OLEH:
1. Putu Winda Agastya Paramita (2081621007) (07)
2. Komang Ayusta Devi Savitri (2081621008) (08)
3. Ni Kadek Yunarsih (2081621009) (09)
4. Ni Putu Gita Darmayanti (2081621015) (15)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
SISI EKONOMIK DARI REGULASI PELAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan bagi perusahaan publik yang sudah terdaftar telah diatur di Amerika
Serikat sejak tahun 1930-an, ketika kongres memberi kekuasaan pada SEC untuk mengatur
pelaporan keuangan. Meskipun pelaporan keuangan telah diatur, hingga saat ini masih ada
perdebatan yang terkait apakah regulasi tersebut dibutuhkan serta bagaimana cost dan benefit
dari adanya regulasi itu sendiri.
A. INFORMASI AKUNTANSI PADA PASAR YANG TIDAK DIREGULASI
Beberapa pendapat menentang adanya regulasi dalam pelaporan keuangan berkaitan
dengan insentif bagi perusahaan untuk melaporkan informasi mengenai perusahaannya
kepada pemilik dan pasar modal. Ada tiga argument/pendapat yang menentang adanya
regulasi, yaitu teori agensi, persaingan pasar modal dan signaling incentives, serta peluang
untuk melakukan kontrak pribadi.
1. Agency Theory
Teori agensi memprediksikan dan menjelaskan perilaku bagian yang terlibat dalam
sebuah perusahaan. Teori agensi memandang perusahaan sebagai sebuah persimpangan
hubungan keagenan dan mencoba memahami perilaku organisasi dengan menguji bagaimana
bagian-bagian pada hubungan keagenan dalam perusahaan memaksimalkan manfaat untuk
masing-masing.
Salah satu hubungannya adalah antara kelompok manajemen dengan pemilik perusahaan.
Manajer digaji oleh pemilik untuk menjalankan mengelola aktivitas perusahaan, dengan
demikian terbangunlah hubungan keagenan. Tujuan manajer dan pemilik mungkin bukan
merupakan kesepakatan yang sempurna. Pemilik berkepentingan untuk memaksimalkan ROI
dan harga surat berharga, sementara manajer mempunyai kebutuhan ekonomi dan psikologi
yang lebih luas, termasuk maksimalisasi total konpensasi mereka. Karena adanya
pertentangan ini maka pemilik perusahaan terdorong untuk mengontrak manajer agar konflik
diantara mereka dapat ditekan. Akhirnya muncullah biaya untuk memonitor kontrak dengan
manajemen untuk mengurangi kompensasi yang diterima manajemen. Dengan demikian,
manajemen terdorong untuk memelihara agar biaya tetap rendah dan tidak terlibat konflik
dengan pemilik perusahaan. Cara ini merupakan salah satu insentif bagi manajemen agar
melaporkan hasil akuntansi secara handal kepada pemilik.
Teori agensi menyatakan konflik antara manajemen dan pemilik dapat diperbaiki dengan
pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang rutin adalah satu cara pemilk memonitor
kontraknya dengan manajemen. Teori agensi juga digunakan untuk menjelaskan permintaan
untuk audit. Fungsi auditor adalah pemeriksa independen dari laporan keuangan yang
disampaikan manajer pada pemilik. Minimalisasi biaya monitoring keagenan adalah insentif
ekonomi untuk manajer untuk melaporkan hasil akuntansi yang dapat dipercaya oleh pemilik.
Insentif berasal dari fakta bahwa manajer dinilai dan dibayar dengan dasar sebaik apa yang
dilaporkannya.
2. Competitive Capital Market dan Signalling Incentives
Teori agensi memberi sebuah framework untuk menganalisa insentif pelaporan keuangan
antara manajer dan pemilik. Sedangkan ‘teori sinyal’ menjelaskan mengapa perusahaan
memiliki insentif bagi pelaporan secara sukarela pada pasar modal meskipun tidak ada
keharusan persyaratan untuk melaporkan. Kemampuan perusahaan meningkatkan modalnya
akan bertambah jika perusahaan mempunyai reputasi yang baik dengan mematuhi aturan
pelaporan keuangan. Sebagai tambahan, pelaporan yang baik akan merendahkan biaya
modal perusahaan karena hanya sedikit ketidakpastian terhadap perusahaan yang
melaporkan secara luas dan dapat dipercaya, sehingga resiko investasi sedikit dan kewajiban
rate of return yang lebih rendah. Insentif ekonomis untuk menyampaikan laporan secara
sukarela (meskipun laporannya buruk) adalah faktor kunci dari teori signaling.
3. Private Contracting Opportunities
Pendapat yang ketiga adalah adanya asumsi bahwa setiap orang yang membutuhkan
informasi tentang perusahaan dapat memperoleh informasi tesebut. Setiap orang yang belum
memperoleh informasi tersebut secara gratis di publik, bisa membelinya atau
memperolehnya dari pasar surat berharga, surat kabar investor, ataupun lewat perusahaan
perantara. Dengan begini, alokasi sumber daya pembuatan informasi di pasar akan optimal
dan pembuatan peraturan untuk mengungkapkan hasil kinerja perusahaan tidak lagi
dibutuhkan.
B. INFORMASI AKUNTANSI PADA PASAR YANG DIREGULASI
Regulasi pasar dapat dijustifikasi dengan kepentingan publik. Dalam konteks ini,
terdapat 2 alasan yang secara normal digunakan untuk mempertahankan regulasi, yaitu:
a) Kemungkinan terjadinya kesalahan pada sistem pasar bebas yang
disebut market failure dan akan mengakibatkan munculnya ketidakoptimalan dalam
alokasi sumber daya. Monopoli alamiah seperti yang terjadi pada industri kebutuhan,
adalah sebuah contoh kegagalan pasar yang membutuhkan intervensi dari peraturan
untuk mencegah kekurangan penawaran dan harga monopoli.
b) Kemungkinan pasar bebas bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya, dapat
dikatakan pasar bebas tidak cukup mengkomunikasikan informasi pada kepada pasar
sekuritas, mengakibatkan manajer dan pihak dalam lainnya yang mempunyai
informasi, tidak didapatkan pemegang saham.
1. Kegagalan Pasar
Ada beberapa pendapat yang mendukung regulasi karena kegagalan pasar. Pendapat-
pendapat tersebut memberi perhatian pada perusahaan sebagai pemasok monopoli dari
informasi. Kegagalan dari pelaporan keuangan mengantisipasi kecurangan dan kebangkrutan
dan barang publik adalah sifat dasar informasi akuntansi dan pelaporan keuangan.
Watts dan Zimmerman (1986) dalam Astika (2008) menyatakan bahwa kegagalan pasar
dibedakan menjadi kegagalan secara eksplisit dan kegagalan secara implisit dalam pasar
informasi swasta:
a) Kegagalan pasar eksplisit terjadi di dalam pasar khusus informasi akuntansi karena
kuantitas dan kualitas informasi akuntansi berbeda dari manfaat sosial maksimum
yang dapat diperoleh.
b) Teori kegagalan pasar secara implisit menekankan pada satu kondisi atau lebih
sehingga terdapat gangguan dalam pasar informasi akuntansi. Kondisi yang
dimaksud, yaitu (1) monopoli manajemen dalam menyediakan dan mengendalikan
informasi, (2) investor yang naif, (3) adanya functional fixation dalam proses
pengambilan keputusan investor, (4) angka-angka akuntansi yang tidak memiliki arti
ekonomis, (5) beragamnya prosedur akuntansi, dan (6) tidak adanya objektivitas.
2. Perusahaan sebagai Sebuah Pemasok Monopoli Informasi
Salah satu pendapat adalah kegagalan pasar terjadi karena perusahaan memonopoli
pasokan informasi tentang dirinya. Situasi ini menciptakan peluang untuk membatasi
produksi informasi dan penentuan harga secara monopoli, jika pasar tidak diregulasi.
Kewajiban melakukan pengungkapan akan menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya
yang lebih rendah pada masyarakat dari yang dapat dicapai pada pasar non-regulasi.
Bagaimanapun dengan menjadi produsen monopoli, perusahaan akan memproduksi lebih
rendah (melaporkan lebih rendah) informasi dan menetapkan biaya secara monopoli.
Kemungkinan situasi ini terjadi pada industri utilitas. Solusi tindakan pengaturan pada
industri utilitas adalah mengizinkan monopoli produksi, tetapi mengatur harga.
Dengan regulasi akuntansi, pendapatnya adalah akan lebih baik untuk menekan
mewajibkan pelaporan daripada memiliki individu yang bersaing membeli informasi secara
pribadi dan pada harga monopoli. Dengan kata lain, mewajibkan pengungkapan publik
merupakan metode mengefektifkan biaya (cost-effective method) untuk mendapatkan
informasi yang spesifik bagi yang menginginkannya.
3. Kegagalan Pelaporan Keuangan dan Audit
Kecaman terhadap praktik akuntansi dan proses penyusunan standar secara umum
difokuskan pada apa yang diduga pelaporan keuangan berkualitas rendah, walaupun di bawah
regulasi. Alasan yang diungkapkan adalah standar akuntansi dan auditing yang buruk, terlalu
banyak fleksibilitas manajemen dalam pilihan kebijakan akuntansi, dan kelemahan auditor
secara berkala.
Kecurangan perusahaan tidak terdeteksi oleh auditor dan kelalaian perusahaan tidak
ditandai lebih lanjut oleh salah satu dari laporan keuangan atau laporan audit seperti yang
disebut sebagai fakta bahwa sistem pelaporan keuangan telah gagal melindungi kepentingan
publik. Argumennya adalah regulasi yang lebih baik, berguna untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan dengan tujuan melindungi kepentingan publik dari kecurangan dan
kelalaian.
Pelaporan keuangan yang baik diperlukan untuk menciptakan kepercayaan investor pada
kejujuran pasar modal sehingga tabungan terhubungkan dengan investasi yang produktif.
Penganjur regulasi bertanya jika perusahaan dengan nyata dapat dipercaya melaporkan secara
penuh dan secara akurat, kenyataannya sifat dasar persaingan di pasar modal dapat
mengurangi pelaporan yang menyesatkan, setidaknya pada sebagian kecil perusahaan pada
jangka pendek. Kesalahan dan kelalaian perusahaan terkadang tidak perlu diartikan sebagai
kesalahan yang terjadi pada sistem pelaporan keuangan. Peningkatan regulasi pelaporan
keuangan dapat mengurangi kemungkinan penipuan dan kegagalan, tetapi tidak pernah bisa
menghilangkannya.
4. Akuntansi sebagai Sebuah Barang Publik
Kegagalan pasar juga dapat terjadi karena disebut sebagai barang publik. Barang publik
adalah komoditas yang bisa dikonsumsi tanpa mengurangi kesempatan untuk mengkonsumsi
oleh yang lain. Kondisi yang terjadi karena hak properti lunak berhubungan dengan barang-
barang tersebut. Contoh barang publik yang murni adalah sinyal radio dan jalan raya.
Barang publik tidak diproduksi pada pasar bebas yang memiliki eksternalitas.
Eksternalitas terjadi jika seorang produsen tidak bisa menginternalisasi (membebankan) biaya
produksi kepada semua pengguna barang. Dampak eksternalitas adalah produsen barang
publik mempunyai keterbatasan insentif untuk memproduksi karena semua konsumen tidak
bisa dikenakan biaya untuk barang tersebut. Masyarakat yang mengkonsumsi barang publik
tanpa membayar disebut free riders (penunggang gratis). Permintaan sesungguhnya untuk
barang publik tidak terungkap di pasar free riders dapat menggunakan barang tanpa biaya.
Akibatnya produksi lebih rendah dari permintaan. Produksi yang rendah dari barang publik
dianggap sebagai kegagalan pasar karena produsen tidak termotivasi untuk menemukan
permintaan riil pada barang publik. Satu-satunya cara meningkatkan produksi adalah melalui
intervensi regulasi. Tidak dapat dielakkan biaya free riders harus ditanggung oleh
masyarakat seluruhnya jika produksi disubsidi untuk menemukan permintaan sesungguhnnya
dari barang publik.
Dapat dilihat informasi akuntansi merupakan barang publik. Ia dapat dilalui secara gratis
dari orang ke orang dan setiap orang dapat mengkonsumsi isi dari informasi tersebut. Karena
karakteristik ini, informasi akuntansi memiliki kualitas sebuah barang publik. Terdapat dua
aspek regulasi pelaporan keuangan yang meningkatkan nilai sosial (eksternalisasi), tidak
hanya didapatkan secara pribadi, yaitu:
a. Peningkatan keterbandingan akuntansi antar banyak perusahaan
b. Meningkatkan kepercayaan pasar sekuritas
5. Tujuan Sosial
Alasan lain untuk memaksakan regulasi bermaksud untuk mencapai tujuan sosial yang
tidak ditemukan dalam pasar bebas meskipun tidak terjadi kegagalan pasar. Pendekatan ini
juga didasari oleh argumen kepentingan publik dan tidak bisa dielakkan keterlibatan sebuah
pertimbangan normatif tentang bagaimana masyarakat seharusnya mengalokasikan sumber
dayanya. SEC memberi perhatian terhadap apa yang diistilahkan dengan pelaporan yang
jujur (fair reporting) dan proteksi investor. Tujuan sosial lainnya sebagai tambahan simetri
informasi adalah keterbandingan, yang merujuk pada dapat dipercaya (reliability) dari LK
ketika mengambil keputusan menggunakan LK pada sebuah dasar antar perusahaan.
Misalnya, jika sebuah perusahaan menggunakan FIFO dan lainnya LIFO, sulit
membandingkan current ratio-nya, kecuali sebuah penyesuaian dibuat untuk meletakkan
perusahaan pada dasar yang sama.
6. Justifikasi Kodifikasi Penyusunan Standar
Codification adalah pendekatan pragmatis untuk meningkatkan standar akuntansi dari
waktu ke waktu. Fungsi ini muncul di lingkungan yang memiliki masalah teori agensi,
underproduction informasi akuntansi karena merupakan barang publik, serta kurangnya
comparability. Standar akuntansi yang dikembangkan di lingkungan codificational tidak
perlu logis secara deduktif. Standar dievaluasi berdasarkan apakah mereka mampu
melaksanakan fungsi mereka dengan baik. Jika gagal, berarti harus diamandemen.
Output dari sistem codificational seperti standar akuntansi belum tentu benar dalam hal
logika deduktif. Standar akan dijadikan dasar untuk memberikan informasi secara wajar
kepada pengguna dengan biaya yang wajar. Jika standar tidak bekerja, mereka harus atau
setidaknya bisa diubah. Codification memberikan ide yang baik dari apa yang bisa
diharapkan ketika masyarakat demokratis berusaha untuk menyelesaikan masalah distribusi
sulit (bagaimana keuntungan didistribusikan antara kelompok yang bersaing).
7. Membandingkan Pasar Diregulasi dan Pasar Non-Regulasi
Terlepas dari fakta bahwa akuntansi diatur, sangat berharga untuk mengetahui secara
benar tentang biaya dan manfaat dari regulasi. Ini artinya bahwa pendapat yang memihak
pada pasar yang diregulasi serta argumen untuk pasar yang tidak diregulasi merupakan alasan
daripada kajian empiris yang diteliti. Singkatnya, adalah mustahil untuk menerima pendapat
baik sebagai suatu hal yang benar.
C. PARADOKS REGULASI
Peraturan akuntansi dapat dibenarkan jika ada kegagalan pasar atau jika hasil pasar bebas
tidak cocok dengan tujuan sosial. Namun, ada paradok peraturan. Paradok pertama, peraturan
akuntansi tidak dapat memberikan solusi yang optimal untuk masalah-masalah tertentu dalam
pelaporan keuangan, yaitu tidak mungkin untuk menciptakan peraturan yang akan
memaksimalkan kesejahteraan sosial. Selain itu, sulit untuk benar-benar mengevaluasi
keuntungan dari regulasi akuntansi karena tidak ada peraturan yang dapat dibandingkan di
pasar yang diregulasi. Tidak mungkin mengetahui apakah peraturan akuntansi menghasilkan
kualitas dan kuantitas yang maksimal bagi pelaporan keuangan.
Paradoks kedua, menurut ekonom, justru barang publik yang dihasilkan di pasar yang
diregulasi overproduced. Alasannya, permintaan lebih tinggi dari yang terjadi pada situasi
pasar karena barang publik yang dihasilkan dibawah adanya peraturan adalah barang gratis.
FASB dapat ditipu oleh pengguna yang sebenarnya tidak benar-benar memerlukan peraturan
karena pengguna tidak membayar untuk peraturan tersebut.
Sebagai rangkuman, konsekuensi negatif dari regulasi akuntansi yang diterapkan pada barang
publik adalah:
1. Kemungkinan kelebihan alokasi sumber daya sosial kepada produksi dari informasi
akuntansi yang tersedia bebas di masyarakat.
2. Transfer kesejahteraan dari non-pengguna ke pengguna informasi akuntansi.
D. Proses Regulasi
Regulasi pada dasarnya merupakan aktivitas politik, hal tersebut bukan diartikan
sebagai suatu kritik, namun regulasi dilakukan untuk kepentingan publik, kesejahteraan
sulit diukur (impossibility theorem), tidak ada kriteria untuk menentukan kebijakan apa
yang akan memaksimalkan suatu kepentingan publik. Ini berarti bahwa tidak ada cara
untuk menentukan regulasi yang optimal dan regulasi tersebut akan menjadi hasil politik,
karena dalam proses regulasi selalu terdapat kelompok tertentu yang ingin menguasai
sehingga dapat mempengaruhi sebagai kepentingannya secara pribadi.
1. Sifat Politis Dari Regulasi
dalam menetapkan suatu kebijakan tentunya berusahan melibatkan semua pihak yang
berdampak dengan kebijakan tersebut. Pentinya untuk menjaga legitimasi proses
regulasi maka dari itu orang-orang yang terlibat atau yang terkena dampak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan masukan dalam proses pembuatan keputusan
regulasi.
2. Perilaku Regulasi
Berdasarkan teori kesempatan (captute teory) dan teori siklus kehidupan (life sicles
teory) berpendapat bahwa kelompok yang diatur pada akhirnya datang menggunakan
proses pengaturan untuk mempromosikan kepentingan pribadinya. Meskipun pada
awalnya regulasi dirancang untuk kepentingan publik namun kemudian berubah
menjadi sebuah instrumen untuk melindungi kelompok tertentu.
3. Perilaku Perusahaan, Auditor, dan Konsultan
Manajemen perusahaan diharapkan dapat menanggapi usulan peraturan yang
mempengaruhi perusahaan atau dirinya sendiri. Kecenderungan manajemen
perusahaan menentang segala pengungkapan yang mengharuskan manajemen
perusahaan harus membebankan biaya atau mengarahkankan manajemen perusahaan
pada posisi yang akan menimbulkan kerugian, melainkan manajemen perusahaan
lebih setuju jika pengungkapan tersebut lebih mengarahkan pada keuntungan bagi
manajemen perusahaan. Banyaknya kantor akuntan publik yang menjalin hubungan
baik dengan FASB dan rutin menghadiri serta mendengar pendapat kebijakan di
FASB. Auditor diharapkan untuk mendukung kebijakan yang mengurangi risiko
audit. Auditor tentunya cenderung menentang kebijakan yang diusulkan yang
memperluas fungsi audit ke dalam bidang subjektif, seperti risiko audit yang lebih
besar, karena auditor yang nantinya akan menganggungnya. Para konsultan seperti
halnya analis keuangan tentunya juga mempengaruhi hasil-hasil berdasarkan
kebijakan – kebijakan akuntansi yang dibuat, dimana yang tersebut digunakan oleh
analis untuk memperoleh informasi baru yang nantinya digunakan untuk
berkonsultasi tentang mengenai investasi.
E. Konsekuensi Ekonomi Dari Kebijakan Akuntansi
Pembuatan kebijakan akuntansi adalah proses politik bagi konstituen melobi untuk
posisi mereka. Pengaturan standar sering kali menguntungkan satu kelompok dan
mengorbankan kelompok yang lain. Ini berarti kebijakan akuntansi bukan hanya semata
hanya persoalan efisiensi atau optimalisasi ekonomi. Namun juga mempengaruhi
pendapat dan distribusi kekayaan terhadap siapa yang mendapatkannya serta juga
merupakan masalah sosial dan politik yang melampaui akuntansi. FASB memahami
masalah ini sehingga mempertimbangkan konsekuensi ekonomi dan kebijakan akuntansi
yang diusulkan, dan diartikan sebagai pengaruh laporan akuntansi terhadap pemerintah,
bisnis, investor dan kreditor. FASB juga mempertimbangkan biaya pada perusahan go
publik dan perusahaan-perusahaan kecil, dimana perusahan yang go publik tentunya
dapat menanggung biaya dari regulasi akuntansi namun perusahaan-perusahaan kecil
biaya tersebut dirasakan terlalu besar dibandingkan dengan manfaat yang diterim, maka
FASB tidak memberlakukan dua standar berorientasi pengungkapan terhadap perusahaan
kecil (SFAS No.14 dan 69).