Anda di halaman 1dari 9

Laporan

Sistem Pemancar
Praktikum Modulasi AM

Dosen : Citra Devi Murdaningtyas, S.T., M.T.

Hari, tanggal : 9 Oktober 2019

Nama Lengkap : Nadya Deanty Aisha

NRP : 4103181026

Kelas : 2 D3 MMB A
Laporan

Modulasi AM

A. TUJUAN

Mahasiswa dapat memahami cara kerja sistem pemancar AM.

B. DASAR TEORI
• Pendahuluan

Umumnya sumber informasi berbentuk analog, seperti suara, citra dan gambar TV.
Sinyal dari sumber analog dapat langsung dimodulasi dan dipancarkan secara langsung
menggunakan modulasi pembawa (carrier). Sinyal ini juga dapat dikonversi ke bentuk digital
lalu ditransmisikan secara digital. Meskipun modulasi analog (modulasi AM dan FM) akan
ditinggalkan pada masa depan dan transmisi sistem digital akan mendominasi, namun saat ini
masih banyak sistem pemancar yang masih menggunakan sistem modulasi analog tersebut.
Untuk itu kita akan membahas secara singkat tentang modulasi AM dan FM.

Percobaan ini kita akan membahas tentang modulasi sinyal analog yaitu Sinyal analog
yang akan ditransmisikan adala sinyal m(t) dengan bandwidth W, dimana M(f) = 0 saat |f| >
W. Pada modulasi carrier, sinyal input analog tersebut dikenal sebagai sinyal pemodulasi.
Sinyal pemodulasi tersebut dikenakan kepada sinyal pembawa/carrier c(t), dimana sinyal
carrier dinyatakan dengan persamaan matematis c(t) = Ac cos(2πfct). Pada sinyal pembawa
terdapat tiga komponen yang dapat digunakan untuk proses modulasi, yaitu amplitudo,
frekuensi dan fasa. Pada modulasi amplitudo (AM), amplitudo sinyal pembawa diubah-ubah
sesuai dengan amplitudo sinyal masukan (input) sedangkan frekuensi sinyal termodulasi
(sinyal yang dipancarkan) adalah frekuensi sinyal pembawa. Pada modulasi Frekuensi (FM)
dan modulasi fasa (PM), frekuensi dan fasa sinyal termodulasi berubah-ubah sesuai sinyal
input, sedangkan amplitudonya tetap.

Sinyal pembawa memiliki frekuensi kerja yang jauh lebih tinggi dari sinyal input analog.
Hal ini memiliki beberapa keuntungan antara lain: frekuensi yang lebih tinggi memiliki noise
yang lebih sedikit, dapat menggunakan teknik frekuensi division multiplexing (FDM) dan
penggunaan antena yang lebih kecil ukurannya.
Pada modulasi amplitudo, sinyal pesan m(t) disebut juga dengan sinyal pemodulasi
dikenakan pada sinyal pembawa c(t) menjadi sinyal termodulasi u(t) yaitu sinyal yang
dipancarkan. Terdapat beberapa cara sinyal pemodulasi amplitudo dikenakan pada sinyal
pembawa, dimana masing-masing memiliki karakteristik spektral tersendiri, antara lain:
double sideband suppresessed carrier (DSB-SC), conventional DSB, single sideband (SSB)
dan vestigial sideband. Pada praktikum kali ini hanya membahas DSB-SC, conventional
DSB dan SSB.

Modulasi Double-Sideband Suppressed Carrier (DSB SC) AM

Modulasi DSB-SC dilakukan dengan mengkalikan sinyal pemodulasi m(t) dengan sinyal
pembawa c(t). Sinyal termodulasi u(t) yang dihasilkan:

Bandwidth sinyal yang dipancarkan U(f) dapat diperoleh dari transformasi Fourier dari

u(t):

Gambar 4.1. menunjukkan representasi spektrum sinyal input/sinyal pemodulasi m(t) dan
sinyal termodulasi/sinyal yang dipancarkan c(t).

Gambar 4.1. (a) Spektrum sinyal pemodulasi M(f), (b) Spektrum sinyal termodulasi U(f).
Dari Gambar 4.1, tampak bahwa bandwidth yang dibutuhkan oleh sistem pemancar DSB-
SC AM adalah dua kali dari bandwidth sinyal input. Sinyal termodulasi sendiri dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sinyal yang frekuensinya lebih besar dari
frekuensi pembawa disebut dengan komponen upper sideband (USB) dan frekuensi yang
lebih kecil dari frekuensi pembawa disebut dengan lower sideband (LSB).

Apabila sinyal input berupa sinyal sinusoida m(t) = a cos(2πfmt) dimana fm << fc, maka
sinyal yang dipancarkan adalah:

Dan spektrum yang dihasilkan:

Gambar dari Spektrum tersebut ditunjukkan pada Gambar

Gambar 4.2. (a) Spektrum DSB-SC sinyal sinusoida, (b) komponen LSB dan (c)
komponen USB.
Daya dari sistem pemancar DSB-SC AM dapat dihitung dari daya sinyal input m(t) dan
daya sinyal pembawa c(t) menggunakan persamaan berikut:

𝐴2 𝐴2 𝐴 ×𝐴 2

𝑃 =𝑃 ×𝑃 = 𝑚× 𝑐 = ( 𝑚 𝑐)

𝐷𝑆𝐵−𝑆𝐶 𝑚

Conventional DSB AM

Sinyal conventional DSB AM memiliki komponen tambahan sinyal pembawa


pada sistem DSB-SC AM. Sinyal conventional DSB AM dinyatakan secara matematis
dengan:

Selama |m(t)| ≤ 1, amplitudo Ac [1 + m(t)] selalu positif sehingga lebih


memudahkan proses demodulasi. Sinyal pesan dapat dinyatakan pula dalam bentuk
persamaan lain, yaitu:

Dimana mn(t) dinormalisasi sehingga nilai minimum -1. Hal ini dapat dilakukan
dengan mendifinisikan:

Faktor skala a dikenal sebagai indeks modulasi. Maka sinyal termodulasi u(t) menjadi:
Bandwidth dari sinyal termodulasi u(t) adalah:

Dari persamaan diatas tampak bahwa spektrum dari conventional DSB AM


memerlukan bandwidth dua kali dari sinyal pesan. Sebagai contoh, misal sinyal pesan
adalah sinyal sinusoida berikut:
Sinyal termodulasi conventional DSB AM:

Komponen LSB:

Komponen USB:

Spektrum sinyal yang dipancarkan:

Gambar 4.3. Spektrum sinyal conventional DSB AM.


Single Sideband AM (SSB AM)

Sistem pemancar DSB-SC AM dan conventional DSB AM memerlukan


bandwith dua kali bandwidth sinyal pesan. Penggunaan teknik single sideband (SBB)
dapat mengurangi persyaratan bandwidth DSB AM, yaitu hanya menggunakan salah
satu dari dua band dari DSB AM. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengaturan berikut:

Bila sistem pemancar menggunakan upper band digunakan tanda (-), sehingga sinyal
yang dipancarkan adalah:

Dan jika hanya menggunakan lower sidband digunakan tanda (+) sehingga
dihasilkan:
C. ALAT dan BAHAN
1. Laptop
2. Software matlab

D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
- Membuka software matlab.
- Memasukkan kode sumber yang telah diberitahukan pada modul yang
diberikan.
- Setelah itu, tekan play/run untuk menghasilkan sinyal yang diinginkan,
dimana sebelumnya kode tersebut telah disimpan.
E. DATA DAN HASIL
- Tugas 1

Analisa :

Gambar pertama adalah sinyal informasi berfrekuensi rendah yang dimoduasi oleh
sinyal pembawa berfrekuensi tinggi, menggunakan modulasi AM terlihat dari
perbedaan amplitudonya, gambar terakhir menunjukkan hasil modulasi.

Anda mungkin juga menyukai