Anda di halaman 1dari 5

HUKUM BISNIS DAN AUDIT FORENSIK

“TUGAS INDIVIDU – ANALISA PERJANJIAN”

OLEH :

ANDRIK APRILYANTO SETIAWAN


NIM : 023152000005

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2021
I. SYARAT SAH PERJANJIAN
Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”), syarat sahnya
perjanjian adalah sebagai berikut:

1. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian (Syarat SUBJEKTIF)


2. Kecakapan para pihak dalam perjanjian (Syarat SUBJEKTIF)
3. Suatu hal tertentu (Syarat OBJEKTIF)
4. Sebab yang halal (Syarat OBJEKTIF)

Syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, karena berkenaan dengan para subjek yang
membuat perjanjian itu. Sedangkan syarat ketiga dan keempat dinamakan syarat objektif karena
berkenaan dengan objek dalam perjanjian tersebut.

Syarat Pertama “Sepakat mereka yang mengikat kan diri” berarti, para pihak yang membuat
perjanjian harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok atau materi yang diperjanjikan, dimana
kesepakatan itu harus dicapai dengan tanpa ada paksaan, penipuan atau kekhilafan (Pasal 1321
KUH Perdata). Misalnya, sepakat untuk melakukan jual-beli tanah, harganya, cara pembayarannya,
penyelesaian sengketanya, dsb.

Syarat Kedua, “kecakapan untuk membuat suatu perikatan” Pasal 1330 KUHper sudah mengatur
pihak-pihak mana saja yang boleh atau dianggap cakap untuk membuat perjanjian, yakni sebagai
berikut:
Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah:
1. Orang yang belum dewasa.
2. Orang yang ditaruh dibawah pengampuan (seperti cacat, gila, boros, telah dinyatakan pailit
oleh pengadilan, dsb)
3. Seorang istri. (Namun, berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1963,
seorang isteri sekarang sudah dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum)
Dengan kata lain, yang cakap atau yang dibolehkan oleh hukum untuk membuat perjanjian adalah
orang yang sudah dewasa, yaitu sudah berumur genap 21 tahun (Pasal 330 KUHPerdata), dan orang
yang tidak sedang di bawah pengampuan.

Syarat Ketiga “suatu hal tertentu” maksudnya adalah dalam membuat perjanjian, apa yang
diperjanjikan (objek perikatannnya) harus jelas. Setidaknya jenis barangnya itu harus ada (lihat
Pasal 1333 ayat 1). Misalnya, jual beli tanah dengan luas 500 m2, terletak di Jl. Merpati No 15
Jakarta Pusat yang berbatasan dengan sebelah utara sungai ciliwung, sebelah selatan Jalan Raya
Bungur , sebelah timur sekolah dasar inpres, dan sebelah barat tempat pemakaman umum.
Syarat Keempat “suatu sebab yang halal” berarti tidak boleh memperjanjikan sesuatu yang
dilarang undang-undang atau yang bertentangan dengan hukum, nilai-nilai kesopanan ataupun
ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Misalnya melakukan perjanjian jual beli Narkoba,
atau perjanjian jual beli orang/manusia, dsb. Perjanjian semacam ini adalah dilarang dan tidak sah.

II. LAMPIRAN SCAN ASLI PERJANJIAN YANG DIDAPAT DI INTERNET


Perjanjian lanjutan

Sumber :
https://infopemilu.kpu.go.id/download/verpol/dataKantor/125/SEWA%20KANTOR%20BALANGAN.p
df
III. ANALISA CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA KERJASAMA
NO. KETENTUAN ATAU PERSYARATAN PIHAK PIHAK KEDUA
PERTAMA Pihak (Pihak yang
penyewa menyewa)
NO. 1 Tidak boleh menyewakan / mengontrakan kepada 1 0
pihak lain selama masa kontrak berlaku
NO. 2. Kerusakan-kerusakan didalam rumah yang 1 1
ditimbulkan pihak kedua menjadi tanggung jawab pihak
kedua sebagai penyewa untuk merawat dan meperbaikinya.
NO. 3. Tidak diperkenankan merubah/menambah bangunan 1 1
tanpa persetujuan.
NO. 4. Ketika dalam masa perjanjian sewa rumah harus 1 1
dijaga dengan baik.
NO. 5. Kelengkapan dan perlengkapan harus seperti kondisi 1 0
semula Ketika berakhir
NO. 6. Listrik Air telpon, tanggung jawab pihak kedua. 1 1
TOTAL 6 4

Kesimpulan Analisa :
a. Pada perjanjian nomor 1, memberatkan pihak kedua karena selama masa sewa 5 tahun tidak
diperkenankan untuk dikontrakan ke pihak lain, ini menunjukan perjanjian yang memberatkan
Pihak kedua dimana Pihak kedua memiliki hak atas sewa selama 5 tahun.
b. Pada perjanjian nomor 5, memberatkan pihak kedua karena selama masa sewa 5 tahun kelengkapan
dan perlengkapan harus seperti kondisi semula, sedangkan kita tahu perlengkapan itu terdapat masa
manfaat atau umur ekonomis, tentunya perlengkapan sewa pertama memiliki perbedaan nilai karena
ada penyusutan, sehingga selama 5 tahun jika harus mengembalikan kondisi semula akan ada biaya
banyak yang dikeluarkan oleh Pihak Kedua.
c. Dalam perjanjian sewa menyewa ini syarat subyektif sudah memenuhi, namun tidak pada syarat
objectif pada bagian “suatu hal tertentu”, yang seharusnya bisa dijelaskan secara rinci terutama
perjanjian nomor 2 dan nomor 5.

Demikian Analisa dan kesimpulan saya. Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai