Anda di halaman 1dari 49

Pengantar Ekonomi Pembangunan

TEORI-TEORI
EKONOMI
PEMBANGUNAN
Teori Klasik Pembangunan
A. Linear stage of growth models  3 Teori
(model pertumbuhan tahapan linier).

B. Theories and patterns of structural change


(kelompok teori dan pola-pola perubahan struktural).
C. The international dependence revolution
( revolusi ketergantungan internasional).

D. The neoclassical – free market counterrevolution


(kontra revolusi pasar bebas neoklasik).
A. Model Pertumbuhan Tahapan Linier

1. Teori W. W. Rostow
2. Model Pertumbuhan Harrod Domar
3. Pertumbuhan Ekonomi Modern – Kuznet
1. Model Tahapan Linier Rostow
1. Teori Walt W. Rostow:
“perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat
dijelaskan dalam suatu tahapan yang harus dilalui oleh semua negara.”
 Lima tahapan ekonomi:
I. Tahapan masyarakat tradisional.
II. Tahapan pra-kondisi lepas landas.
III. Tahapan lepas landas.
IV. Tahapan menuju kematangan ekonomi.
V. Tahapan konsumsi masal yang tinggi.

Teori Rostow pada mulanya merupakan artikel yang dimuat dalam economic
journal bulan Maret 1956 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam
bukunya berjudul “The Stage of Economic Growth” thn 1960.
I. Tahapan Masyarakat Tradisional

 Masyarakat menggunakan cara produksi yang terbatas


dan relatif primitif.
 Sebagian besar merupakan sektor pertanian.
 Tidak terjadi mobilitas sosial secara vertikal.
 Kebijakan pemerintah pusat yang dipengaruhi oleh
tuan-tuan tanah.
II. Tahapan Pra-Kondisi Lepas Landas

 Masa transisi mencapai pertumbuhan untuk terus


berkembang  pertumbuhan ekonomi.
 Dibedakan menjadi dua:
1. Pra kondisi tinggal landas dilakukan dengan
merombak masyarakat tradisional.
 Timur Tengah, Asia, Afrika.
2. Dilakukan tanpa merombak masyarakat tradisional.
 AS, Kanada, Australia, Selandia Baru.
III. Tahapan Lepas Landas

 Berlangsung perubahan masyarakat yang sangat drastis.


 Pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pertumbuhan
penduduk.
 Ciri-ciri negara pada tahap lepas landas:
1. Kenaikan penanaman modal  imbas dari kenaikan
tabungan di masyarakat.
2. Adanya perkembangan yang tinggi dari satu atau
beberapa sektor industri.
3. Adanya dasar politik, sosial, dan institusi yang
menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.
IV. Tahapan Kematangan Ekonomi

 Masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi


dalam sebagian besar proses produksi.
 Ciri-ciri negara pada tahap kematangan ekonomi:
1. Peranan sektor industri semakin penting, peranan
sektor tradisional menurun. Keahlian masyarakat
bertambah.
2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan berubah.
V. Tahapan Konsumsi Masal yang Tinggi

 Perhatian masyarakat pada masalah konsumsi dan


kesejahteraan.
 Tujuan masyarakat pada tahap konsumsi tinggi:
1. Memperbesar kekuasaan ke luar negeri.
2. Menciptakan welafare state  kemakmuran yang
merata melalui sistem pajak progresif.
3. Konsumsi barang-barang mewah lebih besar dari
konsumsi kebutuhan pokok.
Kritik terhadap Teori Rostow
 Kuznet:
1. Kriteria untuk setiap tahap tidak cukup nyata
bedanya (ambigu).
2. Proses pembangunan di berbagai negara memiliki
ciri yang berbeda.
3. Pembangunan bukan merupakan proses yang
otomatis berkembang dari satu tahap ke tahap
berikutnya, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor
pendorong atau penghambat pembangunan, serta
campur tangan negara maju.
2. Model Tahapan Linier Harrod-
Domar
2. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar:
“agar perekonomian di negara berkembang dapat tumbuh
dalam jangka panjang (steady growth), maka untuk memacu
pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi baru.”
 Asumsi:
1. Perekonomian full employment dan barang modal digunakan
secara penuh.
2. Perekonomian 2 sektor  RT dan perusahaan.
3. Tabungan proporsional dengan pendapatan nasional.
4. MPS, COR, dan ICOR tetap.

Domar mengemukakan teorinya pertama kali pada tahun 1947 dlm


jurnal “American Economic Review” sdg Harrod telah
mengemukakan nya pada tahun 1939 dlm Economic Journal.
MPS, COR, dan ICOR
 MPS (Marginal Propensity to Save)
 Besarnya penambahan tabungan ketika pendapatan
bertambah  MPS = ∆S/∆Y
 COR (Capital Output Ratio/ Rasio Modal Output)

 Perbandingan modal (K) dengan output (Y)


 k = K/Y
 ICOR (Incremental Capital Output Ratio/ Rasio
Pertambahan Modal Output)
 Perbandingan penambahan modal dengan
penambahan produksi  ∆K/∆Y
Keterbatasan Teori Harrod-Domar (1)
1. MPS dan ICOR tidak konstan
Menurut Teori H-D kecendrungan untuk menabung (MPS) dan ICOR di
asumsikan konstan padahal kenyataannya kedua hal tersebut mungkin
sekali berubah dalam jangka panjang dan ini berarti memodifikasi
persyaratan2 pertumbuhan yang mantap yang diinginkan

2. Proporsi penggunaan Tenaga Kerja dan Modal tdk tetap


Asumsi bahwa tenaga kerja dan modal dipergunakan dalam proporsi
yang tetap tidak lah dapat dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja
dapat menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak lebih
mulus kearah lintasan pertumbuhan yang mantap.

MPS (Marginal to Save – kecenderungan untuk menabung)


ICOR (Inceremental Capital Output Ratio – Ratio pendapatan modal
output)
Keterbatasan Teori Harrod-Domar (2)

3. Harga tdk akan tetap konstan


Model Harrod-Domar ini mengabaikan perubahan2 harga pd umumnya,
pdahal perubahan harga selalu terjadi di setiap waktu dan sebaliknya
dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil.

4. Suku Bunga Berubah


Asumsi bahwa suku bunga tidak mengalami perubahan adalah tidak
relevan dengan analisis yang bersangkutan. Suku bunga dapat berubah
dan pada akhirnya akan mempengaruhi investasi
Kritik terhadap Model Harrod Domar

1. Investasi dan tabungan yang tinggi belum cukup


untuk memacu pertumbuhan.
2. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan, terutama di negara berkembang.
Seperti: adat istiadat, ketergantungan terhadap pihak
asing atau negara maju, dan masalah sosial.
3. Model Tahapan Linier Kuznet
3. Pertumbuhan Ekonomi Modern – Kuznet:
“pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas
produksi jangka panjang  akibat adanya kemajuan
teknologi, institusi, dan ideologi.”
 6 Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Modern:
1. Pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang
tinggi.
2. Kenaikan produktivitas.
3. Transformasi struktur ekonomi yang tinggi.
4. Transformasi struktur sosial dan ideologi yang tinggi.
5. Negara maju cenderung menjangkau dunia.
6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi.
B. Model Perubahan Struktural
Teori Perubahan Struktural:
“memusatkan perhatian pada mekanisme transformasi
struktur perekonomian dari pertanian tradisional ke
modern (industri dan jasa).”
 Teori:
1. W. Arthur Lewis
 surplus tenaga kerja dua sektor.
2. Hollis B. Chenery
 pola-pola pembangunan.
B. Model Perubahan Struktural
1. Teori Lewis:
 Teori Tradisional dan Modern
 Proses pembangunan daerah pedesaan dan perkotaan.
 Perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor:
1. sektor tradisional (pertanian, pedesaan)
 kelebihan penduduk  surplus tenaga kerja.
2. sektor modern (industri, perkotaan)
 produktivitas tinggi dan tempat menampung
kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian.
Asumsi Teori Lewis

1. Adanya surplus tenaga kerja (TK) di pedesaan.


2. Setiap TK memiliki tingkat yang sama dalam
menghasilkan output.
3. Upah di perkotaan lebih tinggi dan konstan.
4. Pertumbuhan sektor modern terus berlangsung hingga
surplus TK di pedesaan terserap seluruhnya di sektor
modern.
Kritik Teori Lewis

 Asumsi yang dipakai tidak sepenuhnya sesuai dengan


kondisi di negara berkembang:
 produktivitas TK tidak sama, upah TK di perkotaan
cenderung meningkat, surplus TK di perkotaan
(pengangguran) karena perbedaan skill, dan adanya
pelarian modal (capital flight) ke luar negeri.
2. Model Perubahan Struktural
2. Teori Hollis – Chenery:
 Analisis Pola Pembangunan (Patterns of Development
Analysis).
 Meneliti pola pembangunan sejumlah negara
berkembang dengan berbagai tingkat pendapatan per
kapita, dalam kurun waktu cukup panjang (cross
section-time series).
 Pembangunan merupakan proses pertumbuhan dan
perubahan yang dapat diamati, dengan ciri-ciri pokok
yang sama di semua negara.
Teori Hollis – Chenery
 Identifikasi karakteristik /faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembangunan:
(1) Jumlah dan jenis sumber daya alam.
(2) Rangkaian kebijakan dan sasaran yang ditetapkan
pemerintah.
(3) Tersedianya modal (fisik dan manusia) dan teknologi.
(4) Kondisi lingkungan perdagangan internasional.
 Keberhasilan pembangunan yang berkesinambungan
 dipengaruhi kebijakan yang diambil pemerintah
Model perubahan struktural dari Hollis B. Chenery mengenali
beberapa ciri proses pembangunan negara berkembang,
termasuk :

 Pergeseran dari produksi pertanian ke industri


 Pemupukan modal fisik dan manusia yg berkelanjutan
 Perubahan permintaan konsumen dari kebutuhan dasar ke
berbagai barang dan jasa
 Pertumbuhan kota dan industri karena migrasi dari pedesaan
dan pertanian
 Menurunnya besarnya keluarga dan pertumbuhan penduduk
C. Revolusi Ketergantungan Internasional

1. Model Ketergantungan Neo-kolonial


 Keadaan yang tidak seimbang antara negara kaya
dengan negara miskin pada sistem ekonomi kapitalis
dunia.
2. Model Paradigma Palsu
 Saran para ahli dari negara maju untuk negara
berkembang terlalu canggih, namun tidak tepat bagi
negara berkembang.
3. Tesis Pembangunan-Dualistik
 Dunia bermasyarakat ganda (terbagi menjadi dua
kelompok besar): negara miskin dan kaya, daerah
miskin dan kaya, penduduk miskin dan kaya.
Lanjutan: Tesis Pembangunan Dualistik

1. Dualistik Sosial
 sistem asli pribumi dan sistem yang diimpor dari
luar negeri.
2. Dualistik Teknologi
 sektor modern (padat modal) dan tradisional
(padat karya).
3. Dualistik Keuangan/Finansial
 Dua kelompok pasar uang: (1) bank dan lembaga
keuangan; (2) lembanga non-bank.
4. Dualistik Daerah/Regional
 perbedaan pembangunan antar daerah (contoh:
Indonesia Barat dan Timur)
D. Kontra-Revolusi Neoklasik

 “keterbelakangan negara berkembang bersumber


dari buruknya alokasi sumber daya yang
diakibatkan dari intervensi pemerintah dan
kebijakan –kebijakan pemerintah yang tidak
tepat.”
 Pembangunan dilakukan dengan cara swastanisasi
perusahaan negara, pasar bebas, dan mengurangi
intervensi pemerintah.
a. Teori J. Schumpeter

 Pengusaha berperan dalam menciptakan inovasi


(produk dan teknologi) yang mendukung
pembangunan (perluasan pasar).
 Sistem kapitalisme merupakan sistem yang
paling baik dalam mendukung pembangunan.
b. Teori Pembangunan Seimbang
 Keberhasilan pembangunan karena investasi yang lebih
besar daripada sebelum proses pembangunan dimulai 
Big Push Theory
 Rosenstein-Rodan:
percepatan pembangunan dilakukan dengan industrialisasi
di daerah yang kurang berkembang  pemerataan
pendapatan.
 Nurkse:
pembangunan seimbang di berbagai industri untuk
memutus lingkaran kemiskinan.
 Scitovsky:
adanya saling ketergantungan antar berbagai industri.
Kritik Pembangunan Seimbang

 Fleming dan Hirschman:


pembangunan seimbang menimbulkan
eksternalitas (sektor tradisional terpuruk)
 Lewis dan Singer:
perlu adanya keseimbangan pembangunan antara
sektor tradisional dengan modern.
Pembangunan Tidak Seimbang

 Hirschman dan Streeten:


terdapat sektor yang berperan sebagai pemimpin
(leading sector) yang kemudian akan berdampak
kepada sektor lain.

 Lebih cocok untuk negara berkembang karena


adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki
negara berkembang.
Pengantar Ekonomi Pembangunan

STRATEGI
PERTUMBUHAN DAN
PEMBANGUNAN
EKONOMI
Faktor Utama Pertumbuhan dan
Pembangunan Ekonomi :
 Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk
atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada
tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber
daya manusia.
 Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja.
 Kemajuan teknologi.
1.Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian
dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan
tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.
Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku
dalam rangka meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik
memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa-masa
mendatang.
Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus
dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut
investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial.
Contoh: pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik,
persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas
komunikasi, peningkatan kualitas SDM, dsb.
2.Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap


sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah
jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang
lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi pembangunan
ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem
perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara
produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut.
Kemampuan itu dipengaruhi faktor-faktor penunjang, seperti
pendidikan, kesehatan, kecakapan manajerial dan administrasi.
3.Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi terbagi diantaranya menjadi 4 macam, yaitu :
a) Kemajuan teknologi bersifat netral (neutral technological progress)
Terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita berproduksi lebih tinggi
dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama.
b) Kemajuan teknologi hemat tenaga kerja (labor saving technological progress)
Penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih
tinggi. Penggunaan mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan
mesin pembajak tanah, dsb. Sebagian besar kemajuan teknologi saat ini adalah
teknologi yang hemat tenaga kerja.
c) Kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological progress)
Negara-negara berkembang berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal.
Pengembangan teknik produksi murah, efisien dan padat karya guna strategi
perluasan penyediaan lapangan kerja. Misalnya mesin pemotong rumput berputar
atau mesin pengayak dengan tenaga tangan.
d) Kemajuan teknologi meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological
progress)
Penerapan teknologi mampu meningkatkan mutu atau keterampilan angkatan kerja
secara umum. Misalnya, dengan menggunakan LCD, komputer, dan media komunikasi
elektronik lainnya memungkin pekerjaan menjadi lebih efisien.
Definisi pertumbuhan ekonomi (economic growth) suatu negara
menurut Prof. Simon Kuznets
“Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
 Kenaikan kapasitas ditentukan dengan adanya kemajuan atau
penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis
yang mendukung pembangunan.
Ciri proses pertumbuhan ekonomi Profesor Kuznets :
1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan
penduduk yang tinggi.
2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi.
3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.
4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.
5. Adanya kecenderungan negara-negara untuk merambah negara
lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku
yang baru.
Yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi dan
syarat-syarat terlaksananya pembangunan ekonomi modern :

1) Kekayaan Sumber Daya Alam dan Kualitas Modal Manusia.


2) Tingkat Relatif Pendapatan Per Kapita
3) Jumlah Penduduk, Penyebaran, dan Pertumbuhannya
4) Peranan Sejarah Migrasi Internasional
5) Rangsangan Pertumbuhan dari Maraknya Perdagangan
Internasional.
6) Kemampuan Melakukan Penelitian serta Pengembangan IPTEK
Dasar
7) Stabilitas serta Fleksibilitas Lembaga-lembaga Politik dan Sosial
8) Perbedaan Iklim
3 Tipologi Pembangunan

1. Tipologi pertumbuhan perluasan sektor modern.


 Memperluas sektor modern tanpa melupakan sektor tradisional.
 Pada awal pembangunan distribusi pendapatan memburuk
setelahnya membaik.

2. Tipologi pertumbuhan pengayaan (enrichment) sektor modern.


 Berfokus hanya pada perluasan dan penguatan sektor modern.
 Distribusi pendapatan semakin timpang.

3. Tipologi pertumbuhan pengayaan (enrichment) sektor tradisional.


 Berfokus pada penguatan sektor tradisional.
 Distribusi pendapatan yang semakin merata dari tradisional
kemudian akan berkembang menjadi industri.
Kebijakan Pembangunan di Indonesia

Pedoman pelaksanaan pembangunan era Orba: Trilogi


Pembangunan
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

• REPELITA I (1969-1974): fokus pada stabilitas


• REPELITA II (1974-1979): fokus pertumbuhan ekonomi
 tidak diimbangi pemeratan distribusi pendapatan 
1978: delapan jalur pemerataan  pemerataan
pembangunan
Kebijakan Pembangunan di Indonesia

Kebijakan 8 Jalur Pemerataan:


1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak,
khususnya sandang, pangan, papan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,
khususnya bagi kaum muda dan wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah
tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Kebijakan Pembangunan di Indonesia

Kebijakan pembangunan era SBY: Triple Track Strategy


1. Pro-growth  pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
2. Pro-poor  pengentasan kemiskinan.
3. Pro-job  penciptaan lapangan kerja.
Plus:
4. Pro-environment  pembangunan ramah lingkungan.

Masterplan Kebijakan Pembangunan:


 MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia)
 MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan
Kemiskinan Indonesia)
Kebijakan Pembangunan di Indonesia

Berdasarkan kesepakatan PBB: Millenium Development Goals


(MDGs)
 Tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015
oleh setiap negara:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan.

2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua.


3. Mendorong kesetaraan jender dan memberdayakan kaum

perempuan.
4. Mengurangi tingkat kematian anak.

5. Meningkatkan kesehatan ibu.


6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain.

7. Menjamin kelestarian lingkungan.

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.


Kebijakan Pembangunan di Indonesia

Berdasarkan kesepakatan PBB: Millenium Development Goals


(MDGs)
 Tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015
oleh setiap negara:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan.

2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua.


3. Mendorong kesetaraan jender dan memberdayakan kaum

perempuan.
4. Mengurangi tingkat kematian anak.

5. Meningkatkan kesehatan ibu.


6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain.

7. Menjamin kelestarian lingkungan.

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.


Kebijakan Pembangunan di Indonesia: SDG’s

 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sebagai agenda


pembangunan global yang cakupannya lebih luas dan inklusif
daripada Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).
 SDGs merupakan hasil kesepakatan 193 negara anggota PBB
yang melibatkan partisipasi masyarakat sipil serta pelbagai
pemangku kepentingan.
 SDGs membidik masalah-masalah yang lebih beragam dan
detail, serta menyasar seluruh penduduk pada semua kelompok
usia dan latar belakang dengan mengedepankan prinsip
kesetaraan dan antidiskriminasi.
Kebijakan Pembangunan di Indonesia: SDG’s
Sinkronisasi SDGs dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019
Untuk kasus Indonesia, secara umum, tujuan dan target SDGs
sudah tecermin dalam target RPJMN 2015–2019. Penelusuran
kajian ini terhadap upaya pemerintah melakukan sinkronisasi SDGs
dan RPJMN menemukan bahwa beberapa tujuan SDGs (yakni tujuan
kemiskinan, kesehatan, pendidikan, ketimpangan, air dan sanitasi,
serta akses energi) memiliki kecocokan sangat tinggi dengan target
RPJMN 2015–2019.
Tujuan SDGs yang masih terbatas pembahasannya dalam RPJMN
2015–2019 adalah tujuan gender, pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan pekerjaan layak, serta pola produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan.
Studi UNDP (2015) juga menghasilkan temuan yang hampir sama
bahwa Nawa Cita, RPJMN 2015–2019, dan SDGs memiliki titik
temu, walaupun Nawa Cita dan SDGs berasal dari dua perspektif
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai