PENDAHULUAN
BAB II
1
PEMBAHASAN
2
2.3 SUMBER HUKUM ISLAM
1. AL-QUR’AN
a. Pengertian Al-qur’an
a. Fungsi Al-qur’an
3
2. HADIST
a. Pengertisn Hadist
Hadits merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-qur’an.
Hadis ialah segala bentuk tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir) nya Nabi.
c. Fungsi Hadis
Sebagai sumber kedua ajaran islam setelah Al-qur’an
Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam
Al-qur’an.
Menjelaskan, menafsirkan, merinci ayat-ayat Al-qur’an yang masih umum dan
samar-samar.
Menetapkan sesuatu yang belum ditetapkan oleh Al-qur’an (melengkapi Al-
qur’an).
4
3. IJMA’
a. Pengertian Ijma’
Ijma’ merupakan sumber hukum islam yang ketiga setelah hadist. Ijma’
ialah kesepakatan hukum yang diambil dari Fatwa atau musyawarah para
Ulama tentang suatu perkara yang tidak ditemukan hukumnya didalam Al
qur'an ataupun hadis . Tetapi rujukannya pasti ada didalam Al-qur’an dan
hadis. ijma’ pada masa sekarang itu diambil dari keputusan-keputusan ulama
islam seperti MUI.
b. Macam macam ijma’
o Macam ijma’ berdasarkan caranya :
Ditinjau dari cara menghasilkan hukumnya, ijma’ dibagi menjadi dua, yakni:
o Ijma’qauli, yaitu ijma’ dimana para mujtahid menetapkan pendapat baik secara
lisan maupun tulisan yang menerangkan persetujuan atas pendapat mujtahid
lainnya. Ijma’ qauli disebut juga ijma’ qath’i.
o Ijma’ sukuti, yaitu suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum
suatu masalah, kesepakatan yang mendapat tantangan (hambatan) di antara
mereka atau salah seorang di antara mereka tenang (diam) saja dalam
mengambil suatu keputusan.Ijma’ sukuti disebut juga ijma’ dzanni.
Tentang ijma’ sukuti, ulama berbeda pendapat bolehkah ijma’ sukuti menjadi
hujjah atau tidak.
5
o Ijma’ Ahlu Bait, yaitu kesepakatann keluarga nabi dalam suatu masalah.
Ialah hukum mengkonsumsi ganja atau sabu sabu atau sejenis minuman
yang memabukkan
Di dalam Al-Qur’an Allah hanya menjelaskan tentang larangan meminum
minuman khamar.
c. Fungsi ijma’
Yaitu memiliki otritas menentukan keputusan hakim benar atau salah.
Pada dasarnya ijma’ menurut ulama mempunyai kekuatan dalam menetapkan
hukum dan memiliki pendapat tersendiri.
4. QIYAS
a. Pengertian Qiyas
Qiyas merupakan sumber hukum islam yamg ke empat setelah ijma’.
Qiyas ialah menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya didalam Al-
qur’an dan hadis dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang
ditetapkan berdasarkan nash.
b. Dasar hukum Qiyas
Sebagian besar para ulama fiqh dan para pengikut madzhab yang empat
sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar hujjah
dalam menetapkan hukum dalam ajaran Islam. Hanya mereka berbeda
pendapat tentang kadar penggunaan qiyas atau macam-macam qiyas yang
boleh digunakan dalam mengistinbathkan hukum, ada yang membatasinya dan
ada pula yang tidak membatasinya, namun semua mereka itu barulah
melakukan qiyas apabila ada kejadian atau peristiwa tetapi tidak diperoleh satu
nashpun yang dapat dijadikan dasar.
c. Rukun Qiyas
a. Al-ashlu (pokok).
Sumber hukum yang berupa nash-nash yang menjelaskan tentang hukum,
atau wilayah tempat sumber hukum.Yaitu masalah yang menjadi ukuran atau
6
tempat yang menyerupakan. Para fuqaha mendefinisikan al-ashlu sebagai objek
qiyas, dimana suatu permasalahan tertentu dikiaskan kepadanya (al-maqis
‘alaihi), dan musyabbah bih (tempat menyerupakan), juga diartikan sebagai
pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash.
Imam Al-Amidi dalam al-Mathbu’ mengatakan bahwa al-ashlu adalah sesuatu
yang bercabang, yang bisa diketahui (hukumnya) sendiri. Contoh,
pengharaman ganja sebagai qiyâs dari minuman keras adalah keharamannya,
karena suatu bentuk dasar tidak boleh terlepas dan selalu dibutuhkan Dengan
demiklian maka al-aslu adalah objek qiyâs, dimana suatu permasalahan tertentu
dikiaskan kepadanya.
b. Al-far’u (cabang).
Al-far’u adalah sesuatu yang tidak ada ketentuan nash. Fara' yang berarti
cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan hukumnya karena tidak
ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar. Fara' disebut juga maqis (yang
diukur) atau musyabbah (yang diserupakan) atau mahmul (yang dibandingkan).
c. Al- Hukum.
Al- Hukum adalah hukum yang dipergunakan Qiyas untuk memperluas
hukum dari asal ke far’ (cabang). Yaitu hukum dari ashal yang telah ditetapkan
berdasar nash dan hukum itu pula yang akan ditetapkan pada fara' seandainya
ada persamaan 'illatnya.
d. Al-‘illah (sifat)
Illat adalah alasan serupa antara asal dan far’ ( cabang)., yaitu suatu sifat yang
terdapat pada ashl, dengan adanya sifat itulah , ashl mempunyai suatu hukum.
Dan dengan sifat itu pula, terdapat cabang disamakan dengan hukum ashl.
Contoh : Minum narkotik adalah suatu perbuatan yang perlu ditetapkan
hukumnya, sedang tidak ada satu nashpun yang dapat dijadikan sebagai dasar
hukumnya. Untuk menetapkan hukumnya dapat ditempuh cara qiyas dengan
mencari perbuatan yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan
nash, yaitu perbuatan minum khamr, yang diharamkan berdasarkan firman
Allah Swt:
Antara minum narkotik dan minum khamr ada persamaan ‘illat, yaitu sama-
sama berakibat memabukkan para peminumnya, sehingga dapat merusak akal.
Berdasarkan persamaan ‘illat itu, ditetapkanlah hukum minum narkotik yaitu
haram, sebagaimana haramnya minum khamr.
7
d. Macam macam qiyas
a. Qiyas al-Aulawi
“yaitu suatu illat hukum yang diberikan pada ashl lebih kuat diberikan pada
furu'”seperti yang terdapat pada QS. Al isro’ ayat 23:
ك ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما
َ ك أَاَّل تَ ْعبُدُوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد َ ََوق
َ ُّض ٰى َرب
أفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما ُ
b. Qiyas al-Musawi
” Suatu qiyas yang illatnya yang mewajibkan hukum, atau mengqiyaskan
sesuatu pada sesuatu yang keduanya bersamaan dalam keputusan menerima
hukum tersebut”. Contoh: menjual harta anak yatim diqiyaskan dengan
memakan harta anak yatim.
c. Qiyas al-Adna
“Mengqiyaskan sesuatu yang kurang kuat menerima hukum yang diberikan
pada sesuatu yang memang patut menerima hukum itu”. Contoh:
mengqiyaskan jual beli apel pada gandum merupakan riba fadhl.
a. Qiyas al-Jaly
“Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan dengan hukum ashl atau
nash tidak menetapkan illatnya tetapi dipastikan bahwa tidak ada pengaruh
terhadap perbedaan antara nash dengan furu'”.
Contoh: mengqiyaskan budak perempuan dengan budak laki-laki.
Qiyas jaly dibagi lagi menjadi 3 macam: Qiyas yang illatnya ditunjuk dengan
kata-kata, seperti memabukkan adalah illat larangan meminum khamar yang
sudah ada nashnya. Qiyas aulawi dan qiyas musawi.
b. Qiyas al–Khafy
8
“Qiyas yang illatnya tidak terdapat dalam nash”. Contoh: mengqiyaskan
pembunuhan menggunakan bahan berat dengan pembunuhan menggunakan
benda tajam.
a. Qiyas Ma’na ialah qiyas yang cabangnya hanya disandarkan kepada pokok
yang satu. Hal ini di karenakan makna dan tujuan hukum cabang sudah cukup
dalam kandungan hukum pokoknya, oleh karena itu korelasi antara keduanya
sangat jelas dan tegas. Misalnya mengqiyaskan memukul orang tua kepada
perkataan ah seperti yang telah dijelasnkan sebelumnya.
b. Qiyas Sibhi ialah qiyas yang fara’ dapat diqiyaskan kepada dua ashal atau
lebih, tetapi diambil ashal yang lebih banyak persamaannya dengan fara’.
Seperti hukum merusak budak dapat diqiyaskan kepada hukum merusak orang
merdeka, karena kedua-duanya adalah manusia. Tetapi dapat pula diqiyaskan
kepada harta benda, karena sama-sama merupakan hak milik. Dalam hal ini
budak diqiyaskan kepada harta benda karena lebih banyak persamaannya
dibanding dengan diqiyaskan kepada orang merdeka. Sebagaimana harta budak
dapat diperjualbelikan, diberikan kepada orang lain, diwariskan, diwakafkan
dan sebagainya.
9
Yang kemudian disepakati oleh ilmuwan hukum Islam lainnya.
Kelima tujuan hukum Islam itu didalam kepustakaan disebut al-maqasid al-
khamsah atau al-maqasid al-shari'ah (tujuan-tujuan hukum Islam).
Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau
yang menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi
Muhammad (Sunnah Rasulullah SAW).Sebagian besar pendapat ulama ilmu
fiqih sepakat bahwa pada prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-
Qur’an dan Hadist. Disamping itu terdapat beberapa bidang kajian yang erat
berkaitan dengan sumber hukum islam yaitu : ijma’dan Qiyas.
10
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://abang-sahar.blogspot.com/2012/11/makalah-sumber-hukum-
Al-Qur’an dan terjemahannya
Departemen Agama Republik Indonesia, Pustaka Agung Harapan 2006islam.html
11