Tujuan revaluasi aktiva tetap adalah: Agar perusahaan dapat menghitung penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yg sebenarnya.Waiib pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah wajib pajak badan dalam negeri yang telah melakukan kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak berakhir sebelum dilakukan revaluasi Fungsi penilaian kembali aktiva tetap : 1. Perhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekati harga pokok yang wajar 2. Meningkatkan struktur modal sendiri, artinya perbandingan antara pinjaman (debt) dengan modal sendiri (equity) atau Debt to Equity Ratio (DER) menjadi membaik. 3. Pembayaran PPh atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap sebesar 10% yang bersifat final. B. Revaluasi berdasarkan PABU Dalam PSAK 16 disebutkan bahwa penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena standar akuntansi keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. C. Revaluasi berdasarkan UU Pajak Aktiva tetap dengan SGU hak opsi tidak dapat direvaluasi sebelum menggunakan hak opsi. Semua aktiva tetap berwujud ( tanah, kelompok non bagunan dan bangunan) yang tidak dimaksudkan untuk dijual, tidak ada yang dikecualikan dan tidak ada batas manfaat. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 384/KMK.04/1998 Tanggal 14 Agustus 1998 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 29/Pj.42/1998: a. Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah Wajib Pajak badan dalam negeri yang terletak atau berada di Indonesia. b. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak yang dimaksud terdiri dari: 1. Pajak Penghasilan 2. Pajak ertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah 3. Pajak Bumi dan Bangunan 4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan. Wajib pajak melaporkan hasil revaluasi aktiva tetapnya ke KPP dilampiri Laporan penilai Neraca penyesuaian yang diaudit akuntan publik Penghitungan selisih lebih revaluasi SSP atas pembayaran PPh terhutang. D. Aktiva Tetap yang dapat direvaluasi 1. Aktiva tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk di alihkan atau di jual 2. Aktiva tersebut terletak atau berada di wilayah Indonesia 3. Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap (revaluasi total) atau terhadap sebagian aktiva tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan 4. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap pada saat penilaian dilakukan 5. Dalam hal nilai pasar atau nila wajar yang ditetapkan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar yang bersangkutan 6. Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang dinilai kembali wajib di kompensasikan terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan dan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya 7. Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, sebesar 10%; h. Bagi wajib pajak yang melakukan penggabungan usaha, Pajak Penghasilan yang terutang sebesar 10% di atas dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 tahun terhitung sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan 8. Pajak Penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar 20% dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir 9. Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva tetap sebelum akhir tahun pajak, maka kerugan fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai dengan dilakukannya revaluasi aktiva tetap tersebut 10. Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aktiva mulai tahun pajak dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut. Penyusutan dilakukan sesuai dengan Pasal 11 Undang-undang PPh 11. Aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan Pajak Penghasilan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5 tahun setelah dilakukannya penilaian kembali 12. Apabila wajib pajak mengalihkan aktiva tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 tahun, maka atas selisih penilaian aktiva tetap tersebut tetap dikenakan pajak penghasilan yang terutang sebesar 10% dan tambahan pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 15% 13. Dikecualikan dari jagnka waktu 5 tahun jika aktiva tetap tersebut dialihkan kepada pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha. E. Ketentuan Revaluasi 1. PPh yang terhutang dapat mengajukan permohonan mengangsur paling lama 12 bulan kepada Dirjen Pajak. Jika besarnya PPh terhutang lebih dari Rp 2 Trilyun maka dapat mengajukan permohonan angsuran 1 tahun paling lama 5 tahun. Bagi WP yang melakukan penggabungan usaha, dapat dicicil selama 5 tahun. Sepanjang PPh yang dibayarnya lebih dari 20% kecuali tahun terakhir. 2. Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal pemberitahuan WP, wajib menerbitkan SK Pengesahan/ Penolakan atas neraca penyesuaian. Jika lewat masa 1 bulan, maka dianggap disetujui. 3. Selisih lebih dibukukan dalam perkiraan “selisih penilaian kembali aset” masuk ke dalam kelompok perkiraan modal. Pemberian saham bonus tidak dikenakan PPh bagi pemegang saham. 4. Penyusutan setelah revaluasi dilakukan dengan cara Berdasarkan nilai baru hasil revaluasi. Masa manfaat kembali mulai nol tahun atau terjadi perpanjangan masa manfaat. 5. Aktiva tetap yang direvaluasi tidak boleh dialihkan dalam jangka waktu 5 ( lima ) tahun kecuali, pengalihan kepada pemerintah dan penggabungan dan pemekaran usaha yang diperkenankan berdasarkan nilai buku