Anda di halaman 1dari 20

DHF

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak II


Dosen Pembimbing : Dr. Lembah Andriani, S. Kep, Ns., MMRS

Disusun Oleh:
Dinda Ayu Solikhaningsih 1801100477
Ekiq Febriliani 1801100479
Jepri Daus 1801100487

Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang


Jl. Raden Panji Suroso No. 6 Blimbing – Kota Malang
Telp (0341) 488762 Fax (0341) 488763
Kata Pengantar

Puji syukur kehadiran Allah SWT. karena atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayah-Nya makalah ini dapat tersusun. Shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada sang uswatun hasanah Nabi Muhammad SAW. Penyusunan makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang dimbing oleh Dr.
Lembah Andriani, S. Kep, Ns., MMRS. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi para pembaca, khususnya dapat dijadikan
sebagai acuan dan petunjuk bagi kami para mahasiswa STIKes Kendedes Malang.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan makalah ini baik secara materi maupun non-materi. Makalah ini masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami memerlukan masukan yang bersifat membangun dari para dosen, teman mahasiswa
yang lain, dan seluruh pembaca makalah ini guna penyempurnaan.

Malang, November 2020


Tim Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.......................................................................................................3
2.2 Etiologi.......................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................4
2.4 Patofisiologi................................................................................................4
2.5 Klasifikasi...................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................6
2.7 Penatalaksanaa............................................................................................6
2.8 Pencegahan.................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...................................................................................................9
3.2 Diagnosa.....................................................................................................11
3.3 Intervensi....................................................................................................11
3.4 Implementasi...............................................................................................12
3.5 Evaluasi.......................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................14
4.2 Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit
(terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik
merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,d engan genusnya
adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue.

Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap


negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit
DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh
propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan
genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda.

Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya.
Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang
serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang ada:

1. Apa definisi DHF?


2. Bagaimana etiologi DHF?
3. Bagaimana manifestasi klinis DHF?
4. Bagaimana patofisiologi DHF?

1
5. Bagaimana klasifikasi DHF?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan klien DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan DHF?
8. Bagaimana pencegahan DHF?

1.3 TUJUAN

Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang didapatkan:

1. Mengetahui definisi DHF


2. Mengetahui etilogi DHF
3. Mengetahui manifestasi klinis DHF
4. Mengetahui patofisiologi DHF
5. Mengetahui klasifikasi DHF
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang diperlukan klien DHF
7. Mengetahui penatalaksanaan DHF
8. Mengetahui pencegahan DHF

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama
(Soeparman; 1987; 16).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2.2 ETIOLOGI

1.      Virus Dengue


Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod
Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari
empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing-masing saling berkaitan
sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
2.      Vektor
Virus dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vector yaitu nyamuk sedes
aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesisiensis dan beberapa spesies lain yang
merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype yang
menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada
perlidungan terhadap serotype jenis lainnya. (Arief Mansjoer & Suprohaita;2000;420)

3
2.3 MANIFESTASI KLINIS

1. Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
2. Perdarahan Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan
hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .
(Soederita, 1995 ; 39).
4. Renjatan (Syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa
demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

2.4 PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan


virtemia(adanya virus di dalam darah). Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement
sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan
melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang
PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat
disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan
kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi
trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga
hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika
shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.

4
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi
hipoxia jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agfegaasi dan


mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi
trombositopenia hebat dan pendarahan.

Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya
tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :

1. Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan


peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular,
2. Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang

5
3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan:
 Peningkatan permiabilitas kapiler
 Kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopeni dan
kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

2.5 KLASIFIKASI DHF

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi


menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

1. Derajat I Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2. Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi
telinga dan sebagainya.
3. Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah
menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah
 Trombosit menurun.
 HB meningkat lebih 20 %
 HT meningkat lebih 20 %
 Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
 Protein darah rendah
 Ureum PH bisa meningkat
 NA dan CL rendah
2. Serology :
 HI (hemaglutination inhibition test).
 Rontgen thorax : Efusi pleura.
3. Uji test tourniket (+)

6
2.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.


2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat
di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan
bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran
sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu
1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang
tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
 Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
 Hematokrit yang cenderung mengikat.

2.8 PENCEGAHAN

Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum tersedia, oleh sebab itu pencegahan
dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan insektisida dan upaya
membasmi jentik nyamuk yang dilakukan dengan 3 M. Gerakan 3 M meliputi:

7
1. Menguras tempat – tempat penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya sekali
seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
2. Menutup rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air.

Pemberantasan vector yaitu Fogging ( penyemprotan ) Kegiatan ini dilakukan bila


hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria. Abatisasi Semua tempat penampungan
air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik. Aedes aegypti ditaburi bubuk abate
dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam
perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).

Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien
dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang
terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
2. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
 Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
 Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
 Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
 Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang
diperoleh.
3. Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk
datang ke rumah sakit
4. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada
kulit
 Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang
DHF.

9
 Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba
klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop
( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak
adalah sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
 Sistem Integumen
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
b. Kuku sianosis/tidak.
c. Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarhan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II,
III, IV).

10
d. Dada. Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan
asites.
f. Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan berhubungan dengan (defisit volume cairan)


tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan..
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
4. Kesiapan peningkatan nutrisi berhubungan dengan mual,muntah,anoreksia & sakit saat
menelan.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Manajemen Cairan (I.03098)


Observasi
- Monitor status hidrasi
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Monitor status hemodinamik

Terapeuitk

- Catat intake dan output dan hitung balans cairan 24 jam


- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian deuretik, jika perlu


2. Manajemen Hipertermia (I.15506)

11
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

- Sediakan lingkungan yang dingin


- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu


3. Manajemen Jalan Napas (I.14509)
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt and chin lift

12
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendirr kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mc Gill
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupana cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi


- Ajarkan teknik baruk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoranm mukolitik, jika


perlu
4. Konseling Nutrisi (I.03094)
Observasi
- identifikasi kebiasaan makan dan perliaku makan yang akan diubah
- identifikasi kemajuan modifikasi diet secara reguler
- monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, tekanan darah,
kenaikan berat badan, dan kebiasaan membeli makanan

Terapeutik

- bina hubungan terapeutik


- sepakati lama waktu pemberian konseling
- tetapan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis
- gunakan standart nutrisi sesuai program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan
- pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuha
kebutuhan gizi

13
Edukasi

- informasikan perlunya modifikasi diet


- jelaskan program gizi dan presepsi pasien terhadap diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

- rujuk pada ahli gizi, jika perlu

3.4 IMPLEMENTASI

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori


dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter,
2005)

1. Tindakan Keperawatan Mandiri


Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri
dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres
hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja
perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam
diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

14
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose
keperawatan

A : Analisis dan diagnose

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi

Luaran yang Diharapkan

1. Keseimbangan cairan (L.03020)


2. Termoregulasi (L.14134)
3. Pola Napas (L.01004)
4. Status Nutrisi (L.03030)

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF
adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk
memutuskan rantai penyakit:

1. Tanpa insektisida
a. Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.
b. Menutup penampungan air rapat- rapat.
c. Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan
nyamuk bersarang.
2. Dengan insektisida
a. Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
b. Abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada bejana- bejana tempat
penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air. B.

4.2 SARAN

Saran Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi
dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan
praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan
proses keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit  Demam Dengua dan Demam
Berdarah Dengue
Ginanjar, S.2008, Stop Demam Berdarah Dengue, Bogor, Cita Insan Madani
Soegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
Medika.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

https://www.halodoc.com/kesehatan/demam-berdarah di akses pada hari jumat 02 oktober


2020

17

Anda mungkin juga menyukai