peneliti lain dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan

konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses berair dari

biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar

yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).

Diare adalah buang air besar (defakasi) dengan tinja bebentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain

memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali per hari.

Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.Penularan

diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita

diare atau melalui makanan/ minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen

yang berasal dari tinja manusia/ hewan atau bahan muntahan penderita dan

juga dapat melauli udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital

atau oral-anal (Amin. Hardhi, 2015: 194).

Diare dapat di klasifikasikan berdasarkan:

a. Lama waktu Diare :

1) Akut : Berlangsung kurang dari 2 minggu.

2) Kronik : Berlangsung lebih dari 2 minggu.

5
b. Mekanisme patofisiologis: osmotic atau sekrotik dll

c. Berat ringan diare: kecil atau besar.

d. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi.

e. Penyebab organic atau tidak: organic atau fungsional.

Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada

anak (Amin. Hardhi, 2015: 194).

Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral Selama 4 Jam Pertama Menurut Usia


Usia S/d 4 Bulan 4-12 B 12-2 2-5
ulan Tahun Tahun
BB < 6 Kg 6 - < 12 10 - < 12 12-19
Kg Kg Kg
Jumlah cairan rehidrasi 200-400 Ml 400- 700-900 900-
oral 700 Ml Ml 1400 Ml
Table 1.1 Jumlah kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama
menurut usia

2. Etiologi

Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi

dalam dua golongan yaitu sebagai berikut (Wijayaningsih (2017):

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella,

salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B.

Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang

disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan

makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis

(ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa dingin dan

sebagainya.

6
2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus

dan jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:

1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan

mineral.

2) Kurang kalori protein.

3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2017), penyebab dari

diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi

bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie).

Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite:

cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides protozoa (Entamoeba

histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida

albicous), Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan

makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau

Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua

tahun.

7
b. Faktor malabsorbsi

1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa)

dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa).

Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.

2) Protein.

3) Lemak.

4) Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang

matang.Makanan yang terkontaminasi, jauh lebih mudah

mengakibatkan diare pada anak dan balita (Suharyono, 2008: 256).

5) Factor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapt

menyebabkan diare kronis.Tetapi jarang pada balita, umumnya terjadi

pada anak yang lebih besar.

3. Manifestasi klinis

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkinmeningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.Tinja makin

cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, wama tinja berubah

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.Karena seringnya

defekasi, anus dan sekitarya lecet karena tinja makin lama menjadi asam

akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang

tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

8
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.Bila penderita telah

banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, diantaranya

berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit

berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering (Kapita Selekta

Kedokteran, 2002; Ngastiyah. 2015: 111).

4. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM

a. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus

meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga

usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus, isi rongga

usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

Ketika gangguan motalitas usus, terjadinya hipeperistaltikakan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare dapat juga dapat terjadi, akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan

asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian

9
mengeluarkan toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare ( Titik Lestari , 2016: 99).

10
b. Penyimpangan KDM

Infeksi Makanan Psikologis

Berkembang di usus Toksis tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air dan Hiperperiltastik Malabsorpsi KH,


elektrolit lemak dan protein

Isi ususPenyerapan makanan Peningkatan osmotic


di usus menurun

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Hilang cairan dan elektrolit Kerusakan integritas Mual muntah


Berlebihan kulit perianal

Gangguan ketidakseimbangan Asidosis metabolic nafsu makan menurun


Cairan dan elektrolit

Dehidrasi sesak Ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran
Kekurangan volumegas
cairan

Resiko syok
Nanda 2015

11
5. Komplikasi

Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit

mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120

kali/menit).

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogam).

d. Hipoglikemia.

e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim laktose.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).

h. Gagal ginjal akut.

i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik). Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan

medis yang adekuat dapat mengakibatkan kematian (Ngastiyah, 2016).

Sedangkan menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2015)

komplikasi diare diantaranya :

1) Dehidrasi 1) Ringan (≤5% BB) 2) Sedang (≤5%-10% BB) 3) Berat

(≤10%-15% BB).

2) Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan

menyebabkan TD menurun)

12
3) Hipokalemia

4) Hipoglikemia

5) Kejang

6) Malnutrisi

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang

perlu diperhatikan.

a) Jenis cairan

(1) Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte

(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infuse

b) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan

yang dikeluarkan.

c) Jalan masuk atau cairan pemeberian

(1) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan

diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan

NaHCO3, KCL, dan glukosa.

(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)

selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai

beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat

ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan

cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

13
d) Jadwal pemberian cairan Diberikan 2 jam pertama,selajutnya

dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung

keburtuhan cairan.

(1) Identifikasi penyebab diare.

(2) Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti

mortilitas dan sekresi usus, antimetik.

b. Pengobatan dietetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan

kurang dari 7 kg jenis makanan :

1) Susus (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah adan

asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau sejenis

lainnya).

2) Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak

tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan

misalnya susus yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang

berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2016).

c. Penatalaksanaan keperawatan

1) Bila dehidrasi masih ringan Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1

gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan mengandung

elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan

garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu

sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus

14
muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde.

Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan

cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter).

Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar

terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi

dehidrasi.

2) Pada dehidrasi berat Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk

mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah

cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:

a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse

yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu

memantaunya.

b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.

c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,

encer atau sudah berubah konsistensinya.

d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah

bibir dan selaput lendir mulut kering.

e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan

makan lunak atau secara realimentasi (Ngastiyah, 2016).

15
Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C sebagai

berikut:

1) Rencana terapi

Penanganan diarea rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentan 4

aturan perawatan di rumah :

a) Beri cairan tambahan

(1) Jelaskan pada ibu, untuk

(a) Beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali

pemberian.

(b) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air

matang sebagai tambahan.

(c) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau

lebih cairan berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur,

air tajin). Atau air matang.

(2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6

bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan

kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian lain yang harus

diberikan setiap kali anak berak.

(a) Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak.

(b) Umur 1 sampai 5 tahun : 100sampai 200 ml setiap kali

berak.Katakan kepada ibu:

 Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari

mangkuk / cairan / gelas.

16
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian

lanjutkan lagi lebih lambat.

 lanjutakan pemberian cairan tambahan sampai diare

berhenti.

2) Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit.Berikan oralit di

klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Tabel 1.2
Umur ≤ 4 bulan 4 - ≤12 bulan 1 - < 2 tahun 2-<5
Berat < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
Jumlah 200-400 400 - 700 700 - 900 900 - 1400
Sumber : MTBS, 2016

a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama

(1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari

pedoman diatas.

(2) untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,

berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.

b) Tunjukan cara memberikan larutan oralit

(1) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas

(2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi

lebih lambat.

(3) Lanjutkan ASI selama anak mau.

c) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut.

17
(1) Umur <6 bulan : 10 mg/hari

(2) Umur ≥6 bulan : 20 mg/hari

d) Setelah 3 jam

(1) Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat dehidrasinya.

(2) Pilih rencana terapi yang seusuai untuk melanjutkan pengobatan.

(3) Mulai memberi makan anak.

e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobyatan selesai

(1) Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah

(2) Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah

untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.

(3) Beri oralit yang cukup untuk dehidrasi dengan menambahkan 6

bungkus lagi

(4) Jelas 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).

3) Rencana terapi C

Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaitu dengan :

a) Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum,

beri oralit melalui mulut sementara infuse dipersipakan.

b) Periksa kembali anak setiap15-30 menit. Jika nadi belum teraba,

beri tetesan lebih cepat.

c) Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum:

biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga

tablet Zinc.

18
d) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.

Klasifikasi dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk

melanjutkan pengobatan.

e) Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas

untuk pemebrian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).

f) Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara

meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam

perjalanan menuju klinik.

g) Jika perawat sudah terlatih mengunakan pipa orogastik untuk

rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa

nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120

ml/kg).

h) Periksa kembali anak setiap1-2 jam:

(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan

lebih lambat.

(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak

untuk pengobatan intravena.

i) Sesudah 6 jam, perriksa kembali anak. Klasifikasi dehidrasi.

Kemudian tentukan rencana terapi sesuai (A, B, atau C) untuk

melanjutkan pengobatan (Ngastiyah, 2014).

Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare

a) Pastikasn semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet

Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.

19
b) Dosis tablet Zinc (1 tablet – 20 mg). berikan dosis tunggal selama

10 hari.

(1) Umur < 6 bulan : . tablet

(2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet

c) Cara pemberian tablet Zinc

(1) Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh

(tablet akan larut) 30 detik), segera berikan kepada anak.

(2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian

tablet Zinc, ulangi pemeberian dengan cara memberikan

potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis

penuh.

(3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama

10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti, karena Zinc

selain member pengobatan juga dapat memberikan

perlindungan terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan

4) Pemberian antibiotik pada penderita diare


Antibiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai

suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada

penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus,

akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen

saluran cerna. Antibiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa

usus sehingga meningkatkan respons imun alami (innate

immunity).Antibiotik menghasilkan ion hidrogen yang menurunkan

20
pH usus dengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat

pertumbuhan bakteri pathogen.

Antibiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif

diare akut.Hal ini berdasarkan perannya dalam menjaga keseimbangan

flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.Probiotik aman dan

efetif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada anak (Yonata,

2016).

5) Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia

sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan

nutrisi akan bertambah jika, pasien mengalami muntah-muntah atau

diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan

tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat

timbul komplikasi.

Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makan yang

menyebabakan malabsorbsi harus dihindarkan.Pemberian makanan

harus mempertimbangkan umur berat badan dan kemampuan

anakmenerimanya.Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan

makanan biasa, di anjurkan makan bubur tanpa sayuran pada saat masih

diare, dan minum teh.besoknya jika kondisinya telah membaik boleh

diberi wortel, daging yang tidak berlemak (Nagstiyah,2015).

21
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses suatu pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2015).

Tahap pengumpulan data terdiri dari:

a. Pengumpulan data

1) Tipe data

Tipe data pada pengkajian ada 2 yaitu:

a) Data subjectif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau

dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan

mual.

b) Data objectif

Yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan,

dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna

kulit.

2) Karakteristik data

Pengumpulan data klien memiliki karakteristik:

a) Lengkap

Seluruh dapat di perlukan untuk mengidentifikasi masalah

keperawatan klien.

22
b) Akurat dan nyata

Dalam pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah faham

c) Relevan

Perkataan data yang komprehensif biasanya banyak sekali yang

harus di kumpulkan, sehingga menyita waktu perawat dalam

mengidentifikasi.

b. Pengkajian keperawatan pada pasien Diare pada anak meliputi:

1) Riwayat keperawatan

a) Keluhan Utama

Buang air besar lebih dari 3 kali sehari.BAB kurang dari 4 kali

dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi).Buang air besar 4-

10 kali dengan konsistensi encer/cair (dehidrasi

ringan/sedang).Buang air besar lebih dari 10 kali (dehidrasi

berat).Bila diare berlangsung < 14 hari adalah diare akut.Bila

berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten(Christy,

2016).

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami:

(1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan

kemungkinan timbul diare.

23
(2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dandarah.

Warna tinja berubah menjadi kehijauan karenabercampur

empedu.

(3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena seringdefekasi

dan sifatnya makin lama makin asam.

(4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

(5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

eletrolit,maka gejala dehidrasi mulai tampak.

(6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi

dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine

sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine

dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)(Christy, 2016).

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

(1) Riwayat riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi

campak. Diare ini lebih sering terjadi dan berakibat berat bdan

pada anak-anak dengan campak atau yang menderita campak

dalam 4 minggu terakhir, yaitu akibat penurunan kekebalan pada

pasien.

(2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik)

karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare menurut

Axton dalam (Susilaningrum et al., 2018).

(3) Riwayat penyakit yang sering pada anak berumur di bawah 2

tahun biasanya batuk, panas, pilek, serta kejang yang terjadi

sebelum, selama, atau setelah terjadinya diare. Hal ini untuk

24
melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare,

seperti OMA, faringitis, bronko pneumonia, tonsillitis, ensefalitis

menurutSuharyono dalam (Susilaningrum et al., 2018).

(4) Riwayat nutrisi menurut Depkes RI dalam (Susilaningrum et al.,

2018).

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang

dapat menular ke anggota keluarga lainnya.Dan juga makanan yang

tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak.Riwayat

keluarga melakukan perjalanan ke daerah tropis (Christy, 2016).

e) Riwayat Nutrisi

Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare,

meliputi:

(1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan

sangatmengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.

(2) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air

masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang

tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.

Perasaan haus.Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus

(minum biasa).Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus

ingin minum banyak.Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas

minum atau tidak bisa minum (Christy, 2016).

c. Pemeriksaan Fisik

25
1) Keadaan umum

a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar

b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel

c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar

2) Berat badan

Menurut S Partono 2017 dalam Nursalam (2008), anak yang

mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami

penurunan berat badan, sebagai berikut:

(% ) Kehilangan Berat Badan


Tingkat dehidrasi Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
Sumber : Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Nursalam 2008

3) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-

ubunnya biasanya cekung.

b) Mata

Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak

matanya normal.Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang

kelopak matanya cekung (cowong).Sedangkan apabila mengalami

dehidrasi berat, kelopakmatanya sangat cekung.

c) Hidung

26
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung,tidak

sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.

d) Telinga

Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.

e) Mulut dan Lidah

(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah

(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering

(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering

f) Leher

Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidakada

kelainan pada kelenjar tyroid.

g) Thorak

(1) Jantung

(a) Inspeksi

Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.

(b) Auskultasi

Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare

dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien

normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat

biasanya pasien mengalami takikardi dan bradikardi.

(2) Paru-paru

(a) Inspeksi

27
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal,diare

dehidrasi ringan pernapasan normal hinggamelemah,

diare dengan dehidrasi berat pernapasannyadalam.

(3) Abdomen

(a) Inspeksi

Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.

(b) Palpasi

Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada

pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik,pada

pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.

(c) Auskultasi

Biasanya anak yang mengalami diare bising

ususnyameningkat.

(4) Ekstermitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)

normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare

dehidrasiringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada

anakdehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba

dingin,

sianosis.

(5) Genitalia

Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perludi

lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

28
4) Pemeriksaan diagnostic

a) Pemeriksaan laboratrium

(1) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum.

Biasanya penderita diare natrium plasma > 150

mmol/L,kalium > 5 mEq/L.

(2) Pemeriksaan urin

Diperiksa berat jenis dan albuminurin.Eletrolit urin

yangdiperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri

menunjukkanadanya ketosis (Suharyono, 2018).

(3) Pemeriksaan tinja

Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah

ionnatrium, klorida, dan bikarbonat.

(4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa

Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan

kadarprotein leukosit dalam feses atau darah

makroskopik(Longo, 2013). pH menurun disebabkan

akumulasi asam atau kehilangan basa (Suharyono, 2018).

(5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dandicurigai

infeksi sistemik ( Betz, 2016).

29
b) Pemeriksaan Penunjang

(1) Endoskopi

(a) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2,

jika dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia.

Dilakukan jika pasien mengalami mual dan muntah.

(b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan

perdarahan segar melalui rectum.

(c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk

semuapasien jika pada pemeriksaan feses dan darah

hasilnyanormal, yang bertujuan untuk menyingkirkan

kanker.

(2) Radiologi

(a) kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak

cocokmenjalani kolonoskopi.

(b) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di

curigaimengalami penyakit bilier atau prankeas.

(3) Pemeriksaan lanjutan

30
(a) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam

berpuasaakan mengidentifikasi penyebab sekretorik dan

osmotic dari diare.

(b) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang

dicurigaimembutuhkan sampel feses dan serologi

(Emmanuel,2015).

2. Diagnosis Keperawatan

a. Pengertian

Diagnosis keperawatan adalah suatu kenyataan yang di jelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

membatasi, mencegah dan merubah.

b. Tujuan diagnosis keperawatan

Tujuan diagnosis keperawatan yaitu untuk mengidentifikasi:

1) Masalah dimana ada respon klien terhadap status kesehatan atau

penyakit.

2) Faktor-faktor yang menunjang atau yang menyebabkan suatu

masalah.

3) Keampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

c. Unsur perumusan diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan dapat di rumuskan melalui tiga unsur yaitu:

1) Masalah (problem)

31
Tujuan penyataan menjelaskan status kesehatan atau masalah

kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

2) Etiologi ( penyebab)
Faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau

mempengaruhi perkembangan masalah.

3) Definsi karakteristik

Data-data subjectif dan objectif yang di temukan sebagai komponen

pendukung terhadap diagnosis keperawatan aktual dan resiko

(Nursalam, 2015: 90).

d. Diagnosis keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare

menurut NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:

1) Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses

infeksi,inflamasi, iritasi, malabsorbsi.

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairanaktif, kegagalan mekanisme regulasi.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan

dengan faktor biologis, faktor psikologis,ketidakmampuan mencerna

makanan, ketidakmampuanmengabsorpsi nutrien.

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atausering

BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi,perubahan

turgor, penurunan imunologis.

32
5) Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan

diare,intoleransi makanan, malnutrisi.

6) Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait

penyakit,kurang kontrol situasi.

7) Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status

kesehatan,gejala terkait penyakit (Supriyadi, bayu, H, 2013 dalam

NANDA 2015).

3. Intervesi Keperawatan

Adalah kerangka (daftar) atau rancangan intervensi yang komprehensif

untuk mencapai kriteria hasil dengan kerangka waktu yang di tentukan.

Komponen rencana keperawatan:

a. Diagnosa keperawatan.

b. Kriteria hasil (tujuan).

c. Intervensi keperawatan.

Mengurangi atau meminimalkan masalah kesehatan, meningkatkan

kekuatan dan perilaku sehat serta membantu pasien mencapai kriteria hasil

yang di tetapkan (Nursalam, 2015).

a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,

iritasi, malabsorbsi.

Tujuan :

Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses dari usus.

Kriteria hasil :

1) Secara konsisten mengeluarkan feses paling tidak 3 kali per hari.

33
2) Secara konsisten minum cairan secara adekuat.

3) Secara konsisten mengkonsumsi serat secara adekuat

Intervensi :

1) Evaluasi efek samping pengobatanterhadapgastrointestinal.

2) Anjurkan pasienuntuk menggunakanobat antidiare.

3) Evaluasi intakemakanan yangdikonsumsisebelumnya.

4) Identifikasi factor penyebab diare(misalnya, bakteri).

5) Berikan makanandalam porsi kecil danlebih sering sertatingkatkan

porsisecara bertahap.

6) Monitor tanda dangejala diare.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

kegagalan mekanisme regulasi.

Tujuan :

1) Keseimbangan cairan didalam tubuh pasien tidak terganggu.

2) Ketersediaan air didalam tubuh pasien tidak terganggu.

Kriteria hasil :

1) Tekanan darah tidak terganggu.

2) Denyut nadi perifer tidak terganggu.

3) Intake dan output seimbang dalam 24 jam.

4) Berat badan stabil.

5) Turgor kulit baik.

6) Membran mukosa lembab.

Intervensi :

34
1) Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa lembab, denyut

nadi adekuat).

2) Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien.

3) Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori

harian.

4) Kolaborasi pemberian cairan IV.

5) Monitor status nutrisi.

6) Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien.

7) Monitor tanda-tanda vital.

8) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna

makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.

Tujuan :

1) Nutrisi pasien dapat terpenuhi.

2) Jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien

adekuat.

Kriteria hasil :

1) Asupan makanan adekuat.

2) Asupan cairan seimbang.

3) Rasio berat/tinggi badan tidakmenyimpang dari rentang normal.

Intervensi:

1) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan.

35
2) Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

3) Atur diet yang diperlukan (yaitu, menyediakan makana protein tinggi,

menambah atau mengurangi kalori, menambah atau menurangi

vitamin, mineral).

4) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk

memenuhi persyaratan gizi.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering

BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,

penurunan imunologis.

Tujuan :

Keutuhan dan fungsi kulit pasien tidak terganggu

Kriteria hasil :

1) Integritas kulit tidak terganggu.

2) Suhu kulit tidak terganggu.

3) Elastisitas terjaga.

4) Hidrasi tidak terganggu.

5) Perfusi jaringan tidak terganggu.

Intervensi :

1) Monitor kehilangan cairan (misalnya, muntah, diare).

2) Tingkatkan intake asupan cairan per oral.

3) Pastikan bahwa larutan intravenayang mengandung.

4) elektrolit diberikan dengan aliran yangkonstan dan sesuai.

36
e. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare,

intoleransi makanan, malnutrisi.

Tujuan :

1) Pengeluaran feses pasien tidak terganggu.

2) Saluran pencernaan pasien mampu untuk mencerna, dan menyerap

nutrisi dari makanan.

Kriteria hasil :

1) Pola eliminasi normal.

2) Warna feses normal.

3) Feses lembut dan berbentuk.

4) Suara bising usus normal.

Intervensi :

1) Monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk,

volume, dan warna, dengan cara yang tepat.

2) Monitor bising usus.

3) Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat.

4) Monitor adanya tanda dan gejala diare, konstipasi.

f. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,

kurang kontrol situasi.

Tujuan :

Rasa nyaman pasien tidak terganggu.

Kriteria hasil :

1) Intake makanan seimbang.

37
2) Intake cairan tidak terganggu.

3) Mual dan muntah berkurang atau hilang.

4) Diare berkurang atau hilang.

Intervensi:

1) Yakinkan keselamatan dan keamanan klien.

2) Peluk dan beri kenyamanan pada bayi atau anak.

3) Identifikasi orang terdekat klien yang bisa membantu klien.

g. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala

terkait penyakit.

Tujuan :

Tidak merasakan cemas.

Kriteria hasil :

1) Tidak ada Perasaan gelisah.

2) Tidak ada peningkatan frekuensi nadi.

Intervensi :

1) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyenangkan.

2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien.

3) Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

4) Identifikasi tingkat kecemasan.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif.Metodepenelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus.Metode penelitian

deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang

sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010).Hasil yang

diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada anak

dengan diare di Ruang Perawatan 1 RSU Bhayangkara Palu Tahun 2021.

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2021di ruang

perawatan I RSUBhayangkara. Waktu penerapan asuhan keperawatan ini

dimulai sejak pasien pertama kali masuk Rumah Sakit sampai pulang atau di

rawat minimal 2 hari.

C. Subjek Studi Kasus

Partisipan dalam penelitian ini adalah yang memiliki criteria sebagai berikut:

a. Pasien dan orangtua yang bersedia sebagai partisipan.

39
b. Pasien anak yang berumur > 12 bulan.

c. Pasien dengan masalah diare tidak disertai dengan penyakit lainnya.

d. Pasien yang dirawat diruang Perawatan 1 RSU Bhayangkara Palu

Tahun 2021.

e. Pasien anak dengan diare yang dirawat minimal 2 hari perawatan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang di dasarkan pada

karakteristik yang dapat di observasi dari apa yang sedang di definisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat di amati dan yang dapat di

uji dan di tentukan kebenarannya oleh orang lain (Sibagariang, dkk, 2015).

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan dalam praktik

keperawatan yang di berikan secara langsung kepada pasien dengan melalui

tahapan sebagai berikut:

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

b. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah suatu kenyataan yang di jelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan

40
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan membatasi,

mencegah dan merubah.

c. Intervensi

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien, keluarga,

dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan

guna mengatasi masalah yang dialami klien.Perencanaan merupakan suatu

petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

d. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu

klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus

dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi

yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan

saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan

melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan

kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan

41
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya

tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.

Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai

dari pengkajian ulang (reassessment).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi

feses.Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari

biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar

yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

formatpengkajiankeperawatan, diagnosis keperawatan, perencananaan

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat

pemeriksaan fisik yang terdiri dari stetoskop, termometer, timbangan, pen

light, dan tongue spatel, meteran. Pengumpulan data dilakukan dengan

caraanamnesis, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien,identifikasi

penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,pemeriksaan

fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual,lingkungan

tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan programpengobatan.

2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,data,

masalah, dan etiologi.

42
3. Format diagnosis keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekammedik, diagnosis keperawatan, tanggal dan paraf

ditemukannyamasalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.

5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekam medik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan,

implementasikeperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi

keperawatan.

6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekammedik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan, evaluasi

keperawatan,dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)

artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.Triangulasi teknik

berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan

observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber

data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi

daripasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu

43
juga mengobservasi tanda-tanda terjadinya dehidrasi seperti anak lesu,rasa

haus pada anak, turgor kulit abdomen, mata cekung, bibir, mukosamulut,

lidah kering dan respon tubuh terhadap tindakan apa yang telahdilakukan.

2. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien denganmetoda

mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, sepertimelakukan

pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbangberat badan.

3. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data

pengkajian seperti, identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan

sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan

activity daily living.Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin (format pengkajian

yang disediakan).Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari

wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.Meskipun

dapatunsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan

mengarah sehingga wawancara ini bersifat fleksibelitas dan tegas.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumenbisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dariseseorang.

Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumahsakit untuk

44
menunjang penelitian yang akan dilakukan yaitu datalaboratorium

pemeriksaan pH, pemeriksaan darah lengkap,pemeriksaan tinja,

pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan kadar natriumserum, pemeriksaan

urin dan pemeriksaan klinis lainnya.

G. AnalisaData dan Penyajian Data

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan studi

dokumen dituliskan dalam bentuk asuhan keperawatan.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori:

Data yang dibuat dalam bentuk asuhan keperawatan oleh peneliti sesuai

dengan topik penelitian yang berfokus pada tindakan keperawatan.Data

objektif dianalisa berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik dan

dibandingkan dengannilai normal.

3. Penyajian data

a. Data yang disajikan secara tekstural/ narasi dan dapat disertai dengan

cuplikan ungkapan verbal dari subyek penelitian yang merupakan data

pendukungnya. Kerahasiaan responden harus tetap diperhatikan.

b. Table untuk pengkajian, analisa data, diagnose, perencanaan,

implementasi dan catatan perkembangan.

4. Kesimpulan

45
Data yang disajikan selanjutnya di bahas dan dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya dan teori-teori yang mendukung.Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induktif.Pembahasan

dilakukansesuai dengan tahapan asuhan keperawatan pengkajian,

diagnosa, perencanaan tindakan dan evaluasi.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada Direktur RSU Bhayangkara untuk mendapatkan persetujuan, dan

kemudian asuhan keperawatan dijalankan ke subjek yang diteliti dengan

menekankan pada masalah etika yang meliputi (Alimul, 2002:41).

1. Informed Concent (lembar persetujuan)

Sebelum melakukan penelitian maka akan di edarkan lembar persetujuan

untuk menjadi responden, dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka

responden harus menanda tangani lembar persetujuan dan jiak responden

bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

46
DAFTAR PUSTAKA

Christy. (2016). Faktor yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi.Jurnal


berkala. Epidemiologi, Vol, 2. No. 3, 209-318.
Depkes RI., Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI: 2016
Djitowiyono, Sugeng (2015). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.
Yogyakarta: Mutia Medika.
Emmanuel, Anton & Inns, Stephen. 2015. Gastroenterologi dan Hepatologi.
Jakarta: Erlangga.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Diakses tanggal 18


februari 2021.www.pusdatin.kemkes.go.id.

Kemenkes RI. 2019. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2019. Jakarta:
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Nursalam, Susilaningrum, R. & Utami, R 2018: Asuhan Keperawatan Bayi


dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiah, 2015, Kapita selekta Kedokteran.Jilid 2.Edisi ke 3. Jakarta: FK UI
press.pp78-88.
Nurarif, A. H., & Kusuma.H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Media
Action.
Ngastiah. 2016. Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.

Nuarif Amin Huda & Kusuma Hardhi.(2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan


berdasarkan Diagnosa Nanda NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Olfah, Yustiana, and Abdul Ghofur. "Dokumentasi Keperawatan." Pusat


Pendidikan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan-
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Kemeknes RI, Jakarta (2016).

Profil Kesehatan Sulawesi Tengah Tahun 2019.Diakses tanggal 8 februari 2021


www.dinkees.sultengprov.go.id.
Suharyono. 2008. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.

Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Mutia Medika.

Wijayaningsih, K. S (2017).Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans


Info Media.
WHO [World Health Organization]. 2017. Diarhoeal disease. Genevas WHO

Yonata, A & Farid, A. F. 2016.Penggunaan Prebiokit Sebagai Terapi Diare.


Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Majornity Volume 5 Nomor. 2.
Dari: http://jukeunila.com/wp.content/uploads/2016/04/5.2-agus-fathul-
donepdf. diakses tanggal 8 februari 2021

2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONCENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ……………………………………………….
Jenis kelamin : ……………………………………………….
Usia : ……………………………………………….
Alamat : ……………………………………………….
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

Setelah memperoleh penjelasan dan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan


memahami tentang tujuan, manfaat dan resiko yang mungkin timbul dalam
penelitian ini, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:

“ Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa Medis Diare di Ruang


Perawatan I RSU Bhayangkara Palu Tahun 2021”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Palu, Maret 2021


Yang menyatakan

(………………........)
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Kepada Yth:
Calon Resoponden
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswi jurusan D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu:
Nama : Siti Rahayu Bidarningsih Dg Tija
Nim : …………………………………..
Akan mengadakan penelitian dengan judul: “Auhan Keperawatan Pada
Anak dengan Diare di ruang Perawatan I RSU Bhayangkara Palu”

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu


sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang Bapak/IBu berikan
meruipakan tanggung jawab kami untuk menjaganya.Jika Bapak/Ibu bersedia
ataupun menolak untuk menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi
Bapak/Ibu ataupun keluarga.

Jika Bapak/Ibu telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang merugikan,
maka Bapak/Ibu diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi
dalam penelitian ini.

Apabila Bapak/Ibu meneytujui, maka mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk


menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden.Atas perhatian dan
kesediaan Bpak/Ibu sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Palu, Maret 2021


Peneliti

(Siti R. B. dg tija)

Anda mungkin juga menyukai