Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Ketergantungan dan penyalahgunaan alkohol selama ini merupakan gangguan zat yang paling sering dan
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Globalisasi menjadi pilar utama berubahnya pola dan
gaya hidup manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah pada semua masyarakat, salah satu
dampaknya pada masalah sosial seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol. Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2008, mengonsumsi alkohol telah menjadi kebiasaan bagi penduduk
Indonesia dan tampak dari data Riskesdas (Riset Kesehaatan Dasar) 2018 adanya peningkatan prevalensi
konsumsi alkohol.

Alkohol merupakan neurotoksik yang dapat mempengaruhi otak dengan paparan jangka waktu panjang
dan putus alkohol berulang sehingga gangguan psikiatri yang banyak terjadi karena penyalahgunaan
alkohol adalah gangguan psikotik. Penggunaan alkohol kronis yang mengakibatkan gangguan psikotik
sangat berhubungan dengan psikososial dan neurologis. Pada gangguan psikotik karena penyalahgunaan
alkohol, terdapat beberapa terminologi seperti ketergantungan, penyalahgunaan, kecanduan,
intoksikasi, dan withdrawal.
Definisi

Menurut DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), Alcohol use disorder
merupakan gangguan Terkait zat dan adiktif.

Minuman alkohol (etanol) adalah produk buah atau biji-bijian yang difermentasi. Jenis alkohol sangat
bervariasi contohnya minuman tradisional yaitu tuak, ballo’, minuman lokal seperti bir, bintang dll,
minuman import seperti wine, vodka, jack daniels, whisky).

Penyalahgunaan alkohol adalah konsumsi alkohol secara berlebihan dalam waktu singkat sedangkan
penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan hilangnya kesadaran untuk menahan diri sehingga
menyebabkan pengambilan keputusan buruk dan perilaku berisiko. Dapat juga menyebabkan
ketergantungan karena tingkat toleransinya yang meningkat seiring waktu.

Epidemiologi

Pada tahun 2018, lebih dari 80 orang meninggal karena kombinasi alkohol dan methanol, namun 300
orang meninggal antara tahun 2008 dan 2013 karena alkohol yang tidak berlisensi, meningkat menjadi
500 orang antara tahun 2014 dan 2018. Metanol menyebabkan efek samping beracun yang timbul dari
pusing hingga hasil yang mematikan, seperti respiratory failure.

Alcohol use disorder

Menurut DSM-5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang pada awalnya
membedakan Alcohol abuse dengan alcohol dependence menjadi 1 kategori yaitu alcohol use disorder:

Kriteria Diagnosis

Pola penggunaan alkohol yang salah berujung pada gangguan yang signifikan atau distres, yang ditandai
dengan 2 atau lebih gejala dibawah ini, terjadi dalam kurun waktu 12 bulan :

1. Alkohol seringkali dikonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak dan dalam durasi yang lebih lama
daripada yang direncanakan.
2. Ada kesulitan dalam menekan keinginan untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi
alkohol.
3. Individu meluangkan waktu yang cukup banyak hanya untuk mendapatkan alkohol,
menggunakan alkohol, dan pulih dari efek alkohol.
4. Dorongan sangat besar untuk menggunakan alkohol.
5. Penggunaan alkohol yang berulang, menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas kerja,
sekolah, atau rumah.
6. Terus menggunakan alkohol walaupun sudah merasakan efek buruk penggunaan alkohol
terhadap kehidupan sosial dan interpersonal.
7. Kegiatan sosial, okupasi, dan rekreasi terabaikan akibat penggunaan alkohol.
8. Konsumsi alkohol berulang pada situasi yang membahayakan.
9. Walaupun mempunyai masalah fisik dan mental akibat konsumsi alkohol, penggunaannya terus
dilanjutkan.
10. Toleransi terhadap alkohol dirasakan; a) Kebutuhan akan alkohol dalam jumlah yang sangat
meningkat untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan, atau b) Efek yang sangat
berkurang dengan penggunaan alkohol dalam jumlah yang sama secara terus menerus.
11. Muncul gejala reaksi penarikan terhadap alkohol; a) Karakteristik sindrom penarikan alkohol b)
Alkohol (atau zat yang terkait erat, seperti benzodiazepin) diambil untuk meredakan atau
menghindari gejala penarikan.

Kategori Tingkat Keparahan Penggunaan Alkohol

1. Mild : ditemukan 2-3 gejala


2. Moderate : ditemukan 4-5 gejala
3. Severe : ditemukan 6 ataupun lebih dari gejala

Alcohol intoxication

Kriteria Diagnosis

1. Riwayat konsumsi alkohol baru-baru ini.


2. Gangguan perilaku atau perubahan psikologis (e.g. perilaku seksual menyimpang dan perilaku
agresif, labilitas perasaan, dsb.) yang muncul setelah konsumsi alkohol.
3. Satu atau lebih tanda dan gejala dibawah ini, yang muncul setelah konsumsi alkohol :
a. Berbicara tidak jelas (slurred speech)
b. Kehilangan koordinasi
c. Posisi berdiri dan berjalan yang tidak seimbang
d. Nistagmus
e. Gangguan pada atensi dan memori
f. Stupor atau koma.
4. Tanda dan gejala bukan merupakan akibat kondisi medis lainnya, atau tidak lebih baik dijelaskan
oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi zat psikoaktif lainnya

Alcohol withdrawal

Kriteria Diagnosis

1. Pengurangan atau penghentian konsumsi alkohol yang sudah sejak lama dikonsumsi rutin dan
dalam jangka waktu yang lama.
2. Dua atau lebih gejala dibawah yang muncul setidaknya beberapa jam hingga hari setelah
pengurangan atau penghentian konsumsi alkohol seperti yang dijelaskan kriteria (1) :
a. Hiperaktivitas otonom (e.g. berkeringat, takikardia)
b. Tremor pada tangan
c. Insomnia
d. Mual dan muntah
e. Halusinasi atau ilusi dari visual, taktil, dan auditorik yang bersifat transien
f. Agitasi psikomotor
g. Ansietas
h. Kejang umum tonik-klonik.
3. Tanda dan gejala pada kriteria (2) menyebabkan distres yang signifikan dan mengganggu fungsi
sosial, okupasi dan fungsi hidup lainnya.
4. Tanda dan gejala yang muncul bukan merupakan akibat kondisi medis lainnya dan tidak lebih
baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi zat psikoaktif lainnya
Beberapa klasifikasi alcohol withdrawal:

1. Minor withdrawal
- Onset: 6-36 jam setelah minum terakhir
- Durasi: 24 – 48 jam
- Manifestasi Klinis:
o Tremor
o Insomnia
o Cemas, palpitasi dan berkeringat
o Gastrointestinal Upset
o Sakit Kepala
2. Withdrawal seizures
- Onset : 6-48 jam setelah minum terakhir
- Manifestasi Klinis
o Generalized tonic-clonic seizure (usually single period)
3. Alcoholic hallucinosis
- Onset: 12-24 jam setelah minum terakhir
- Durasi: 24-48 jam setelah onset
- Manifestasi Klinis
o Kesadaran biasanya intact
o Normal vital sign
o Biasanya auditory dan/atau visual hallusinations, namun tactile hallucination juga
dapat terjadi
o Delusi
4. Delirium tremens
- Definisi: Perubahan kesadaran yang terus menerus dan symphathetic hyperactivity karena
penarikan alcohol
- Durasi: 1- 5 hari
- Gejala biasanya muncul selama rawat inap, saat pasien tidak dapat minum alkohol
- Manifestasi Klinis:
o Gejala status mental yang berubah:
 Kesadaran terganggu dan disorientasi
 Halusinasu visual dan taktil
 Meningkatnya sugestibilitas
o Gejala ketidakstabilan otonom: takikardia, hipertensi, gelisah, mual dan berkeringat
o Gejala gangguan neurologis
 Agitasi psikomotor: restlessness, tearfulness
 Generalized tonic-clonic seizures
 Insomnia
 Rest and intention tremor (frekuensi tinggi pertama, lalu frekuensi rendah)
 Hiperrefleksia
Alcohol-induced mental disorder

Patofisiologi

Alkohol diserap melalui proximal GI (gastrointestinal) tract. Ini terutama dimetabolisme di liver oleh
alkohol dehidrogenase menjadi asetaldehida. Tempat kerja utama pada toksisitas akut adalah sistem
saraf pusat, di mana ia meningkatkan penghambatan sistem saraf pusat (SSP) dan menurunkan eksitasi.
Asam gamma-aminobutirat (GABA) adalah neurotransmitter penghambat SSP utama. GABA mengikat
reseptor yang memungkinkan klorida memasuki sel, yang menurunkan rangsangan seluler. Alkohol
mengikat kuat ke reseptor GABA, mengaktifkan kaskade penghambatan, yang mengakibatkan sedasi,
disfungsi kognitif, dan penurunan koordinasi. Dengan penggunaan alkohol kronis, jumlah reseptor GABA
meningkat, membutuhkan lebih banyak alkohol untuk menciptakan tingkat penghambatan yang sama.
Ini adalah fenomena yang dikenal sebagai toleransi. Toleransi ini sebagian menjelaskan kewaspadaan
pengguna alkohol kronis pada kadar alkohol dalam darah yang pada orang lain dapat menyebabkan
koma atau kematian. Benzodiazepin juga mengikat reseptor GABA, membuatnya berguna dalam
penghentian alkohol. Alkohol juga menghambat neurotransmitter eksitatori utama di SSP, glutamat.
Pasien dengan gangguan penggunaan alkohol mengalami peningkatan jumlah reseptor NMDA dan
peningkatan sensitivitas reseptor ini terhadap glutamat. Karena peningkatan sensitivitas reseptor ini,
pasien dengan gangguan penggunaan alkohol berisiko mengalami kejang dan halusinasi saat alkohol
ditarik.

Diagnosis

Pemeriksaan

Pemeriksaan awal dapat dilakukan pemeriksaan fisik, neurologis, dan status mental dan ketika pasien
didapatkan gejaka psikotik atau intoksikasi, maka dapat digali lebih dalam perilaku yang membahayakan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dapat bervariasi yaitu:

1. Napas alkohol atau BAC (Blood Alcohol Content)


Peningkatan alkohol pada darah dan pada napas pada seseorang yang mengkonsumsi alkohol
2. Mean Corpuscular Volume (MCV)
MCV akan meningkat karena alkohol secara langsung mempengaruhi proses eritropoiesis.
3. Gamma glutamil transferase (GGT)
Peningkatan enzim hati pada peminum berat yang kronis tetapi kembali pada level normal
setelah konsumsi alkohol dihentikan sekitar 1 bulan. Namun dapat meningkat pada seseorang
yang meminum obat dan dapat mempengaruhi enzim hati. Kadar CGT dapat meningkat kira –
kira 80% pada pasien yang menderita gangguan terkait alkohol.
4. Carbohydrate deficient transferrin (CDT)
Jenis pemeriksaan yang sensitivitas dan spesifitasnya menyerupai CGT sehingga lebih spesifik
dari pada AST, CGT atau MCV.
5. Lab marker lainnya meliputi alkaline phosphatase, AST, ALT, uric acid, trigliserida darag dan CK.
6. Untuk peminum bermasalah di masyarakat tersedia beberapa instrument skrining seperti
Kuisioner CAGE yang cukup mudah diberikan karena hanya membutuhkan waktu 1-2 menit.
Level Likely impairment
20-30 mg/dL (0,02 – 0,03 g/dL) Slowed motor performance ande decreased thinking ability
30-80 mg/dL Increases in motor and cognitive problems
80-200 mg/dL Increases in incoordination ang judgement errors
Mood lability
Deterioration in cognition
200-300 mg/dL Nystagmus, marked slurring of speech, and alcohol blackouts
>300 mg/dL Impaired vital sign and possible death

Urinary Alcohol (mg%) Diagnostic Use Equivalent BAC (mg%)


>120 Suggestive 80
>200 Diagnostic 150
*BAC – Blood Alcohol Concentration

Komplikasi

Ketergantungan alkohol sering dikaitkan dengan beberapa komplikasi, baik medis maupun sosial.
Berikut adalah beberapa komplikasi neuropsikiatri:

a. Wernicke’s encephalopathy

Reaksi akut terhadap defisiensi tiamin yang parah, penyebab tersering adalah penggunaan alkohol
kronis. Secara khas, onset terjadi setelah suatu periode muntah terus-menerus. Tanda-tanda klinis
yang penting adalah:

- Ocular sign: Nistagmus kasar dan oftal-moplegia, dengan paralisis rektus eksternal bilateral
yang terjadi lebih awal. Selain itu, ketidakteraturan pupil, perdarahan retinal dan loedema
papil dapat terjadi, menyebabkan gangguan penglihatan.
- Gangguan fungsi mental yang lebih tinggi: Disorientasi, kebingungan, gangguan memori
baru-baru ini, rentang perhatian yang buruk dan gangguan yang cukup umum. Gejala awal
lainnya adalah sikap apatis dan ataxia. Neuropati perifer dan gangguan gizi serius sering
hidup berdampingan. Neuropatho secara logis, neuronal degenerasi dan perdarahan terlihat
di thalamus, hipota lamus, mammillary body dan midbrain.
b. Korsakoff’s psychosis

Secara klinis, psikosis Korsakoff muncul sebagai sindrom amnestik organik, ditandai dengan gross
memory disturbance, dengan confabulation. Insight sering terganggu. Lesi neuropatologis adalah
biasanya tersebar luas, tetapi perubahan yang paling konsisten terlihat pada inti dorsomedial bilateral
dari badan talamus dan mammillary. Perubahan juga terlihat dalam materi abu-abu periventrikular dan
periaqueduktal, otak kecil dan bagian batang otak. Penyebab yang mendasari biasanya diyakini
defisiensi tiamin parah yang tidak diobati sekunder untuk penggunaan alkohol kronis.

Tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai