Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang sempurna dibanding

dengan makhluk lainnya. Manusia diberi kelebihan akal oleh Allah untuk

dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil dalam menjalani

kehidupannya di dunia. Hal tersebut akan menjadi bekal manusia kelak di

akhirat. Namun dalam menjalankan kehidupannya, manusia tidak luput dari

kesalahan dan lupa. Oleh sebab itu, pengawasan perlu ada dalam kehidupan

manusia, baik pengawasan dari dalam diri sendiri maupun dari luar.

Pengawasan atau controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang

terkait dengan fungsi manajemen lainnya, seperti perencanaan,

pengorganisasian, dan pelaksanaan. Ketiga fungsi manajemen tersebut

tidak dapat berjalan efektif tanpa adanya fungsi pengawasan. Menurut

Sondang P. Siagian, pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang

dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.1

Sistem pengawasan harus mendukung usaha menyelesaikan masalah

dengan pengambilan keputusan, tidak hanya menunjukan penyimpangan-

penyimpangan. Sistem tersebut harus dapat menunjukan mengapa terjadi

penyimpangan dan apa yang harus dapat dilakukan untuk perbaikannya.

Sistem pengawasan harus dapat dengan cepat atau dini mendeteksi

penyimpangan sehingga tindakan perbaikan dapat pula dilakukan dengan


1
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012), hal. 125
2

segera agar terhindar hal-hal yang tidak di harapkan. Sistem pengawasan yang

efektif memberikan informasi yang mudah dimengerti. Sistem pengawasan

harus dapat mengakomodasi situasi yang unik yang berubah-ubah.

Pengawasan berarti bahwa manajer berusaha untuk menjamin bahwa

organisasi bergerak kearah tujuannya. Apabila ada bagian tertentu

dari organisasi ini berada pada jalan yang salah atau terjadi penyimpangan,

maka manajer berusaha menemukan penyebabnya kemudian memperbaiki

atau meluruskan kejalan yang benar.

Sistem pengawasan harus mengakomodasikan kapasitas seseorang

untuk mengawasi dirinya sendiri. Pentingnya sistem pengawasan harus ada

saling percaya, komunikasi dan partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan.

Sistem pengawasan harus menitik beratkan pada pengembangan, perubahan

dan perbaikan. Kalau dapat sanksi dan peringatan itu di umumkan. Kalau

sanksi di perlukan haruslah berhati-hati dan manusiawi, akhirnya sistem

pengawasan harus jujur dan objektif artinya tidak memihak dan satu-satunya

tujuan dan peningkatan kerja.

Pentingnya sebuah pengawasan karena perubahan lingkungan

organisasi,peningkatan kompleksifitas organisasi, meminimalisasikan

tingginya kesalahan-kesalahan, kebutuhan manager untuk mendegelasikan

wewenang komunikasi, dan menilai informasi dan mengambil tindakan

koreksi.

Dalam islam pengawasan lebih ditujukan kepada kesadaran dalam diri

sendiri tentang keyakinan bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita, sehingga
3

takut untuk melakukan kecurangan. juga kesadaran dari luar diri kita, dimana

ada orang yang juga mengawasi kinerja kita. Seorang pemimpin harus mampu

mengawasi semua kinerja dari karyawannya agar tujuan dari sebuah

perusahaan dapat tercapai sebagaimana yang telah direncanakan. Untuk

mendukung jalannya pengawasan dengan baik, maka setiap elemen yang ada

dalam perusahaan memiliki ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT,

kesadaran anggota untuk mengontrol sesamanya, dan penetapan aturan yang

tidak bertentangan dengan syariah. Dengan demikian, pengawasan dapat

berjalan sebagaiman mestinya.2

Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh

secara berdaya guna (efisien) dan hasil guna (efektif), sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut M.Manulang dalam bukunya dasar-dasar manajemen, tujuan

adanya pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang rencanakan

menjadi kenyataan daan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi

yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan serta rencana

berdasarkan pertemuan-pertemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk

memperbaikinya baik pada waktu itu ataupun yang akan datang3

2
Usman Effendi, Asas Manajemen,(Jakarta,PT Raja Grafindo Persada,2014) cet-1
h.205

3
M.Manulang, Dasar-Dasar Manajemen,(Yogyakarta:Gajah Muda Uiversitya Press,2002), h.173
4

Dalam pandangan islam, pengawasan dilakukan untuk meluruskan

yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.

Pengawasan dalam islam terbagi menjadi dua hal, yaitu :

Pertama, control yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari

tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Seseorang yang yakin bahwa Allah

pasti selalu mengawasi hamba-hambanya, maka ia akan bertindak hati-hati

dalam surat Al-Mujadalah ayat 7 telah dijelaskan bahwa :

‫ون ِمن نَّجْ َو ٰى‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اأْل َر‬


ُ ‫ض ۖ َما يَ ُك‬ َ ‫أَلَ ْم ت ََر أَ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬

َ ِ‫ثَاَل ثَ ٍة إِاَّل هُ َو َرابِ ُعهُ ْم َواَل خَ ْم َس ٍة إِاَّل هُ َو َسا ِد ُسهُ ْم َواَل أَ ْدن َٰى ِمن ٰ َذل‬
‫ك َواَل أَ ْكثَر‬

ِّ‫إِاَّل هُ َو َم َعهُ ْم أَ ْينَ َما َكانُوا ۖ ثُ َّم يُنَبِّئُهُم بِ َما َع ِملُوا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ۚ إِ َّن هَّللا َ بِ ُكل‬

‫َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui

apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga

orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima

orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara

jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama

mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan

kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al Mujadalah : 7)4

Kemudian juga harus didasari atas ketakwaan yang tinggi kepada

Allah, dimana dengan adanya ketakwaan kepada Allah, maka akan ada rasa

4
Kementrian Agama RI , Al-Qur’an dan terjemahannya, (Cv.Gema Risalah Press Bandung;1993)
5

takut untuk melakukan suatu kecurangan dalam pekerjaan dan merasa diri

bahwa Allah selalu melihat apa yang kita perbuat.

Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika system pengawasan

tersebut dilakukan dari luar diri sendiri. System pengawasan ini dapat terdiri

atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan

penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian

tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain sebagainya.

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya. Pendisiplinan adalah usaha untuk menanamkan nilai ataupun

pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah

peraturan.5

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang

didirikan oleh seorang kiyai sebagai figure sentral yang berdaulat menerapkan

tujuan pendidikan pondoknya. Pondok Pesantren Daarul Musthofa Bekasi

yang merupakan lembaga pendidikan informal yang bergerak dibidang

keagamaan. merupakan salah satu dari sekian pesantren yang telah mengiringi

perkembangan zaman yang semakin berkembang. Maka dari itu dengan

adanya lembaga pondok pesantren setidaknya para remaja saat ini bisa lebih

terdidik, dan lebih terjaga dari pergaulan luar yang negatif seperti pergaulan

bebas.

Tujuan pendidikan pondok pesantren menurut mastuhu adalah


5
Tulus Tu’u,Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa,(Jakarta:Grasindo,2004),h.30
6

menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT. Berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat

berkhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi

abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam kepribadian,

menyebarkan agama atau menegakan islam dan kejayaan umat islam di

tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka

mengembangkan kepribadian yang ingin dituju ialah kepribadian mukhsin,

bukan sekedar muslim6.

Santri yang bermukim di pondok pesantren memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh Santri

adalah dalam hal menaati suatu peraturan. Santri yang tinggal di dalam

pondok pesantren dihadapkan pada sejumlah peraturan yang wajib untuk

dipatuhi. Peraturan yang ditetapkan oleh pondok pesantren diharapkan

mampu mendidik Santri supaya memiliki akhlak yang mulia dengan karakter

disiplin, bertanggung jawab, dan patuh.

Pengawasan Pondok Pesantren Daarul Musthofa Jati Asih Bekasi.

Dilakukan Sepenuhnya Oleh Badan Pengawas, Pengurus Dan Keamanan

Pondok Pesantren tersebut. Badan ini didirikan oleh pesantren yang secara

operasionalnya memiliki tugas mengawasi para santri dalam menananmkan

kedisiplinan dalam belajar maupun kegiatan sehari-hari lainnya. Bentuk-

bentuk pengawasan yang dilaksanakan seminggu sekali bahkan setiap hari.

6
Matsuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsure Dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta:1994),
h.24
7

Sistem pengawasan di pondok pesantren bersifat saling berhubungan

antara pimpinan pondok pesantren, pengurus, keamanan pondok pesantren

yang sangat berperan penting dalam pengawasan di Pondok Pesantren

Daarul Musthofa Jati Asih Bekasi.

Sistem pengawasan aktifitas santri tersebut diharapkan mampu

mendisiplinkan Santri dalam melakukan kegiatan. Selain itu, sistem

pengawasan Santri diharapkan mampu menghantarkan Pondok Pesantren

Daarul Musthofa Jati Asih Bekasi dalam mencapai tujuannya. berdasarkan

latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat

strategi apa yang digunakan oleh Pondok Pesantren Daarul Musthofa Jati

Asih Bekasi Dalam Meningkatkan Kedisplinan Santri.

Kemudian hal ini menjadikan dasar penulis untuk mengangkat judul

pada penelitian ini yaitu“Sistem Pengawasan Pondok Pesantren Dalam

Meningkatkan Disiplin Santri pada Pondok Pesantren Daarul Musthofa

Jati Asih Bekasi”.

B. Identifikasi Masalah

1. Sistem Pengawasan Pondok Pesantren Daarul Musthofa yang belum

maksimal.

2. Banyaknya santri yang belum mematuhi tata tertib Pondok Pesantren

Daarul Musthofa.

3. Disiplin santri yang rendah di pondok Pondok Pesantren Daarul

Musthofa.
8

C. Pembatasan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah yang ada maka pembatasan masalah

pada penelitian ini adalah tentang Sistem Pengawasan Pondok Pesantren

Daarul Musthofa yang belum maksimal.

D. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana Sistem

Pengawasan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Disiplin Santri pada

Pondok Pesantren Daarul Musthofa Jati Asih Bekasi?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui sistem pengawasan pondok pesantren Daarul

Musthofa Bekasi .

2. Untuk mengetahui disiplin santri pada pondok pesantren Daarul

Musthofa Bekasi

3. Untuk mengetahui upaya pondok pesantren Daarul Musthofa Bekasi

dalam meningkatkan sistem pengawasan


9

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu membantu berbagai pihak untuk

terus belajar, berkembang, dan menjadi lebih baik, khususnya Pondok

Pesantren Daarul Musthofa Bekasi. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah

1. Kegunaan teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan

ilmu dan pengetahuan, khususnya Prodi Manajemen Pendidikan Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Az-Ziyadah untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan topik sistem pengawasan sumber

daya manusia.Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak tertentu

guna menjadikan penelitian ini menjadi acuan untuk penelitian yang

akan datang terhadap objek yang sejenis atau aspek lainnya yang belum

tercakup dalam penelitian ini.

2. Kegunaan praktik

Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan

gelar sarjana strata satu (S1). Selain itu, adanya penelitian ini diharapkan

mampu memberikan informasi kepada para pengelolah Pondok Pesantren

Daarul Musthofa Bekasi tentang sistem pengawasan sumber daya

manusia sekaligus memperoleh bekal aplikatif untuk memperbaiki sistem

pengawasan Santri.
10

G. Sistematika Penulisan

Untuk dapat menghasilkan suatu tulisan yang teratur dan terarah,

peneliti menguraikan secara garis besar tentang pokok bahasan dalam

setiap bab penelitian :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bagian bab ini akan diisi pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.

BAB II : KAJIAN TEORETIK

Bab ini merupakan bagian skripsi yang menekankan pada riset terdahulu dan

aspek teoretik. Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu dan kerangka teori.

Selain itu, bab ini juga berisi tentang teoretik dalam prespektif Islam.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan secara rinci tentang metode dan teknik yang

digunakan dalam mengkaji objek penelitian. Bab ini menjelaskan tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-

tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, dan teknik

analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan inti dari penelitian. Kondisi riil di lapangan dan hasil

penelitian akan dipaparkan dalam bab ini. Bab ini menyampaikan profil utuh

dari obyek yang diteliti sekaligus permasalahan yang dihadapinya. Bab ini
11

membahas tentang data-data yang terkait dengan rumusan masalah di

antaranya gambaran umum objek penelitian, penyajian data, dan

pembahasan hasil penelitian (analisis data).

BAB V : PENUTUP

Bab ini merumuskan ulang dan menyimpulkan dari jawaban rumusan masalah

penelitian dan saran atau rekomendasi praktis terkait dengan temuan penelitian

dan juga penjelasan singkat tentang keterbatasan peneliti selama melakukan

penelitian.
12

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Sistem

1. Pengertian sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa yunani yaitu “systema” yang

berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara

teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem dapat diartikan sebagai

kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan antar satu dengan

yang lainnya yang secara bersama-sama mencapai tujuan tertentu.7

Sistem yang baik merupakan gabungan dari berbagai elemen-

elemen yang saling berhubungan dan saling ketergantungan satu dengan

lainnya, sehingga akan menghasilkan harmonisasi sistem. Pelaksanaan

sistem yang konsisten akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik

dan rapi. Begitu sebaliknya, sistem yang tidak dilaksanakan atau ditolak

dalam pengaplikasian sehari-hari maka akan melahirkan kekacauan dalam

kehidupan dan kecelakaan di akhirat.

Adapun ciri-ciri sistem adalah mempunyai sub sistem, mempunyai

batasan sistem, mempunyai tujuan yang jelas, dan mempunyai input, proses,

dan output. Berikut merupakan model sistem yang menjelaskan bahwa

sistem minimal mempunyai empat komponen, yaitu input, pengolahan,

output, dan balikan atau control.8

7
Priyono, Pengantar Manajemen, (Sidoarjo: Zifatama, 2007), hal. 19
8
Sri Mulyani, Metode Analisis dan Perancangan Sistem, (Bandung : Abdi Sistematika, 2016), hal.4
13

Murdick dan Roos sistem adalah seperangkat unsur yang

melakukan sesuatu kegiatan atau membuat skema dalam rangka

mencapai tujuan dengan mengelola data dan energi atau barang dalam

jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi, energi dan hal benda.9

Menurut lembaga administrasi negara : “sistem pada hakikatnya

adalah seperangkan komponen, elemen, yang satu sama lain saling

berkaitan, pengaruh mempengaruhi, dan saling tergantung sehingga

keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi atau suatu

totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu.10

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa sistem

adalah keseluruhan himpunan bagian bagian yang satu sama lain

berinteraksi dan bersama sama melakukan kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan dalam suatu organisasi.

Terdapat beberapa ciri sistem sebagai berikut :

1) Adanya struktur tertentu (suatu gabungan atau kombinasi atau

kumpulan) unsur, elemen, komponen, bagian, hal yang disebut

subsistem.

2) Bagian-bagian atau unit-unit memiliki fungsi masing-masing.

3) Bagian atau unit yang ada memiliki hubungan satu sama lain.

4) Rangkaian bagian atau unit tersebut merupakan kebulatan yang utuh

dan bergerak ke arah tujuan.11

9
Sagala Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 9
10
Syah Dawyan, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Faza Media, 2006), hal. 45
11
Ibid, hal. 46.
14

Dengan demikian sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas

komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai

sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak

sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil produktif.

B. Pengertian Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Dalam Al-Qur’an seperti firman Alla SWT

َ‫َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ أَنْ تَقُولُوا َما ال تَ ْف َعلُون‬

Artinya: amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan


apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS As Shaff :3)12

Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang

yang mengabaikan pengawasan terhadap perbuatannya. Pengawasan

merupakan fungsi manajemen yang paling pesensial, sebaik apa pun

pekerjaan yang dilaksanakan tanpa adanya pengawasan tidak dapat

dikatakan berhasil. Pengawasan yang berhubungan dengan tindakan atau

usaha penyelamatan jalannya perusahan kearah tujuan yang di inginkan

yakni tujuan yang telah direncanakan. Seorang manajer yang melakukan

tugas pengawasan haruslah sungguh-sungguh mengerti arti dan tujuan dari

pada pelaksanaan tugas pengawasan.

Kata “pengawasan” sering mempunyai konotasi negatif atau tidak

menyenangkan karena dengan pengawasan dianggap akan mengancam

12
Kementrian Agama RI , Al-Qur’an dan terjemahannya, (Cv.Gema Risalah Press Bandung;1993)
15

kebebasan dari pribadi seseorang. Padahal setiap organisasi

memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. 13

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang biasa

disebut dengan controlling. Pengawasan dapat dikatakan sebagai

kegiatan yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan yang

telah dibuat tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Weihrich dan

Koontz, pengawasan (controling) merupakan salah satu fungsi manajemen

yang mengukur dan melakukan koreksi atas kinerja. Hal tersebut merupakan

upaya yang sedang dilakukan dalam rangka meyakinkan atau memastikan

tercapainya tujuan dan rencana yang telah ditetapkan14.

Menurut Sondang P. Siagian, pengawasan merupakan proses

pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin bahwa semua

pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.15

Fungsi utama pengawasan adalah untuk memastikan bahwa

seseorang yang memiliki tanggungjawab dapat melaksanakannya dengan

sebaik mungkin. Pelaksanaan tersebut dikontrol dengan sistem

operasional dan prosedur yang berlaku. Pelimpahan tanggungjawab

tersebut harus disesuaikan dengan kompetensi yang telah dimiliki

seseorang agar mampu merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan16.

13
Hetty Fitria Rahmawati, Peranan Pengawasan dalam Meningkatkan Kedisiplinan Kerja Pegawai Di Kantor
Informasi dan Komunikasi Kabupaten Karanganyar,(Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2007), hal. 42
14
Nurma Yunita, Sistem Pengawasan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Jauhar Terhadap Etika Santri Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2015), hal. 13
15
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012), hal. 125
16
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal.179
16

Tujuan dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang

telah direncanakan menjadi kenyataan. Selain itu, pengawasan juga

bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,

ketidaksesuaian dan lain-lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan

wewenang yang telah ditentukan. Pengawasan dapat bersifat positif dan

negatif. Pengawasan positif digunakan untuk mengetahui apakah tujuan

organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Sedangkan, pengawasan

negatif digunakan untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan

atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.17

Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulakan bahwa

pengawasan atau pengendalian harus ditegakkan pada saat perencanaan

berlangsung. Akan tetapi, pengawasan atau pengendalian itu merupakan

suatu konsep yang lebih menyerap, konsep yang membantu para

manajer memantau efektivitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan

pimpinan mereka mengambil tindakan perbaikan begitu dibutuhkan .

langkah awal proses pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan,

penetapan tujuan, standar atau sasaran pelaksanaan suatu kegiatan.18

2. Jenis-Jenis Pengawasan

Adanya berbagai macam perbedaan sudut pandang menurut

Manullang, maka jenis pengawasan digolongkan menjadi empat, di

antaranya :

1) Berdasarkan waktu pengawasan Pengawasan yang dilakukan berdasarkan

17
Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta : Galia Indonesia, 1990), hal. 173
18
Usman Effendi, Asas Manajemen,(Jakarta,PT Raja Grafindo Persada,2014) cet-1 h.205
17

waktu dibagi menjadi dua yaitu pengawasan preventif dan pengawasan

represif. Pengawasan preventif merupakan pengawasan yang dilakukan

sebelum terjadinya penyelewengan. Sedangkan, pengawasan represif

dilakukan setelah rencana sudah dijalankan.

2) Berdasarkan objek pengawasan

Objek pengawasan dapat berupa bidang produksi, keuangan, waktu,

maupun sumber daya manusia dengan kegiatannya.

3) Berdasarkan subjek pengawasan

Berdasarkan subjek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan menjadi

dua cara yaitu intern dan ekstern. Pengawasan intern merupakan

pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan yang bersangkutan.

Sedangkan, pengawasan ekstern dilakukan oleh orang-orang di luar

organisasi yang bersangkutan.

4) Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan Berdasarkan cara

bagaimana mengumpulkan fakta-fakta untuk pengawasan,

pengawasan dibagi menjadi personal observation, oral report,

written report, dan control by exception.19

1. Pengawasan tidak langsung

Yang dimaksud pengawasan tidak langsung ialah pengawasan

dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang

disampaikan oleh para bawahan, bentuk pengawasan seperti ini dapat

berupa :

19
Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta : Galia Indonesia, 1990), hal.176
18

a. Laporan secara lisan : pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan

fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan para bawahan.

Dengan cara ini kedua pihak harus aktif, bawahan memberikan

laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan dapat bertanya

lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukannya.

Pengawasan seperti ini dapat mempererat hubungan antar organisasi,

karena adanya kontak langsung melalui wawancara antara mereka.

b. Laporan tertulis : merupakan suatu pertanggung jawaban bawahan

kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai

dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dengan

laporan tertulis sulit pimpinan menentukan mana yang berupa

kenyataan dan apa saja yang berupa pendapat. Keuntungannya untuk

pemimpin dapat digunakan sebagai pengawasan dan bagi pihak

lain dapat gigunakan untuk menyusun rencana berikutnya.

c. Laporan khusus : selain laporan lisan dan tertulis menurut manullang

pengawasan masih mempunyai satu teknik lagi, yaitu pengawasan

melalui laporan kepada hal-hal yang bersifat khusus. Pengawasan

yang berdasarkan pengecualian (control by exception) adalah suatu

sistem pengawasan dimana pengawas itu ditunjukan pada masalah

pengecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima

laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang

istimewa.
19

2. Pengawasan langsung

Dalam pengawasan langsung dapat dilakukan dengan

peninjauan pribadi yaitu inspeksi dengan jalan meninjau secara pribadi

sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan. Cara ini

mengandung kelemahan, menimbulkan kesan kepada bawahan bahwa

mereka diamati secara keras dan kuat sekali. Menurut SP Siagian

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan langsung adalah

apabila pimpinan organisasi melakukan sendiri terhadap kegiatan yang

sedang dijalankan oleh para bawahannya. Pengawasan langsung dapat

berupa inspeksi langsung, pengamatan langsung ditempat, dan membuat

laporan di tempat. Namun, ada yang perpendapat bahwa cara inilah yang

terbaik, karena melakukan kontak langsung antara atasan dan bawahan

dapat dipererat serta, kesukaran dalam praktik dapat dilihat langsung dan

tidak dapat dikacaukan oleh pendapat bawahan sebagaimana mungkin

terselip dengan cara menerima laporan tertulis. serta, kesukaran dalam

praktik dapat dilihat langsung dan tidak dapat dikacaukan oleh pendapat

bawahan sebagaimana mungkin terselip dengan cara menerima laporan

tertulis.20

Menurut Arifin kekuatan dari pewasan tidak langsung

adalah adalah dibutuhkan waktu pendek, dan tidak perlu terjun

langsung ke setiap lapangan. Kelemahannya adalah sering bawahan

melaporkan hal-hal yang positif saja. Padahal pimpinan harus mengetahui


20
Usman Effendi, Asas Manajemen,(Jakarta,PT Raja Grafindo Persada,2014) cet-1 h.205
20

hal yang positif sekaligus negatif agar tidak salah berrkesimpulan dan

salah dalam mengambil keputusan.

Kesimpulannya ialah bahwa pengawasan tidak akan dapat

berjalan dengan baik apabila hanya bergantung kepada laporan

saja. Adalah bijaksana apabila pemimpin organisasi menggabungkan

teknik pengawasan langsung dan tidak langsung dalam melakukan fungsi

pengawasan itu. Dengan teknik-teknik yang telah dijelaskan di

atas diharapkan pelaksanaan pengawasan dapat berjalan dengan efektif

dan efisien, sehingga dalam melakukan pengawasan juga lebih mudah.

Dan hasil dari pengawasan dapat dijadikan evaluasi atau acuan

untuk pengambilan kebijakan berikutnya.

C. Pendidikan Pondok Pesantren

1. Pengenalan awal Pondok Pesantren

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut

dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok

pesantran. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang

sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri

sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok dan

pesantren.

Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal dari kata

funduq (arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena

pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para


21

pelajar yang jauh dari tempat asalnya.adapun kata pesantren berawal dari

kata santri yang diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti

menunjukan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Istilah

pesantren dalam pembahasan ini adalah suatu lembaga pendidikan dan

pengembangan agama islam di tanah air.

Sementara A. Halim, dkk. Mengatakan bahwa pesantren ialah

lembaga pendidikan islam yang mengajarkan ilmu-ilmu

keislaman, dipimpin oleh kiai sebagai pemangku/pemilik pondok

pesantren dibantu oleh ustad/guru yang mengajarkan ilmu-ilmu

keislaman kepada santri, melalui metode dan teknik yang khas. Pesantren

juga bisa dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang disajikan sebagai

wadah untuk memperdalam agama dan sekaligus sebagai pusat

penyebaran agama. Karena dipesantrenlah agama diajarkan sengan

semangat dan dipesantren pulalah ajaran agama disebarkan21

Kata pondok berasal dari kata funduq (bahasa arab) yang artinya

ruang tidur, asrama atau wisma sederhana. Karena pondok memang

sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang

jauh dari tempat asalnya. Menurut manfred dalam ziemek kata

pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran

–an yang berarti menunjukkan tempat. Maka artinya adalah tempat para

santri.

Dalam perkembangannya, perbedaan ini ternyata mengalami

21
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, hal.2.
22

kekaburan. Asrama (pemondokan) yang seharusnya sebagai penginapan

santri-santri yang belajar di pesantren untuk memperlancar proses

belajarnya dan memilih menjalin hubungan guru-murid secara lebih akrab,

yang terjadi di beberapa pondok justru hanya sebagai tempat tidur semata

bagi pelajar-pelajar sekolah umum. Tempat pengkajian kitab-kitab islam

klasik yang memiliki asrama (pemondokan) oleh masyarakat terkadang

disebut pesantren. Sebenarnya penggunaan gabungan kedua istilah

secara integral yakni pondok dan pesantren menjadi pondok pesantren

lebih mengakomodasikan karakter keduanya.

Pondok pesantren menurut M. Arifin berarti, suatu lembaga

pendidikan agama islam yang yang tumbuh serta diakui masyarakat

sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima

pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang

sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau

beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta

independen dalam segala hal.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat

dipahami, bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam

dimana para santrinya tinggal dipondok yang dipimpin oleh kiai. Para

santri tersebut mempelajari, memahami dan mendalami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama islam dengan menekankan pada pentingnya

moral keagamaan.22

Dalam penelitian ini, pesantren didefinisikan sebagai suatu


22
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, hal.3.
23

tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama

islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat

permanen.

2. Tujuan pendidikan Pondok Pesantren

Menurut H.M. Arifin, dikutip Mahmud, terbentuknya


pesantren dapat dilihat pada dua tujuan, yaitu :
1) Tujuan Umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang
bekepribadian islam. Anak didik dengan ilmu agamanya,
sanggup menjadi mubalig dalam masyarakat sekitar melalui ilmu
dan agamanya.

2) Tujuan khusus
Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam

ilmu agama yang dianjurkan oleh kiai yang bersangkutan serta

mengamalkan dalam masyarakat.23

3. Karakteristik Pondok Pesantren

Pendok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam berbeda

dengan pendidikan lainnya, baik dari aspek sistem pendidikan maupun

unsur pendidikan yang dimilikinya. Ada beberapa ciri-ciri (karakteristik)

khusus pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai

lembaga sosial yang secara informal itu ikut terlibat dalam

23
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, hal.3.
24

pengembangan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, unsur-unsur

tradisi pesantren dapat dikategorikan lagi menjadi tiga kelompok :

1) Sarana perangkat keras; pondok dan masjid

Dalam suatu pesantren, pondok dan masjid merupakan dua

bangunan yang sangat penting. Pondok pada dasarnya adalah

asrama para santri tinggal bersama dan masjid merupakan tempat

sentral bagi transformasi dan isnad ilmu dipesantren.

2) Kiai dan santri

Berbicara soal seorang pemimpin dalam pondok pesantren tidak

lepas dari sosok seorang kiai. Kiai merupakan aktor utama, kiailah

yang merintis pesantren, mengasuh, menentukan mekanisme belajar

dan kurikulum, serta mewarnai kehidupan pesantren sehari-harinya.

Santri, biasanya berkonotasi pada siswa yang belajar pada suatu

pesantren untuk mempelajari kitab-kitab kalsik. Oleh karena itu

santri merupakan elemen lain yang juga sangat penting setelah

kiai.

3) Aktivitas intelektual; pengajian kitab-kitab islam klasik

Tujuan utama para santri untuk berguru ke pesantren tidak lain

adalah untuk belajar agama. Pelajaran-pelajaran agama biasanya

didapat dari menggali kitab-kitab islam klasik yang memang

tersedia banyak dipesantren24

24
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2018) hal.33-35.
25

Anda mungkin juga menyukai