Anda di halaman 1dari 6

Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing)

A. Perusahaan Multinasional
Perusahaan Multinasional (Multinational Corporation/MNC) adalah perusahaan yang
beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik
karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan
teknologi. Ada tiga motif utama berdirinya MNC :
1. Bermotif memperluas usahanya dalam rangka mencari bahan baku (raw material
seeker) dan menjual produknya ke luar negeri.
2. Bermotif mencari pasar (market seeker). Setelah terpenuhinya pasar dalam negara
tersebut, perusahaan multinasional ini berusaha mencari pasar-pasar baru untuk
memasarkan produknya.
3. Bermotif menimumkan biaya (cost minimazer), seperti keringanan pajak, tenaga
kerja murah, harga tanah murah, biaya pengolahan limbah dengan syarat ringan,
menghindari adanya batasan kuota di negaranya, dan pelayanan purnajual cepat.
B. Hubungan Istimewa
Terdapat hubungan istimewa antara induk perusahaan dengan anak
perusahaannya atau cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam
negeri maupun di luar negeri, di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a), dan
(4) UU PPh, yang menyatakan sebagai berikut:
(3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan
menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode
harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak
dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut
berakhir.
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sampai dengan ayat
(3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara
Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada
dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih
yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.
C. Pengertian
Harga transfer sering disebut intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional pricing, atau internal pricing. Menurut pengertian netral, transfer
pricing merupakan murni strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban
pajak. Menurut pengertian peyoratif, transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat
beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya
rendah.
D. Tujuan Harga Transfer
Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer antara lain sebagai berikut:
1. Memaksimalkan penghasilan global
2. Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3. Evaluasi kinerja anak/ cabang perusahaan mancanegara
4. Menghindarkan pengendalian devisa
5. Mengatrol kreditabel asosiasi
6. Mengurang resiko moneter
7. Mengatur cash flow anak/ cabang yang memadai
8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat
9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10. Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah
E. Metode Harga Transfer
Beberapa metode harga transfer yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan
multinasional dan divisionalisasi/ departementasi dalam melakukan aktifitas
keuangannya adalah:
1. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)
Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan
harga transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dibagi dalam tiga pemilihan
bentuk, yaitu biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost
plus markup), dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus
fixed fee).
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga
pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang
independen. Namun keterbatasan informasi pasar terkadang menjadi kendala
dalam mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.
3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi
dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk
menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negosiasian
mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada
akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan.
4. Penentuan Harga Berdasarkan Arbitrase
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi
dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya
pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan ini
mengesampingkan tujuan konsep pusat pertanggungjawaban laba.
F. Penentuan Harga Transfer Ganda
Prosedur aplikasi pendekatan ini dapat berupa:
1. Pemakaian harga transfer berdasarkan harga pasar, negosiasi, atau arbitrase oleh
divisi yang melakukan transfer dalam menghitung penghasilan dari penyerahan
antar perusahaan.
2. Biaya variabel divisi yang melakukan transfer plus margin kontribusi atas beban
tetap, ditransfer kepada divisi penerima.
3. Total laba per divisi akan lebih besar daripada laba perusahaan, dan laba divisi
produksi akan dieliminasi dalam penysunan laporan keuangan.
G. The Arm’s Length Principle
Semua metode penghitungan transfer pricing tujuannya mencari harga arm’s length.
Penerapan Arm’s length principle di Indonesia menggunakan :
1. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-32/PJ/2011
2. Sesuai Pasal 18(3) UU Pajak Penghasilan
3. Peraturan Menteri Keuangan No.22/PMK.03/2020
Arm’s-length standard diterapkan dalam banyak cara, tetapi metode yang paling
banyak digunakan adalah sebagai berikut:
1. Comparable uncontrolled pricing method
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu kepada
tingkat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan
multinasional dengan unit yang independen.
2. Resale pricing method
Metode ini ditetapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota group lainnya
untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan
harga penjualan kepada pihak independen dengan suatu mark up yang wajar
(sebanyak laba dan biaya si penjual).
3. Cost plus pricing method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan markup
yang wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya
dipakai dalam hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau
salah satu anggota group sebagai subkontaktor dari yang lainnya.
4. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode diatas perlu diterapkan atau
mungkin menggunakan metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup
perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas
pada investasi wajib pajak
H. Perusahaan Multinasional dan Aspek Pajaknya
Perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam arti perusahaan-
perusahaan multinasional Indonesia yang mempunyai unit (anak perusahaan/ cabang/
perwakilan) di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan multinasional di luar
negeri yang mempunyai unit (anak perusahaan/ cabang/ perwakilan) di Indonesia
pada umumnya akan senantiasa berusaha dengan instrumen harga transfer, mencapai
salah satu tujuannya memaksimalkan keuntungan dengan berupaya meminimalkan
beban pajaknya, terutama pajak penghasilan badan (corporation income tax).
Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari negara yang beban
pajaknya tinggi ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Selain itu, diadakan
pula perjanjian bilateral di bidang perpajakan, dengan maksud antara lain untuk
menghindarkan pengenaan pajak berganda, sehingga beban pajak dapat ditekan.
I. Perlakuan Harga Transfer di Indonesia
Kekurangwajaran dapat terjadi pada:
1. Harga penjualan
2. Harga pembelian
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (biaya overhead)
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
5. Pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen,
imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa lainnya
Selain itu, ada pula indikator dari manipulasi harga transfer, yaitu antara lain:
1. SPT Tahunan PPh Badan melaporkan rugi dalam beberapa tahun berturut-turut
2. Peredaran usaha tinggi tapi laba yang diperoleh kecil
3. Transaksi hubungan istimewa yang cukup besar
4. Rugi yang tidak dapat dijelaskan
J. Penangkal Harga Transfer
Ada beberapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi manuver pajak
melalui harga transfer sebagai berikut :
1. Menyingkap praktik bisnis antarperusahaan secara lengkap sehingga dapat
dievaluasi keinginan harga transfer.
2. Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas beban pajak.
3. Kerja sama internasional.
4. Advanced Pricing Agreement (APA)
K. Advanced Pricing Agreement (APA)
Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan di antara Internal Revenue
Service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, untuk
menetapkan harga transfer yang disepakati. Beberapa manfaat dari
diselenggarankannya APA adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas semua penghitungan mengenai
harga transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui.
2. Memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajak termasuk kepastian
mengenai kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga transfer.
3. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA
berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas pajak.
4. Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya
untuk menghindari pajak.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan APA yaitu kemungkinan
adanya potensi kerugian, yaitu:
1. Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.
2. Wajib pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia
perusahaan kepada otoritas pajak.

Anda mungkin juga menyukai