Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Kelompok 5
Nama Anggota :
1. Desak Made Dian Lestari (1907531021/Absen 10)
2. Ni Kadek Meilani (1907531027/Absen 14)
3. Ni Wayan Sutiani (1907531029/Absen 15)
4. Salsabilla Amalia Prapta Deadewi (1907531037/Absen 16)
5. Adelayde Ronauli Simangunsong (1907531129/Absen 21)
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PETA KONSEP........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II ISI..................................................................................................................................3
2.1 Penilaian Efek Bersifat Ekuitas......................................................................................3
2.1.1 Valuasi Saham.......................................................................................................3
2.1.2 Saham Preferen.....................................................................................................3
2.1.3 Saham Biasa..........................................................................................................4
2.2 Penilaian Efek Bersifat Obligasi..................................................................................10
2.2.1 Beberapa Istilah dalam Valuasi Obligasi............................................................10
2.2.2 Metode Valuasi Obligasi.....................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Simpulan......................................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
iii
PETA KONSEP
Rumus FCFE
FCFE = Net Income + Depresiasi -
Capital Expenditure -
∆working capital - Principal
Debt + New Debt Issue
atau
FCFE = Net Income – (1 – g)(Capital
Expenditure- Depresiasi) – (1 -
g) ∆Working Capital
Vj = nilai perusahaan j
n = banyaknya periode diasumsikan infinite vi
(tak hingga)
FCFEt = free cash flow to equity perusahaan
pada periode t
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui valuasi saham dalam penilaian efek bersifat ekuitas.
2. Untuk mengetahui saham preferen dalam valuasi saham sebagai efek bersifat ekuitas.
3. Untuk mengetahui saham biasa dalam valuasi saham sebagai efek bersifat ekuitas.
4. Untuk mengetahui istilah dalam valuasi obligasi.
5. Untuk mengetahui metode valuasi obligasi dalam penilaian obligasi.
2
BAB II
ISI
Kesimpulan dari contoh soal di atas adalah apabila seorang investor ingin
memiliki saham preferen PT. Sejahtera, yang membagikan dividen tetap per
saham sebesar Rp15,- tiap kuartalnya, dan mengharapkan imbal hasil 6% dalam
setahun, maka seorang investor harus membeli.
2.1.3 Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling
akhir dalam hal pembagian dividen, hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Besarnya harga nominal saham ini
tergantung pada keinginan emiten.
a. DDM (Dividend Discount Model)
Dividend Discount Model (DDM) adalah salah satu metode klasik yang
digunakan untuk menentukan harga wajar saham. Dividend Discounted Models
ini termasuk dalam pendekatan nilai sekarang untuk menentukan harga intrinsik.
Pendekatan nilai sekarang ditentukan oleh komponen aliran kas (cash flow).
Seperti menilai obligasi dan saham preferen, nilai saham biasa sama dengan
nilai sekarang dari semua arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima
oleh pemegang saham. Akan tetapi berbeda dengan obligasi, saham biasa tidak
menjanjikan kepada pemegangnya penghasilan bunga atau pembayaran pokok
pada saat jatuh tempo. Untuk saham biasa, dividen didasarkan kepada
keuntungan perusahaan dan keputusan manajemen untuk membayar dividen
atau menginvestasikan kembali keuntungan untuk pengembangan perusahaan.
4
Ada beberapa langkah mengenai perhitungan valuasi menggunakan DDM
(Dividend Discount Model) pada pertumbuhan yang konstan, yaitu mencari data
dividen tahunan, menghitung tingkat pertumbuhan (%), menghitung tingkat
timbal hasil yang diinginkan atau expected return, menghitung menggunakan
rumus, dan menyimpulkan. Dalam analisis saham, nilai intrinsik yang ditaksir
dibandingkan dengan nilai per saham saat ini (Current Market Price). Pedoman
yang digunakan, yaitu:
1. Apabila nilai intrinsik (V0) > harga pasar (P0), maka saham tersebut
undervalued, sehingga layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut
dimiliki.
2. Apabila nilai intrinsik (V0) < harga pasar (P0), maka saham tersebut
overvalued, sehingga layak dijual.
3. Apabila nilai intrinsik (V0) = harga pasar (P0), maka saham tersebut
dianggap menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi
keseimbangan.
Bagi investor yang memegang saham biasa hanya untuk satu periode
(misal satu tahun), maka nilai dari saham biasa adalah sebesar nilai sekarang
dari dividen yang akan diterima selama satu tahun, dan nilai sekarang dari harga
pasar tahun depan. Rumus untuk menghitungnya, yaitu:
D1 P1
V cs= +
(1+kc s ) (1+kc s )
Dengan keterangan:
Vcs = nilai intrinsik atau nilai sekarang dari saham biasa
D1 = dividen yang akan diterima tahun depan (tahun ke-1)
P1 = harga saham biasa tahun depan (tahun ke-1)
kcs = tingkat pengembalian yang diinginkan pemilik saham biasa.
1. Contoh perhitungan DDM untuk holding period 1 tahun, yaitu:
PT. Sejuk Alam Raya
Dividen per saham/tahun Rp. 500
Harga jual tahun depan (expected) Rp. 8.000
Required rate of return 12%
Berapakah harga yang dianggap wajar untuk membeli saham PT
Sejuk Alam Raya?
D1 P1
Vcs= +
(1+ Kes) (1+ Kes)
5
500 8000
Vcs= + =7.589,29
(1+12 %) (1+12 %)
Jadi harga yang dianggap wajar untuk saham biasa PT Sejuk Alam Raya
adalah Rp7.589,29 per lembar.
Karena saham biasa tidak mempunyai tanggal jatuh tempo dan sering
dipegang selama bertahun-tahun (multiple holding period). Dapat
didefinisikan sebagai berikut:
D1 D2 Dn D∞
Vcs= 1
+ 2
+…+ n1
+ …+
(1+ Kes) (1+ Kes) ( 1+ Kes ) ( 1+ Kes )∞
∞
Dt
Vcs=∑
t=1 (1+ Kes)t
Jika dianggap dividen tumbuh dengan tingkat pertumbuhan konstan
sebesar g, maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
D1
Vcs=
(k cs−g)
Dengan keterangan sebagai berikut:
Vcs = nilai intrinsik atau nilai sekarang dari saham biasa
D1 = dividen yang akan diterima tahun depan (tahun ke-1)
kcs = tingkat pengembalian yang diinginkan pemilik saham biasa
g = tingkat pertumbuhan dividen terhadap nilai buku.
2. Contoh perhitungan DDM untuk Multiple Holding Period, yaitu:
PT. ABCD
Pertumbuhan dividen/tahun, konstan 5%
Dividen tahun ini Rp.300
Required rate of return 10%
Berapakah harga wajar saham PT. ABCD apabila seorang investor
ingin membelinya sekarang dan dipegang untuk periode waktu yang tak
terhingga?
D1
Vcs=
( k cs−g )
Do(1+ g)
Vcs=
(k cs−g)
300 (1+5 %)
Vcs= =6.300
(10 %−5 %)
Jadi, harga yang dianggap wajar untuk saham biasa PT ABCD adalah
Rp6.300 per lembar.
6
Berikut adalah contoh perhitungan DDM untuk Multiple Holding
Period dan Multiple Dividend Growth Rate:
Pertumbuhan akan datang dari dividen yang dibagikan oleh PT ABCD
pada dua tahun pertama sebesar 5%, kemudian dua tahun kedua sebesar 8%,
dan tahuntahun berikutnya konstan 10%. Anda berencana untuk membeli
saham PT ABCD tersebut. Tahun ini, PT ABCD baru saja membagikan
dividen sebesar Rp300 per lembar sahamnya kepada pemegang saham biasa.
Dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar 12%, dan berencana
untuk memegang saham PT ABCD hingga waktu yang tidak ditentukan,
berapakah harga yang dianggap wajar untuk membeli saham PT ABCD?
PT. ABCD
Pertumbuhan div tahun 1 5%
Pertumbuhan div tahun 2 5%
Pertumbuhan div tahun 3 8%
Pertumbuhan div tahun 4 8%
Pertumnuhan div tahun-tahun berikutnya, konstan 10%
Dividen tahun ini Rp. 300
Required rate of return 12
Diketahui:
𝐷1 = 300(1 + 5%) = 315
𝐷2 = 315(1 + 5%) = 330.75
𝐷3 = 330.75(1 + 8%) = 357.21
𝐷4 = 357.21(1 + 8%) = 385.79
𝐷5 = 385.79(1 + 10%) = 424.37
𝐷6 = 424.37(1 + 10%) = 466.81
D1 D2 D3 D4
Vcs= + + +
( 1+ Kcs ) ( 1+ Kcs ) (1+ Kcs ) ( 1+ Kcs )4
1 2 3
+ D5
+P5
( 1+ Kcs )5
D1 D2 D3 D4
Vcs= + + +
( 1+ Kcs ) ( 1+ Kcs ) (1+ Kcs ) ( 1+ Kcs )4
1 2 3
+ D5 D6
+
( 1+ Kcs ) ( Kcs−g)+ ( 1+ Kcs )5
5
+424.37 466.81
+
( 1+12 % ) (12 %−10 %)+ ( 1+12 % )5
5
7
Vcs=281.25+263.67+254.26+245.18+ 240.80+13,244.03
Vcs=14,529.1
Harga yang dianggap wajar umtuk saham biasa PT ABCD adalah
sebesar 14,529.1 per lembar.
b. Cash Flow Model
1. Present Value of Operating Free Cash Flow (FCFF)
Biasa disingkat FCFF (free cash flow for the firm), yang didapat dari
Operating Cash Flow dikurang Capital Expenditures. Free Cash Flow
(FCF) menunjukkan besarnya kas yang mampu dihasilkan perusahaan untuk
mempertahankan, atau melakukan ekspansi bisnis dan mengembangkan
asetnya. Secara umum juga dapat dijelaskan sebagai cash flow setelah direct
cost dan sebelum pembayaran kepada capital supplier. Artinya operating
free cash flow merupakan free cash flow setelah memenuhi interest,
principal payment, dan capital expenditure. Untuk mengelola aset guna
mendanai aset baru yang berpengaruh pada pertumbuhan dari perusahaan
tersebut.
n
OFCFt
V J =∑ t
t=1 ( 1+WACC J )
Keterangan:
Vj = nilai perusahaan j
n = banyaknya periode diasumsikan infinite (tak hingga)
OFCFt = operating free cash flow perusahaan pada periode t
WACCj = weighted average cost of capital perusahaan
Di mana,
WACC = WE.KE + WD.KD dan WD+WE = 1
WE = Porsi pembiayaan modal sendiri/ekuitas
KE = Biaya modal sendiri (cost of equity)
WD = Porsi Pembiayaan Hutang
KD = Biaya Modal pihak ketiga (cost of debt)
Jika dengan infinite period, maka:
OFCF1
Vj =
WACC1 - gOFCF
Keterangan:
OFCF1 = operating free cash flow pada periode 1 = OFCF0(1+gOFCF)
8
gOFCF = tingkat pertumbuhan konstan jangka panjang dari operating free
cash
FCFF = FCFE + Interest expense (1-Tax Rate) + Principal
Repayment – New Debt Issue + Preferred Dividend
atau,
FCFF = EBIT ( 1- Tax Rate) + Depresiasi – Capital Expenditure -
∆Working Capital
9
Pengetahuan mengenai efek bersifat hutang seperti obligasi beserta metode
valuasinya tidak dapat dipisahkan dari beberapa istilah yang sering digunakan di
dalamnya, antara lain:
1. Nilai Buku (Book Value) adalah nilai yang ditunjukkan pada laporan neraca
perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya historis dari aset, bukan dari yang
sedang berlangsung.
2. Nilai Likuiditas adalah sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika asset dijual
secara individual dan bukan sebagai bagian dari keseluruhan perusahaan.
Contohnya, jika operasional perusahaan dijual, dan asetnya dibagi serta dijual,
maka harga jual tersebut lah yang dimaksud dengan nilai likuiditas asset.
3. Harga Pasar adalah nilai yang teramati atas aset yang ada di pasar. Nilai ini
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual
yang sepakat.
4. Nilai Intrinsik atau nilai ekonomi adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan
yang diharapkan. Mencakup faktor risiko, kewajiban, jangka waktu, dan arus
kas di masa yang akan datang.
5. Kupon, prinsipnya sama seperti bunga pada deposito, yang dibayarkan oleh
penerbit obligasi (obligor) kepada investornya dengan jumlah dan pada periode
yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa obligor menerapkan nilai kupon
tetap sampai jatuh tempo, namun ada juga yang menerapkan nilai kupon
mengambang (floating) dengan acuan tertentu.
6. Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal saat pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi, untuk saat ini, periode
obligasi mulai dari 365 hari sampai dengan 30 tahun. Obligasi yang akan jatuh
tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga
memilki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki
periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh
tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya.
7. Nilai Par adalah harga dasar pada saat obligasi dijual di pasar perdana, biasanya
100 atau 1.000. Namun ada juga beberapa tipe obligasi tertentu yang dijual pada
harga diskon atau premium di pasar perdana. Par (nilai par) juga merupakan
harga obligasi sama dengan nilai nominal. Misalnya obligasi dengan nilai
10
nominal Rp50.000.000,00 dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut
adalah 100% x Rp50.000.000,00 = Rp50.000.000,00
8. Harga Diskon adalah apabila Harga Pasar < Nilai Par atau Nilai Intrinsiknya.
Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp50.000.000,00 dijual dengan harga
102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp50.000.000,00 = Rp51.000.000,00.
9. Harga Premium adalah apabila Harga Pasar > Nilai Par atau Nilai Intrinsiknya.
Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp50.000.000,00 dijual dengan harga
98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp50.000.000,00 =
Rp49.000.000,00.
Dalam menghitung nilai intrinsik saham dan obligasi akan menggunakan
konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Nilai intrinsik dari saham dan
obligasi sama dengan nilai sekarang dari sejumlah arus kas yang diharapkan akan
diterima oleh investor dari saham dan obligasi tersebut.
12
sampai dengan p[jatuh tempo dengan cacatan perusahaan yang mengeluarkan
tidak mengalami kegagalan pembayaran (default).
n
Ct principal
Harga Obligasi¿)= ∑ t + n
t =1 (1+YTM ) (1+YTM )
Dimana:
𝑉𝐵 = harga obligasi (nilai intrinsik obligasi)
𝐶𝑡 = coupon (kupon obligasi)
YTM = tingkatbunga
n = jangka waktu
Selain itu, formula YTM yang seringkali digunakan oleh para pelaku
adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM, sebagai berikut:
C+ R-P
YTM
n
approximatio = x 100%
R+P
n
2
Keterangan:
C = kupon
n = periode waktu tersisa
R = redemption value (nilai tebusan)
P = harga pembelian (purchase value)
Dalam penerapannya, perhitungan Yield to Maturity memiliki beberapa
kelemahan, yaitu:
1. Karena setiap obligasi memiliki YTM yang berbeda, maka akan sulit untuk
membuat asumsi reinvestment rate untuk setiap obligasi.
2. YTM tidak bersifat additive, artinya YTM dari portofolio obligasi tidak
sama dengan rata-rata tertimbang dari YTM masing-masing obligasi dalam
portofolio tersebut.
b. Zero Coupon Bond
Zero coupon bond adalah tipe obligasi di mana:
1. Tidak ada pembayaran kupon.
2. Return investor ditentukan seluruhnya dari diskon harga obligasi.
Valuasi nilai intrinsik dari obligasi tanpa bunga adalah sebagai berikut:
principal
Harga Obligasi¿)= n
(1+ i)
13
Dimana:
𝑉𝐵 = harga obligasi (nilai intrinsik obligasi)
i = tingkat bunga
n = jangka waktu
Rumus lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung zero coupon bond:
1. Zero Coupon Bond pada Waktu Nol
Nilai Par
B 0=
(1+i/2 )r .2
B0 = nilai obligasi pada waktu nol
i = bunga yang dibayarkan setiap tahun
r = required yield
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam penilaian efek bersifat ekuitas terdapat saham yang terbagi menjadi dua,
yaitu saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock) yang memiliki
metode penilaian berbeda. Untuk menghitung saham preferen (preferred stock) dapat
dilakukan dengan metode perpetuity, sedangkan saham biasa (common stock) dapat
menggunakan metode Dividend Discount Model (DDM) atau Cash Flow Model.
Dalam penilaian obligasi terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, seperti
nilai buku (book value), nilai likuiditas, harga pasar, nilai intrinsik, kupon, jatuh tempo
(maturity), nilai par, harga diskon, dan harga premium. Untuk menghitung nilai intrinsik
saham dan obligasi, maka akan menggunakan konsep nilai waktu dari uang (time value of
money), yang mana sama dengan nilai sekarang dari sejumlah arus kas yang diharapkan
akan diterima oleh investor dari saham dan obligasi tersebut. Adapun untuk menghitung
penilaian obligasi terdapat dua metode yaitu yield to maturity atau expected rate of return
(tingkat pengembalian yang diharapkan dari obligasi) dan zero coupon bond.
3.2 Saran
Penilaian efek bersifat ekuitas dan penilaian obligasi tentunya memiliki kelebihan
serta kekurangan dalam metode yang digunakan untuk perhitungan. Oleh karena itu,
investor harus memiliki pengetahuan lebih mengenai metode penilaian (valuasi) dari
masing-masing saham atau obligasi dalam suatu perusahaan sehingga perekonomian
dalam perusahaan tersebut dalam keadaan yang stabil.
15
DAFTAR PUSTAKA
S. Soetiono, Kusumaningtuti, dkk. 2016. Pasar Modal. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan
16